BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan evaluasi ekonomi kesehatan yang bersifat eksperimen kuasi dengan rancangan penelitian pretest - posttest. Penelitian ini menggunakan pendekatan prospektif, yaitu suatu penelitian yang bersifat longitudinal (berkelanjutan) dengan mengikuti perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu (Nazir, 2013; Budiarto dan Anggraeni, 2002).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap biaya per outcome ditunjukkan pada Tabel 3.1, pengaruh konseling terhadap biaya per penyesuaian kualitas hidup dengan desain penelitian seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2, dan pengaruh konseling terhadap tingkat kepatuhan pasien dalam terapi ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.1 Desain penelitian analisis efektivitas biaya Sebelum perlakuan Perlakuan Setelah perlakuan Biaya total Outcome klinis CEA Kelompok Kontrol O1 - O2 BK KK Ek Kelompok Perlakuan O2 X O3 BP KP Ep
Tabel 3.2 Desain penelitian analisis utilitas biaya Sebelum perlakuan Perlakuan Setelah perlakuan Biaya total QALY CUA Kelompok Kontrol O1 - O2 BK SK Uk Kelompok Perlakuan O2 X O3 BP SP Up
Tabel 3.3 Desain penelitian tingkat kepatuhan pasien dislipidemia dalam terapi Sebelum perlakuan Perlakuan Setelah perlakuan Tingkat kepatuhan Kelompok Kontrol O1 - O2 Kk Kelompok Perlakuan O2 X O3 Kp 3.2 Bahan Penelitian
Bahan dan sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari rekam medis pasien, data SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit), hasil uji laboratorium, catatan dan hasil kuisioner serta wawancara pasien atau keluarga pasien secara langsung.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang. Penelitian dilakukan selama ± 4 bulan.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh pasien dislipidemia rawat jalan di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang. Dari populasi target, yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi dijadikan sebagai populasi studi.
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. kriteria inklusi
i. pasien yang didiagnosis dislipidemia di rawat jalan di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang.
ii. pasien dislipidemia rawat jalan yang terdaftar dan menggunakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
iii. pasien dislipidemia yang bersedia untuk menjadi sampel penelitian dengan mengisi lembar persetujuan penelitian (informed consent).
b. kriteria eksklusi
i. pasien dislipidemia yang yang sedang hamil ii. demensia atau mengalami gangguan kognitif
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kontinue maka besarnya sampel untuk setiap kelompok dihitung menggunakan rumus pengambilan sampel beda dua rerata dengan rumus (WHO, 2001):
𝑛 = ��𝑧1−𝛼�2𝜋(1 − 𝜋) − 𝑧𝛽�𝜋𝛿1(1 − 𝜋1) + 𝜋2(1 − 𝜋2)�� 2 = ��1,96�2(0,292)(1 − 0,292) − 1,282�0,242(1 − 0,242) + 0,342(1 − 0,342)�0,10 � 2 = �1,260 − 0,8190,10 �2 = 19,45 ≈ 20 Keterangan:
n = jumlah sampel tiap kelompok
δ = perbedaan minimum yang signifikan secara klinis yaitu sebesar 0,10 Z1-α = nilai distribusi normal standar yang sama dengan tingkat signifikansi α
(untuk tingkat kepercayaan 95% dan kesalahan tipe I 5%, α = 0,05 maka nilainya 1,960)
Z1-β
π
= nilai distribusi normal standar yang sama dengan kekuatan (power) statistik β (untuk kekuatan 90% dan kesalahan tipe II 10%, β = 0,10 maka nilainya 1,282)
1
π
= proporsi pasien dislipidemia yang diobati dan mencapai target kadar kolesterol yaitu 24,2% (0,242)
2
π = (π
= proporsi yang diharapkan yaitu 34,2% (0,342) 1 + π2
Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 20 pasien dislipidemia. Pengambilan sampel penelitian ini tidak menggunakan random
assignment karena peneliti harus menerima kelompok subjek yang memenuhi
kriteria inklusi. )/2
3.5 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan interval 4 minggu selama 16 minggu (± 4 bulan) (Gambar 3.1).
a. pengumpulan penderita dislipidemia dengan kriteria inklusi
b. menerima persetujuan partisipasi bersifat sukarela dan tertulis (informed
concent)
c. pengambilan data yang dilakukan, yaitu:
i. pemeriksaan kadar kolesterol total, HDL, LDL, dan TG
ii. pengisian kuisioner Short Form-36 (SF-36) (Lampiran 7) oleh pasien dislipidemia
iii. penilaian tingkat kepatuhan penggunaan obat dengan kuisioner
Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) (Lampiran 8) oleh
pasien dislipidemia
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian
Survey Pendahuluan Pasien dislipidemia (Populasi target n = 150 Kriteria Eksklusi Populasi studi n = 30 Sample 2 bulan 2 bulan Tanpa Intervensi (Kontrol) Dengan Intervensi (Perlakuan) a. Kadar kolesterol total b. HDL c. LDL d. TG e. Kualitas hidup (QALY) f. Tingkat kepatuhan (MMAS-8) g. Biaya langsung medis a. Kadar kolesterol total b. HDL c. LDL d. TG e. Kualitas hidup (QALY) f. Tingkat kepatuhan (MMAS-8) g. Biaya langsung medis Analisis Data
3.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat seluruh kegiatan yang terkait dengan variabel-variabel yang akan diteliti selama waktu penelitian. Data yang diambil yaitu:
a. data karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, dan pendidikan
b. data klinis pasien meliputi diagnosis utama, tekanan darah, kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan TG
c. data penggunaan obat melliputi jenis, dosis, interval pemberian dan cara pakai d. data biaya keseluruhan meliputi biaya langsung medis (biaya jasa dokter, biaya
konseling apoteker, biaya obat dislipidemia, obat-obat lain, diagnosis, tindakan, konsultasi rawat jalan, penunjang dan administrasi)
e. data kualitas hidup pasien yang didapatkan dari skor kuesioner Short Form-36 (SF-36) (Lampiran 7), yaitu kuesioner survei yang mengukur 8 skala fungsional kesehatan yang terdiri dari 36 butir pertanyaan meliputi fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/nyeri, persepsi kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan akibat masalah emosional dan kesehatan mental
f. data tingkat kepatuhan pasien yang didapatkan dari skor kuesioner kuesioner
Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) (Lampiran 8). Salah satu
alat pendeteksi kepatuhan dalam minum obat. Kuesioner yang terdiri atas 8 pertanyaan terkait perilaku pasien terhadap pengobatannya dengan jawaban iya atau tidak pada nomor 1 hingga 7, pada nomor 8 jawaban berupa spektrum selalu hingga tidak pernah
3.7 Pengolahan dan Penyajian Data 3.7.1 Karakteristik pasien
Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, umur, dan pendidikan diorganisir dalam program Statistical Package for Social Sciences (SPSS).
3.7.2 Frekuensi penggunaan obat
Frekuensi penggunaan obat yang digunakan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dianalisis menggunakan program Microsoft Office Excel. 3.7.3 Biaya
Biaya pada kelompok kontrol dan perlakuan dihitung dan diorganisir menggunakan program Microsoft Office Excel.
3.7.4 Outcomes
3.7.4.1 Outcomes klinis
Data kadar kolesterol total, HDL, LDL, TG pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diorganisir menggunakan program Microsoft Office Excel dan Statistical Package for Social Sciences (SPSS).
3.7.4.2 Kualitas hidup (QALY)
Data QALY pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diorganisir menggunakan program Microsoft Office Excel dan Statistical Package for Social
Sciences (SPSS).
3.7.4.3 Tingkat kepatuhan (MMAS-8)
Data tingkat kepatuhan pasien pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diorganisir menggunakan program Microsoft Office Excel dan
3.8 Analisis Data
Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. analisis biaya total pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan cara menjumlahkan biaya yang terkait langsung dengan penyakit
b. analisis output atau efektifitas pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Analisis yang dilakukan :
i. mengukur kadar kolesterol total ii. mengukur kadar HDL
iii. mengukur kadar LDL iv. mengukur kadar TG
c. kualitas hidup pasien konseling dan tanpa konseling di analisis menggunakan kuesioner SF-36 (Lampiran 7). Contoh perhitungan QALY dapat dilihat pada Lampiran 18
d. tingkat kepatuhan pasien di analisis menggunakan kuisioner MMAS-8 (Lampiran 8). Dimana semakin rendah skor MMAS yang dihasilkan tingkat kepatuhan pasien semakin meningkat
e. melakukan analisis efektivitas biaya (Cost Effectiveness Analysis/CEA)
Analisis efektivitas biaya dihitung dengan menggunakan rumus Average
Cost Effectiveness Ratio (CEA Ratio) yang dihitung berdasarkan jumlah biaya
yang dikeluarkan pasien dislipidemia yang menerima terapi obat golongan statin terhadap efektivitas pengobatan dengan rumus sebagai berikut:
Perbandingan antara pengobatan dislipidemia tanpa dan dengan konseling dianalisis menggunakan Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) dengan rumus sebagai berikut:
𝐼𝐶𝐸𝑅 = 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴 − 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴 − 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵
f. melakukan analisis utilitas biaya (Cost Utility Analysis/CUA)
Analisis utilitas biaya dihitung dengan menggunakan rumus Average Cost
Utility Ratio (CUA Ratio) yang dihitung berdasarkan jumlah biaya yang
dikeluarkan pasien dislipidemia terhadap utilitas pengobatan dengan rumus sebagai berikut:
𝐶𝑈𝐴 =𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑠𝑙𝑖𝑝𝑖𝑑𝑒𝑚𝑖𝑎 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛
Perbandingan antara pengobatan dislipidemia tanpa dan dengan konseling dianalisis menggunakan Incremental Cost Utility Ratio (ICUR) dengan rumus sebagai berikut:
𝐼𝐶𝑈𝑅 =𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴 − 𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴 − 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵
g. karakteristik pasien dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji chi
square
h. peningkatan dan penurunan outcome klinis, kualitas hidup, dan tingkat kepatuhan antara kontrol dan perlakuan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji independent sample t-test.
3.9 Analisis Sensitivitas
Kajian farmakoekonomi memperhitungkan aspek ketidakpastian (uncertainty) dari berbagai data yang digunakan maupun dihasilkan, agar
ketidakpastian yang ada dapat diperhitungkan dengan baik, dampak dari unsur ketidakpastian harus diidentifikasi, dinilai, dan diinterpretasi terutama untuk parameter yang paling dominan pada hasil kajian (pada penelitian ini yaitu biaya obat). Penelitian ini menggunakan analisis sensitivitas satu arah yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kegunaan dari CEA. Biaya obat ditingkatkan menjadi 5%, 10%, dan 15%. Total biaya baru, rasio efektivitas biaya, dan ICER dihitung kembali. Semua perhitungan dilakukan dengan menggunakan Microsoft
Excel dan secara statistik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis.
3.10 Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
a. konseling pasien adalah komunikasi yang dilakukan oleh apoteker kepada pasien dislipidemia berkaitan dengan pengobatan, dimaksudkan untuk mengedukasi pasien terkait masalah obat dan gaya hidup, serta membantu mereka mendapatkan manfaat maksimum dari pengobatan yang dilakukan. b. analisis efektivitas biaya adalah suatu analisis untuk membandingkan total
biaya medis yang digunakan oleh pasien dislipidemia rawat jalan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang terhadap hasil pengobatan.
c. utilitas biaya adalah suatu analisis untuk membandingkan total biaya medis yang dikeluarkan oleh pasien dislipidemia rawat jalan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang terhadap kualitas hidup pasien.
d. biaya langsung medis adalah biaya yang dikeluarkan oleh pasien terkait dengan jasa pelayanan medis, meliputi biaya dokter, biaya konseling apoteker, biaya obat dislipidemia, obat-obat lain, diagnosis, tindakan, konsultasi rawat jalan, rawat inap, penunjang, dan administrasi.
e. outcome klinis hasil pengobatan adalah penilaian status klinis pasien dislipidemia yang dinilai dari kadar kolesterol total, HDL, LDL dan TG.
f. kualitas hidup adalah penilaian status kesehatan pasien dislipidemia yang dinilai dari skor SF-36.
g. tingkat kepatuhan pasien, salah satu cara untuk melihat kepatuhan pasien dalam minum obat.
3.11 Langkah Penelitian
Langkah penelitian yang dilaksanakan:
a. meminta persetujuan Dekan Fakultas Farmasi USU untuk mendapatkan izin penelitian di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang .
b. meminta persetujuan Komite Etik Penelitian Kesehatan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
c. meminta persetujuan Direktur Rumah Sakit An-Nisa Tangerang untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas dan surat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara d. melakukan penelitian di Sakit An-Nisa Tangerang selama ± 4 bulan.
e. menganalisis data dan informasi yang diperoleh sehingga didapatkan kesimpulan dari penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada pasien dislipidemia dirawat jalan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang periode Juli – November 2016 data seluruh pasien dislipidemia rawat jalan sebanyak 150 pasien. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 30 pasien. Berdasarkan perhitungan jumlah minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 20 pasien. Adapun hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
4.1 Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien dislipidemia berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pendidikan pasien pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Karakteristik pasien dislipidemia berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pendidikan No Karakteristik Pasien (n=30) Persentase (%) p 1 Jenis kelamin Laki-laki 9 30 0,028 Perempuan 21 70 2 Usia (tahun) ˃ 50 21 70 0,028 ≤ 50 9 30 3 Pendidikan SD 11 36,67 0,905 SMP 9 30 SMA 10 33,33
Pada Tabel 4.1 berdasarkan jenis kelamin setelah diuji secara statistik didapatkan nilai p = 0,028 yang berarti adanya perbedaan yang signifikan antara
pasien jenis kelamin perempuan dengan laki-laki. Pasien perempuan sebanyak 21 (70%) sedangkan, pasien laki-laki sebanyak 9 pasien (30%). Studi tentang pergantian hormon estrogen pada wanita yang mengalami monopause mengungkapkan bahwa prevalensi kelompok wanita yang sudah mengalami monopause rentan mengalami peningkatan kadar kolesterol. Hal ini disebabkan oleh produksi estrogen yang normal pada siklus menstruasi dan berkurang setelah monopause (Sakuma dan Kitabatake, 2002).
Berdasarkan kelompok usia, didapatkan nilai p = 0,028 yang berarti juga adanya perbedaan yang signifikan antara pasien usia > 50 dengan ≤ 50 tahun. Dapat dilihat kasus dislipidemia paling banyak terjadi pada usia > 50 tahun yaitu sebanyak 21 pasien (70%) sedangkan, pada usia ≤ 50 tahun sebanyak 9 pasien (30%). Hasil ini menunjukan bahwa tingginya usia akan meningkatkan resiko peningkatan kadar kolesterol. Berdasarkan studi terdahulu yang dilakukan ditemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan kadar kolesterol dalam darah. Hal ini dapat disebabkan oleh fungsi tubuh yang sudah menurun pada pasien yang sudah ˃ 50 tahun. Akibatnya kemampuan tubuh mengolah makanan menjadi menurun sehingga metabolisme dalam tubuh terganggu. (Polychronopoulos, et al., 2005).
Tingkat pendidikan pada pasien tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau bervariasi dengan nilai p = 0,905. Pasien dengan pendidikan SD 11 pasien (36,67%), SMA 10 pasien (33,33%), dan pendidikan SMP yaitu 9 pasien (30%). Menurut penelitian semakin tinggi pendidikan semakin besar kepedulian terhadap kesehatan. Pada penelitian ini dikarenakan jumlah pasien yang terlalu sedikit tidak dapat mendukung untuk diambilnya kesimpulan secara general dan tidak
dipungkiri masih ada orang yang berpendidikan tinggi mengabaikan kesehatan dengan berbagai alasan, salah satunya berhubungan dengan pekerjaan dimana dengan adanya kesibukan yang tinggi sehingga pola hidup yang tidak teratur yang dapat meyebabkan gangguan kesehatan. . Hasil uji statistik berdasarkan karakteristik pasien dislipidemia dapat dilihat pada Lampiran 21.
4.2 Penyakit Penyerta
Pasien dislipidemia dengan penyakit penyerta dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Pasien dislipidemia dengan penyakit penyerta
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat pada penelitian jumlah pasien dengan urutan pertama terbanyak pasien dislipidemia dengan penyakit penyerta DM Tipe II yaitu 16 pasien (53,33%), pasien dislipidemia dengan penyakit penyerta DM Tipe II dan hipertensi 11 pasien (36,67%) dan pasien dislipidemia dengan
16 (53,33%) 11 (36,67%) 3 (10%) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Jum lah pa si en Penyakit penyerta Hiperlipidemia + DM Tipe II Hiperlipidemia + DM Tipe II + Hipertensi Hiperlipidemia + Hipertensi
hipertensi 3 pasien (10%). Beberapa penelitian menyebutkan penderita DM tipe II dengan kadar GDP (Gula Darah Puasa) tinggi mempunyai risiko lebih tinggi terhadap profil lipid (kolesterol total,kolesterol HDL, kadar kolesterol LDL, dan trigliserida) yang buruk. Diabetes melitus tipe II dan hipertensi merupakan faktor resiko lesi aterosklerosis yang berhubungan dengan dislipidemia (Isezuo et al., 2003).
4.3 Frekuensi Pemberian Obat Pada Pasien Dislipidemia
Frekuensi pemberian obat pada pasien dislipidemia kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Frekuensi pemberian obat pada pasien dislipidemia kelompok kontrol dan perlakuan
69 21 72 51 33 9 (27,06%) (8,24) (28,24%) (20%) (12,94%) (3,52%) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Frekuensi peresepan Kelompok Kontrol Frekuensi peresepan Kelompok Perlakuan
Frekuensi pemberian obat pada pasien dislipidemia pada kelompok kontrol paling sering pada pemberian metformin 500 mg sebanyak 72 kali (28,24%), urutan kedua pada pemberian simvastatin 20 mg sebanyak 69 kali (27,06%), glimepirid 4 mg sebanyak 51 kali (21%), candesartan 8 mg sebanyak 33 kali (12,94%), gemfibrozil 300 mg sebanyak 21 kali (8,24%), dan amlodipin 10 mg sebanyak 9 kali (3,52%). Frekuensi pemberian obat pada pasien dislipidemia pada kelompok perlakuan tidak berbeda dengan pasien kontrol paling sering juga pada pemberian metformin 500 mg sebanyak 72 kali (28,24%), urutan kedua pada pemberian simvastatin 20 mg sebanyak 69 kali (27,06%), glimepirid 4 mg sebanyak 51 kali (21%), candesartan 8 mg sebanyak 33 kali (12,94%), gemfibrozil 300 mg sebanyak 21 kali (8,24%), dan amlodipin 10 mg sebanyak 9 kali (3,52%).
4.4 Biaya Langsung Medis
Pelaksanaan penelitian ini ditinjau dari perspektif penyedia pelayanan kesehatan, yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), maka biaya yang dimasukkan dalam analisis efektivitas biaya hanya biaya langsung medis. Biaya langsung medis merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemberi asuransi, dalam hal ini BPJS, terkait dengan jasa pelayanan medis yang digunakan untuk pengobatan dislipidemia. Dalam penelitian ini biaya langsung medis adalah biaya obat dislipidemia yang diberikan selama pasien berobat di rawat jalan rumah sakit dan biaya lainnya yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan medis seperti penggunaan obat lain, biaya jasa dokter, serta biaya konseling oleh apoteker. Rincian biaya yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kategori resources yang digunakan pada pengobatan pasien dislipidemia
No Biaya Harga satuan (Rp)
1 Jasa dokter 60.000 2 Konseling apoteker 20.000 3 Obat Simvastatin 20 mg 252 Gemfibrozil 300 mg 380 Metformin 500 mg 100 Glimepirid 4 mg 330 Amlodipin 10 mg 148 Candesartan 8 mg 3.465
4.4.1 Biaya dokter dan apoteker
Biaya jasa dokter dan apoteker dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.3. Biaya untuk jasa dokter spesialis di RS. An-Nisa Tangerang yang diberikan yaitu sebesar Rp. 60.000. Biaya konseling apoteker dalam penelitian ini sebesar Rp. 20.000, biaya ini ditetapkan oleh peneliti dengan mempertimbangkan biaya rawat jalan pasien dislipidemia yang dibayarkan oleh BPJS per pasien dan mempertimbangkan waktu dan jasa seorang apoteker dalam memberikan konseling kepada pasien dislipidemia rawat jalan.
Tabel 4.3 Biaya jasa dokter dan apoteker untuk pasien dislipidemia rawat jalan
No Biaya Jumlah pertemuan Total biaya (Rp) Kontrol Perlakuan 1 Jasa dokter 90 5.400.000 5.400.000 2 Konseling apoteker 90 - 1.800.000
Biaya jasa dokter pada 30 pasien dislipidemia kelompok kontrol dan pasien kelompok perlakuan masing-masing sebesar Rp. 5.400.000. Biaya apoteker pada 30 pasien dislipidemia kelompok perlakuan sebesar Rp. 1.800.000 karena hanya kelompok perlakuan yang menerima konseling oleh apoteker.
4.4.2 Biaya obat dislipidemia
Total biaya obat dislipidemia yang diberikan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan kelompok perlakuan pada Tabel 4.5. Harga obat yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan harga dari e-catalog yang ditetapkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Tabel 4.4 Distribusi biaya terapi penggunaan obat kelompok kontrol
No Nama obat Total
obat
Biaya masing - masing obat (Rp)
Total biaya obat (Rp) 1 Simvastatin 20 mg 540 136.080 476.280 Metformin 500 mg 1.620 162.000 Glimepirid 4 mg 540 178.200 2 Simvastatin 20 mg 270 68.040 149.040 Metformin 500 mg 810 81.000 3 Simvastatin 20 mg 270 68.040 157.140 Glimepirid 4 mg 270 89.100 4 Gemfibrozil 300 mg 360 136.800 363.600 Metformin 500 mg 1.080 108.000 Glimepirid 4 mg 360 118.800 5 Simvastatin 20 mg 630 158.760 2.530.710 Metformin 500 mg 1.890 189.000 Candesartan 8 mg 630 2.182.950 6 Gemfibrozil 300 mg 270 102.600 142.560 Amlodipin 10 mg 270 39.960 7 Simvastatin 20 mg 360 90.720 1.564.920 Metformin 500 mg 1.080 108.000 Glimepirid 4 mg 360 118.800 Candesartan 8 mg 360 1.247.400
Pada Tabel 4.4 total biaya obat tertinggi pada kelompok kontrol sebesar Rp. 2.530.710 yaitu pada pemberian obat dislipidemia simvastatin, metformin, dan candesartan. Total biaya obat terendah sebesar Rp. 142.560 pada pemberian obat dislipidemia gemfibrozil dan amlodipin. Perhitungan total biaya obat pasien dislipidemia kelompok kontrol dapat dilihat pada Lampiran 16.
Tabel 4.5 Distribusi biaya terapi penggunaan obat kelompok perlakuan
No Nama obat Total
obat
Biaya masing - masing obat (Rp)
Total biaya obat (Rp) 1 Simvastatin 20 mg 540 136.080 476.280 Metformin 500 mg 1.620 162.000 Glimepirid 4 mg 540 178.200 2 Simvastatin 20 mg 270 68.040 149.040 Metformin 500 mg 810 81.000 3 Simvastatin 20 mg 270 68.040 157.140 Glimepirid 4 mg 270 89.100 4 Gemfibrozil 300 mg 360 136.800 363.600 Metformin 500 mg 1.080 108.000 Glimepirid 4 mg 360 118.800 5 Simvastatin 20 mg 630 158.760 2.530.710 Metformin 500 mg 1.890 189.000 Candesartan 8 mg 630 2.182.950 6 Gemfibrozil 300 mg 270 102.600 142.560 Amlodipin 10 mg 270 39.960 7 Simvastatin 20 mg 360 90.720 1.564.920 Metformin 500 mg 1.080 108.000 Glimepirid 4 mg 360 118.800 Candesartan 8 mg 360 1.247.400
Pada Tabel 4.4 total biaya obat tertinggi pada kelompok perlakuan sebesar Rp. 2.530.710 yaitu pada pemberian obat dislipidemia simvastatin, metformin, dan candesartan. Total biaya obat terendah sebesar Rp. 142.560 pada pemberian obat gemfibrozil dan amlodipin. Perhitungan total biaya obat pasien dislipidemia kelompok perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 17.
4.4.3 Total biaya langsung medis
Total biaya langsung medis pasien dislipidemia kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Total biaya langsung medis pasien dislipidemia kelompok kontrol dan perlakuan
No Biaya langsung medis (Rp) Pasien dislipidemia Kontrol Perlakuan
1 Jasa dokter 5.400.000 5.400.000
2 Konseling apoteker 1.800.000
3 Total biaya obat 5.384.250 5.384.250
Total 10.784.250 12.584.250
Total biaya langsung medis per pasien
(pasien= 30) 359.475 419.475
p < 0,001
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat terdapat perbedaan yang signifikan p = < 0,001 ( ≤ 0,005) pada biaya langsung medis kelompok kontrol dan perlakuan. Total biaya langsung medis kelompok kontrol lebih kecil yaitu sebesar Rp. 359.475 per pasien sedangkan total biaya langsung medis kelompok perlakuan sebesar Rp. 419.475 per pasien. Hal ini dikarenakan adanya biaya lain yang dikeluarkan pasien kelompok perlakuan, yaitu biaya konseling apoteker (Rp. 60.000 per pasien). Pada kedua kelompok biaya jasa dokter dan total biaya obat tidak ada perbedaan dikarenakan penelitian ini menggunakan pasien dan penggunaan obat yang sama.
4.5 Analisis Efektivitas Pengobatan
Pada penelitian ini efektivitas terapi obat dislipidemia dilihat dari outcome pasien yaitu rata-rata penurunan Kolesterol total, LDL, Trigliserida dan rata-rata kenaikan HDL pasien serta quality adjust life years (QALY). . Hasil rata-rata penurunan dan kenaikan masing-masing kelompok diperoleh dari selisih penurunan dan kenaikan dibagi dengan jumlah pasien lalu diuji secara statistik. Hasil uji statistik rata penurunan Kolesterol total, LDL, Trigliserida dan rata-rata kenaikan HDL dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan pada Lampiran 27.
Tabel 4.7 Rata-rata penurunan kolesterol total, LDL, trigliserida dan kenaikan HDL Variabel Kontrol (mg/dL) Perlakuan (mg/dL) p Penurunan Kolesterol total 11,07 ± 8,107 26,4 ± 13,710 < 0,001 Kenaikan HDL 2,63 ± 2,341 10,17 ± 5,497 < 0,001 Penurunan LDL 11,03 ± 8,838 30,5 ± 15,682 < 0,001 Penurunan Trigliserida 9,3 ± 19,480 26,67 ± 21,355 0,001
Berdasarkan Tabel 4.7 terjadi perbedaan rata-rata penurunan kadar kolesterol total, LDL, TG dan kenaikan HDL yang signifikan ( ≤ 0,05) pada kelompok kontrol dan perlakuan. Penurunan dan kenaikan pada kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol rata-rata penurunan kadar kolesterol total hanya sebesar 11,07 mg/dL, LDL 11,03 mg/dL, trigliserida 9,3 mg/dL dan kenaikan HDL 2,63 mg/dL. Pada kelompok perlakuan rata-rata penurunan dan kadar kolesterol total sebesar 26,4 mg/dL, LDL 30,5 mg/dL, TG 26,67 mg/dL dan kenaikan HDL sebesar 10,17 mg/dL. Menurut penelitian oleh Jayanti mengenai pengaruh pemberian konseling apoteker terhadap kepatuhan dan penurunan kadar kolesterol total juga terjadi rata-rata penurunan kolesterol total bermakna pada kelompok intervensi (50,44 ± 18,075 mg/dL) dan kelompok kontrol (34,03 ± 12,53 mg/dL) (Jayanti, 2014). Hasil uji statistik penurunan kolesterol total, LDL, Trigliserida dan kenaikan HDL pasien dislipidemia dapat dilihat pada Lampiran 27.
4.5.1 Quality Adjust Life Year (QALY)
Penilaian utilitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan kuesioner SF-36 yang terdiri dari 36 pertanyaan sebagaimana tertera pada Lampiran. Bila skor 100 yang diperoleh dari SF-36 artinya kondisi kesehatan pasien adalah
utilitas 0,0. Contoh perhitungan QALY dapat dilihat pada Lampiran . Nilai QALY kelompok kontrol dan kelompok perlakuan selama penelitiandapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Nilai QALY kelompok kontrol dan perlakuan
No Kontrol Perlakuan Kualitas hidup bulan ke QALY Kualitas hidup bulan ke QALY 0 1 2 0 1 2 1 67 68 69 0,680 69 74 82 0,747 2 65 64 69 0,655 69 74 80 0,742 3 60 64 65 0,633 65 76 81 0,745 4 64 65 67 0,652 67 76 76 0,737 5 63 64 64 0,637 64 70 83 0,717 6 62 61 63 0,618 63 68 69 0,670 7 62 64 63 0,632 63 71 72 0,692 8 60 62 76 0,650 76 85 97 0,857 9 60 61 72 0,635 72 83 90 0,820 10 64 61 85 0,678 85 93 99 0,925 11 67 63 64 0,643 64 73 76 0,715 12 64 65 62 0,640 62 78 88 0,765 13 60 60 62 0,605 62 70 72 0,685 14 79 65 83 0,730 83 96 97 0,930 15 63 61 60 0,612 60 68 69 0,662 16 62 60 68 0,625 68 72 80 0,730 17 60 63 61 0,618 61 70 75 0,690 18 60 61 65 0,618 65 73 76 0,717 19 62 60 61 0,608 61 70 77 0,695 20 64 60 63 0,618 63 68 72 0,677 21 63 62 67 0,635 67 75 78 0,738 22 62 61 65 0,623 65 74 79 0,730 23 63 60 71 0,635 71 80 90 0,802 24 60 62 68 0,630 68 74 78 0,735 25 62 64 63 0,633 63 69 75 0,690 26 53 54 56 0,542 56 68 72 0,660 27 54 58 60 0,575 60 69 77 0,687 28 64 63 62 0,635 62 76 78 0,730 29 63 54 69 0,600 69 78 90 0,787 30 60 61 61 0,608 61 66 70 0,657
Nilai rata-rata QALY pasien dislipidemia kelompok kontrol dan kelompok perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Rata-rata QALY kelompok kontrol dan perlakuan No Pasien dislipidemia Jumlah
pasien QALY
p
1 Kontrol 30 0,630
< 0,001
2 Perlakuan 30 0,738
Hasil analisis berdasarkan uji statistik yang dilakukan didapatkan nilai probabilitas < 0,001( ≤ 0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kualitas hidup pasien berdasarkan nilai QALY yang didapatkan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Dengan rerata tingkat kualitas hidup kelompok kontrol sebesar 0,630 dan kelompok perlakuan 0,738. Ini menunjukkan bahwa konseling apoteker memberikan pengaruh yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Hasil uji statistik QALY Pasien dislipidemia dapat dilihat pada Lampiran 28.
4.6 Cost Effectiveness Analysis (CEA)
Metode CEA digunakan untuk mengetahui efektivitas secara rata-rata tidak hanya berdasarkan biaya yang dikeluarkan tetapi dihubungkan dengan
outcome atau efektivitas. Pada penelitian ini CEA berguna menggambarkan
rata-rata biaya terapi dibagi outcome klinis. Semakin rendah nilai CEA, maka semakin
cost-effective karena dengan biaya perawatan kesehatan yang rendah mampu
memberikan hasil terapi yang lebih tinggi (Dipiro, et al., 2005). 4.6.1 Perhitungan efektivitas biaya berdasarkan CER
Perhitungan efektivitas biaya berdasarkan CER dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil perhitungan CER kelompok kontrol dan perlakuan No Pasien dislipidemia Total biaya langsung medis (C) (Rp) Outcome
klinis (E) CER (C/E)
1 Kontrol
penurunan Kolesterol total 359.475 11,07 32.483
kenaikan HDL 359.475 2,63 136.509
penurunan LDL 359.475 11,03 32.581
penurunan TG 359.475 9,30 38.653
2 Perlakuan
penurunan Kolesterol total 419.475 26,40 15.889
Kenaikan HDL 419.475 10,17 41.260
penurunan LDL 419.475 30,50 13.753
penurunan TG 419.475 27,67 15.162
Berdasarkan tabel di atas dari perhitungan CER yang paling cost-effective adalah nilai CER pada pasien kelompok perlakuan dengan nilai CER terendah yaitu sebesar Rp. 15.889 ( penurunan kolesterol total), Rp. 41.260 (kenaikan HDL), Rp. 13.753 ( penurunan LDL), dan Rp. 15.162 (penurunan TG) dibandingkan CER kelompok kontrol yang sebesar Rp. 32.483 (penurunan kolesterol total), Rp. 136.509 (kenaikan HDL), Rp. 32.581 (penurunan LDL), Rp. 38.653 (penurunan TG).
4.6.2 Perhitungan efektivitas biaya berdasarkan ICER
Pada saat membandingkan dua macam obat, biasanya digunakan pengukuran Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) yang menunjukan tambahan biaya terhadap pilihan yang lain. Jika biaya tambahan ini rendah, berarti obat tersebut dapat dipilih, sebaliknya jika biaya tambahan sangat tinggi maka obat tersebut tidak baik untuk dipilih (Drummond, 1997; Schulman, et al., 2000). Hasil perhitungan ICER dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil perhitungan ICER terhadap kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida No Pasien dislipidemia Total biaya langsung medis (C) (Rp) Outcome klinis (E) (mg/dL)
∆C ∆E (∆C/∆E) ICER
1 Kolesterol total 60.000 15,33 3.913 Perlakuan 419.475 26,40 Kontrol 359.475 11,07 2 HDL 60.000 7,53 7.965 Perlakuan 419.475 10,17 Kontrol 359.475 2,63 3 LDL 60.000 19,47 3.082 Perlakuan 419.475 30,50 Kontrol 359.475 11,03 4 TG 60.000 18,37 3.267 Perlakuan 419.475 27,67 Kontrol 359.475 9,30
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulan bahwa rasio efektivitas biaya pada pasien dislipidemia untuk setiap penurunan 1mg/dL Kolesterol total,LDL, dan TG berturut-turut diperlukan biaya tambahan sebesar Rp 3.913, Rp. 3.082, Rp. 3.267 dan untuk setiap kenaikan 1mg/dL HDL diperlukan biaya tambahan sebesar Rp. 7.965. Biaya tersebut kemudian dibandingkan dengan
threshold ratio. Threshold ratio berdasarkan WHO (2015) adalah Gross Domestic Product per capita (GDP per capita). Berdasarkan data Bank Dunia (World Bank)
tahun 2015, yang dimana current prices untuk GDP percapita untuk Indonesia adalah US$ 3346,5. Berdasarkan hasil perbandingan, maka dapat disimpulkan bahwa rasio efektivitas biaya pasien dislipidemia kurang dari satu kali GDP per capita. Pemberian konseling merupakan intervensi yang efektif dengan biayanya yang lebih tinggi terhadap pengendalian pasien dislipidemia.
Perhitungan analisis efektivitas biaya menggunakan ICER dilakukan untuk memberikan beberapa pilihan alternatif yang dapat disesuaikan dengan pertimbangan dana atau tersedia tidaknya jenis alternatif tersebut. Apabila tersedia dana sebesar Rp. 419.475 atau lebih, maka pemberian konseling oleh apoteker dapat diterapkan dan pasien akan mendapatkan jenis terapi yang paling
cost-effective dibandingkan dengan tidak diberikan konseling oleh apoteker. Apabila
dana yang tersedia kurang dari Rp. 419.475 maka terapi yang digunakan seperti sebelumnya yaitu tanpa pemberian konseling oleh apoteker.
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan perbandingan biaya dan efektivitas terapi. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada Gambar. 2.1. Sesuai dengan diagram efektivitas biaya, pemberian konseling oleh apoteker terdapat pada kuadran I yang artinya efektivitas lebih baik dengan biaya lebih mahal.
4.7 Cost Utility Analysis (CUA)
Pada metode ini dilakukan perhitungan rasio antara biaya dan output.
Output yang diharapkan berbentuk outcome yang berupa peningkatan kualitas
hidup. Pengukurannya berbentuk cost per QALYs (Quality Adjusted Life Years). Contohnya jika pasien dinyatakan benar-benar sehat, nilai QALYs dinyatakan dengan angka 1 (satu) (Drummond, 1997).
4.7.1 Perhitungan Utilitas Berdasarkan CUR
Hasil perhitungan CUR kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Hasil perhitungan CUR kelompok kontrol dan perlakuan No Pasien hiperkolesterol Total biaya langsung medis (C) (Rp) Utilitas
(QALY) (U) CUR (C/U)
1 Kontrol 359.475 0,630 570.595
2 Perlakuan 419.475 0,738 568.394
Berdasarkan tabel di atas dari perhitungan CUR yang paling baik adalah nilai CUR pada pasien Perlakuan dengan nilai CUR terendah Rp. 568.394 sedangan pada pasien Kontrol nilai CUR sebesar Rp. 570.595.
4.7.2 Perhitungan utilitas biaya berdasarkan ICUR
Hasil perhitungan ICUR kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.13
Tabel 4.13 Hasil perhitungan ICUR kelompok kontrol dan perlakuan
No Pasien hiperkolesterol Total biaya langsung medis (C) (Rp) Utilitas (QALY) (U)
∆C ∆U (∆C/∆U) ICUR
1 Perlakuan 419.475 0,738
60.000 0,108 555.556
2 Kontrol 359.475 0,630
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulan bahwa nilai
Incremental Cost Utility Ratio (ICUR) sebesar Rp. 555.556. Biaya tersebut bila
dibandingan dengan threshold ratio berdasarkan data Bank Dunia (World Bank) tahun 2015, yang dimana current prices untuk GDP percapita untuk Indonesia adalah US$ 3346,5 diperoleh hasil bahwa rasio utilitas biaya pasien dislipidemia kurang dari satu kali GDP per capita.
4.8 Pengaruh Konseling Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Dislipidemia Rata-rata tingkat kepatuhan pasien dislipidemia dapat dilihat pada Tabel 4.14
Tabel 4.14 Rata-rata tingkat kepatuhan pasien dislipidemia
Variabel Kontrol Perlakuan p
Rerata Tingkat
kepatuhan pasien 4 ± 0,758 2 ± 0,928 < 0,001 Hasil analisis berdasarkan uji statistik yang dapat dilihat pada Lampiran 29 didapatkan p = < 0,001 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rata tingkat kepatuhan pasien kelompok kontrol dan perlakuan. Dengan rata-rata tingkat kepatuhan kelompok kontrol sebesar 4 (patuh rendah) dan kelompok perlakuan 2 (patuh sedang). Ini menunjukkan bahwa konseling apoteker lebih memberikan pengaruh yang dapat menurunkan skor tingkat kepatuhan pasien, dimana semakin menurun skor tingkat kepatuhan pasien maka makin pasien semakin patuh.
4.9 Analisis Sensitivitas
Penelitian ini menggunakan analisis sensitivitasuntuk meningkatkan kualitas dan kegunaan dari CEA. Biaya obat ditingkatkan menjadi 5%, 10%, dan 15%. Total biaya baru, rasio efektivitas biaya, dan ICER dihitung kembali. Hasil perhitungan CER, ICER, CUR, dan ICUR dengan meningkatkan biaya obat menjadi 5%, 10%, dan 15%. dapat dilihat pada Tabel 4.14, Tabel 4.15, Tabel 4.16, dan 4.17 (Lampiran 19,20, dan 21).
Tabel 4.15 Hasil perhitungan analisis senstivitas CER No Pasien dislipidemia CER kenaikan 5% kenaikan 10% kenaikan 15% 1 Kontrol Kolesterol total 33.294 34.104 34.915 HDL 139.917 143.325 146.733 LDL 33.394 34.207 35.021 TG 39.618 40.583 41.548
Tabel 4.15 (Lanjutan)
Hasil uji statistik nilai CER awal dan nilai CER yang ditingkatkan harga obatnya sebesar 5%, 10%, dan 15% terhadap penurunan kolesterol total, LDL, TG dan peningkatan HDL pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan p=0,392. Sama halnya dengan hasil uji statistik nilai CER awal dan nilai CER akhir pada kelompok kontrol yang ditingkatkan harga obatnya yang menunjukan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan, dengan nilai p= 0,392. Hasil uji statistik analisis sensitivitas untuk CER kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 30 dan Lampiran 31.
Tabel 4.16 Hasil perhitungan analisis senstivitas ICER No Pasien dislipidemia ICER kenaikan 5% kenaikan 10% kenaikan 15% 1 Kolesterol total 3.913 3.913 3.913 Perlakuan Kontrol 2 HDL 7.965 7.965 7.965 Perlakuan Kontrol 3 LDL 3.082 3.082 3.082 Perlakuan Kontrol 4 TG 3.267 3.267 3.267 Perlakuan Kontrol
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 4.15 dapat dilihat nilai ICER dengan kenaikan obat sebesar 5%, 10%, dan 15% tidak berubah karena
2 Perlakuan Kolesterol total 16.229 16.569 16.909 HDL 42.143 43.025 43.908 LDL 14.048 14.342 14.636 TG 15.486 15.810 16.135
jumlah dan item obat yang digunakan kelompok kontrol dan perlakuan selama penelitian adalah sama.
Hasil uji statistik nilai ICER yang ditingkatkan harga obatnya terhadap penurunan kolesterol total, LDL, TG dan peningkatan HDL menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan, p = 1. Ini berarti hasil analisis masih dapat dipakai dalam beberapa tahun kedepan ditengah ketidak pastian gejolak ekonomi. Hasil uji statistik analisis sensitivitas nilai ICER dapat dilihat pada Lampiran 32. Tabel 4.17 Hasil perhitungan analisis senstivitas CUR
No Pasien dislipidemia CUR kenaikan 5% kenaikan 10% kenaikan 15% 1 Kontrol 584.839 599.083 613.327 2 Perlakuan 580.554 592.713 604.873
Hasil uji statistik nilai CUR awal dan nilai CUR yang ditingkatkan harga obatnya terhadap kualitas hidup pasien dislipidemia pada kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan, dengan masing-masing p = 0,392. Hasil uji statistik analisis sensitivitas nilai CUR kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 33.
Tabel 4.18 Hasil perhitungan analisis senstivitas ICUR No Pasien dislipidemia ICUR kenaikan 5% kenaikan 10% kenaikan 15% 1 Perlakuan 555.556 555.556 555.556 2 Kontrol
Hasil uji statistik nilai ICUR yang ditingkatkan harga obatnya terhadap kualitas hidup pasien dislipidemia menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan, p = 1. Hasil uji statistik analisis sensitivitas nilai ICER dapat dilihat pada Lampiran 34.
4.10 Hubungan Antara Tingkat Kepatuhan, Outcomes klinis dan Kualitas Hidup Pasien Dislipidemia
Tabel 4.19 Hubungan tingkat Kepatuhan, outcomes klinis dan kualitas hidup pasien dislipidemia
No Korelasi r p
1 Skor MMAS – penurunan kolesterol total -0,206 0,274
2 Skor MMAS – peningkatan HDL - 0,291 0,119
3 Skor MMAS – penurunan LDL -0,089 0,638
4 Skor MMAS – penurunan TG -0,017 0,929
5 Skor MMAS – QALY -0,496 0,005
6 QALY – penurunan kolesterol total -0,115 0,545
7 QALY – peningkatan HDL - 0,068 0,720
8 QALY – penurunan LDL -0,174 0,358
9 QALY – penurunan TG 0,044 0,816
Hasil pengujian korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat kepatuhan dengan kolesterol total, HDL, LDL, dan TG tidak ditemukan adanya hubungan korelasi. Kualitas hidup dengan kolesterol total, HDL, LDL, dan TG juga tidak ditemukan adanya hubungan korelasi. Penurunan tidak cukup signifikan sehingga hasil uji korelasi menjadi tidak bermakna.
Pada pengujian hubungan antara tingkat kepatuhan dengan kualitas hidup ditemukan adanya hubungan korelasi dengan nilai p = 0,005 ( ≤ 0,05) dan r = - 0,496. Tanda negatif (-) menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik, semakin rendah skor tingkat kepatuhan maka kualitas hidup (QALY) makin meningkat. Semakin rendah skor tingkat kepatuhan berarti pasien tersebut semakin patuh. Hasil uji kor
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka kesimpulan penelitian ini adalah: a. pemberian konseling pada pasien dislipidemia rawat jalan Rumah Sakit
An-Nisa Tangerang mempengaruhi biaya langsung medis secara signifikan, dengan p = < 0,001 ( ≤ 0,005).
b. pemberian konseling pada pasien dislipidemia rawat jalan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang mempengaruhi penurunan kadar kolesterol total, kenaikan HDL, penurunan LDL, penurunan TG, dan QALY yang signifikan ( p ≤ 0,05). c. terapi pasien dislipidemia rawat jalan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang dengan
pemberian konseling lebih cost-effective dengan nilai CER yang lebih rendah yaitu sebesar Rp. 15.889 (penurun kolesterol total), Rp. 41.260 (kenaikan HDL), Rp. 13.753 (penurunan LDL), Rp. 15.162 (penurunan TG) dibandingkan sebelum pemberian konseling dengan nilai CER sebesar Rp. 32.483 (penurun kolesterol total), Rp. 136.509 (kenaikan HDL), Rp. 32.581 (penurunan LDL), Rp. 38.653 (penurunan TG). Nilai ICER pada pasien dislipidemia untuk setiap penurunan 1mg/dL Kolesterol total,LDL, dan TG berturut-turut diperlukan biaya tambahan sebesar Rp 3.913, Rp. 3.082, Rp. 3.267 dan untuk setiap kenaikan 1mg/dL HDL diperlukan biaya tambahan sebesar Rp. 7.965. Nilai CUR dengan pemberian konseling sebesar Rp. 568.394, lebih rendah dibandingkan sebelum pemberian konseling dan nilai ICUR sebesar Rp. 555.556.
d. pasien dislipidemia rawat jalan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang dengan pemberian konseling lebih patuh terhadap terapi dibandingkan sebelum pemberian konseling dengan nilai rata-rata skor MMAS-8 pada pasien dengan pemberian konseling adalah 2 (patuh sedang) sedangkan pada kelompok sebelum pemberian konseling adalah 4 (patuh rendah).
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, disarankan untuk:
a. penelitian selanjutnya dilakukan pengujian pengaruh konseling dengan menggunakan metode analisis farmakoekonomi yang lain.
b. penelitian selanjutnya dapat digunakan analisis farmakoekonomi terhadap pengaruh intervensi selain konseling.
c. penyedia jasa pelayanan kesehatan, diharapkan melibatkan profesi apoteker untuk memberikan konseling dalam memberikan pelayanan kesehatan.