• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan Chapter III VI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan kedalam variabel-variabel (Notoadmodjo, 2010). Kerangka konseptual bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi di ruang rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan.

Adapun kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Skema 3.1

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Dukungan Keluarga

1. Dukungan Emosional 2. Dukungan Penghargaan 3. Dukungan Instrumental 4. Dukungan Informasi

Kemampuan Pasien

(2)

3.2 Definisi Operasional

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel dukungan keluarga dan variabel kemampuan mengontrol halusinasi pasien.

Tabel 3.2.Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

(3)

menanggung

Hipotesa yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasinya.

(4)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan rancangan desain penelitian deskriptif korelasi dan metode pendekatan Cross Sectional. Pada penelitian ini dilakukan analisis pengumpulan data untuk

mengetahui hubungan antar variabel.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti (Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang datang berobat di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M Ildrem Medan. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti, didapat 3.653 jumlah pasien skizofrenia pada periode 01 Januari – 30 April 2016 dengan rata-rata jumlah pasien halusinasi per bulannya yaitu 913 orang.

4.2.2 Sampel

Menurut Hidayat (2009), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti atau sebagian jauh dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

(5)

=

1 + ( )

Dimana:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = tingkat kesalahan yang dipilih (15% = 0,15).

Maka:

= 913

1 + 913(0.15) = 42

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 orang pasien halusinasi.

4.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode teknik pengambilan Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti.

(6)

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Jalan (Poliklinik) Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M Ildrem Medan karena Rumah Sakit Jiwa ini adalah rujukan untuk pasien skizofrenia dengan jumlah pasien yang sangat memungkinkan untuk dijadikan responden dalam penelitian terkait skizofrenia.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016-Juni 2017

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti lulus uji etik dari komisi etik penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU, dan kemudian mendapat persetujuan dari Institusi Pendidikan yaitu program Sarjana Fakultas Keperawatan USU serta izin dari Gampong Alue Ie Mirah. Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan kepada responden bahwa semua informasi yang terkait dengan responden akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan dipergunakan untuk hal yang merugikan responden melainkan hanya dipergunakan untuk penelitian. Calon responden yang bersedia dapat menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan oleh peneliti, dan jika tidak bersedia maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri.

4.5 Instrumen Penelitian

(7)

pasien mengontrol halusinasi di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian, yaitu lembar data demografi, kuesioner data dukungan keluarga dan kuesioner kemampuan pasien mengontrol halusinasi. Kuesioner data dukungan keluarga berjumlah 12 pertanyaan dengan jawaban selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak pernah diberi skor 1. Hasil kuesioner nilai tertinggi adalah 48 dan terendah adalah 12. Penilaian dukungan keluarga dikategorikan baik apabila skor 36-48 dan dikategorikan buruk apabila skor 1-24.

Kuesioner kemampuan pasien mengontrol halusinasi terdiri dari 12 pertanyaan, dengan jawaban selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak pernah diberi skor 1. Hasil kuesioner skor tertinggi adalah 48 dan nilai terendah adalah 12, dapat dikatakan pasien tidak mampu mengontrol halusinasinya apabila skor penilaian 1-24 dan pasien mampu mengontrol halusinasinya dengan skor 36-48.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1 Validitas

(8)

oleh Ibu Jenny Marlindawani Purba, S.Kp, MNS selaku dosen dari Departemen Jiwa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dinyatakan lulus uji valid dengan nilai 0,862 untuk kuesioner dukungan keluarga dan 0,945 untuk kuesioner kemampuan pasien mengontrol halusinasi.

4.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta tersebut diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Setiadi, 2013). Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji Croncbach Alpha. Suatu

kuesioner dinyatakan telah reliabel apabila nilai α lebih besar atau sama dengan

0,70 (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas instrumen hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi di ruang rawat jalan RSJ Prof. Dr.M. Ildrem Medan dengan jumlah responden 20 orang pasien halusinasi bernilai 0,839. Dengan demikian kedua instrumen dukungan keluarga dan kemampuan pasien mengontrol halusinasi dinyatakan telah dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

4.7 Pengumpulan Data

(9)

Peneliti menjumpai responden yang sesuai dengan kriteria inklusi sekaligus melakukan skrining apakah responden layak atau tidak untuk dijadikan responden penelitian. Skrining dilakukan dengan skala ukur The Brief Pshychiatric Rating Scale (BPRS). Responden yang selanjutnya akan diteliti adalah responden dengan

hasil skriningnya <36 karena responden yang memiliki hasil BPRS <36 merupakan responden yang mampu berkoordinasi dengan baik. Setelah peneliti mendapat responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan memiliki skala BPRS <36, maka peneliti akan menjelaskan tujuan dari penelitian kepada calon responden tersebut. Peneliti akan memberikan lembar Informed Consent dan meminta kesediaan responden untuk menandatanganinya apabila setuju untuk menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti mendistribusikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden. Peneliti akan melakukan pemeriksaan kembali terhadap setiap kuesioner yang telah diisi oleh responden lalu mengolah data tersebut.

4.8 Analisa Data

(10)

Jika kedua variabel menggunakan skala ordinal, maka pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Spearman rho.

(11)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai karakteristik responden, variabel dukungan keluarga, variabel kemampuan pasien mengontrol halusinasi, dan hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi di ruang rawat jalan RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Medan dengan jumlah responden sebanyak 42 orang.

5.1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian dengan jumlah responden 42 orang pasien halusinasi rawat jalan RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Medan menunjukkan gambaran hasil penelitian tentang karakteristik responden yang mencakup umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat dan pendamping.

(12)

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik pasien halusinasi ruang rawat jalan RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Medan tahun 2017 (n=42)

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur :

(13)

Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga di ruang rawat jalan Prof. Dr. M. Ildrem Medan tahun 2017 (n=42)

Dukungan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik Kurang

38 4

90,5 9,5

5.1.3 Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien mampu

mengontrol halusinasinya ketika halusinasinya muncul yaitu sebanyak 37 orang (88,09%).

Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan pasien mengontrol halusinasi di ruang rawat jalan RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Medan tahun 2017 (n=42)

Kemampuan Pasien Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik Kurang

37 5

88,09 11,91

5.1.4 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan

(14)

pasien mengontrol halusinasi dengan menggunakan korelasi Spearman’s rho. Berikut ini adalah uji statistik hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi di ruang rawat jalan RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Medan.

Tabel 5.1.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan Tahun 2017 (n=42)

Variabel Nilai r Nilai p

Dukungan Keluarga

Kemampuan Mengontrol Halusinasi 0,447 0,003

(15)

Tabel 5.1.5 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Di Ruang Rawat Jalan RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Medan

Dukungan Keluarga

Kemampuan Mengontrol Halusinasi

Kurang Baik

Total

Kurang 2 2 4

Baik 35 3 38

Total 37 5 42

Tabel 5.1.5 menunjukkan bahwa dari 4 orang pasien dengan dukungan keluarga kurang baik, maka 2 pasien memiliki kemampuan mengontrol halusinasi baik dan 2 pasien memiliki kemampuan mengontrol halusinasi kurang baik. Dari 38 pasien dengan dukungan keluarga baik, mayoritas pasien memiliki kemampuan mengontrol halusinasi baik yaitu sebanyak 35 orang dan selebihnya memiliki

kemampuang mengontrol halusinasi kurang baik yaitu sebanyak 3 orang.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Dukungan Keluarga Pada Pasien Halusinasi Di Ruang Rawat Jalan RSJ Prof.Dr.M.Ildrem Medan

(16)

dengan dua tahun sehingga keluarga sudah lebih memiliki pengetahuan serta pengalaman dalam merawat pasien serta mayoritas pasien dan keluarga tinggal di kota Medan dengan jarak tempuh untuk kontrol ke Poliklinik Jiwa lebih dekat dan mudah sehingga pasien dapat kontrol sesuai jadwal yang ditentukan dan keluarga juga akan lebih memahami sejauh mana perubahan kesembuhan pasien. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Maria (2015) bahwa dukungan keluarga dapat menjadi alternatif selain obat-obatan dalam proses pemulihan pasien di rumah.

Jika dilihat dari karakteristik responden berdasarkan hubungannya dengan pasien dapat disimpulkan bahwa yang paling memberi dukungan untuk mengantar pasien ke rumah sakit adalah keluarga yaitu pihak orang tua baik ibu maupun ayah pasien. Hal ini tentu saja sesuai dengan tugas dan peran dari ayah dan ibu sebagai pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarganya, dan sebagai pengasuh juga pendidik bagi anak-anak (Setiadi, 2008).

(17)

5.2.2 Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Di Ruang Rawat Jalan RSJ Prof. Dr. M.Ildrem Medan

Kemampuan pasien rawat jalan RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Medan dalam mengontrol halusinasinya mayoritas dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yaitu sebanyak 37 orang (88,09%) jumlah pasien yang baik dalam mengontrol halusinasinya. Kemampuan seperti ini perlu dipertahankan karena akan berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien dan penurunan jumlah pasien jiwa terkhusus pasien halusinasi kota Medan Sumatera Utara.

Yosep (2011) menjelaskan bahwa sebab psikologi terjadinya gangguan jiwa karena pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari dimana hidup seorang manusia dibagi menjadi 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa yaitu masa bayi, masa anak prasekolah, masa anak sekolah, masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa tua dan masa tua. Pada hasil penelitian ditemukan bahwa umur responden tidak merata. Hal ini sesuai dengan teori terjadinya halusinasi pada masa tertentu dengan adanya proses yang sama yaitu ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara stimulasi yang timbul dari sumber internal (pikiran dan perasaan) dan stimulasi eksternal.

(18)

mengatasi masalah serta lebih matang dalam mengontrol diri. Sedangkan pada usia tua terjadi penurunan daya tangkap, daya ingat, kemampuan sosial dan ekonomi yang menimbulkan rasa cemas dan tidak aman, lalu keterbatasan gerak sehingga pada masa ini rentan terjadi gangguan halusinasi.

Namun demikian dilihat dari hasil penelitian, kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasinya merupakan suatu tindakan positif menuju kesembuhan untuk pasien itu sendiri.

5.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Di Ruang rawat Jalan Prof. Dr. M. Ildrem Medan

Analisa hubungan antara variabel dukungan keluarga dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi dihitung menggunakan uji korelasi Spearman dengan menggunakan bantuan program SPSS. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa peneliti menolak Ho yang sudah ditetapkan sebelumnya serta adanya hubungan bermakna berkekuatan cukup antara dukungan keluarga dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi (p=0,003).

(19)

dukungan keluarga dalam kategori cukup. Kemudian 37 orang (71,2%) kemampuan pasien mengontrol halusinasinya dalam kategori kurang, selebihnya 15 orang (28,8%) kemampuan pasien mengontrol halusinasinya dalam kategori cukup. Hasil uji chi square diperoleh X2 hit (11,274) > X2Tab (3,841) dan kemudian p value (0,001)< α (0,05) dan φ (0,515), sehingga disimpulkan ada hubungan yang sejalan antara dukungan keluarga dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi.

Penelitian ini juga dapat mendukung penelitian yang dilakukan Pratama (2013) yang mengatakan bahwa apabila dukunga keluarga baik maka pasien tidak mengalami kekambuhan, sebaliknya jika dukungan keluarga buruk maka pasien mengalami kekambuhan. Dengan demikian dengan adanya dukungan keluarga, pasien akan merasa termotivasi dengan adanya support, penghargaan dan perhatian yang diberikan oleh orang orang terdekat (Friedman, 2010).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Putra (2013) dalam penelitiannya bahwa sikap positif yang diberikan keluarga dapat mempengaruhi anggota yang sakit untuk menjalani perawatan rutin dan lanjut setiap bulannya, dan juga dapat mempengaruhi kepatuhan untuk meminum obat sesuai dengan jadwal dan anjuran dokter.

(20)
(21)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, didapatkan kesimpulan bahwa teridentifikasi mayoritas dukungan keluarga terhadap pasien halusinasi di ruang rawat jalan RSJ Prof. Dr. M Ildrem Medan dengan jumlah responden sebanyak 42 pasien adalah baik yaitu sebanyak 38 orang (90,5%). Dan mayoritas kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasinya dengan jumlah responden yang sama adalah baik yaitu sebanyak 37 orang (88,09%). Setelah menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi di ruang rawat jalan RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Medan, disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan arah positif antara kedua variabel. Maka semakin baik dukungan keluarga yang diberikan untuk pasien akan semakin baik pula kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasinya. Dukungan keluarga juga menjadi salah satu faktor serta alternatif lain dalam proses pemulihan pasien dirumah.

6.2 Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

(22)

6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pemberian pendidikan kesehatan melalui bimbingan konseling kepada keluarga pasien mengenai pentingnya peran serta keluarga dalam pemberian dukungan keluarga kepada setiap anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan jiwa khususnya halusinasi dalam membantu proses penyembuhan pasien serta meningkatkan potensi pasien untuk mengontrol halusinasi yang terjadi pada dirinya.

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya penelitian ini dapat menjadi data awal dalam melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama pada pasien jiwa.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Gambar

Tabel 3.2. Definisi Operasional
Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik pasien halusinasi ruang rawat jalan RSJ Prof
Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan pasien mengontrol
Tabel 5.1.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Prof
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulasi Persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada klien halusinasi

Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor klien mengontrol

Berdasarkan penelitian mengenai gambaran kemampuan mengontrol halusinasi pada klien skizofrenia di ruang rawat inap rumah sakit jiwa daerah Provinsi Jambi tahun 2017

Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa , Jakarta : Trans Media.. Depkes

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa telah mendapatkan informasi tentang rencana penelitian dan bersedia menjadi peserta atau responden

Pre-Test kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat berjumlah 4 orang (50%), sedangkan saat Post Test mayoritas pasien berada dalam kategori

Sebelum dilakukan komunikasi terapeutik untuk mengetahui kemampuan pasien skizofrenia dalam mengontrol halusinasi didapatkan pada Subjek I mengalami halusinasi

Peneliti Sumah, 2020 juga meneliti adanya hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi,, dalam penelitiannya peneliti menemukan apabila keluarga memberikan