• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “The Devil’s Whisper “Karya Miyuki Miyabe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “The Devil’s Whisper “Karya Miyuki Miyabe"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL’S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

2.1 Definisi Novel

Sebutan novel berasal dari bahasa Itali, yaitu novella yang berarti ‘sebuah

barang baru yang kecil’, lalu diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’.

Indonesia mengambil istilah novel dari bahasa Inggris novellet, artinya sebuah

karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang namun juga tidak

terlalu pendek.

Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi

menyarankan pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan,

khayalan, sesuatu yang tidak ada, dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak

perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata (Nurgiyantoro, 1995:2). Tokoh

peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa, dan

tempat yang bersifat imajiner.

Menurut Poerwadaminta (1996:694) novel adalah karangan prosa yang

panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang

dikelilinginya dan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Sedangkan menurut

Takeo dalam Pujiono (2002:3), novel merupakan sesuatu yang menggambarkan

(2)

2.1.1 Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik atau unsur dalam adalah unsur yang ikut mempengaruhi

terciptanya karya sastra. Adapun unsur pembentuk yang dibangun oleh unsur

intrinsik sebagai berikut.

a. Tema

Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema cerita

menyangkut segala persoalan kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang,

kecemburuan, dsb. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi

menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan. Tema jarang dituliskan secara

tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema cerita fiksi, seorang

pembaca harus mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh pengarang

untuk mengembangkan cerita fiksinya.

Menurut Brooks (1952:820), tema adalah pandangan hidup yang tertentu

atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang

membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra.

Istilah tema menurut Scharbach dalam Aminuddin (2000:91) berasal dari

bahasa latin yang berarti ‘tempat meletakkan suatu perangkat’. Disebut demikian

karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga

sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang

diciptakannya. Sebab itulah penyikapan terhadap tema yang diberikan

pengarangnya dengan pembaca umumnya terbalik. Seorang pengarang harus

memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses

(3)

telah selesai memahami unsur-unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema

tersebut.

Lebih lanjut, Brooks dalam Aminuddin (2000:92) mengatakan bahwa dalam

mengapresiasi tema suatu cerita, seorang apresiator harus memahami ilmu-ilmu

humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil kontemplasi

pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang

bersifat universal. Tema dalam hal ini tidaklah berada di luar cerita, tetapi inklusif

di dalamnya. Akan tetapi, keberadaan tema meskipun inklusif di dalam cerita

tidaklah terumus dalam satu dua kalimat secara tersurat, tetapi tersebar di balik

keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi.

Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa

langkah berikut.

1. Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.

2. Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang

dibaca.

3. Memahami suatu peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam

prosa fiksi yang dibaca.

4. Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.

5. Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang

disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita.

6. Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang

ditampilkannya.

7. Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak

(4)

8. Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam

satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang

dipaparkan pengarangnya.

Berdasarkan pengertian di atas, tema yang diangkat dalam novel The

Devil’s Whisper ini adalah mengenai pengucilan dan balas dendam. Adanya

budaya malu membuat masyarakat Jepang tidak bisa menerima dengan baik

keluarga pelaku kriminal dan malah menjauhinya.

b. Alur (plot)

Alur adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan

sebab-akibat. Pola pengembangan cerita novel tidak seragam. Jalan cerita suatu novel

terkadang berbelit-belit, penuh kejutan ataupun sederhana.

Menurut Aminuddin (2000:83), pengertian alur pada karya sastra adalah

rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin

suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Tahapan

peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian peristiwa

yang berbagai macam.

Sedangkan alur menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995:13), adalah

cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan

secara sebab-akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya

adalah segala keterangan, petunjuk, dan pengacuan yang berkaitan dengan ruang,

waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Dari penjelasan

(5)

Peristiwa-peristiwa cerita dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan

sikap tokoh-tokoh dalam cerita.

Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang sangat esensial

dalam pengembangan sebuah alur (plot) dalam cerita. Sebuah cerita menjadi

menarik karena adanya tiga unsur tersebut.

Menurut Luxemburg dkk (1984:50), peristiwa merupakan peralihan dari

satu keadaan ke keadaan yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat

dibedakan antara kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan peristiwa dengan

yang tidak. Peristiwa yang ditampilkan dalam karya fiksi sangat banyak, maka

perlu dilakukan analisis peristiwa untuk menentukan peristiwa mana yang

berfungsi sebagai pendukung plot.

Konflik mengacu pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak

menyenangkan yang terjadi atau dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang jika diberi

kebebasan untuk memilih maka mereka tidak akan memilih peristiwa itu

menimpanya.

Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat dan dapat saling menyebabkan

terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pun hakikatnya merupakan

peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan konflik atau bahkan

sebaliknya. Bentuk konflik dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu konflik

fisik dan konflik batin.

Konflik fisik (eksternal) adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh

dengan sesuatu di luar dirinya, bisa dengan tokoh lain maupun dengan alam.

Sedangkan konflik batin (internal) adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa

(6)

dialami manusia dengan dirinya sendiri. Kedua konflik tersebut saling berkaitan

dan menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain dan dapat terjadi secara

bersamaan.

Menurut Stanton (2007:16), klimaks adalah saat konflik telah mencapai

intensitas tertinggi dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari

kejadiannya. Klimaks utama sebuah cerita akan terdapat pada konflik utama dan

akan diperankan oleh tokoh-tokoh utama dalam cerita.

Di dalam karya sastra terdapat tiga alur, yaitu :

1. Alur maju (progresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari pengenalan

masalah, terjadinya konflik, klimaks dan penyelesaian masalah.

2. Alur mundur (regresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari

menampilkan konflik, kemudian pengenalan tokoh dan penyelesaian

masalah.

3. Alur campuran, merupakan perpaduan antara alur maju dan alur mundur.

Alur cerita dalam novel The Devil’s Whisper adalah alur campuran. Pada

awal novel terdapat cerita tentang Mamoru setelah berumur 16 tahun. Pada cerita

selanjutnya terdapat adanya flashback, yaitu cerita saat Mamoru masih kecil dan

terjadinya kasus pencurian yang dilakukan oleh ayahnya, yang merupakan awal

dari penderitaan Mamoru. Adanya pergantian sudut pandang karakter membuat

novel ini cukup membingungkan bagi orang yang sulit untuk menghapal sekian

banyak nama tokoh dalam waktu singkat. Ditambah dengan alur ceritanya yang

(7)

c. Tokoh

Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang

berbeda-beda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut

dengan tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang memiliki peranan

tidak penting karena permunculannya hanya melengkapi, melayani dan

mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu.

Dalam menentukan siapa tokoh utama dan tokoh pembantu dalam suatu

novel, pembaca dapat menentukannya dengan jalan melihat keseringan

permunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan

keseringan permunculannya, dalam menentukan tokoh utama serta tokoh

pembantu dapat juga ditentukan lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya.

Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan

dibicarakan oleh pengarangnya, sedangkan tokoh tambahan hanya dibicarakan ala

kadarnya (Aminuddin, 2000:79-80).

Menurut Fananie (2000:86), tokoh tidak saja berfungsi untuk memainkan

cerita, tetapi juga berperan menyampaikan ide, motif, plot dan tema. Tokoh dalam

cerita memiliki karakter dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang dimainkan.

Tokoh juga mempunyai posisi dalam sebuah cerita tergantung di mana ia

ditempatkan. Hal inilah yang disebut dengan penokohan.

Penokohan merupakan perwujudan dan pengembangan pada sebuah cerita.

Tanpa adanya tokoh, suatu cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik.

Penokohan lebih luas istilahnya daripada tokoh dan perwatakan, karena

penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana

(8)

jelas kepada para pembaca. Penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk

pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah

cerita (Nurgiyantoro, 1995:166).

Di dalam sebuah cerita biasanya terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama

dan tokoh tambahan atau figuran. Tokoh utama adalah tokoh yang sering

diceritakan di dalam suatu cerita dan sangat menentukan perkembangan dari suatu

cerita tersebut. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh pendamping dari tokoh

utama yang biasanya hanya dimunculkan beberapa kali di dalam suatu cerita,

namun memiliki peranan penting sehingga membuat cerita menjadi lebih

berwarna. Antara tokoh utama dengan tokoh tambahan saling berkaitan erat

karena saling melengkapi. Jika di dalam suatu cerita hanya memiliki tokoh utama

saja atau tokoh tambahan saja, maka cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik

bahkan cenderung membingungkan karena tidak adanya interaksi yang terjadi di

dalam cerita tersebut.

Dalam novel ini tokoh yang digunakan hanya tokoh utama bernama

Mamoru Kusaka yang memiliki masalah dalam kehidupannya menyangkut masa

lalunya.

2.1.2 Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik atau unsur luar adalah unsur yang berada di luar karya

sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau

sistem organism karya sastra (Nurgiyantoro, 1995:23). Atau dengan kata lain

unsur ekstrinsik adalah unsur luar sastra yang ikut memengaruhi penciptaan karya

(9)

Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan

hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku, persoalan sejarah, keadaan ekonomi,

situasi politik dan pengetahuan agama. Unsur ekstrinsik untuk setiap karya sastra

adalah sama. Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang

tampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat cerita dan tema. Selain

unsur-unsur yang datangnya dari luar diri pengarang, hal yang sudah ada dan

melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap

terciptanya suatu karya sastra.

2.2 Setting Dalam Novel The Devil’s Whisper

Yang dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran situasi,

tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94). Latar

atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian

tempat, hubungan, waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan, (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216).

Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting

untuk memberikan kesan realistis terhadap pembaca, menciptakan suasana

tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan

demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya imajinasinya, di samping

memungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan

pengetahuannya tentang latar.

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu

dan sosial. Ketiga unsur tersebut walaupun masing-masing menawarkan

(10)

kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya

(Nurgiyantoro, 1995:227).

a. Latar Tempat

Latar tempat berhubungan dengan lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa

tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, ataupun lokasi tertentu tanpa

nama yang jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah

mencerminkan ataupun tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis

tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting

untuk memberikan kesan kepada pembaca bahwa seolah-olah hal yang diceritakan

itu sungguh-sungguh ada dan terjadi di tempat seperti yang terdapat dalam cerita.

Dalam hal ini, lokasi tempat berlangsungnya cerita dalam novel The Devil’s

Whisper adalah kota Tokyo di Jepang. Disebutkan bahwa tempat tinggal sang

tokoh utama terdapat kanal-kanal besar sebagai penghalang ketika sungai meluap

sewaktu diterjang angin topan.

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi yang biasanya dihubungkan

dengan waktu faktual. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat dan

latar sosial karena pada kenyataannya memang saling berkaitan.

Digambarkan bahwa kisah dalam novel ini berlangsung pada musim dingin

(11)

c. Latar Sosial Budaya

Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di

suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial

masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks,

dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,

cara bersikap, dan lain-lain. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan

status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya kalangan bawah, menengah, atau

atas.

Latar sosial dari tokoh utama dalam novel The Devil’s Whisper yaitu

Mamoru Kusaka yang berusia 16 tahun, berstatus sebagai pelajar SMA yang tidak

memiliki banyak teman karena pernah dikucilkan sewaktu ia kecil. Ia juga

berstatus sebagai karyawan paruh waktu di sebuah toko.

Di dalam novel ini pun memiliki latar budaya yang kuat, yaitu budaya malu

atau haji (恥). Bagi bangsa Jepang, keutamaan rasa malu sangat penting karena

merupakan akar dari kebajikan. Dan orang-orang yang tidak memiliki rasa malu

dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai hati nurani yang bersih.

Itulah sebabnya mengapa Mamoru dan ibunya dikucilkan oleh masyarakat

sekitar ketika Toshio Kusaka ketahuan mencuri dana masyarakat sebesar 5 juta

yen. Masyarakat menganggap bahwa Toshio telah mempermalukan bukan hanya

dirinya dan keluarganya, melainkan juga seluruh masyarakat yang ada di sana,

sehingga dengan pengucilan terhadap Mamoru dan ibunya dianggap sebagai

(12)

2.3 Biografi Pengarang

Biografi merupakan uraian tentang kehidupan seseorang, baik orang itu

masih hidup ataupun sudah meninggal. Biografi berisi tentang perjalanan hidup

tokoh tersebut, kehidupan seorang tokoh, deskripsi kegiatan dan prestasi tokoh,

ekspresi tokoh serta pandangan tokoh tersebut.

Biografi dalam bahasa Indonesia berarti riwayat hidup seseorang. Dalam

biografi seorang tokoh biasanya banyak ditemukan suatu pelajaran yang dapat

dipakai dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari awal hidup sampai menjelang ajal

banyak hikmah yang dapat diambil.

Tujuan dari penulisan biografi ini adalah agar pembaca dan penulis dapat

mengetahui perjalanan hidup seorang tokoh yang ia baca, dapat meneladani dan

mengambil pelajaran dari seorang tokoh untuk dipakai dalam kehidupan

sehari-hari, dapat memberikan sesuatu yang berharga pada diri penulis dan pembaca

setelah membacanya serta penulis dan pembaca dapat meniru cara bagaimana

tokoh tersebut sukses.

Miyuki Miyabe lahir pada 23 Desember 1960 di Tokyo. Ia mulai menulis

novel ketika berusia 23 tahun. Pada tahun 1984, saat ia masih bekerja di kantor

biro hokum, ia mengambil kelas menulis di sekolah Kodansha. Dari sanalah ia

memulai debutnya sebagai penulis novel.

The Devil’s Whisper merupakan karya kedua yang Miyabe tulis. Selain itu

ada lebih dari 40 buah novel yang telah ia hasilkan dan ia pun telah menerima

sejumlah penghargaan sastra, termasuk penghargaan tertinggi sastra populer di

Jepang, yaitu Naoki Prize. Buku-bukuya telah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa,

(13)

Hampir sebagian besar buku-buku tersebut diangkat menjadi film layar

lebar, adaptasi film maupun serial televisi. Ada pula novelnya yang dibuat

menjadi serial manga dan serial video game.

2.4 Psikoanalisa Sigmund Freud

2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Dalam usahanya menjelaskan struktur kejiwaan manusia, Freud

mengumpamakan jiwa manusia dengan sebuah gunung es di tengah laut. Yang

terlihat dari permukaan laut hanyalah bagian yang sangat kecil, yaitu bagian

puncaknya. Dalam hal jiwa seseorang maka yang terlihat dari luar hanyalah

sebagian kecil saja, yaitu alam kesadaran. Bagian terbesar dari jiwa seseorang

tidak terlihat dari luar dan ini merupakan alam ketidaksadaran. Antara kesadaran

dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang disebut prakesadaran.

Dorongan-dorongan yang terdapat dalam alam prakesadaran ini sewaktu-waktu

dapat muncul kembali ke dalam kesadaran.

Sigmund Freud mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan,

yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian.

Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang sistem kepribadian.

Dalam kajian psikologi sastra mengungkapkan psikoanalisa kepribadian

yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego dan Super Ego. Ketiga

sistem kepribadian ini saling berkaitan antara satu dengan yang lain seruta

membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk

(14)

2.4.2 Sistem Kepribadian

Menurut Freud, sistem kepribadian memiliki tiga unsur penting, yaitu Id

(aspek biologis), Ego (aspek psikologis) dan Super Ego (aspek sosiologis).

a. Id

Id adalah sistem kepribadian paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat

naluri-naluri bawaan. Id merupakan sebuah “reservoir” atau wadah dalam jiwa

seseorang yang berisikan dorongan-dorongan primitif yang disebut primitive

drives atau inner forces. Dorongan-dorongan primitif ini merupakan

dorongan-dorongan yang menghendaki agar segera dipenuhi atau dilaksanakan. Kalau

dorongan ini dipenuhi dengan segera maka akan tercapai perasaan senang atau

puas. Id adalah sistem kepribadian asli yang dibawa sejak lahir.

Id berfungsi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu

berusaha memeroleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan

adalah keadaan yang relative inaktif dan rasa sakit adalah tegangan atau

peningkatan energi yang mendambakan kepuasan. Bagi individu, tegangan itu

merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan

ketegangan tersebut dan menggantinya dengan kenikmatan, Id memiliki

perlengkapan berupa dua macam proses.

Proses pertama yaitu tindakan-tindakan refleks (reflex action), adalah suatu

bentuk tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta ada pada

individu yang merupakan bawaan lahir. Tindakan refleks ini digunakan individu

untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat

(15)

Proses kedua yaitu proses primer, adalah suatu proses yang melibatkan

sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Proses primer dilakukan dengan

membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau

menghilangkan tegangan dan dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti

seorang bayi yang lapar membayangkan makanan.

Proses membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan

disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya lamunan, mimpi dan

halusinasi psikotik. Tetapi bagaimanapun menurut prinsip realitas yang bersifat

objektif, proses primer dengan objek yang dihadirkannya itu tidak akan mampu

sungguh-sungguh mengurangi tegangan.

Id tidak mampu menilai atau membedakan mana yang benar dan mana yang

salah serta tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan

itu secara nyata yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru

khususnya masalah moral. Alasan inilah yang membuat Id memunculkan Ego.

b. Ego

Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego

beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang

dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan

sampai ditemukan objek nyata yang dapat memuaskan kebutuhan.

Ego memiliki dua tugas utama. Yang pertama adalah memilih dorongan

mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Yang kedua adalah

menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan

(16)

Menurut Freud, Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai

hasil kontak dengan dunia luar. Ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan

untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id,

melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluri dari satu pihak dengan keadaan

lingkungan pihak yang lain. Yang dihambat oleh Ego adalah pengungkapan

naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi dalam

melaksanakan tugasnya, Ego harus menjaga benar bahwa pelaksanaan dorongan

ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego.

c. Super Ego

Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau

aturan-aturan yang menyangkut baik atau buruk, yang berisi kata hati seseorang. Kata

hati ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral

sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang

dari Id.

Menurut Freud, Super Ego terbentuk melalui internalisasi nilai dan aturan

oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi

individu tersebut seperti orang tua dan guru. Adapun fungsi utama dari Super Ego

adalah :

a) Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri Id agar

impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat

diterima oleh masyarakat.

b) Mengarahkan Ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang

(17)

c) Mendorong individu mencapai kesempurnaan.

Aktivitas Super Ego dalam diri individu, terutama apabila aktivitas ini

bertentangan atau terjadi konflik dengan Ego, akan muncul dalam bentuk

emosi-emosi tertentu seperti perasaan bersalah atau penyesalan. Bila Ego gagal menjaga

keseimbangan antara dorongan dari Id dan larangan dari Super Ego, maka

seseorang akan menderita konflik batin yang terus menerus dan konflik batin ini

akan menjadi dasar dalam penyakit kejiwaan.

Sikap tertentu dari individu seperti observasi diri, koreksi atau kritik diri

juga bersumber pada Super Ego. Id, Ego dan Super Ego membutuhkan energi

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara, Pejabat

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen,

Menyiapkan bahan pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan evaluasi hasil rencana pembangunan daerah serta program pembangunan lainnya.. Renstra Bappeda Tahun 2016-2021 Page II -

Selain itu juga, melalui organisasi gerakan pramuka, siswa dapat belajar untuk selalu bersikap menurut nilai-nilai pancasila, baik itu dalam mengikuti latihan

Tujuan penelitian ini untuk untuk membandingkan performasi tunneling jaringan Virtual Private Network metode Point to Point Tunneling Protocol (PPTP) dan metode

Nilai kebersamaan budaya pokadulu (kerja sama) berperan memberikan pelayanan dengan membangun suasana memahami dan mengerti akan kebutuhan seluruh warga sekolah, yang

Mampu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada yang diberikan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan masa