• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konseling Terhadap Biaya, Outcomes, dan Tingkat Kepatuhan Pada Terapi Pasien Dislipidemia di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konseling Terhadap Biaya, Outcomes, dan Tingkat Kepatuhan Pada Terapi Pasien Dislipidemia di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang Chapter III V"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan evaluasi ekonomi kesehatan yang bersifat eksperimen kuasi dengan rancangan penelitian pretest - posttest. Penelitian ini menggunakan pendekatan prospektif, yaitu suatu penelitian yang bersifat longitudinal (berkelanjutan) dengan mengikuti perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu (Nazir, 2013; Budiarto dan Anggraeni, 2002).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap biaya per outcome ditunjukkan pada Tabel 3.1, pengaruh konseling terhadap biaya per penyesuaian kualitas hidup dengan desain penelitian seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2, dan pengaruh konseling terhadap tingkat kepatuhan pasien dalam terapi ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.1 Desain penelitian analisis efektivitas biaya Sebelum

perlakuan

Perlakuan Setelah perlakuan

Tabel 3.2 Desain penelitian analisis utilitas biaya Sebelum

perlakuan

(2)

Tabel 3.3 Desain penelitian tingkat kepatuhan pasien dislipidemia dalam terapi Sebelum

perlakuan

Perlakuan Setelah perlakuan

Tingkat kepatuhan Kelompok

Kontrol

O1 - O2 Kk

Kelompok Perlakuan

O2 X O3 Kp

3.2 Bahan Penelitian

Bahan dan sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari rekam medis pasien, data SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit), hasil uji laboratorium, catatan dan hasil kuisioner serta wawancara pasien atau keluarga pasien secara langsung.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang. Penelitian dilakukan selama ± 4 bulan.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh pasien dislipidemia rawat jalan di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang. Dari populasi target, yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi dijadikan sebagai populasi studi.

3.4.2 Sampel

Sampel penelitian ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. kriteria inklusi

(3)

ii. pasien dislipidemia rawat jalan yang terdaftar dan menggunakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

iii. pasien dislipidemia yang bersedia untuk menjadi sampel penelitian dengan mengisi lembar persetujuan penelitian (informed consent).

b. kriteria eksklusi

i. pasien dislipidemia yang yang sedang hamil ii. demensia atau mengalami gangguan kognitif

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kontinue maka besarnya sampel untuk setiap kelompok dihitung menggunakan rumus pengambilan sampel beda dua rerata dengan rumus (WHO, 2001):

� = ���1−��

2�(1− �)− ���1(1− �1) +�2(1− �2)�

� �

2

=��1,96�2(0,292)(1−0,292)−1,282�0,242(1−0,242) + 0,342(1−0,342)�

0,10 �

2

=�1,260−0,819

0,10 �

2

= 19,45 ≈ 20 Keterangan:

n = jumlah sampel tiap kelompok

δ = perbedaan minimum yang signifikan secara klinis yaitu sebesar 0,10

Z1-α = nilai distribusi normal standar yang sama dengan tingkat signifikansi α

(untuk tingkat kepercayaan 95% dan kesalahan tipe I 5%, α = 0,05

(4)

Z1-β

π

= nilai distribusi normal standar yang sama dengan kekuatan (power) statistik β (untuk kekuatan 90% dan kesalahan tipe II 10%, β = 0,10

maka nilainya 1,282)

1

π

= proporsi pasien dislipidemia yang diobati dan mencapai target kadar kolesterol yaitu 24,2% (0,242)

2

π = (π

= proporsi yang diharapkan yaitu 34,2% (0,342)

1 + π2

Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 20 pasien dislipidemia. Pengambilan sampel penelitian ini tidak menggunakan random assignment karena peneliti harus menerima kelompok subjek yang memenuhi kriteria inklusi.

)/2

3.5 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan interval 4 minggu selama 16 minggu (± 4 bulan) (Gambar 3.1).

a. pengumpulan penderita dislipidemia dengan kriteria inklusi

b. menerima persetujuan partisipasi bersifat sukarela dan tertulis (informed concent)

c. pengambilan data yang dilakukan, yaitu:

i. pemeriksaan kadar kolesterol total, HDL, LDL, dan TG

(5)

iii. penilaian tingkat kepatuhan penggunaan obat dengan kuisioner

Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) (Lampiran 8) oleh pasien dislipidemia

Gambar 3.1 Bagan alur penelitian

Survey Pendahuluan

Pasien dislipidemia (Populasi target n = 150

Kriteria Eksklusi

a. Kadar kolesterol total

b. HDL c. LDL d. TG

e. Kualitas hidup (QALY) f. Tingkat

kepatuhan (MMAS-8) g. Biaya langsung

medis

a. Kadar kolesterol total

b. HDL c. LDL d. TG

e. Kualitas hidup (QALY) f. Tingkat

kepatuhan (MMAS-8) g. Biaya langsung

medis

(6)

3.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat seluruh kegiatan yang terkait dengan variabel-variabel yang akan diteliti selama waktu penelitian. Data yang diambil yaitu:

a. data karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, dan pendidikan

b. data klinis pasien meliputi diagnosis utama, tekanan darah, kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan TG

c. data penggunaan obat melliputi jenis, dosis, interval pemberian dan cara pakai d. data biaya keseluruhan meliputi biaya langsung medis (biaya jasa dokter, biaya

konseling apoteker, biaya obat dislipidemia, obat-obat lain, diagnosis, tindakan, konsultasi rawat jalan, penunjang dan administrasi)

e. data kualitas hidup pasien yang didapatkan dari skor kuesioner Short Form-36

(SF-36) (Lampiran 7), yaitu kuesioner survei yang mengukur 8 skala fungsional kesehatan yang terdiri dari 36 butir pertanyaan meliputi fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/nyeri, persepsi kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan akibat masalah emosional dan kesehatan mental

f. data tingkat kepatuhan pasien yang didapatkan dari skor kuesioner kuesioner

(7)

3.7 Pengolahan dan Penyajian Data 3.7.1 Karakteristik pasien

Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, umur, dan pendidikan diorganisir dalam program Statistical Package for Social Sciences (SPSS).

3.7.2 Frekuensi penggunaan obat

Frekuensi penggunaan obat yang digunakan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dianalisis menggunakan program Microsoft Office Excel.

3.7.3 Biaya

Biaya pada kelompok kontrol dan perlakuan dihitung dan diorganisir menggunakan program Microsoft Office Excel.

3.7.4 Outcomes

3.7.4.1 Outcomes klinis

Data kadar kolesterol total, HDL, LDL, TG pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diorganisir menggunakan program Microsoft Office Excel

dan Statistical Package for Social Sciences (SPSS). 3.7.4.2 Kualitas hidup (QALY)

Data QALY pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diorganisir menggunakan program Microsoft Office Excel dan Statistical Package for Social Sciences (SPSS).

3.7.4.3 Tingkat kepatuhan (MMAS-8)

Data tingkat kepatuhan pasien pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diorganisir menggunakan program Microsoft Office Excel dan

(8)

3.8Analisis Data

Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. analisis biaya total pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan cara menjumlahkan biaya yang terkait langsung dengan penyakit

b. analisis output atau efektifitas pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Analisis yang dilakukan :

i. mengukur kadar kolesterol total ii. mengukur kadar HDL

iii. mengukur kadar LDL iv. mengukur kadar TG

c. kualitas hidup pasien konseling dan tanpa konseling di analisis menggunakan kuesioner SF-36 (Lampiran 7). Contoh perhitungan QALY dapat dilihat pada Lampiran 18

d. tingkat kepatuhan pasien di analisis menggunakan kuisioner MMAS-8 (Lampiran 8). Dimana semakin rendah skor MMAS yang dihasilkan tingkat kepatuhan pasien semakin meningkat

e. melakukan analisis efektivitas biaya (Cost Effectiveness Analysis/CEA)

Analisis efektivitas biaya dihitung dengan menggunakan rumus Average Cost Effectiveness Ratio (CEA Ratio) yang dihitung berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan pasien dislipidemia yang menerima terapi obat golongan statin terhadap efektivitas pengobatan dengan rumus sebagai berikut:

��� = ���������������

(9)

Perbandingan antara pengobatan dislipidemia tanpa dan dengan konseling dianalisis menggunakan Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) dengan rumus sebagai berikut:

���� = ���������������� − ����������������

���������������������� − ����������������������

f. melakukan analisis utilitas biaya (Cost Utility Analysis/CUA)

Analisis utilitas biaya dihitung dengan menggunakan rumus Average Cost Utility Ratio (CUA Ratio) yang dihitung berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan pasien dislipidemia terhadap utilitas pengobatan dengan rumus sebagai berikut:

���= ���������������

������������������������������

Perbandingan antara pengobatan dislipidemia tanpa dan dengan konseling dianalisis menggunakan Incremental Cost Utility Ratio (ICUR) dengan rumus sebagai berikut:

���� = ���������������� − ����������������

������������������� − �������������������

g. karakteristik pasien dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji chi square

h. peningkatan dan penurunan outcome klinis, kualitas hidup, dan tingkat kepatuhan antara kontrol dan perlakuan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji independent sample t-test.

3.9Analisis Sensitivitas

(10)

ketidakpastian yang ada dapat diperhitungkan dengan baik, dampak dari unsur ketidakpastian harus diidentifikasi, dinilai, dan diinterpretasi terutama untuk parameter yang paling dominan pada hasil kajian (pada penelitian ini yaitu biaya obat). Penelitian ini menggunakan analisis sensitivitas satu arah yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kegunaan dari CEA. Biaya obat ditingkatkan menjadi 5%, 10%, dan 15%. Total biaya baru, rasio efektivitas biaya, dan ICER dihitung kembali. Semua perhitungan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan secara statistik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis.

3.10 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. konseling pasien adalah komunikasi yang dilakukan oleh apoteker kepada pasien dislipidemia berkaitan dengan pengobatan, dimaksudkan untuk mengedukasi pasien terkait masalah obat dan gaya hidup, serta membantu mereka mendapatkan manfaat maksimum dari pengobatan yang dilakukan. b. analisis efektivitas biaya adalah suatu analisis untuk membandingkan total

biaya medis yang digunakan oleh pasien dislipidemia rawat jalan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang terhadap hasil pengobatan.

c. utilitas biaya adalah suatu analisis untuk membandingkan total biaya medis yang dikeluarkan oleh pasien dislipidemia rawat jalan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang terhadap kualitas hidup pasien.

(11)

e. outcome klinis hasil pengobatan adalah penilaian status klinis pasien dislipidemia yang dinilai dari kadar kolesterol total, HDL, LDL dan TG.

f. kualitas hidup adalah penilaian status kesehatan pasien dislipidemia yang dinilai dari skor SF-36.

g. tingkat kepatuhan pasien, salah satu cara untuk melihat kepatuhan pasien dalam minum obat.

3.11 Langkah Penelitian

Langkah penelitian yang dilaksanakan:

a. meminta persetujuan Dekan Fakultas Farmasi USU untuk mendapatkan izin penelitian di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang .

b. meminta persetujuan Komite Etik Penelitian Kesehatan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

c. meminta persetujuan Direktur Rumah Sakit An-Nisa Tangerang untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas dan surat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara d. melakukan penelitian di Sakit An-Nisa Tangerang selama ± 4 bulan.

(12)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada pasien dislipidemia dirawat jalan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang periode Juli – November 2016 data seluruh pasien dislipidemia rawat jalan sebanyak 150 pasien. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 30 pasien. Berdasarkan perhitungan jumlah minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 20 pasien. Adapun hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

4.1 Karakteristik Pasien

Karakteristik pasien dislipidemia berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pendidikan pasien pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik pasien dislipidemia berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pendidikan

No Karakteristik Pasien

(n=30) Persentase (%) p

(13)

pasien jenis kelamin perempuan dengan laki-laki. Pasien perempuan sebanyak 21 (70%) sedangkan, pasien laki-laki sebanyak 9 pasien (30%). Studi tentang pergantian hormon estrogen pada wanita yang mengalami monopause mengungkapkan bahwa prevalensi kelompok wanita yang sudah mengalami monopause rentan mengalami peningkatan kadar kolesterol. Hal ini disebabkan oleh produksi estrogen yang normal pada siklus menstruasi dan berkurang setelah monopause (Sakuma dan Kitabatake, 2002).

Berdasarkan kelompok usia, didapatkan nilai p = 0,028 yang berarti juga adanya perbedaan yang signifikan antara pasien usia > 50 dengan ≤ 50 tahun. Dapat dilihat kasus dislipidemia paling banyak terjadi pada usia > 50 tahun yaitu sebanyak 21 pasien (70%) sedangkan, pada usia ≤ 50 tahun sebanyak 9 pasien (30%). Hasil ini menunjukan bahwa tingginya usia akan meningkatkan resiko peningkatan kadar kolesterol. Berdasarkan studi terdahulu yang dilakukan ditemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan kadar kolesterol dalam darah. Hal ini dapat disebabkan oleh fungsi tubuh yang sudah menurun pada pasien yang sudah ˃ 50 tahun. Akibatnya kemampuan tubuh mengolah makanan menjadi menurun sehingga metabolisme dalam tubuh terganggu. (Polychronopoulos, et al., 2005).

(14)

dipungkiri masih ada orang yang berpendidikan tinggi mengabaikan kesehatan dengan berbagai alasan, salah satunya berhubungan dengan pekerjaan dimana dengan adanya kesibukan yang tinggi sehingga pola hidup yang tidak teratur yang dapat meyebabkan gangguan kesehatan. . Hasil uji statistik berdasarkan karakteristik pasien dislipidemia dapat dilihat pada Lampiran 21.

4.2 Penyakit Penyerta

Pasien dislipidemia dengan penyakit penyerta dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Pasien dislipidemia dengan penyakit penyerta

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat pada penelitian jumlah pasien dengan urutan pertama terbanyak pasien dislipidemia dengan penyakit penyerta DM Tipe II yaitu 16 pasien (53,33%), pasien dislipidemia dengan penyakit penyerta DM Tipe II dan hipertensi 11 pasien (36,67%) dan pasien dislipidemia dengan

16 (53,33%)

Hiperlipidemia + DM Tipe II

(15)

hipertensi 3 pasien (10%). Beberapa penelitian menyebutkan penderita DM tipe II dengan kadar GDP (Gula Darah Puasa) tinggi mempunyai risiko lebih tinggi terhadap profil lipid (kolesterol total,kolesterol HDL, kadar kolesterol LDL, dan trigliserida) yang buruk. Diabetes melitus tipe II dan hipertensi merupakan faktor resiko lesi aterosklerosis yang berhubungan dengan dislipidemia (Isezuo et al., 2003).

4.3 Frekuensi Pemberian Obat Pada Pasien Dislipidemia

Frekuensi pemberian obat pada pasien dislipidemia kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Frekuensi pemberian obat pada pasien dislipidemia kelompok kontrol dan perlakuan

(16)

Frekuensi pemberian obat pada pasien dislipidemia pada kelompok kontrol paling sering pada pemberian metformin 500 mg sebanyak 72 kali (28,24%), urutan kedua pada pemberian simvastatin 20 mg sebanyak 69 kali (27,06%), glimepirid 4 mg sebanyak 51 kali (21%), candesartan 8 mg sebanyak 33 kali (12,94%), gemfibrozil 300 mg sebanyak 21 kali (8,24%), dan amlodipin 10 mg sebanyak 9 kali (3,52%). Frekuensi pemberian obat pada pasien dislipidemia pada kelompok perlakuan tidak berbeda dengan pasien kontrol paling sering juga pada pemberian metformin 500 mg sebanyak 72 kali (28,24%), urutan kedua pada pemberian simvastatin 20 mg sebanyak 69 kali (27,06%), glimepirid 4 mg sebanyak 51 kali (21%), candesartan 8 mg sebanyak 33 kali (12,94%), gemfibrozil 300 mg sebanyak 21 kali (8,24%), dan amlodipin 10 mg sebanyak 9 kali (3,52%).

4.4 Biaya Langsung Medis

(17)

Tabel 4.2 Kategori resources yang digunakan pada pengobatan pasien dislipidemia

No Biaya Harga satuan (Rp)

1 Jasa dokter 60.000

2 Konseling apoteker 20.000

3 Obat

Simvastatin 20 mg 252

Gemfibrozil 300 mg 380

Metformin 500 mg 100

Glimepirid 4 mg 330

Amlodipin 10 mg 148

Candesartan 8 mg 3.465

4.4.1 Biaya dokter dan apoteker

Biaya jasa dokter dan apoteker dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.3. Biaya untuk jasa dokter spesialis di RS. An-Nisa Tangerang yang diberikan yaitu sebesar Rp. 60.000. Biaya konseling apoteker dalam penelitian ini sebesar Rp. 20.000, biaya ini ditetapkan oleh peneliti dengan mempertimbangkan biaya rawat jalan pasien dislipidemia yang dibayarkan oleh BPJS per pasien dan mempertimbangkan waktu dan jasa seorang apoteker dalam memberikan konseling kepada pasien dislipidemia rawat jalan.

Tabel 4.3 Biaya jasa dokter dan apoteker untuk pasien dislipidemia rawat jalan

No Biaya Jumlah

pertemuan

Total biaya (Rp) Kontrol Perlakuan

1 Jasa dokter 90 5.400.000 5.400.000

2 Konseling

apoteker 90 - 1.800.000

(18)

4.4.2 Biaya obat dislipidemia

Total biaya obat dislipidemia yang diberikan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan kelompok perlakuan pada Tabel 4.5. Harga obat yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan harga dari e-catalog yang ditetapkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Tabel 4.4 Distribusi biaya terapi penggunaan obat kelompok kontrol

No Nama obat Total

obat

Biaya masing - masing obat (Rp)

Total biaya obat (Rp)

1

Simvastatin 20 mg 540 136.080

476.280

Metformin 500 mg 1.620 162.000

Glimepirid 4 mg 540 178.200

Gemfibrozil 300 mg 360 136.800

363.600

Metformin 500 mg 1.080 108.000

Glimepirid 4 mg 360 118.800

5

Simvastatin 20 mg 630 158.760

2.530.710

Metformin 500 mg 1.890 189.000

Candesartan 8 mg 630 2.182.950

6 Gemfibrozil 300 mg 270 102.600 142.560

Amlodipin 10 mg 270 39.960

7

Simvastatin 20 mg 360 90.720

1.564.920

Metformin 500 mg 1.080 108.000

Glimepirid 4 mg 360 118.800

Candesartan 8 mg 360 1.247.400

(19)

Tabel 4.5 Distribusi biaya terapi penggunaan obat kelompok perlakuan

No Nama obat Total

obat

Biaya masing - masing obat (Rp)

Total biaya obat (Rp)

1

Simvastatin 20 mg 540 136.080

476.280

Metformin 500 mg 1.620 162.000

Glimepirid 4 mg 540 178.200

Gemfibrozil 300 mg 360 136.800

363.600

Metformin 500 mg 1.080 108.000

Glimepirid 4 mg 360 118.800

5

Simvastatin 20 mg 630 158.760

2.530.710

Metformin 500 mg 1.890 189.000

Candesartan 8 mg 630 2.182.950

6 Gemfibrozil 300 mg 270 102.600 142.560

Amlodipin 10 mg 270 39.960

7

Simvastatin 20 mg 360 90.720

1.564.920

Metformin 500 mg 1.080 108.000

Glimepirid 4 mg 360 118.800

Candesartan 8 mg 360 1.247.400

Pada Tabel 4.4 total biaya obat tertinggi pada kelompok perlakuan sebesar Rp. 2.530.710 yaitu pada pemberian obat dislipidemia simvastatin, metformin, dan candesartan. Total biaya obat terendah sebesar Rp. 142.560 pada pemberian obat gemfibrozil dan amlodipin. Perhitungan total biaya obat pasien dislipidemia kelompok perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 17.

4.4.3 Total biaya langsung medis

(20)

Tabel 4.6 Total biaya langsung medis pasien dislipidemia kelompok kontrol dan perlakuan

No Biaya langsung medis (Rp) Pasien dislipidemia Kontrol Perlakuan

1 Jasa dokter 5.400.000 5.400.000

2 Konseling apoteker 1.800.000

3 Total biaya obat 5.384.250 5.384.250

Total 10.784.250 12.584.250

Total biaya langsung medis per pasien

(pasien= 30) 359.475 419.475

p < 0,001

Pada Tabel 4.6 dapat dilihat terdapat perbedaan yang signifikan p = < 0,001 ( ≤ 0,005) pada biaya langsung medis kelompok kontrol dan perlakuan. Total biaya langsung medis kelompok kontrol lebih kecil yaitu sebesar Rp. 359.475 per pasien sedangkan total biaya langsung medis kelompok perlakuan sebesar Rp. 419.475 per pasien. Hal ini dikarenakan adanya biaya lain yang dikeluarkan pasien kelompok perlakuan, yaitu biaya konseling apoteker (Rp. 60.000 per pasien). Pada kedua kelompok biaya jasa dokter dan total biaya obat tidak ada perbedaan dikarenakan penelitian ini menggunakan pasien dan penggunaan obat yang sama.

4.5 Analisis Efektivitas Pengobatan

Pada penelitian ini efektivitas terapi obat dislipidemia dilihat dari outcome

(21)

Tabel 4.7 Rata-rata penurunan kolesterol total, LDL, trigliserida dan kenaikan HDL

Variabel

Kontrol (mg/dL)

Perlakuan

(mg/dL) p

Penurunan Kolesterol

total 11,07 ± 8,107 26,4 ± 13,710 < 0,001 Kenaikan HDL 2,63 ± 2,341 10,17 ± 5,497 < 0,001 Penurunan LDL 11,03 ± 8,838 30,5 ± 15,682 < 0,001 Penurunan Trigliserida 9,3 ± 19,480 26,67 ± 21,355 0,001

Berdasarkan Tabel 4.7 terjadi perbedaan rata-rata penurunan kadar kolesterol total, LDL, TG dan kenaikan HDL yang signifikan ( ≤ 0,05) pada kelompok kontrol dan perlakuan. Penurunan dan kenaikan pada kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol rata-rata penurunan kadar kolesterol total hanya sebesar 11,07 mg/dL, LDL 11,03 mg/dL, trigliserida 9,3 mg/dL dan kenaikan HDL 2,63 mg/dL. Pada kelompok perlakuan rata-rata penurunan dan kadar kolesterol total sebesar 26,4 mg/dL, LDL 30,5 mg/dL, TG 26,67 mg/dL dan kenaikan HDL sebesar 10,17 mg/dL. Menurut penelitian oleh Jayanti mengenai pengaruh pemberian konseling apoteker terhadap kepatuhan dan penurunan kadar kolesterol total juga terjadi rata-rata penurunan kolesterol total bermakna pada kelompok intervensi (50,44 ± 18,075 mg/dL) dan kelompok kontrol (34,03 ± 12,53 mg/dL) (Jayanti, 2014). Hasil uji statistik penurunan kolesterol total, LDL, Trigliserida dan kenaikan HDL pasien dislipidemia dapat dilihat pada Lampiran 27.

4.5.1 Quality Adjust Life Year (QALY)

(22)

utilitas 0,0. Contoh perhitungan QALY dapat dilihat pada Lampiran . Nilai QALY kelompok kontrol dan kelompok perlakuan selama penelitiandapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Nilai QALY kelompok kontrol dan perlakuan

No

Kontrol Perlakuan

(23)

Nilai rata-rata QALY pasien dislipidemia kelompok kontrol dan kelompok perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Rata-rata QALY kelompok kontrol dan perlakuan No Pasien dislipidemia Jumlah

pasien QALY

p

1 Kontrol 30 0,630

< 0,001

2 Perlakuan 30 0,738

Hasil analisis berdasarkan uji statistik yang dilakukan didapatkan nilai probabilitas < 0,001( ≤ 0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kualitas hidup pasien berdasarkan nilai QALY yang didapatkan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Dengan rerata tingkat kualitas hidup kelompok kontrol sebesar 0,630 dan kelompok perlakuan 0,738. Ini menunjukkan bahwa konseling apoteker memberikan pengaruh yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Hasil uji statistik QALY Pasien dislipidemia dapat dilihat pada Lampiran 28.

4.6 Cost Effectiveness Analysis (CEA)

Metode CEA digunakan untuk mengetahui efektivitas secara rata-rata tidak hanya berdasarkan biaya yang dikeluarkan tetapi dihubungkan dengan

outcome atau efektivitas. Pada penelitian ini CEA berguna menggambarkan rata-rata biaya terapi dibagi outcome klinis. Semakin rendah nilai CEA, maka semakin

cost-effective karena dengan biaya perawatan kesehatan yang rendah mampu memberikan hasil terapi yang lebih tinggi (Dipiro, et al., 2005).

4.6.1 Perhitungan efektivitas biaya berdasarkan CER

(24)

Tabel 4.10 Hasil perhitungan CER kelompok kontrol dan perlakuan

No Pasien dislipidemia

Total biaya langsung medis (C)

(Rp)

Outcome

klinis (E) CER (C/E)

1 Kontrol

penurunan Kolesterol total 359.475 11,07 32.483

kenaikan HDL 359.475 2,63 136.509

penurunan LDL 359.475 11,03 32.581

penurunan TG 359.475 9,30 38.653

2 Perlakuan

penurunan Kolesterol total 419.475 26,40 15.889

Kenaikan HDL 419.475 10,17 41.260

penurunan LDL 419.475 30,50 13.753

penurunan TG 419.475 27,67 15.162

Berdasarkan tabel di atas dari perhitungan CER yang paling cost-effective

adalah nilai CER pada pasien kelompok perlakuan dengan nilai CER terendah yaitu sebesar Rp. 15.889 ( penurunan kolesterol total), Rp. 41.260 (kenaikan HDL), Rp. 13.753 ( penurunan LDL), dan Rp. 15.162 (penurunan TG) dibandingkan CER kelompok kontrol yang sebesar Rp. 32.483 (penurunan kolesterol total), Rp. 136.509 (kenaikan HDL), Rp. 32.581 (penurunan LDL), Rp. 38.653 (penurunan TG).

4.6.2 Perhitungan efektivitas biaya berdasarkan ICER

(25)

Tabel 4.11 Hasil perhitungan ICER terhadap kolesterol total, HDL, LDL, dan

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulan bahwa rasio efektivitas biaya pada pasien dislipidemia untuk setiap penurunan 1mg/dL Kolesterol total,LDL, dan TG berturut-turut diperlukan biaya tambahan sebesar Rp 3.913, Rp. 3.082, Rp. 3.267 dan untuk setiap kenaikan 1mg/dL HDL diperlukan biaya tambahan sebesar Rp. 7.965. Biaya tersebut kemudian dibandingkan dengan

(26)

Perhitungan analisis efektivitas biaya menggunakan ICER dilakukan untuk memberikan beberapa pilihan alternatif yang dapat disesuaikan dengan pertimbangan dana atau tersedia tidaknya jenis alternatif tersebut. Apabila tersedia dana sebesar Rp. 419.475 atau lebih, maka pemberian konseling oleh apoteker dapat diterapkan dan pasien akan mendapatkan jenis terapi yang paling cost-effective dibandingkan dengan tidak diberikan konseling oleh apoteker. Apabila dana yang tersedia kurang dari Rp. 419.475 maka terapi yang digunakan seperti sebelumnya yaitu tanpa pemberian konseling oleh apoteker.

Berdasarkan hasil yang didapatkan maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan perbandingan biaya dan efektivitas terapi. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada Gambar. 2.1. Sesuai dengan diagram efektivitas biaya, pemberian konseling oleh apoteker terdapat pada kuadran I yang artinya efektivitas lebih baik dengan biaya lebih mahal.

4.7 Cost Utility Analysis (CUA)

Pada metode ini dilakukan perhitungan rasio antara biaya dan output.

Output yang diharapkan berbentuk outcome yang berupa peningkatan kualitas hidup. Pengukurannya berbentuk cost per QALYs (Quality Adjusted Life Years). Contohnya jika pasien dinyatakan benar-benar sehat, nilai QALYs dinyatakan dengan angka 1 (satu) (Drummond, 1997).

4.7.1 Perhitungan Utilitas Berdasarkan CUR

(27)

Tabel 4.12 Hasil perhitungan CUR kelompok kontrol dan perlakuan

No Pasien hiperkolesterol

Total biaya

Berdasarkan tabel di atas dari perhitungan CUR yang paling baik adalah nilai CUR pada pasien Perlakuan dengan nilai CUR terendah Rp. 568.394 sedangan pada pasien Kontrol nilai CUR sebesar Rp. 570.595.

4.7.2 Perhitungan utilitas biaya berdasarkan ICUR

Hasil perhitungan ICUR kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.13

Tabel 4.13 Hasil perhitungan ICUR kelompok kontrol dan perlakuan

No Pasien

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulan bahwa nilai

Incremental Cost Utility Ratio (ICUR) sebesar Rp. 555.556. Biaya tersebut bila dibandingan dengan threshold ratio berdasarkan data Bank Dunia (World Bank) tahun 2015, yang dimana current prices untuk GDP percapita untuk Indonesia adalah US$ 3346,5 diperoleh hasil bahwa rasio utilitas biaya pasien dislipidemia kurang dari satu kali GDP per capita.

(28)

Tabel 4.14 Rata-rata tingkat kepatuhan pasien dislipidemia

Variabel Kontrol Perlakuan p

Rerata Tingkat

kepatuhan pasien 4 ± 0,758 2 ± 0,928 < 0,001 Hasil analisis berdasarkan uji statistik yang dapat dilihat pada Lampiran 29 didapatkan p = < 0,001 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rata tingkat kepatuhan pasien kelompok kontrol dan perlakuan. Dengan rata-rata tingkat kepatuhan kelompok kontrol sebesar 4 (patuh rendah) dan kelompok perlakuan 2 (patuh sedang). Ini menunjukkan bahwa konseling apoteker lebih memberikan pengaruh yang dapat menurunkan skor tingkat kepatuhan pasien, dimana semakin menurun skor tingkat kepatuhan pasien maka makin pasien semakin patuh.

4.9 Analisis Sensitivitas

Penelitian ini menggunakan analisis sensitivitasuntuk meningkatkan kualitas dan kegunaan dari CEA. Biaya obat ditingkatkan menjadi 5%, 10%, dan 15%. Total biaya baru, rasio efektivitas biaya, dan ICER dihitung kembali. Hasil perhitungan CER, ICER, CUR, dan ICUR dengan meningkatkan biaya obat menjadi 5%, 10%, dan 15%. dapat dilihat pada Tabel 4.14, Tabel 4.15, Tabel 4.16, dan 4.17 (Lampiran 19,20, dan 21).

Tabel 4.15 Hasil perhitungan analisis senstivitas CER

No Pasien dislipidemia

CER kenaikan

5%

kenaikan

10% kenaikan 15%

1 Kontrol

Kolesterol total 33.294 34.104 34.915

HDL 139.917 143.325 146.733

LDL 33.394 34.207 35.021

(29)

Tabel 4.15 (Lanjutan)

Hasil uji statistik nilai CER awal dan nilai CER yang ditingkatkan harga obatnya sebesar 5%, 10%, dan 15% terhadap penurunan kolesterol total, LDL, TG dan peningkatan HDL pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan p=0,392. Sama halnya dengan hasil uji statistik nilai CER awal dan nilai CER akhir pada kelompok kontrol yang ditingkatkan harga obatnya yang menunjukan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan, dengan nilai p= 0,392. Hasil uji statistik analisis sensitivitas untuk CER kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 30 dan Lampiran 31.

Tabel 4.16 Hasil perhitungan analisis senstivitas ICER

No Pasien dislipidemia

ICER kenaikan

5%

kenaikan

10% kenaikan 15% 1 Kolesterol total

3.913 3.913 3.913

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 4.15 dapat dilihat nilai ICER dengan kenaikan obat sebesar 5%, 10%, dan 15% tidak berubah karena

2 Perlakuan

Kolesterol total 16.229 16.569 16.909

HDL 42.143 43.025 43.908

LDL 14.048 14.342 14.636

(30)

jumlah dan item obat yang digunakan kelompok kontrol dan perlakuan selama penelitian adalah sama.

Hasil uji statistik nilai ICER yang ditingkatkan harga obatnya terhadap penurunan kolesterol total, LDL, TG dan peningkatan HDL menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan, p = 1. Ini berarti hasil analisis masih dapat dipakai dalam beberapa tahun kedepan ditengah ketidak pastian gejolak ekonomi. Hasil uji statistik analisis sensitivitas nilai ICER dapat dilihat pada Lampiran 32. Tabel 4.17 Hasil perhitungan analisis senstivitas CUR

No Pasien dislipidemia

CUR

584.839 599.083 613.327

2 Perlakuan

580.554 592.713 604.873

Hasil uji statistik nilai CUR awal dan nilai CUR yang ditingkatkan harga obatnya terhadap kualitas hidup pasien dislipidemia pada kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan, dengan masing-masing p = 0,392. Hasil uji statistik analisis sensitivitas nilai CUR kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 33.

Tabel 4.18 Hasil perhitungan analisis senstivitas ICUR

No Pasien dislipidemia

ICUR

(31)

4.10 Hubungan Antara Tingkat Kepatuhan, Outcomes klinis dan Kualitas Hidup Pasien Dislipidemia

Tabel 4.19 Hubungan tingkat Kepatuhan, outcomes klinis dan kualitas hidup pasien dislipidemia

No Korelasi r p

1 Skor MMAS – penurunan kolesterol total -0,206 0,274

2 Skor MMAS – peningkatan HDL - 0,291 0,119

3 Skor MMAS – penurunan LDL -0,089 0,638

4 Skor MMAS – penurunan TG -0,017 0,929

5 Skor MMAS – QALY -0,496 0,005

6 QALY – penurunan kolesterol total -0,115 0,545

7 QALY – peningkatan HDL - 0,068 0,720

8 QALY – penurunan LDL -0,174 0,358

9 QALY – penurunan TG 0,044 0,816

Hasil pengujian korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat kepatuhan dengan kolesterol total, HDL, LDL, dan TG tidak ditemukan adanya hubungan korelasi. Kualitas hidup dengan kolesterol total, HDL, LDL, dan TG juga tidak ditemukan adanya hubungan korelasi. Penurunan tidak cukup signifikan sehingga hasil uji korelasi menjadi tidak bermakna.

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka kesimpulan penelitian ini adalah: a. pemberian konseling pada pasien dislipidemia rawat jalan Rumah Sakit

An-Nisa Tangerang mempengaruhi biaya langsung medis secara signifikan, dengan p = < 0,001 ( ≤ 0,005).

b. pemberian konseling pada pasien dislipidemia rawat jalan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang mempengaruhi penurunan kadar kolesterol total, kenaikan HDL, penurunan LDL, penurunan TG, dan QALY yang signifikan ( p≤ 0,05).

(33)

d. pasien dislipidemia rawat jalan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang dengan pemberian konseling lebih patuh terhadap terapi dibandingkan sebelum pemberian konseling dengan nilai rata-rata skor MMAS-8 pada pasien dengan pemberian konseling adalah 2 (patuh sedang) sedangkan pada kelompok sebelum pemberian konseling adalah 4 (patuh rendah).

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, disarankan untuk:

a. penelitian selanjutnya dilakukan pengujian pengaruh konseling dengan menggunakan metode analisis farmakoekonomi yang lain.

b. penelitian selanjutnya dapat digunakan analisis farmakoekonomi terhadap pengaruh intervensi selain konseling.

Gambar

Tabel 3.2 Desain penelitian analisis utilitas biaya
Tabel 3.3 Desain penelitian tingkat kepatuhan pasien dislipidemia dalam terapi
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian
Tabel 4.1   Karakteristik pasien dislipidemia berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa meskipun siswa mempersepsikan dirinya memiliki kapasitas yang cukup untuk membaca, namun ada suatu potensi yang

Tempat/Tanggal Lahir : Makassar, 21 Desember 1968 Alamat Tempat Tinggal : Kota Kembang Depok Raya sektor. Anggrek -3 Blok F1/14, Depok, Jabar Jenis Kelamin

[r]

Data dalam penelitian ini adalah skor hasil observasi kompetensi PCK mahasiswa yang meliputi kemampuan dalam merancang pembelajaran, kemampuan dalam mengelola pembelajaran,

Dari tabel 3 diatas diperoleh nilai p=0.000 (p &lt; 0.05), artinya bahwa ada pengaruh pelatihan terhadap kemandirian caregiver dalam merawat lansia dengan hipertensi..

Dengan polinomial Lagrange ini dihasilkan suatu metoda yang serupa dengan metoda selisih hingga, dengan kelebihan perhitungan dengan ukuran grid yang tidak seragam dapat

 • Siswa menggunakan pokok pikiran dan informasi yang ia temukan, sebagai bahan untuk membuat sebuah tulisan dalam satu paragraf yang menjelaskan tentang bacaan yang ia

Dari hasil analisis fraksir pasir (Tabel 3a), dimana andesin yang diselaputi kaca volkan masih cukup dominan, sehingga diduga pelapukan kaca volkan ke alofan masih berjalan,