• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar Chapter III V"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis di dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan objek penelitian serta

menggali informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moeleong, 2006), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Berdasarkan definisi di atas maka alasan peneliti menggunakan metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah karena bersifat menyeluruh (holistic), dinamis dan menggeneralisasi. Hal ini sejalan dengan tujuan penelitian yang melihat bagaimana Implementasi Sistem Pelayanan

Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) beserta hambatannya pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kota Pematangsiantar yang merupakan sebuah fenomena sosial dimana memerlukan informasi secara mendalam dan menyeluruh dari masing-masing informan kunci maupun utama agar terlihat jelas apa yang sebenarnya terjadi di

(2)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar yang beralamat di Jalan Melanthon Siregar No. 36 Kota Pematangsiantar.Lokasi Dinas Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu terletak di Kelurahan Karo, Kecamatan Siantar Selatan.

Sebelumnya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar terdiri dari dua instansi perangkat daerah kota Pematangsiantar yaitu Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah

Pematangsiantar dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematangsiantar. Setelah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah, kedua instansi ini dilebur menjadi satu instansi menjadi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu hingga saat ini dan disahkan dengan Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 1 Tahun 2017.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 yang dikeluarkan pemerintah pada tanggal 19 Juni 2016 lalu mengatur ulang susunan organisasi perangkat

daerah di seluruh Indonesia. Peraturan ini secara otomatis mengugurkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 yang selama ini dipedomani oleh seluruh pemerintah daerah termasuk pemerintah kota Pematangsiantar.

Beberapa SKPD yang selama ini bernomenklatur Badan berubah menjadi Dinas. Urusan di bidang penanaman modal menjadi urusan wajib yang harus

(3)

meningkatkan kualitas pelayanan perizinan, maka pemerintah daerah membentuk

unit PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) yang melekat pada Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar.

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya.Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya

populasi dan sampel.Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara tidak sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses

penelitian. Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang

jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut.

Menurut Bagong Suyanto (2005:172), informan penelitian meliputi

beberapa macam, yaitu:

a) Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan

memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang diteliti. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar.

(4)

Kepala Bidang; Kepala Bidang Pengaduan, Kebijakan, Pelaporan Pelayanan;

Kepala Seksi Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan III; Kasubbag keuangan; dan operator SPIPISE di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar.

c) Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang diteliti walaupun tidak terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini adalah pegawai operasional di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar dan masyarakat yang

datang ke lokasi penelitian.

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Informan Penelitian Informasi yang

(5)

penelitian sasarannya; respon terhadap penerapan SPIPISE; sikap/disiplin pegawai melaksanakan tugas dan memberikan pelayanan; fasilitas ruang pelayanan (front office).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh

secara langsung pada lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini dengan instrumen sebagai berikut:

a. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan informan yang telah dijadikan sumber data berdasarkan pedoman

wawancara sehingga akan diperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.

b. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan mendalam secara langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang dilakukan berdasarkan pedoman observasi. Melalui observasi,

peneliti dapat melihat pandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan dan melihat langsung keterkaitan dan kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan.

(6)

Teknik pengumpulan data sekunder yaitu pengumpulan data yang dilakukan

melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku,

karya ilmiah, dan pendapat para ahli yang berkompetensi yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh

melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti

berdasarkan format atau pedoman dokumentasi

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu

urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi dari gejala yang diteliti. Adapun teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data yang tersedia, menelaah,

menyusunnya dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis

(7)

Menurut Miles dan Haberman (dalam Sugiyono, 2009:246) terdapat

beberapa langkah dalam menganalisis data yaitu: 1. Reduksi Data

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, dan

memfokuskan pada hal-hal yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dengan pola hingga memberikan gambaran yang lebih

jelas serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. 2. Penyajian Data

Menyajikan data dalam penelitian dengan teks yang bersifat naratif

sehingga memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam data kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini masih sebagai hipotesis

(8)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Kota Pematangsiantar

Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota dari delapan kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara, dan merupakan kota terbesar kedua setelah kota Medan selaku ibukota Provinsi Sumatera Utara. Letak kota Pematangsiantar

sangat strategis yang dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera.Kota Pematangsiantar memiliki luas wilayah daratan 79,97 km2

4.1.1 Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar

atau sekitar 0,11 persen

dari total luas Provinsi Sumatera Utara dan berpenduduk sebanyak 247.411 jiwa pada tahun 2015.

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan. Pematangsiantar yang berkedudukan di Pulau Holing

dan raja terakhir dari dinasti ini adalah keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sang Naualuh Damanik, yang memegang kekuasaan sebagai raja tahun 1906. Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat

tinggal penduduk, diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut

kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu: 1. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang.

2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota.

(9)

4. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba

dan Martimbang.

Setelah Belanda memasuki daerah Sumatera Utara, daerah Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah

kekuasaan raja-raja. Kontroleur Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu

Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, Bangsa Cina mendiami kawasan Timbang Galung dan Kampung Melayu.

Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar.

Kemudian pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No. 285 Pematangsiantar berubah menjadi Geemente yang mempunyai otonomi sendiri.

Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No. 717 berubah menjadi Geemente yang mempunyai Dewan. Pada zaman Jepang berubah menjadi Siantar State dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Pematangsiantar kembali

menjadi daerah Otonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 22/1948 status Geemente menjadi Kota Kabupaten Simalungun dan Walikota dirangkap oleh

Bupati Simalungun sampai tahun 1957.

Berdasarkan UU No. 1/1957 berubah menjadi Kota Praja Penuh dan dengan keluarnya UU No. 18/1965 berubah menjadi Kotamadya, kemudian

disusul dengan keluarnya UU No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di daerah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar

sampai sekarang.

(10)

29 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 12,48 Km2

1. Kecamatan Siantar Barat

yang peresmiannya

dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982. Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:

2. Kecamatan Siantar Timur 3. Kecamatan Siantar Utara

4. Kecamatan Siantar Selatan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1986 tanggal 10 Maret 1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 wilayah

kecamatan, dimana 9 desa/kelurahan dari wilayah Kabupaten Simalungun masuk menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota Pematangsiantar terdiri

dari 38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi 70,230 Km2

1. Kecamatan Siantar Barat

. Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:

2. Kecamatan Siantar Timur 3. Kecamatan Siantar Utara

4. Kecamatan Siantar Selatan 5. Kecamatan Siantar Marihat, dan 6. Kecamatan Siantar Martoba

Selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 1994 dikeluarkan kesepakatan bersama Penyesuaian Batas Wilayah Administrasi antara Kota Pematangsiantar dan

Kabupaten Simalungun dengan SKB Bersama No : 136/3140/1994

136/4620/1994

.

Adapun hasil

(11)

79,9706 Km2

• SK Gubsu No. 140. 050. K/97 tertanggal 13 Pebruari 1997 dan

direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar No.140/1961/Pem/97 tertanggal 15 April 1997 tentang: Pembentukan Lima Kelurahan Persiapan Di Kecamatan Siantar Martoba.

.Pada tahun 1997 wilayah administrasi di Kota Pematangsiantar

mengalami perubahan status sesuai dengan SK yang meliputi:

• SK Gubsu No.140/2610.K/95 tertanggal 4 Oktober 1995 serta

direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar No.140/1961/Pem/97 tertanggal 2 Juli 1997 tentang Perubahan Status 9 Desa Menjadi Kelurahan.

Sehingga pada tahun 1997 wilayah administrasi Kota Pematangsiantar menjadi 43 Kelurahan.Pada tahun 2007, diterbitkan 5 Peraturan Daerah tentang

pemekaran wilayah administrasi Kota Pematangsiantar yaitu:

1. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Sitalasari

2. Peraturan Daerah No.6 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Marimbun

3. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Bah Sorma

4. Peraturan Daerah No.8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan

Tanjung Tongah, Naga Pitu dan Tanjung Pinggir

5. Peraturan Daerah No.9 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan

(12)

Dengan demikian jumlah Kecamatan di Kota Pematangsiantar ada

sebanyak 8 Kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 53 Kelurahan. Secara administrasi wilayah Kota Pematangsiantar terbagi menjadi 8 kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Siantar Marihat

2. Kecamatan Siantar Marimbun 3. Kecamatan Siantar Selatan

4. Kecamatan Siantar Barat 5. Kecamatan Siantar Utara 6. Kecamatan Siantar Timur

7. Kecamatan Siantar Martoba 8. Kecamatan Siantar Sitalasari

4.1.2 Geografis Kota Pematangsiantar

Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2° 53’ 20” - 3° 01’00” Lintang

Utara dan 99° 1’00” - 99° 6’35” Bujur Timur, berada di tengah-tengah wilayah

(13)

Tabel 4.1

Luas Kota Pematangsiantar Menurut Kecamatan Tahun 2015

No Kecamatan Luas (Km2) Rasio Terhadap Total 8 Siantar Sitalasari 22,723 28,41

Total 79,971 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar

4.1.3 Demografi Kota Pematangsiantar

Pada tahun 2015 penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 245.104 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.065 jiwa per km2

Tabel 4.2

. Penduduk perempuan di Kota Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2014 penduduk

Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 119.582 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 125.522 jiwa. Dengan demikian sex ratio

penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,47.

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Pematangsiantar Menurut Kecamatan Tahun 2015

Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

(per km2) Siantar Marihat 9.372 9.724 19.096 2411,38 Siantar Marimbun 7.585 8.022 15.607 866,77

(14)

Siantar Barat 18.214 18.911 37.125 11583,46 Siantar Utara 23.467 25.072 48.539 13298,36 Siantar Timur 19.162 21.040 40.202 8894,25 Siantar Martoba 20.261 20.205 40.466 2245,37 Siantar Sitalasari 14.080 14.437 28.517 1254,98 Total 120.597 126.814 247.411 3093,86

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Siantar Utara dengan jumlah penduduk sebanyak 48.539 jiwa dan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Siantar Marimbun 15.607 jiwa.

4.1.4 Visi dan Misi Kota Pematangsiantar Tahun 2005-20251

Konsep kota perdagangan dan jasa mengandung makna bahwa kota

Pematangsiantar menjadi kota sentral yang melayani dalam kegiatan di bidang perdagangan (jual-beli) berbagai komoditi hasil pertanian maupun bahan material Kota Pematangsiantar mencanangkan suatu visi yaitu“Mewujudkan Kota

Pematangsiantar sebagai pusat Perdagangan dan Jasa, yang Mantap, Maju

dan Jaya, dengan dukungan sektor Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur dan

Pariwisata”.

Visi tersebut mengandung makna bahwa pada masa dua puluh tahun Kota Pematangsiantar diharapkan menjadi suatu kota perdagangan dan jasa yang maju,

layak huni, mampu memberikan suasana nyaman bagi masyarakatnya, dan didukung oleh budaya multikultur dan masyarakat yang beradab, serta memiliki kemampuan dalam mengikuti dinamika dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta kemampuan dalam pemanfaatannya secara bijaksana.

1Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Daerah

(15)

lain yang dihasilkan oleh wilayah Kota Pematangsiantar dan wilayah sekitarnya.

Konsep ini diimplementasikan dengan mewujudkan iklim usaha yang kondusif yang mampu memacu daya saing yang berkelanjutan, memperlancar arus barang, mendukung peningkatan penguasaan desain dan teknologi, penciptaan lapangan

kerja serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu peranan semakin besar sebagai pusat

penyedia berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan yang berasal dari hasil industri baik dari dalam wilayah Kota Pematangsiantar maupun barang impor dari dalam dan luar negeri. Sentralitas Kota Pematangsiantar terus akan ditingkatkan

di bidang perdagangan dan jasa.

Pelayanan jasa yang perlu dikembangkan terutama adalah pelayanan jasa

pendidikan, kesehatan, perbankan, perhotelan, restoran/rumah makan, pergudangan, pengangkutan dan hiburan.

Konsep Kota yang Mantap mengandung makna bahwa Kota

Pematangsiantar sebagai kota yang dapat menggali dan mendorong semua potensi daerah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam keadaan

stabil sehingga mampu memberikan andil dalam pembangunan daerah.

Konsep Kota yang Maju mengandung makna bahwa Kota Pematangsiantar sebagai kota yang dapat mewujudkan kinerja pembangunan

daerah ditandai oleh adanya laju pertumbuhan dan peningkatan grafik di sektor-sektor prioritas secara langsung berdampak positif bagi peningkatan kualitas

(16)

Konsep Kota yang Jaya mengandung makna bahwa Kota Pematangsiantar

sebagai kota yang dapat menciptakan kondisi dimana hasil pembangunan daerah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota dan masyarakat Pematangsiantar berhasil dengan sukses sesuai dengan target-target yang ditetapkan dalam kinerja

pembangunan.

Untuk mewujudkan visidiatas ditempuh melalui misi sebagai berikut:

1. Mengembangkan Pelaksanaan Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)

Mengembangkan tata pemerintahan yang baik (Good Governance)

melalui berbagai upaya peningkatan kualitas pelayanan yang prima dan bermutu pada berbagai sektor dan didukung oleh perangkat daerah yang

memiliki profesionalitas dan kompetensi yang tinggi dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dalam suasana politik, hukum, dan kamtibnas yang kondusif.

2. Mendorong Terwujudnya Masyarakat Madani (Civil Society) dengan Budaya Politik dan Hukum yang Beradab dalam Kerangka Sistem Hukum Nasional dan Budaya Multikultural.

Mendorong terwujudnya masyarakat madani yang memiliki budaya politik dan hukum yang dewasa dan bermartabat dalam kerangka sistem

hukum nasional dan budaya multikultural yang menjunjung tinggi nilai-nilai dalam peradaban global.

(17)

Mendorong pembangunan masyarakat yang berkualitas melalui upaya

pembangunan masyarakat secara komprehensif dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat seutuhnya dengan kemampuan menguasai dan menerapkan sains dan teknologi, serta melalui penggalian dan pengembangan

nilai-nilai budaya lokal.

4. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan Disertai dengan Upaya Perbaikan Pendapatan Masyarakat.

Mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang efisien, efektif dan produktif, serta dilakukan dengan upaya mendorong pertumbuhan bidang

perdagangan dan jasa sebagai aktifitas ekonomi utama yang menjadi tulang punggung dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat tanpa meninggalkan

aktifitas perekonomian lainnya sebagai aktifitas pelengkap dan pendukung, dan disertai dengan upaya yang serius dan konstruktif untuk memperbaiki distribusi pendapatan yang lebih merata pada seluruh lapisan masyarakat.

5. Mengembangkan Pembangunan Ruang dan Infrastruktur yang Berkelanjutan

Mendorong pengembangan ruang kota, penyediaan infrastruktur yang memadai, dan pengembangan wilayah kota secara efektif dan efisien yang mendukung berbagai aktifitas masyarakat dengan melaksanakan prinsip

pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

4.2 Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Pematangsiantar

(18)

Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar, Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu. Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada walikota melalui sekretaris daerah.

4.2.1 Susunan Organisasi DPMPTSP Pematangsiantar

Susunan organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu terdiri dari:

a. Kepala dinas;

b. Sekretariat; terdiri dari:

1. Sub bagian Penyusunan Program

2. Sub bagian Umum dan Kepegawaian; dan 3. Sub bagian Keuangan

c. Bidang Perencanaan, Pengembangan Iklim dan Promosi Penanaman Modal, yang terdiri dari;

1. Seksi Perencanaan Penanaman Modal;

2. Seksi Pengembangan Iklim Penanaman Modal; dan 3. Seksi Promosi Penanaman Modal

d. Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan Informasi Penanaman Modal, yang terdiri dari;

1. Seksi Pemantauan dan Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal 2. Seksi Pembinaan Pelaksanaan Penanaman Modal; dan

(19)

e. Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, yang

terdiri dari;

1. Seksi Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan I; 2. Seksi Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan II;

3. Seksi Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan III;

f. Bidang Pengaduan, Kebijakan, dan Pelaporan Layanan; terdiri dari;

1. Seksi Pengaduan dan Informasi Layanan; 2. Seksi Kebijakan dan Penyuluhan Layanan; dan 3. Seksi Pelaporan Peningkatan Layanan

g. UPTD; dan

(20)

KEPALA DINAS

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal & PTSP Kota Pematangsiantar

Sumber: Arsip Dinas Penanaman Modal & PTSP Kota Pematangsiantar

JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT

Sub Bag Penyusunan Pengembangan Iklim & Promosi

Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal & Informasi Penanaman Modal

Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan & Non Perizinan

Bidang Pengaduan & Pelaporan Masyarakat

Seksi Perencanaan Penanaman Modal

Seksi Pemantauan & Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal

Seksi Pelayanan Perizinan & Nonperizinan I

Seksi Pengaduan & Informasi Layanan

Seksi Pengembangan Iklim Penanaman Modal

Seksi Pembinaan Pelaksanaan Penanaman Modal

Seksi Pelayanan Perizinan & Nonperizinan II

Seksi Kebijakan & Penyuluhan Layanan

Seksi Promosi Penanaman Modal Seksi Pengolahan Data & Sistem Informasi Penanaman Modal

Seksi Pelayanan Perizinan & Nonperizinan III

(21)

4.2.2 Tugas dan Fungsi DPMPTSP Pematangsiantar

Kepala dinas mempunyai tugas membantu walikota melaksanakan urusan pemerintahan bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu. Adapun fungsi Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam

melaksanakan tugas menurut Peraturan Walikota Nomor 04 Tahun 2017, antara lain;

1. Penyusunan perencanaan bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu;

2. Perumusan kebijakan teknis bidang penanaman modal dan pelayanan

terpadu satu pintu;

3. Pembinaan, pengendalian, koordinasi, fasilitasi dan penyelenggaraan

penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu;

4. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu; dan

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar dibantu oleh:

1. Sekretaris

2. Kepala Bidang Perencanaan, Pengembangan Iklim dan Promosi Penananaman Modal

(22)

4. Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan

Nonperizinan

5. Kepala Bidang Pengaduan, Kebijakan, dan Pelaporan Layanan 6. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

7. Kelompok Jabatan Fungsional

4.2.3 Sumber Daya Manusia DPMPTSP Pematangsiantar

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 70 orang dengan komposisi sebagai berikut:

1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Jabatan

Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Jabatan

No Jabatan Jumlah

1 Kepala Dinas 1 orang

2 Sekretaris 1 orang

3 Kepala Bidang 4 orang

4 Kepala Sub Bagian 3 orang

5 Kepala Seksi 12 orang

Total 21 orang

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar

2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah

1 S2 1 orang

2 S1 32 orang

3 D3 19 orang

4 SLTA 18 orang

Total 70 orang

(23)

3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Tabel 4.5 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

No Golongan Jumlah

1 IV 10 orang

2 III 36 orang

3 II 19 orang

4 I -

5 Non PNS 5 orang

Total 70 orang

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar

4.3 Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE)

Dalam bab ini dipaparkan mengenai hasil penelitian tentangimplementasi

kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modaldan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota

Pematangsiantar. Setelah diadakan penelitian dan pengumpulan data di lapangan baik melalui wawancara, pengamatan (observasi), studi kepustakaan, dan studi dokumentasi langsung maka diperoleh berbagai data dari informan dalam

kaitannya dengan implementasi kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar.

Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan model implementasi kebijakan George Edward III, yakni Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, dan Struktur

Birokrasi.Keempat variabel tersebut akan dijabarkan secara berurutan dan lebih mendalam. Berikut ini merupakan pemaparan dari hasil penelitian tentang

(24)

Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu menggunakan empat variabelteori implementasi GeorgeEdward III yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan.

4.3.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Keberhasilan

implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan

mengurangi distorsi implementasi.

Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara elektronik

(SPIPISE) merupakan sistem pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi antara Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia dengan Kementerian/Lembaga Perizinan Non Departemen yang memiliki

kewenangan perizinan dan nonperizinan, perangkat daerah provinsi bidang penanaman modal dan perangkat daerah kabupaten/kota bidang penanaman

modal.

Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) diatur secara spesifik oleh Peraturan Kepala BKPM Nomor 4 Tahun

2014. SPIPISE diimplementasikan dengan maksud untuk mengatur pemanfaatan teknologi sistem informasi dalam rangka pelayanan informasi terkait penanaman

(25)

1) Penyelenggaraan pelayanan informasi di bidang penanaman modal.

2) Penyelenggaraan pelayanan perizinan dan nonperizinan di bidang penanaman modal secara elektronik.

3) Pelayanan perizinan dan nonperizinan di bidang penanaman modal yang

mudah, cepat, tepat, transparan, dan akuntabel.

4) Integrasi informasi data pelayanan perizinan dan nonperizinan di bidang

penanaman modal.

5) Keselarasan kebijakan dalam pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal antarsektor dan pusat dengan daerah.

SPIPISE mutlak diperlukan apabila suatu instansi pemerintah menyelenggarakan pelayanan terpadu satu pintu di bidang penanaman modal serta

menjadi salah satu tolok ukur PTSP di bidang Penanaman Modal. Hal tersebut diaturdalam Perpres Nomor 27 Tahun 2009 pasal 5 ayat (2) tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang menyatakan bahwa PTSP di bidang penanaman modal

harus didukung oleh ketersediaan,(a) sumber daya manusia yang profesional dan memiliki kompetensi yang handal; (b) tempat, sarana dan prasarana kerja, dan

media informasi; (c) mekanisme kerja dalam bentuk petunjuk pelaksanaan PTSP di bidang Penanaman Modal yang jelas, mudah dipahami dan mudah diakses oleh Penanam Modal; (d) layanan pengaduan (help desk) Penanam Modal; dan (e)

SPIPISE.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, keberhasilan suatu implementasi

(26)

memahami betul maksud dan tujuan dilaksanakannya SPIPISE tersebut. Oleh

karena itu, peneliti melakukan wawancara denganbeberapa informan terkait sejauh mana informan mengetahui maksud dan tujuan dari penerapan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).

Bapak Agus Salam, SE selaku Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar mengatakan;

“SPIPISE merupakan sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi yang dibuat oleh pemerintah, pemerintah yang dimaksud adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia, yang terhubung secara online melalui sambungan internet. SPIPISE bertujuan untuk mempermudah masyarakat atau penanam modal mengurus perizinan secara cepat, mudah dan efisien. SPIPISE ini juga bertujuan untuk menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dimana yang dimaksud PTSP itu adalah seluruh proses pengurusan hingga terbitnya perizinan dilakukan hanya dalam satu pintu di setiap instansi pemerintah yang menyelenggarakan PTSP salah satunya yaitu Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar. SPIPISE ini dilaksanakan berdasarkan Perka BKPM Nomor 4 tahun 2014 tentang SPIPISE, itulah dasar hukumnya.” (hasil wawancara dengan Bapak Agus Salam, SE pada tanggal 8 Mei 2017)

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota

Pematangsiantar memiliki beberapa bidang dengan tugas dan fungsi yang berbeda. Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan

merupakan bidang yang bertanggungjawab menaungi perizinan dan nonperizinanpenanaman modal dan terdiri dari beberapa seksi yang saling berkoordinasi. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi, SPIPISE ini dilaksanakan

oleh Seksi Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan III.

Sehubungan dengan itu, peneliti mewawancarai Kepala Bidang

(27)

“Kalau SPIPISE kan cara mengurus perizinan yang menggunakan elektronik.SPIPISE merupakan sejenis aplikasi yang mempermudah masyarakat atau penanam modal untuk mengurus perizinan dan nonperizinanseperti izin prinsip, izin perluasan usaha dan lain-lain. Aplikasi ini berbentuk portal internet yang menghubungkan BKPM pusat dengan instansi penanaman modal dan PTSP yang ada di daerah. Jadi, seluruh data-data penanaman modal yang ada di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar langsung terkoneksi ke BKPM pusat. (hasil wawancara dengan Ibu Mardiana, SH pada tanggal 8 Mei 2017)

Berdasarkan hasil wawancara dari kedua informan di atas dapat diketahui

bahwa SPIPISE diciptakan dan dilaksanakan guna memudahkan masyarakatdalam mengurus perizinanpenanaman modal serta berfungsi untuk mengintegrasikan seluruh data-data perizinan penanaman modal yang ada di daerah agar dapat

dipantau oleh pemerintah. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Dedi Andriyantika selaku operator SPIPISE di Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kota Pematangsiantar. Beliau mengatakan;

“SPIPISE merupakan aplikasi dalam perizinan di bidang penanaman modal yang berfungsi untuk memudahkan penanam modal dalam mengurus izin penanaman modal secara elektronik. Jadi, mengurus izin penanaman modal sekarang sudah mudah, pelaku usaha hanya perlu mengurus perizinan dimana saja bisa, tanpa perlu repot-repot mendatangi kantor Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar.” (hasil wawancara dengan Bapak Dedi Andriyantika pada tanggal 10 Mei 2017)

Berdasarkan pemaparan dari keseluruhan hasil wawancara diatas dapat diketahuibahwa informan penelitian paham tentang maksud dan tujuan dari penerapan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik

(SPIPISE). Hal tersebut dapat ditelaah dari keterangan yang diberikan oleh informan pada saat wawancara tentang maksud dan tujuan penerapan SPIPISE

(28)

Elektronik (SPIPISE) sebagaimana yang telah penulis sajikan di awal

pembahasan.

Komunikasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada para pelaksana kebijakan saja tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak

yang terkait. Tujuan dari suatu kebijakan harus disampaikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila

tujuan dan maksud suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

Walaupun maksud dan tujuan dari kebijakan SPIPISE sudah dipahami oleh sebagian besar pegawai DPMPTSP sebagai pelaksana kebijakan tidak

menjamin bahwa SPIPISE terlaksana dengan baik. Masyarakat sebagai kelompok sasaran dari kebijakan SPIPISE juga harus mengetahui tujuan dan maksud dari implementasi kebijakan tersebut. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar sebagai aktor pelaksana kebijakan berperan penting dalam menyampaikan tujuan dan maksud SPIPISE kepada

masyarakat, baik itu melalui sosialisasi secara langsung, pemberitaan melalui media massa, radio, maupun media relevan yang lainnya.

Untuk mengetahui apakah sosialisasi SPIPISE pernah dilakukan oleh

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar, peneliti mewawancarai Bapak Agus Salam, SE selaku kepala DPMPTSP.Berikut

penjelasan Beliau;

(29)

Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Pematangsiantar pada tahun 2015. Acara launching itu kami adakan untuk menunjukkan ke masyarakat bahwasanya sudah ada Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di dinas ini. Jadi, masyarakat sekarang dalam hal mengurus perizinan sudah bisa secara online melalui SPIPISE ini.” (hasil wawancara dengan Bapak Agus Salam SE pada tanggal 8 Mei 2017)

Sosialisasi mengenaiSPIPISE ini pernah dilaksanakan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar

melalui suatu acara peresmian (launching) yang diadakan di halaman depan kantor dinas dua tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 10 Februari 2015. Saat itu

yang melaksanakan acara launching adalah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar sebelum berubah menjadi Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar seperti sekarang ini.

Sebagai informasi, Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar merupakan hasil penggabungan (merger) dari dua instansi

perangkat daerah kota Pematangsiantar, yaitu Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Pematangsiantar dengan Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah Kota Pematangsiantar sebagai akibat dari pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang perangkat daerah. Peraturan tersebut mewajibkan pemerintah daerah merampingkan seluruh organisasi perangkat

daerahnya masing-masing dengan menggabungkan beberapa organisasi perangkat daerah yang dinilai memiliki rumpun tugas dan urusan yang sama.

Berikut penuturan dari Ibu Mardiana, SH selaku Kepala Bidang

Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar perihal sosialisasi SPIPISE yang pernah

(30)

“Sejak dilaksanakannya SPIPISE ini kita sudah launching. Itulah sebagai wujud sosialisasi yang dilakukan dinas kepada masyarakat dengan mengundang pelaku-pelaku usaha di Pematangsiantar ini, jika ada yang berinvestasi kita sudah bisa menggunakan SPIPISE yang langsung online dengan BKPM RI. Selain sosialisasi lewat acara launching, sosialisasi juga dilakukan lewat acara-acara instansi vertikal seperti acaranya BPJS. BPJS mengadakan sosialisasi kepada masyarakat, kita juga turut serta melakukan sosialisasi di sana.” (hasil wawancara dengan Ibu Mardiana, SH pada tanggal 8 Mei 2017)

Terkait sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Dinas Penanaman Modal dan

PTSP Pematangsiantar tidak lengkap jika tidak menanyakan masyarakat secara langsung.Peneliti kemudian mewawancarai beberapa warga yang sedang

mengurus perizinan di kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar. Wawancara tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana warga mengetahui SPIPISE dan sosialisasi yang pernah

dilakukan Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar.

Berikut penuturan Bapak Hermawan Nasution selaku masyarakat yang

sedang mengurus izin TDP di kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar;

“Saya tidak tahu apa itu SPIPISE. Saya mengurus izin ya secara manual, datang langsung kesini (kantor dpmptsp) dengan membawa berkas dan membuat surat permohonan, seperti TDP (Tanda Daftar Perusahaan) inilah contohnya yang lagi saya urus ini. Kalau sosialisasi SPIPISE itu juga kurang tahu ada atau tidak, karna saya tidak pernah mendapat sosialisasi atau pemberitahuan dari pihak Dinas Penanaman Modal Pematangsiantar bahwasanya SPIPISE itu sudah ada di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar.” (hasil wawancara dengan Bapak Hermawan Nasution pada tanggal 9 Mei 2017)

Untuk menambah informasi dari pihak masyarakat, peneliti kemudian mewawancarai warga lainnya yang sedang mengurus perizinan di Dinas

(31)

mengurus izin SIUP di kantor Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota

Pematangsiantar;

“Setahu saya SPIPISE adalah sistem informasi yang digunakan untuk mempercepat pengurusan perizinan, dengan sistem itu maka pengurusan perizinan akan lebih cepat dan mudah. Saya belum pernah menerima sosialisasi secara langsung tentang SPIPISE dari pihak Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar. Saya tahu SPIPISE karena pernah membaca berita tentang itu dari media online yang ada di internet.” (hasil wawancara dengan Bapak Maruli Sinaga pada tanggal 12 Mei 2017)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan di atas dapat diketahui bahwa mereka sama sekali tidak pernah menerima sosialisasi atau

pemberitahuan secara langsung tentang kebijakan SPIPISE dari Pihak Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar. Menanggapi hal tersebut, Ibu Mardiana, SH selaku Kepala Bidang Penyelenggaraan Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar mengatakan bahwa;

“Memang kami jarang melakukan sosialisasi langsung, sewaktu peluncuran SPIPISEitu pun kami hanya mengundang beberapa masyarakat saja dan masyarakat yang kami undang itumerupakan para pelaku usaha yang ada di kota Pematangsiantar. Jadi, kami melakukan sosialisasi kebanyakan lewat pemberitaan di media massa.” (hasil wawancara dengan Ibu Mardiana, SH pada tanggal 12 Mei 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa penyampaian

kebijakan SPIPISE kepada masyarakatoleh Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar dilakukan melalui sosialisasi langsung lewat suatu acara peresmian (launching) SPIPISE pertama kali serta pemberitaan lewat beberapa

media. Namun, sosialisasi kebijakan SPIPISEkepada masyarakat secara langsung dirasakan kurang maksimal.Dinas Penanaman Modal kurang intens mengadakan

(32)

masyarakat.Pihak Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kota Pematangsiantar sebagai agen pelaksana kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) perlu meningkatkan sosialisasi tersebut agar informasi tentang maksud dan tujuan

dilaksanakannya Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Tujuan

dari SPIPISE tidak akan tercapai apabila masyarakat tidak mengetahui sama sekali tujuan dan manfaat dari sistem elektronik pelayanan penanaman modal tersebut.

4.3.2 Sumber Daya

Sumber daya merupakan faktor utama dalam melaksanakan dan

merealisasikan jalannya suatu kebijakan. Tanpa tersedianya sumber daya, sangat kecil kemungkinan suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik. Oleh karena itu, sumber daya sangat penting untuk diperhatikan. Walaupun isi

kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan kebijakan,

implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, sumber daya finansial dan fasilitas yang dipergunakan.

4.3.2.1Sumber Daya Manusia (Staf)

Staf barangkali merupakan sumber daya yang paling penting dalam melaksanakan kebijakan atau program. Kurangnya staf pelaksana tentu akan

(33)

dan motivasi yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah ataupun staf, namun di

sisi yang lain kekurangan staf juga akan menimbulkan persoalan yang pelik menyangkut implementasi kebijakan yang efektif.

Sumber daya manusia yang ada di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar berjumlah sekitar 70 orang pegawai dengan berbagai latar belakang kualifikasi pendidikan yang berbeda-beda. Dari

segi kualitas, para pegawai difasilitasi untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan langsung oleh instansi penanaman modal nasional yakni Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. Berikut pernyataan Bapak

Agus Salam SE selaku Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar mengenai kuantitas dan kualitas sumber daya

manusia yang ada di dinas tersebut;

“Kalau sumber daya manusia dari segi jumlah para pegawai sudah mencukupi, jumlah pegawai ada sekitar 70 orang, dari segi kompetensi para pegawai sudah memuaskan dikarenakan juga sebagaian besar pegawai sudah berlatar belakang sarjana dan diploma. Untuk meningkatkan lagi kualitas para pegawai, kami kirim beberapa orang pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan pusdiklat BKPM pusat setiap tahunnya. Ini kan kita berdiri masih tahun 2010 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Waktu itu dinas ini belum terbentuk, masih terdiri dari dua instansi, yakni Badan Penanaman Modal & Promosi Daerah dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Pematangsiantar. Jadi, pengalaman pegawai masih kurang, tetapi jika dilihat dari segi kualifikasi pendidikan masing-masing pegawai rata-rata adalah lulusan sarjana. Maka dari itulah kita kirim beberapa pegawai mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) SPIPISE ke Cipanas Jawa Barat beberapa kali.” (hasil wawancara dengan Bapak Agus Salam SE pada tanggal 8 Mei 2017)

Jika dilihat dari komposisi pegawai di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Pematangsiantar sebagian besar merupakan lulusan sarjana dengan berbagai latar

(34)

pendidikan saja tidak cukup, karena di dalam mengimplementasikan kebijakan

SPIPISE dibutuhkan kemampuan dari para pegawai di bidang IT untuk mengoperasikan aplikasi SPIPISE. Maka dari itu dibuatlah suatu pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) SPIPISE oleh BKPM RI supaya para agen pelaksana yang

ada di setiap instansi penanaman modal daerah yang mengimplementasikan SPIPISE lebih mahir lagi dalam mengoperasikan sistem elektronik di bidang

penanaman modal tersebut.

Lebih lanjut peneliti bertanya mengenai sumber daya manusia juga pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh BKPM RI kepada Kepala Bidang

Penyelenggaraan Perizinan dan Nonperizinan, Ibu Mardiana SH yang kebetulan juga pernah mengikuti diklat yang diadakan oleh BKPM RI tersebut. Berikut

tanggapan beliau;

“Sumber daya manusia di dinas bisa dikatakan cukup baik lah. Namun, untuk SPIPISE operatornya bukan tamatan yang khusus di bidang itu. Jadi masih butuh pegawai yang memang bisa menguasai bidang IT terkait SPIPISE ini. Untuk operator spipise masih berpendidikan SMA. Kami memang kekurangan SDM untuk di bidang IT ini. Tetapi untuk meningkatkan keterampilan pegawai, kita menyiasatinya dengan menerima undangan dari BKPM pusat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan SPIPISE dan mengikutsertakan beberapa pegawai untuk mengikuti DIKLAT disana. Dalam dua tahun terakhir, sudah ada dua kali kita ikut serta dalam pelatihan tersebut dan magang langsung di kantor pusat BKPM RI untuk meningkatkan kualitas pegawai dalam mengoperasikan SPIPISE.” (hasil wawancara dengan Ibu Mardiana, SH pada tanggal 8 Mei 2017)

Pertanyaan serupa juga peneliti ajukan kepada Bapak Dedi Andriyantika selaku operator SPIPISE sekaligus pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan

(35)

Pegawai disini rata-rata bisa dibilang sudah berkualitas, dilihat dari segi kualifikasi pendidikannya juga sebagian besar pegawai adalah lulusan sarjana. Dari segi keterampilan memang belum begitu memuaskan sehingga pelatihan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kecakapan dari para pegawai. Maka dari itu BKPM melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) BKPM mengadakan pelatihan rutin hampir setiap tahunnya yang ditujukan bagi para pegawai Dinas Penanaman Modal dan PTSP setiap daerah untuk meningkatkan kualitas pegawai. Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar turut mengikutsertakan beberapa pegawai untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia tersebut.(hasil wawancara dengan Bapak Dedi Andriyantika pada tanggal 10 Mei 2017)

Tanggapan Ibu Rika Elisabet Sinaga SE selaku Pejabat Fungsional Umum

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar yang turut mengikut i pendidikan dan pelatihan SPIPISE oleh BKPM pusat di Cipanas Jawa Barat;

“Jumlah pegawai sudah mencukupi dan kualitas pegawai disini rata-rata mampu. Kalau disini yang mengetahui SPIPISE paling ada beberapa, kurang tahu kalo di Badan Penanaman Modal sebelumnya, karena kan kita baru bergabung, kalo yang dari BPPT dulu paling pegawai yang tahu tentang SPIPISE ini ada enam sampai tujuh orang pegawai dan kebetulan diikutsertakan pada waktu diklat dulu. Dari Badan Penanaman Modal juga mengirimkan orangnya tapi kita kurang tahu ada berapa orang karena pada waktu itu BPPT belum bergabung dengan penanaman modal. Kita mengirim pegawai untuk mengikuti diklat BKPM paling pegawai yang kira-kira mampu mengikutinya.” (hasil wawancara dengan Ibu Rika Elisabet Sinaga, SE pada tanggal 12 Mei 2017)

Pada tahun 2016, Pusat Pendidikan dan Pelatihan (pusdiklat) Badan Koordinasi Penanaman Modal menyelenggarakan beberapa kegiatan Diklat

Penanaman Modal yang diikuti oleh aparatur terkait penanaman modal dari setiap daerah provinsi dan kabupaten/kota. Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota

Pematangsiantar (dulu masih Badan Penanaman Modal dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematangsiantar) menugaskan sekitar enam orang dari masing-masing instansinya mengikuti kegiatan diklat tersebut. Kegiatan tersebut

(36)

pusdiklat BKPM hampir setiap tahun dengan jadwal pelatihan tentatif dari bulan

Februari hingga Desember. Pada tahun 2016 yang lalu, khusus diklat SPIPISE dilaksanakan pada tanggal 21-23 April 2016 di Cipanas Jawa Barat.

4.3.2.2Sumber Daya Finansial

Menurut Indiahono (2009:31-32) sumber daya menunjuk pada setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya

manusia maupun sumber daya finansial. Sumber daya finansial merupakan kecukupan modal investasi atas sebuah program atau kebijakan. Sumber daya finansial menjamin keberlangsungan program atau kebijakan. Tanpa adanya

dukungan finansial yang memadai, program tidak dapat berjalan efektif dan cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran.

Pembiayaan SPIPISE tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal. Dalam penyelenggaraan SPIPISE tanggung jawab pembiayaan dibebankan kepada (pasal

26):

a. BKPM, untuk antarmuka sistem (interface) dari BKPM ke

Kementerian Teknis/LPND, PDPPM, dan PDKPM;

b. Kementerian Teknis/LPND, untuk jaringan dan keterhubungan dari Kementerian Teknis/LPND ke BKPM;

c. Pemerintah Provinsi, untuk jaringan dan keterhubungan dari PDPPM ke BKPM; dan

(37)

Secara rinci Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Terpadu Satu Pintu di bidang penanaman modal menjelaskan sumber pendanaan SPIPISE yang berasal dari APBN dan APBD seperti yang termaktub pada pasal 28, dijelaskan bahwa;

(1) Biaya yang diperlukan BKPM untuk penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara.

(2) Biaya yang diperlukan PDPPM dan PDKPM untuk penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah masing-masing.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan dalam implementasi

SPIPISE diatur oleh Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2014. Pada pasal 27 ayat (1) dijelaskan bahwa pembiayaan yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) BKPM meliputi

pembangunan dan pengelolaan SPIPISE yang terdiri dari; (a) perangkat keras dan perangkat pendukung untuk pengolahan data, jaringan, dan

keterhubungan/interkoneksi SPIPISE; (b) perangkat lunak yang meliputi, yakni subsistem informasi penanaman modal, subsistem pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal, dan subsistem pendukung.

Sedangkan pembiayaan SPIPISE yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) pemerintah kabupaten/kota seperti dijelaskan

(38)

Mengenai pembiayaan SPIPISE, berikut pernyataan Bapak Agus Salam

SE selaku Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar;

“Sumber pendanaan SPIPISE berasal dari APBN dan APBD, platform aplikasi SPIPISE ini dibebankan kepada APBN sedangkan perangkat kerasnya seperti komputer dan printer kita sudah punya, perangkat keras itu dibebankan ke APBD Kota. Namun, pada saat SPIPISE ini diluncurkan pertama kali di Pematangsiantar, kita mendapat bantuan dari BKPM, mereka menghibahkan beberapa unit perangkat komputer dan printer. Hibah itu kita peroleh dengan syarat harus ada penandatanganan pendelegasian wewenang hak akses SPIPISE ini oleh BKPM RI kepada Dinas Penanaman Modal dan PTSP melalui Walikota. Bantuan yang berasal dari BKPM belum maksimal, kiranya perlu ditambah lagi pembiayaan khusus penunjang aplikasi SPIPISE ini. (hasil wawancara dengan Bapak Agus Salam SE pada tanggal 8 Mei 2017)

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Ibu Evanita Purba selaku Kepala Sub Bagian Keuangan Sekretariat Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar;

“Pembiayaan SPIPISE berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara BKPM RI dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Pematangsiantar. BKPM RI pernah menghibahkan tiga unit perangkat komputer dan printer. Untuk lalu lintas internet yang menghubungkan SPIPISE ini ke BKPM RI dibebankan kepada APBD Kota Pematangsiantar. Untuk saat ini dukungan finansial berupa bantuan perangkat pendukung tersebut sudah memadai, tetapi dukungan finansial untuk sosialisasi SPIPISE ini masih kurang.” (hasil wawancara pada tanggal 9 Mei 2017)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para informan diatas dan

dokumen yang dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa sumber pembiayaan SPIPISE bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara lewat Badan

(39)

belum optimal terutama dalam menopang biaya operasional Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Kota Pematangsiantar untuk melakukan sosialisasi kebijakan SPIPISE kepada masyarakat.

4.3.2.3Fasilitas

Pelaksana kebijakan mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel, dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana)

maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berjalan efektif.

Berdasarkan pengamatan peneliti dari segi fisik kantor, sarana perkantoran di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar sudah baik. Hal ini

dibuktikan dengan ruangan kerja pegawai (back office) yang cukup nyaman dilengkapi dengan Air Conditioner (AC). Sedangkan ruangan untuk pelayanan

kepada masyarakat (front office), Dinas Penanaman Modal dan PTSP menyediakan kursi tunggu bagi masyarakat yang mengurus perizinan dan dilengkapi AC dan Televisi sehingga membuat ruangan menjadi sejuk dan

nyaman.

Tabel 4.6 Daftar Peralatan Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar Tahun 2017

No Nama Peralatan Jumlah (unit)

1 Komputer 21

2 Printer 8

3 Mesin Fotokopi 2

4 AC 8

5 TV 3

6 Meja 25

7 Kursi 29

8 Wifi Tower 1

9 Absensi Fingerprint 2

(40)

Dinas Penanaman Modal & PTSP Kota Pematangsiantar juga dilengkapi

dengan alat Fingerprint Detector yang digunakan untuk mengisi daftar hadir para pegawai. Alat absensi elektronik tersebut diterapkan karena lebih efektif dan efisien ketimbang sistem absensi manual lewat kertas. Selain memudahkan sistem

absensi, fingerprint juga berfungsi untuk mengendalikan kedisiplinan para pegawai dalam bekerja. Berikut ini penjelasan dari Bapak Rusman Damanik, SE

selaku Kepala Bidang Pengaduan, Kebijakan, Pelaporan, Layanan pada Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar.

“Untuk absensi kita punya alat fingerprint yang akan mendeteksi kehadiran para pegawai secara otomatis melalui sidik jarinya masing-masing. Jadi gak bisa lagi main-main dengan kehadiran. Jika pegawai bolos ataupun telat maka akan berdampak langsung kepada penghasilan pegawai, misalnya TPPnya dipotong. Pada apel pagi pegawai harus menempelkan sidik jarinya ke alat fingerprint begitu juga ketika apel sore mau pulang.” (wawancara dengan Bapak Rusman Damanik SE pada tanggal 9 Mei 2017)

Pengoperasian SPIPISE secara khusus didukung oleh perangkat komputer dan printer masing-masing sebanyak empat unit. Tiga dari perangkat elektronik

tersebut merupakan bantuan dari BKPM RI kepada Dinas Penanaman Modal dan PTSP Pematangsiantar yang dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN). Mengingat SPIPISE ini merupakan bentuk aplikasi portal berbasis internet, maka mutlak dibutuhkan layanan koneksi internet. Tanpa koneksi internet, aplikasi SPIPISE tidak akan berjalan. Sedangkan untuk

keterhubungan jaringan dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pematangsiantar ke Badan Koordinasi Penanaman Modal tidak

(41)

Berikut penjelasan dari Ibu Rika Elisabet Sinaga SE selaku Pejabat

Fungsional Umum Dinas Penaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar;

“Kalau dari BKPM sendiri, mereka sudah memberikan perangkat komputer dan printer yang dilengkapi dengan alat scanner, dan itu semua merupakan hibah dari BKPM ke Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar. Tapi yang terpenting adalah jaringan internet dan itu berasal dari DPMPTSP dan sudah memadai. Kendala yang dihadapi dalam pemakaian fasilitas tersebut paling karena listrik padam ataupun koneksi internet yang error. Kalau komputer dan printer rusak kan sudah ada pemeliharaan dari kantor.”(hasil wawancara dengan Ibu Rika Elisabet SE pada tanggal 12 Mei 2017)

Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan perizinan kepada masyarakat umumnya sudah memadai. Hal itu

dibukt ikan oleh peneliti dengan mengamati fasilitas di ruang pelayanan (front office) yang mendukung dan nyaman bagi warga yang mengurus perizinan.

Walaupun begitu, fasilitas yang dipergunakan untuk menunjang SPIPISE masih terdapat kekurangan seperti koneksi internet (wi-fi) yang kadang error sehingga menyebabkan proses pelayanan elektronik menjadi terkendala.

4.3.3 Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana

kebijakan seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Jika implementasi kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana tidak hanya harus memiliki

(42)

Jika para pelaksana bersikap baik karena menerima suatu kebijakan dalam

hal ini berarti adanya dukungan maka kemungkinan besar para pelaksana akan melaksanakan kebijakan secara bersungguh-sungguh seperti tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, jika perspektif dan tingkah laku para pelaksana berbeda

dengan para pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan akan mengalami kesulitan. Para pelaksana yang memiliki perspektif berbeda tersebut

cenderung menggunakan keputusan mereka sendiri yang berbeda dari peraturan seharusnya dari kebijakan yang dilaksanakan sehingga menimbulkan tujuan dari kebijakan tersebut tidak tercapai.

Menurut George Edward III, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam melihat disposisi dari para pelaksana kebijakan yakni pengangkatan pegawai dan

insentif yang diberikan. Pemilihan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada kepentingan warga masyarakat.

Berikut pernyataan dari Bapak Dasnizar Zega, S.Sos selaku Kasubbag Umum dan Kepegawaian Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Kota Pematangsiantar mengenai pengangkatan pegawai.

“Pengangkatan pegawai diadakan melalui sistem seleksi CPNS, bukan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pematangsiantar yang menentukan. Kami hanya mengusulkan misalnya jika ada kekurangan pegawai pada dinas ini maka akan kami laporkan pada Badan Kepegawaian Daerah sesuai dengan jumlah pegawai yang kami butuhkan di dinas ini.” (hasil wawancara dengan Bapak Dasnizar Zega, S.Sos pada tanggal 18 Mei 2017)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Ronald Eston Siregar, ST selaku pejabat fungsional di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(43)

“Kalau pegawai jelas diangkat melalui sistem seleksi CPNS secara nasional. Namun sejak diberlakukannya moratorium CPNS oleh pemerintah pusat pengangkatan pegawai pun menjadi terhenti. Pada kondisi tertentu ketika dinas sangat membutuhkan tenaga pada tugas tertentu, dinas punya inisiatif untuk mengangkat tenaga honorer agar kekurangan tenaga pegawai pada dinas ini dapat terpenuhi.” (hasil wawancara dengan Bapak Ronald Eston Siregar ST pada tanggal 8 Mei 2017)

Dalam perekrutan pegawai di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar dilakukan melalui sistem penerimaan

CPNS yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat secara nasional. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar hanya sebatas memberikan usulan kepada Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

mengenai kekurangan pegawai yang dibutuhkan. Namun dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu sepertilayanan penjagaan kantor, Dinas Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar mengandalkan tenaga harian lepas dimana kinerja tenaga harian lepas tersebut dievaluasi setiap tahunnya.

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Sikap

tersebut dapat dilihat dari bagaimana respon setiap pegawai terhadap pelaksanaan kebijakan SPIPISE di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Pematangsiantar. Oleh karena itu, peneliti menanyakan kepada informan tentang respon pegawai

terhadap penerapan SPIPISE. Berikut tanggapan Bapak Sarifuddin Sijabat SH mengenai respon pegawai.

(44)

yang sebelumnya.” (hasil wawancara dengan Bapak Sarifuddin Sijabat SH pada tanggal 9 Mei 2017)

Berikut penjelasan Bapak Drs. Hendrik Sihombing Msi tentang respon pegawai terhadap implementasi SPIPISE,

“Kalau pegawai sebenarnya mendukung pelaksanaan SPIPISE. Tapi, off the record tak terekspose kan, ada-ada saja pegawai yang tak suka dengan sistem tersebut karena jika tidak ada itu bisa dia ‘ngolah’. Kalau untuk masyarakat sangat membantu dengan adanya SPIPISE ini tapi kalau untuk pegawai tergantung orangnya.” (hasil wawancara dengan Bapak Drs. Hendrik Sihombing Msi pada tanggal 12 Mei 2017)

Umumnya pegawai di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar mendukung pelaksanaan Sistem Pelayanan

Informasi dan Perizinan Investasi. Namun tidak dipungkiri pegawai yang tidak setuju dengan kebijakan tersebut juga pasti ada seperti yang dikatakan Bapak Drs. Hendrik Sihombing Msi. Pegawai yang setuju dan tidak setuju dengan kebijakan

SPIPISE dapat dilihat dari sikap para pegawai. Mengubah sikap pelaksana kebijakan dalam birokrasi pemerintah merupakan pekerjaan yang sulit dan tidak menjamin proses implementasi dapat berjalan lancar. Salah satu teknik yang

disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif-insentif. Pemberian insentif dapat mempengaruhi kinerja pegawai dalam meningkatkan motivasi kerja para pegawai. Dengan cara

menambah keuntungan-keuntungan atau biaya-biaya tertentu barangkali akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana melaksanakan perintah

dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai insentif pegawai sebenarnya sudah ada tetapi insentif khusus pelaksanaan

(45)

selaku pegawai fungsional umum di Dinas Penanaman Modal dan PSTP Kota

Pematangsiantar.

“Pemberian insentif pada dasarnya sudah ada untuk semua pegawai seperti Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) dan Uang Lauk Pauk (ULP), itu saja. Khusus insentif untuk pelaksanaan SPIPISE tidak ada.” (hasil wawancara dengan Bapak Sarifuddin Sijabat SH pada tanggal 9 Mei 2017)

Berikut tanggapan Ibu Mardiana SH selaku Kepala Bidang

Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar;

“Kalau itu jelas belum ada kami atur untuk insentif administrator SPIPISE. Kalau SIMDA, Pejabat Komitmen, Bendahara itu ada insentifnya secara khusus. Apalagi aturan sekarang melarang adanya tumpang tindih tunjangan pegawai, tidak ada lagi menampung yang macam-macam.” (hasil wawancara dengan Ibu Mardiana SH pada tanggal 8 Mei 2017)

Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa pemberian insentif kepada para pegawai sudah ada melalui Tunjangan Penghasilan Pegawai (TPP) dan Uang

Lauk Pauk (ULP). Namun, dalam mengimplementasikan SPIPISE tidak ada sama sekali insentif yang diberikan kepada para pegawai khususnya operator SPIPISE. Diharapkan kedepannya agar disediakan pemberian insentif kepada pegawai

operasional SPIPISE sehingga para pegawai akan termotivasi dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat khususnya pelayanan SPIPISE.

4.3.4 Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi digunakan untuk dapat menjelaskan tentang susunan

(46)

masing-masing, yang digunakan sebagai landasan dalam pemberian pelayanan kepada

masyarakat. Adanya rincian tugas dan prosedur pelayanan menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak, sehingga para implementor kebijakan dapat melakukan fungsinya dengan efektif. Berikut ini adalah data-data yang

dikumpulkan dari lapangan penelitian terkait rincian tugas dan prosedur pelayanan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota

Pematangsiantar.

4.3.4.1 Rincian Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 04 Tahun 2017

Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar. Adapun yang menjadi rincian tugas

dan fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yaitu: I. Kepala dinas mempunyai tugas membantu walikota melaksanakan urusan

pemerintahan bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu.

Adapun fungsi Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam melaksanakan tugas, antara lain;

1. Penyusunan perencanaan bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu;

2. Perumusan kebijakan teknis bidang penanaman modal dan

pelayanan terpadu satu pintu;

3. Pembinaan, pengendalian, koordinasi, fasilitasi dan

(47)

4. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan dinas penanaman modal dan

pelayanan terpadu satu pintu; dan

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

II. Sekretariat dinas merupakan unsur staf yang dipimpin oleh seorang sekretaris dinas berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala

dinas dan bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan administrasi perkantoran, surat menyurat, keuangan, kepegawaian, perlengkapan, perkantoran, kerumah tanggaan dan barang inventaris lainnya, dan

mengkoordinasikan program/kegiatan yang diselenggarakan bidang-bidang. Sekretariat dinas dalam melaksanakan tugasnya

menyelenggarakan fungsi, antara lain;

1. Perumusan, perencanaan, evaluasi serta pelaporan program/kegiatan dan anggaran di lingkungan dinas.

2. Pelaksanaan pengelolaan administrasi surat menyurat, ketatausahaan, arsip, urusan rumah tangga dan pengadaan,

inventarisasi, pemeliharaan aset, serta pengelolaan administrasi kepegawaian dan pembinaan pegawai dalam rangka peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkungan dinas.

3. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan di lingkungan dinas.

4. Pelaksanaan koordinasi program/kegiatan yang diselenggarakan bidang-bidang lingkungan dinas.

(48)

Penjabaran tugas Sekretariat dinas dibagi ke dalam sub-sub bagian yang

dipimpin oleh seorang kepala sub bagian dan dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris dinas. Adapun yang menjadi penjabaran tugas masing-masing sub bagian adalah sebagai

berikut:

1. Sub Bagian Penyusunan Program, mempunyai tugas:

a) Menyelenggarakan urusan yang meliputi perencanaan program/kegiatan, anggaran, evaluasi, dan pelaporan di lingkungan dinas; dan

b) Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas:

a) Menyelenggarakan manajemen perkantoran/ketatausahaan pengadaan surat menyurat, pendistribusian dan pengarsipan

surat menyurat, hubungan masyarakat di lingkungan dinas. b) Menyelenggarakan manajemen rumah tangga serta pengadaan

pemeliharaan, inventarisasi aset di lingkungan dinas.

c) Menyelenggarakan manajemen administrasi kepegawaian koordinasi pembinaan kepegawaian di lingkungan dinas.

d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.

3. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas:

(49)

tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) di lingkungan

dinas; dan

b) Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.

III. Bidang Perencanaan, Pengembangan Iklim, dan Promosi Penanaman Modal merupakan unsur yang dipimpin seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan sekretaris dinas serta berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas. Bidang Perencanaan, Pengembangan Iklim, dan Promosi Penanaman Modal

melaksanakan sebagian tugas kepala dinas di bidang perencanaan, pengembangan iklim, dan promosi penanaman modal. Penyelenggaraan

tugasnya meliputi:

1. Mengkaji, menyusun dan mengusulkan rencana umum, rencana strategis dan rencana pengembangan penanaman modal lingkup

daerah berdasarkan sektor usaha maupun wilayah.

2. Mengkaji, menyusun dan mengusulkan pengembangan iklim

penanaman modal mencakup deregulasi dan pemberdayaan usaha lingkup daerah.

3. Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan promosi penanaman

modal.

4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai

tugas dan fungsinya.

Gambar

Tabel 3.1 Informan Penelitian
Tabel 4.1
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal & PTSP Kota Pematangsiantar
Tabel 4.4  Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Unit Organisasi : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sub Unit Organisasi : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu U P B : Dinas Penanaman Modal

Keadaan awal siswa ketika dilakukan review adalah semua siswa memperhatikan dan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Tetapi, pada menit ke 20 ada beberapa siswa

Kenaikan efisiensi inhibisi dengan waktu kontak (waktu pemaparan) yang lebih lama antara baja karbon dengan larutan 1% NaCl yang mengandung 800 dan 1000 ppm BTAH pada temperatur 55 o

Sensor MLX90614 merupakan sensor yang digunakan untuk mengukur suhu dengan memanfaatkan radiasi gelombang infra merah.. Sensor ini didesain khusus untuk mendeteksi

Percobaan dilakukan di rumah kassa Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Jawa Barat Jl. Percobaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh introduksi jamur Trichoderma spp.

Sasaran dalam proyek ini adalah membuat sebuah bangunan pabrik pengolahan kelapa sawit yang ramah lingkungan dengan efisiensi energi yang tinggi, sesuai dengan standar

“ Partisipasi Masyarakat dalam Tradisi Bersih Desa (Studi Kasus Partisipasi Masyarakat dalam Bersih Desa Tanjungsari di Dukuh Dlimas, Desa Dlimas, Kecamatan Ceper,

Perizinan dan Non Perizinan dari Bupati kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sistem Elektronik