• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbandingan Sari Temulawak Dengan Sari Kencur Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Jamu Instan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perbandingan Sari Temulawak Dengan Sari Kencur Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Jamu Instan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

5 Temulawak

Temulawak berupa tumbuhan rumputan berbatang semu. Tanaman berbatang semu dengan tinggi lebih dari 1 m tetapi kurang dari 2 m dan berwarna hijau atau cokelat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, serta berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2-9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lonjong, warna hijau atau cokelat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31-84 cm dan lebar 10-18 cm, serta panjang tangkai daun termasuk helaian 43-80 cm. Tanaman ini memiliki daun pelindung banyak panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

Klasifikasi tanaman Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Famili : Zingibereceae Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xantorrhiza Roxb (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

(2)

dibudidayakan oleh masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007, rata-rata produksi rimpang temulawak adalah 17,3 ton/ha. Jumlah produksi yang demikian besar tentu tidak terlepas dari pemanfaatan akan rimpang temulawak yang terus meningkat untuk berbagai keperluan, terutama untuk pembuatan jamu ataupun minuman segar (Oktaviana, 2010). Gambar temulawak dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Gambar temulawak (sumber: http//:www.google.com/temulawak)

Temulawak merupakan salah satu rempah yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat sebagai rempah yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Rimpang temulawak mengandung curcumin yang memiliki khasiat alami sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepatotoksik yang sangat berguna untuk melindungi kesehatan hati (radang hati). Selain itu khasiat alami temulawak mampu mengatasi beberapa penyakit berat lainnya seperti radang empedu, dan anti tumor atau kanker (Setiawan, 2011).

(3)

1,6 - 2,22 persen dihitung berdasarkan berat kering. Berkat kandungan kurkumin dan zat-zat minyak atsiri diduga merupakan penyebab berkhasiatnya temulawak (Rukmana, 1995). Komposisi kimia dalam rimpang temulawak dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia rimpang temulawak dalam 100 gram bahan

Komponen Jumlah

(4)

Kurkuminoid rimpang temulawak terdiri atas dua jenis senyawa yaitu kurkumin dan desmetoksikurkumin yang berkhasiat menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi, meningkatkan sekresi empedu, menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, antibakteri, serta dapat mencegah terjadinya pelemakan dalam sel-sel hati dan sebagai antioksidan penangkal senyawa-senyawa radikal yang berbahaya. Pada tahun 2006 dibuktikan bahwa kurkuminoid secara klinis berkhasiat mencegah penyakit jantung koroner dan meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah penggumpalan darah (Sidik, dkk., 1985). Gambar struktur kurkumin dapat dilihat pada Gambar 2.

Kencur

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu dari lima jenis tumbuhan yang dikembangkan sebagai tanaman obat asli Indonesia. Kencur merupakan tanaman obat yang bernilai ekonomis cukup tinggi sehingga banyak dibudidayakan. Bagian rimpangnya digunakan sebagai bahan baku industri obat tradisional, bumbu dapur, bahan makanan, maupun minuman penyegar lainnya. Secara empirik, kencur berkhasiat sebagai obat batuk, gatal pada tenggorokan, perut kembung, mual, masuk angin, pegal, pengompres bengkak atau radang, tetanus, dan penambah nafsu makan. Rimpang kencur dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit hipertensi, rematik, dan asma (Hasanah, dkk., 2011).

(5)

Rimpang kencur dapat dilihat pada Gambar 3. Komposisi kimia dalam rimpang kencur dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 3. Rimpang kencur (sumber: http//:www.google.com/kencur)

Tabel 2. Komposisi kimia rimpang kencur dalam 100 gram bahan

(6)

Sistematika dan klasifikasi tanaman kencur Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Kaempferia

Spesies : Kaemferia galanga L. (Rukmana, 1994).

Kencur mempunyai rimpang sedikit lunak dan tidak memiliki serat. Kencur dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah maupun pegunungan yang tanahnya gembur. Bagian tanaman yang sering digunakan adalah rimpangnya yang memiliki aroma yang sangat khas dan lembut sehingga mudah membedakannya dengan jenis Zingibereceae lainnya. Kandungan kimia dari rimpang kencur adalah pati, mineral, flavonoida, alkaloida, dan minyak atsiri. Minyak atsiri di dalam rimpang kencur banyak digunakan dalam industri

kosmetika dan dimanfaatkan sebagai anti jamur ataupun anti bakteri (Regianto, 2009).

Kencur merupakan salah satu jenis tanaman obat potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku minuman untuk kesehatan, obat-obatan dan penyedap masakan, serta dapat juga dimanfaatkan sebagai kosmetik (Afriastini, 2002). Kandungan minyak atsiri dari rimpang kencur diantaranya terdiri atas miscellaneous compounds (misalnya etil p-metoksisinamat 58,47%,

(7)

teroksigenasi (misalnya borneol 0,03% dan kamfer hidrat 0,83%); serta monoterpen hidrokarbon (misalnya kamfen 0,04% dan terpinolen 0,02%) (Sukari, dkk., 2008). Struktur etil p-metoksisinamat dapat dilihat pada gambar 4.

Jamu Instan

Minuman herbal atau biasa disebut dengan jamu merupakan salah satu jenis minuman yang sering dikonsumsi oleh masyarakat khususnya orang dewasa karena khasiatnya yang menyehatkan. Manusia pada zaman dahulu mengolah tanaman-tanaman herbal menjadi minuman untuk keperluan pengobatan, namun pada era industri modern seperti sekarang produk-produk minuman herbal belum begitu berkembang. Padahal pengolahan tanaman herbal dapat menjadi potensi besar untuk industri minuman herbal (Mursito, 2001).

Menurut Standar Nasional Indonesia 01-4320-1996, serbuk minuman tradisional adalah produk bahan minuman berbentuk serbuk atau granula yang dibuat dari campuran gula dan rempah-rempah. Serbuk minuman tradisional dapat dibuat dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (Badan Standarisasi Nasional, 1996).

Penyajian minuman instan tak lagi memerlukan penyeduhan dengan air mendidih, namun cukup dengan air hangat. Bahan serbuk yang telah diberi perlakuan instan akan menjadi mudah larut dan terdispersi. Serbuk instan memiliki ciri tidak higroskopis (menyerap air) sehingga tidak menggumpal dan

(8)

apabila dibasahi maka serbuk instan akan terdispersi, melarut, serta stabil (tetap instan). Pembuatan produk pangan secara instan mempermudah dalam penyajian, transportasi, maupun masalah penyimpanan. Pada minuman instan dalam kemasan jumlah air dikurangi sehingga mutu produk lebih terjaga dan tidak mudah kotor serta terjangkit bibit penyakit (Widiatmoko dan Hartomo, 1993).

Syarat mutu serbuk minuman tradisional menurut Standar Nasional Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Syarat mutu serbuk minuman tradisional menurut Standar Nasional Indonesia 01-4320-1996.

4. Jumlah gula (dihitung sebagai sakarida), b/b

- Pewarna tambahan

tidak boleh ada

Angka lempeng total Coliform

koloni/g APM/g

(9)

Suhu Pengeringan

Pengeringan merupakan salah satu metode pengolahan pangan yang telah lama digunakan sejak dahulu kala. Dalam proses pengeringan produk hasil pertanian akan terjadi penurunan kadar air serta akan terjadi kerusakan mikroba dan penurunan reaksi kimia dalam jumlah yang besar. Makanan yang telah dikeringkan akan bersifat memiliki berat yang lebih ringan, mudah disiapkan, mudah disimpan, dan mudah digunakan. Sejarah mencatat bahwa dahulu nenek moyang kita menggunakan tenaga matahari dan angin untuk mengeringkan berbagai jenis bahan pangan seperti buah-buahan, daging, biji-bijian, dan rempah-rempah serta menggunakan prosedur yang sederhana (Krokida, dkk., 2003).

Pengeringan adalah suatu proses yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar air pada suatu bahan sampai bahan tersebut mencapai kadar air tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan produk akibat aktivitas biologi dan kimia. Pada proses pengeringan akan terjadi penguapan air bebas yang terkandung dalam bahan pangan itu sendiri. Untuk menguapkan air bebas ini dibutuhkan energi yang kecil sehingga mudah menguap (Sinurat dan Murniyati, 2014).

(10)

Pengeringan juga dapat mempengaruhi sifat fisik suatu bahan pangan bahkan juga dapat mempengaruhi kemampuannya dalam memantulkan, menyebarkan, menyerap dan meneruskan sinar sehingga dapat mengubah warna pada bahan pangan. Pengeringan dengan menggunakan suhu yang semakin tinggi dan semakin lama waktu pengeringan dapat membuat zat warna seperti karotenoid dan antosianin dapat berubah yang menyebabkan zat warna ini dapat rusak pada waktu pengeringan (Desrosier, 2008).

Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih tahan lama disimpan dan volume menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan. Berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan transportasi. Dengan demikian, diharapkan biaya produksi menjadi lebih murah (Muchtadi, 1997).

Tidak semua bahan dapat dibuat menjadi produk instan, syarat bahan rempah atau bumbu yang baik untuk dibuat produk instan adalah aglomerat atau granul mudah larut dan didispersikan dalam media air, bahan hidrofobik, serta mudah terdispersi dalam air (Litbang, 2012).

(11)

Bahan-Bahan Tambahan pada Pembuatan Jamu Instan Gula aren

Nira merupakan larutan gula namun di dalamnya terdapat zat yang tidak larut air dalam bentuk emulsi seperti protein dan lilin. Pembuatan gula merah (gula aren) dilakukan dengan menguapkan nira dengan cara pemanasan. Nira dibersihkan dari kotoran dengan cara disaring (cara tradisional menggunakan ijuk sebagai penyaring) lalu nira yang bersih dituangkan ke dalam wadah. Pada saat nira didihkan maka akan terbentuk buih dan jika buih tidak dibuang pada saat pengentalan nira maka buih tersebut akan teraduk ke bagian dalam sehingga menyebabkan warna nira lebih muda dan dihasilkan gula yang memiliki bintik-bintik putih (Amir, 2014). Kandungan gizi gula merah atau aren dalam 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan gizi gula merah atau aren dalam 100 g

Jenis Kandungan Jumlah

Kalori 368

Karbohidrat (g) 95

Kalsium (mg) 75

Posfor (mg) 35

Besi (mg) 3

Air (g) 4

Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI.

(12)

dari nira kelapa. Dari segi aroma dan rasa, gula aren jauh lebih tajam dan manis. Oleh karena itu, beberapa industri pangan lebih suka menggunakan gula aren (Sunanto, 1993).Syarat mutu gula merah dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Syarat mutu gula merah berdasarkan BSN 01-3743-1995 No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

(13)

sebagai penghambat pengkristalan dan pengemulsi. Gum arab membentuk koaservat dengan gelatin dan banyak protein lain (DeMan, 1989).

Gum arab dapat digunakan untuk memperbaki kekentalan atau viskositas serta tekstur makanan. Selain itu gum arab dapat mempertahankan flavor dari bahan yang dikeringkan dengan pengering semprot. Dalam hal ini gum arab membentuk lapisan yang dapat melapisi partikel flavor. Di dalam industri pangan gum arab digunakan sebagai pengikat aroma, penstabil, pengemulsi dalam pembuatan es krim (Tranggono, dkk., 1991).

Gum arab bersifat netral, agak asam dalam bentuk garam, dan merupakan polisakarida kompleks yang mengandung anion kalsium, magnesium, dan kalium. Gum arab memiliki sifat dapat mempertahankan flavor dari bahan yang dikeringkan hal ini dikarenakan gum arab mampu melapisi partikel flavor sehingga bahan terlindung dari oksidasi, evaporasi dan absorpsi air dari udara. Gum arab dapat digunakan untuk pengikatan flavor, bahan pengental, pembentuk lapisan tipis, dan pemantap emulsi. Gum arab mempunyai gugus arabino galactan

protein (AGP) dan glikoprotein (GP) yang berperan sebagai pengemulsi dan pengental (Gaonkar, 1995).

(14)

terus-menerus yang mengakibatkan molekul air akan terjebak di dalamnya. Selain

itu, akan terjadi imobilisasi yang mengakibatkan struktur kaku dan tegar (Dwijana, 2011).

Gum arab mempunyai sifat meningkatkan viskositas jika dilarutkan dalam air (Bertolini, 2001). Dalam penelitian ini, gum arab digunakan dengan tujuan membantu menstabilkan dispersi komponen-komponen yang kurang larut. Selain itu, gum arab juga ditujukan dapat mempertahankan flavor dari bahan yang dikeringkan. Penelitian ini menggunakan bahan yang memiliki flavor kuat sehingga dengan adanya gum arab diharapkan dapat mengurangi kerusakan flavor bahan akibat proses pengeringan (Febriyanti dan Setyowati, 2014).

Jeruk nipis

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) merupakan buah yang tidak asing di Indonesia dan memiliki variasi penggunaan yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis jeruk lain sehingga sering disebut sebagai buah serbaguna. Jeruk nipis mempunyai aroma yang kuat serta citarasa yang khas. Jeruk nipis memiliki sifat-sifat kimia yang berbeda dengan jenis buah jeruk yang lain, seperti kadar gula, pH yang sangat rendah, dan rasa masam buah jeruk sangat tinggi (Ermawati, 2008).

(15)

nipis sebagai antibakteri dapat menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia colli, Streptococcus haemolyticus, dan Staphylococcus aureus (Razak, dkk., 2013).

Banyak unsur kimia yang bermanfaat dalam jeruk nipis, seperti linalin asetat, limonene, geranil asetat, sitral dan felladren. Jeruk nipis mengandung asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid, annildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Di dalam 100 g buah jeruk nipis mengandung vitamin C 27 mg kalsium 40 mg, fosfor 22 mg, hidrat arang 12,4 g, vitamin B1 0,04 mg, zat besi 0,6 mg, lemak 0,1 g, kalori 37 kkal, protein 0,8 g., dan air 86 g (Sarwono, 1991).

Jeruk nipis sering digunakan dalam pembuatan obat-obatan, bagian perasan air jeruk nipis dapat digunakan sebagai bumbu masak. Bermacam-macam rasa dalam jeruk nipis yaitu memiliki rasa pahit, asam, dan bersifat sedikit dingin. Jeruk nipis juga memiliki aroma yang menyegarkan. Jeruk nipis ditambahkan dalam pembuatan jamu instan dengan tujuan untuk memperkaya aroma produk

jamu yang akan dihasilkan sehingga jamu memiliki aroma yang segar (Nurjanah, 2013).

Garam

(16)

sudah mencapai titik larutan jenuh maka bakteri, khamir, dan jamur tidak mampu lagi tumbuh (Desrosier, 2008).

Garam juga dapat mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan, sehingga

dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dan bahan akan bebas dari pengaruh racunnya, namun ada beberapa organisme seperti bakteri halofilik dapat tumbuh dalam larutan garam yang hampir jenuh, tetapi mikroorganisme ini membutuhkan waktu penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan (Buckle, dkk., 2009).

Garam adalah sejenis mineral yang dapat membuat asin. Garam digunakan

pada industri makanan sebagai penyedap untuk memperkaya rasa (Sasongkowati, 2014). Penggunaan garam dalam pembuatan jamu instan

bertujuan untuk memperkaya rasa jamu instan yang akan dihasilkan serta dapat mengurangi rasa pahit karena penggunaan temulawak.

Daun pandan

Pandan wangi dengan nama latin (Pandanus amayllifolius Roxb) merupakan tanaman yang biasa digunakan sebagai pewangi dan pewarna makanan. Daun pandan memiliki warna hijau yang sangat baik digunakan dalam berbagai jenis olahan makanan dan minuman. Daun pandan merupakan pewarna alami yang sangat mudah dijumpai dan mudah untuk digunakan serta harganya murah. Aroma khas yang terdapat dalam daun pandan wangi diduga karena adanya senyawa turunan asam amino fenilalanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline

(Mardiyaningsih dan Aini, 2014).

(17)

alkaloida, saponin, flavonoid, tanin, polifenol, dan zat warna. Efek farmakologis pandan wangi di antaranya menguatkan saraf (tonikum), menambah nafsu makan (stomachica), dan penenang (sedative), lemah saraf (neurastenia), tidak nafsu makan, sakit disertai gelisah, tekanan darah tinggi (hipertensi), rematik, pegal

linu, dan untuk kecantikan seperti menghilangkan ketombe. Cara menggunakannya sangat sederhana yaitu dengan menyeduh daunnya

kemudian air seduhannya langsung diminum (Hariana, 2009).

Daun pandan selain sebagai rempah-rempah juga digunakan sebagai pewarna dan pewangi alami. Dalam daun pandan terdapat senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan polifenol. Daun pandan mengeluarkan aroma khas karena kandungan flavonoid dan polifenol. Penggunaan daun pandan sebagai pewangi alami bertujuan untuk memperkaya aroma produk jamu instan yang dihasilkan (Nawawi, dkk., 2014).

Jinten

Biji jinten hitam (Nigella sativa) telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional di negara-negara Timur Tengah dan beberapa negara Asia sebagai promotif kesehatan dan untuk pengobatan penyakit. Jinten biasanya diperdagangkan dalam bentuk biji kering maupun ekstrak biji serta dalam bentuk minyak. Jinten juga merupakan rempah yang mudah dijumpai di pasaran karena banyak digunakan untuk penyedap makanan maupun produk herbal (Sugindro, dkk., 2008).

(18)

ujung lancip, dan terdapat tiga tulang daun yang berbulu. Buahnya berbentuk

bulat panjang, persegi dan beralur, berbiji kecil dengan warna hitam. Biji mengandung minyak atsiri mencapai 1,5% yang terdiri dari karven sekitar

40-60%, D-limonena, Simena, dan terpen-terpen lainnya. Selain itu, biji tersusun atas glukosida saponin, glukosida beracun melantin, zat pahit nigelin, nigelon, dan timokinon (Mursito, 2008).

Jinten merupakan salah satu rempah yang banyak digunakan sebagai bumbu masakan dan campuran dalam obat-obatan tradisional. Jinten kaya akan kandungan zat antioksidan, minyak atsiri, dan zat antimikroba yang baik untuk kesehatan tubuh. Jinten memiliki aroma khas yang disukai banyak orang (Adrianto, 2014). Penggunaan jinten dalam pembuatan jamu instan bertujuan untuk memperkaya aroma jamu instan yang akan dihasilkan serta meningkatkan kandungan antioksidan pada produk yang dihasilkan.

Tahapan Pembuatan Jamu Secara Umum

Pembuatan jamu secara umum sangatlah sederhana, biasanya masyarakat mengkonsumsi jamu yang dalam bentuk air rebusan dan tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Setelah bahan dicuci bersih dan dipotong kecil-kecil, semua bahan direbus dalam air hingga mendidih lalu air rebusannya disaring dan langsung diminum (Santosa dan Gunawan, 2000).

(19)

dengan cara diseduh menggunakan air panas. Untuk mengurangi rasa pahit ditambahkan sedikit madu (Hariana, 2008).

Tahapan Pembuatan Jamu Instan

Tahapan pertama dalam pembuatan jamu instan adalah sortasi bahan. Sortasi dan penggolongan mutu sangat diperlukan untuk menggolongkan bahan pangan sesuai dengan ukuran dan ada tidaknya cacat. Penggolongan mutu adalah klasifikasi komoditi dan kelompok menurut standar yang secara komersil dapat diterima (Satuhu, 1996). Rimpang temulawak yang digunakan adalah rimpang yang sudah berumur 8-12 bulan dan memiliki ukuran yang lumayan besar (Koswara, dkk., 2012).

Setelah disortasi, temulawak dan kencur harus secepatnya dibersihkan untuk menghindari kotoran yang berlebihan serta mikroorganisme yang tidak diinginkan. Rimpang dibersihkan dengan disemprot air yang bertekanan tinggi, atau dapat juga dicuci dengan tangan. Bila mengalami kesulitan, rimpang harus direndam (Sembiring dan Yulianti, 2008). Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang menempel, residu fungisida atau insektisida dan memperoleh penampakan yang baik. Pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat (Baliwati, dkk., 2004).

(20)

Tahapan selanjutnya adalah proses penghancuran dengan menggunakan blender. Air ditambahkan dengan tujuan untuk mempermudah proses penghancuran. Proses penghancuran dilakukan sampai halus untuk mengurangi endapan sari yang dihasilkan. Setelah bahan hancur dilakukan penyaringan dengan kain saring untuk mengurangi biji atau daging buah yang tidak dapat hancur sempurna yang dapat mengurangi penampilan dari produk yang dihasilkan (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

Sari temulawak dan sari kencur yang telah didapatkan dari proses penyaringan selanjutnya dipanaskan dalam wadah atau kuali. Hal ini bertujuan untuk mematikan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kebusukan. Pengaruh panas yang dapat mematikan mikroorganisme merupakan alasan pemanasan dilakukan untuk mengawetkan makanan sebelum makanan mengalami pembusukan. Hal ini dikarenakan mikroorganisme mampu menyebabkan kerusakan pada kondisi penyimpanan yang normal (Buckle, dkk., 2009).

Setelah proses pemasakan, bahan akan dimasukkan kedalam loyang dan dikeringkan di dalam oven. Adapun tujuan lain pengeringan adalah untuk mengurangi volume dan berat produk sehingga dapat mengurangi biaya

operasional yaitu biaya produksi, distribusi, dan penyimpanan (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

(21)

lebih halus (Bernasconi, dkk., 1995). Proses pencampuran sari campuran yang telah halus perlu penambahan pemanis yang kemudian dihomogenkan dengan menggunakan blender (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

Tahapan akhir adalah pengemasan. Pengemasan bertujuan untuk melindungi dan mengawetkan produk pangan. Kemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemasan pouch plastik klip (PE). Kemasan ini memiliki keunggulan yaitu bersifat kedap udara dan kedap cahaya. Pengemasan produk menggunakan aluminium foil sangat cocok untuk mengemas produk pangan yang kering agar kadar airnya tidak meningkat (Yuyun dan Gunarsa, 2011). Hal ini mampu mencegah senyawa antioksidan dan vitamin C yang sering ditemukan pada rempah-rempah menjadi rusak (Youngson, 2003). Kemasan ini sangat praktis dan mudah dijumpai di pasaran serta harganya terjangkau.

Antioksidan (IC50)

Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (elektron donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarti, 2010).

(22)

dan molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat dihambat (Winarsi, 2008).

Radikal bebas adalah atom, molekul atau senyawa yang dapat berdiri sendiri yang mempunyai elektron tidak berpasangan, oleh karena itu bersifat sangat reaktif dan tidak stabil. Elektron yang tidak berpasangan selalu berusaha untuk mencari pasangan baru, sehingga mudah bereaksi dengan zat lain (protein, lemak maupun DNA) dalam tubuh (Winarti, 2010).

Harga IC50 berbanding terbalik dengan kemampuan zat atau senyawa yang

bersifat sebagai antioksidan. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin kuat daya

antioksidan zat atau senyawa tersebut. Pengujian aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Keunggulan metode ini dibandingkan dengan metode lainnya adalah disamping mudah untuk dianalisis, tidak membutuhkan peralatan yang rumit, metode ini juga relatif terjangkau (Molyneux, 2004).

Gambar

Gambar 1. Gambar temulawak (sumber: http//:www.google.com/temulawak)
Tabel 1. Komposisi kimia rimpang temulawak dalam 100 gram bahan
Gambar 3. Rimpang kencur (sumber: http//:www.google.com/kencur)
Tabel 3. Syarat mutu serbuk minuman tradisional menurut Standar Nasional Indonesia 01-4320-1996
+3

Referensi

Dokumen terkait

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan yaitu Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) dengan kualifikasi Kecil (Gred 2,3,4) pada

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan yaitu Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) dengan kualifikasi Kecil (Gred 2,3,4) pada

Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 2 Rehabilitasi.. Jaringan

o sifat/karakteristik bahan tekstil dan fungsinya o

Menulis laporan pada siswa Sekolah Dasar (SD) meliputi menulis laporan penga- matan dan menulis laporan hasil kunjungan. Menulis laporan yang diajarkan di kelas V

o jenis, karakteristik bahan, dan alat yang digunakan untuk alas hidangan dari lipatan daun.

London Sumatra Indonesia Tbk, Unit Bah Lias Estate, sebagaimana humas atau public relations pada perusahaan lain, petugas humas di perusahaan ini memiliki tugas

 mengklasifikasi kumpulan entitas yang termasuk dalam sektor industri jasa keuangan dan bidang-bidang usaha serta jenis-jenis. kepemilikannya Penalaran