• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Politik Dan Preperensi Partai Politik Dalam Pemilu Tahun 2004 : Studi Di Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Politik Dan Preperensi Partai Politik Dalam Pemilu Tahun 2004 : Studi Di Kabupaten Karo"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Konsep Demokrasi dan Pemilu

Demokrasi dan pemilu sering disederhanakan sebagai dua hal yang sama. Ada klaim bahwa sebuah negara dikatakan demokratis manakala telah dilaksanakannya pemilu di negara tersebut. Padahal demokrasi tidak identik dengan pemilu, meskipun keduanya tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Tidak ada demokrasi tanpa pemilu, tetapi diselenggarakannya pemilu bukanlah indikasi dari demokrasi.

Kata demokrasi yang dalam bahasa Inggrisnya democracy berasal dari bahasa Perancis democratie yang baru dikenal abad ke 16, yang dirujuk dari bahasa Yunani (Greek) demokratia yang berasal dari kata demos berarti rakyat (people) dan kratos berarti tatanan (rule) (Held, 1996: 1).Saat ini, demokrasi identik dengan legitimasi kehidupan politik modern, walaupun makna demokrasi menunjukkan moden yang sangat beragamannya dan luas, mulai dari pemerintah bervisi teknokrat sampai pada konsepsi kehidupan sosial yang ditandai oleh ektensifnya partisipasi politik.

(2)

dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. (USIS, tanpa tahun: 4). Dari batasan ini, tampak beberapa unsur penting ciri demokrasi, di antaranya adanya unsur kekuasan yang dilaksanakan secara langsung atau melalui perwakilan, kedaulatan di tangan rakyat, sistem pemilihan yang bebas. Prinsip kedaulatan rakyat dan kebebasan sangat penting dalam konsepsi tersebut di atas. Selain prinsip-prinsip maka demokrasi juga mengandung unsur seperangkat praktek dan prosedur dari sebuah proses pelembagaan kebebasan yang panjang dan berliku (USIS, hal.4-5).

(3)

keputusan atau kebijakan politik, merumuskan undang-undang dan menjalankan program untuk kepentingan umum atas nama mereka. Warga mewakilkan kepentingan, aspirasi, pikiran, atau pandangan mereka pada para anggota dewan, pemimpin atau pejabat yang mereka pilih melalui pemilu. Dengan demikian kewenangan yang dimiliki oleh penguasa atau pemerintah baik untuk membuat keputusan atau kebijakan pemerintah dan untuk melaksanakannya diperoleh berdasarkan persetujuan warganya yang diberikan melalui pemilu.

Pemilu merupakan mekanisme memilih wakil-wakil atau pejabat-pejabat yang akan mengatas namakan rakyat dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Dengan kata lain ketika warga memilih wakil-wakil atau pejabat-pejabat untuk mewakili mereka di dalam pemilu maka warga sekaligus memberikan mandat pada para wakil dan pejabat tersebut untuk, atas nama rakyat, membuat dan mengambil keputusan atau kebijakan dan melaksanakan program untuk kepentingan mereka. Untuk memperoleh wakil atau pejabat yang absah mengatas namakan rakyat maka pemilihan harus demokratis.

(4)

demokrasi terpimpin (1959-1966), dan demokrasi Pancasila (1966-1997), dan demokrasi pasca ode baru (1998 – sekarang).

2. 2. Pemilihan Umum yang Demokratis

Beberapa kriteria musti dipenuhi agar pemilu dapat disebut demokratis (USIS,

annotated: 16-17). Pertama, pemilu harus kompetitif. Ini artinya pemilu harus diikuti

(5)

dapat memperbaiki diri dan mempersiapkan diri lagi untuk bersaing dalam pemilu berikut. Ketiga, pemilihan haruslah inklusif. Ini artinya tidak boleh ada orang atau kelompok orang (dengan dasar pengelompokan apapun misalnya ras, suku, jenis kelamin, lokalitas, kondisi fisik, aliran ideologis, dsb.) yang dapat diabaikan haknya sebagai pemilih ataupun dipilih. Semua warga negara dari kelompok manapun berhak untuk ikutserta dalam pemilu sehingga hasil pemilu dapat merefleksikan kondisi keaneka-ragaman dan perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam masyarakat.

Keempat, pejabat, pemimpin, atau wakil-wakil yang dihasilkan lewat pemilu haruslah

definitif. Ini artinya mereka yang terpilih dalam pemilu memegang kekuasaan yang

sesungguhnya, bukan sekedar lambang atau semata-mata pemimpin atau pejabat boneka.

(6)

kelompok-kelompok dapat bersaing secara fair dan terbuka. Yang kalah dapat menerima kekalahan dengan kerelaan, menerima hasil pemilihan dengan besar hati, dan mentolerir keberadaan saingannya dalam posisi atau jabatan yang diperebutkan melalui pemilu. Kelompok yang kalah bisa menjadi oposisi yang setia; dan kesetiaan mereka ditujukan “… pada keabsahan fundamental negara dan pada proses demokrasi itu sendiri”. (USIS: 17)

Selanjutnya hasil Pemilu yang demokratis menggambarkan pemenang yang tidak meniadakan atau menindas kelompok yang dikalahkannya. Kelompok yang menang harus dapat mentolerir keberadaan dan mengakui peran-peran dari orang-orang atau kelompok-kelompok yang dikalahkannya. Untuk menciptakan suasana sedemikian maka pemilu harus dilaksanakan secara bebas, jurdil, dan akuntabel. Pemilihan umum berkala memungkinkan kelompok-kelompok yang kalah dan yang menang untuk kembali bersaing memenangkan mandat rakyat untuk memimpin atau memerintah pada periode berikutnya.

2. 3. Prilaku Pemilih

(7)

Salah satu aspek tingkah laku politik itu adalah tingkah laku pemilih, yang khusus membahas tingkah laku individual warga negara dalam hubungannya dengan kegiatan pemilihan umum. Persoalan ini menyangkut serangkaian kegiatan untuk membuat keputusan apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum dan kalau memutuskan untuk memilih apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y. Persoalan memilih dan tidak memilih merupakan hak seorang warga negara. Di Indonesia hak memilih dikenal dengan hak pilih aktif yakni hak yang dimiliki seseorang untuk ikut dalam memberikan suara pada saat pemilihan umum. Memilih dan tidak memilih juga dapat dikatergorikan sebagai partisipasi politik sepanjang kegiatan itu dilakukan secara sadar.

Untuk melihat bagaimana sikap masyarakat terhadap suatu partai politik, ataupun melihat kecenderungan seseorang untuk memilih salah satu partai politik yang ada, kita dapat melihatnya dari beberapa pendekatan. Adapun pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Struktural

(8)

2. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini melihat kegiatan memilih dalam keterkaitan individual dengan struktur sosial. Dapat dikatakan pilihan seseorang sangat dipengaruhi beberapa faktor seperti: demografi, jenis kelamin, kelas sosial, pendidikan, penghasilan, dan lain-lain. 3. Pendekatan Ekologis

Pendekatan ini melihat bahwa faktor ekologis seperti daerah berpengaruh terhadap tingkah laku politik seseorang. Alat analisis yang diperlukan adalah statistik untuk melihat hubungan pemilih dengan perumahan penduduk, daerah atau keadaan alam (desa-kota).

4. Pendekatan Psikologi Sosial.

Pendekatan ini melihat faktor psikologis yang melatarbelakangi pilihan seseorang. Konsep yang ditawarkan adalah identifikasi partai. Konsep ini mengacu kepada proses pemilihan melalui mana seseorang merasa dekat dengan salah satu partai. Salah satu variabel yang banyak ditawarkan oleh pendekatan ini adalah identifikasi partai. Identifikasi partai ini diartikan sebagai perasaan yang dekat dan rasa memiliki dari seseorang kepada salah satu partai politik.

5. Pendekatan Rasional

(9)

2. 4. Partai Politik

Partai politik merupakan salah satu kekuatan politik kontemporer yang harus ada dalam negara yang demokratis dan modern1

Selain itu, Sigmund Neumann (dalam Budiarjo: 1988) membatasi pengertian partai politik sebagai organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik

. Peran dan fungsi partai politik dapat mewarnai penjalanan suatu bangsa. Sebagai organisasi, partai politik yang ideal mampu memobilisasi dan mengaktifkan rakyat, merupakan perwakilan kepentingan, memberikan jalan kompromi karena perbedaan prinsip dan pandangan terhadap imbas keputusan, serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik seacra abash (legitimate) dan damai (Amal, 1988: xi). Pengertian partai politik beragam yang pada dasarnya didefinisikan oleh ahli politik terkait dengan esensi, fungsi, ideologi, dan tujuannya. Miriam Budiarjo (1998:16). mendefinisikan partai politik sebagai suatu kelompok yang terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Selain itu, menurut Sukarna (1992:57) partai politik adalah sekelompok orang-orang yang terorganisasikan didalam suatu organisasi formal yang bertujuan untuk menguasai negara dan mempertahankan kedudukan kekuasaan di dalam negara baik dengan cara legal yaitu melalui Pemilu ataupun dengan cara illegal melalui revolusi atau kudeta (coup d’etat) atau perampasan kekuasaan.

1

(10)

yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan berbeda-beda. Dengan demikian partai politik merupakan perantara besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan yang mengkaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas.

Pengertian partai politik dapat pula mengggambarkan basis sosiologis suatu partai yaitu ideologi dan kepentingan yang diarahkan pada usaha-usaha untuk memperoleh kekuasaan, seperti pandangan Mark Hagopian (dalam Amal, 1988) yang merumuskan partai politik sebagai suatu organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk dan karakter kebijaksaan publik dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologis tertentu melalui praktek-praktek kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan.

2. 5. Fungsi Partai Politik

(11)

menggambarkan partai sebagai sarana atau institusi yang dapat mengekspresikan kepentingan-kepentingan secara langsung dari kelompok, kelas, dan golongan masyarakat tertentu yang merupakan basis pendukungnya. Tapi yang paling kerap dilakukan oleh partai di Indonesia sekarang ini partai berperan sebagai perantara (brokerage) yang terjadi karena adanya beda kepentingan dan pendapat dicapai secara kompromi.

(12)

Persuasi merupakan kegiatan partai yang dikaitkan dengan pembangunan dan pengajuan usul-usul kebijaksanaan agar memperoleh dukungan seluas mungkin bagai kegiatan-kegiatan tersebut. Semua media komunikasi bebas untuk digunakan oleh semua partai dengan tujuan dapat mengajukan pendapat secara bebas pula. Represi merupakan kebalikan dari persuasi, dimana partai melalui pemerintah atau secara langsung mengenakan sanksi kepada anggota atau bukan, mengendalikan asosiasi dan partai lain, membentuk pikiran dan loyalitas anggota dengan cara tidak mengijinkan adanya oposisi, dan menghukum pihak oposisi dan pembangkang. Partai yang cenderung melakukan mobilisasi biasanya berkaitan dengan tindakan represi ini. Rekrutmen pengertian luas bukan hanya pendaftaran, seleksi dan penetapan anggota partai termasuk juga latihan (training) dan persiapan untuk kepemimpinan yang terbuka untuk masyarakat untuk menduduki posisi dalam partai, legislatif dan pemerintahan.

(13)

yang akhirnya menunjukkan dukungannya terhadap pemilihan pemimpin pemerintahan dan legislative. Selanjutnya, Miriam Budiarjo (1998) menyatakan bahwa untuk negara demokratis, bahwa salah satu fungsi partai politik adalah sebagai sarana komunikasi politik.

2. 6. Komunikasi Politik

Untuk sampai pada definisi komunikasi politik, maka kita harus memahami terlebih dulu pengertian komunikasi dan politik secara terpisah.

(14)

hubungan (mutually relationships), dan kadangkala berlanjut pada adaya saling aksi dalam bentuk kontak fisik, kerjasama dalam tindakan, dan atau sebaliknya efek dari komunikasi dapat menampakkan proses sosial yang bersifat kompetisi, akomodasi bahkan konflik.

Dalam tataran mikro, maka komunikasi sesungguhnya merupakan penggunaan simbol-simbol dalam interaksi sosial. Pemikiran para teoritisi interaksionisme simbolik mendefinikan simbol sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya (Sunarto: 2003:44). Makna atau nilai tersebut tidak berasal dari atau ditentukan oleh sifat-sifat yang secara instrinsik terdapat didalam bentuk fisik dari sesuatu itu. Menurut Herberth Blumer (Sunarto: 2003:44) bahwa makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang atau sesamanya.

(15)

merupakan bentuk komunikasi yang paling klasik dipahami dalam sejarah interaksi antar individu dan kelompok-kelompok sosial.

Mengartikan politik, sesungguhnya berada pada lingkup kajian yang berfokus pada kekuasaan, yaitu trias politika (presiden dan kabinet, parlemen, kekuasaan kehakiman). Selain itu, politik mengandung makna akan hubungan kekuatan-kekuatan politik dalam bentuk kekuasaan dari institusi-instritusi yang ada, serta intinya tidak menyimpang dari esensi pemanfaatan dan permainan kekuasaan. Selain itu, dalam Riswandi (2009: 1-2) digambarkan definisi politik antara lain, bawha politik adalah relasi yang menghasilkan siapa memperoleh apa, kapan dan bagaimana. Tambahan, bahwa politik adalah proses pembagian nilai-nilai dan wewenang, atau cara-cara bagaimana memperoleh kekuasaan, memperagakannya, dan mempertahankannya. Disamping itu, politik dapat diartikan sebagai kegiatan mempengaruhi, tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan atau memperluas tindakan laian, atau kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka dalam kondisi konflik.

(16)

politik, media komunikasi politik, dan akibat-akibat komunikasi politik. Kegiatan komunikasi politik bertujua untuk mengharmoniskan dan menjamin keberlanjutan sistem politik secara berkesinambungan yang akan mengayomi seluruh elemen dan anggota sistem politik tersebut. Selain itu Maswadi Rauf (dalam Harun & Sumarno; 2006, 3) menyebutkan bahwa komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain, dimana kegiatan komunikasi politik tersebut dapat bersifat empirik maupun ilmiah. Sedangkan Rusadi Kantaprawira (dalam Harun & Sumarno: 2006, 3) menyatakan komunikasi politik adalah untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikira intern golongan, instansi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik pemerintah.

2. 7. Partisipasi Politik

Dampak dari adanya komunikasi politik yang efektif adalah adanya partisipasi politik rakyat yang sering diperhatikan dalam pelaksanaan Pemilihan Umum di negara-negara demokratis. Karena itu, tingkat partisipasi politik masyarakat di negara berkembang merupakan masalah yang menarik bagi para ahli politik. Secara umum definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah

(17)

Pemilu, menghadiri rapat umum (kampanye), menjadi anggota parpol atau organisasi social politik yang underbauw partai politik, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau parlemen yang bertujuan politik.

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya No Easy Choice:

Political Participation in Developing Countries menyatakan bahwa: partisipasi

politik adalah kegiatan warganegara yang bertidak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadic, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif (Budiardjo, 1988:3).

Pemikiran mengenai partisipasi politik bagi negara demokratis berangkat dari prinsip kedaulatan adalah ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkaan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan menduduki jabatan-jabatan publik dan politis. Jadi partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang abash oleh masyarakat. Dalam negara demokratis makin banyak masyarakat mengambil peran makin baik.

(18)

bentuk kekerasan lain yang bermotif politik juga merupakan bentuk partisipasi. Namun Verba (Budiardjo: 1998) tidak mau masuk dalam bentuk partisipasi yang rumit tersebut, akan tetapi membatasi diri pada tindakan-tindakan yang legal.

Referensi

Dokumen terkait

Kita akan membahas lebih detil tentang asuransi pada tutorial selanjutnya dalam seri ini, namun ini adalah pilihan yang bagus dalam menangani risiko yang memiliki dampak yang

Intelegensi siswa dan program remedial teaching mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas VI di MI

Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa saran yang diajukan, yaitu: (1) masyarakat yang tetap mempertahankan adat istiadatnya seyogyanya tidak dilihat sebagai

group investigation berbantuan proyek yang lebih baik daripada hasil rerata gain ternormalisasi siswa pada kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional pada

Activity diagram menggambar kan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing- masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi,

"Achieving the first semester of 2015 shows that in the middle of the pressure on revenues, the Company continues to manage project and financial management as well

[r]

Hal seperti itu dapat terjadi karena kebiasaan guru dalam menyajikan pembelajaran terlalu mengacu pada target pencapain kurikulum sehingga mengabaikan hal yang nampaknya sepele