17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Cagar Alam Jantho termasuk salah satu hutan dataran rendah yang terdapat di
pulau Sumatera. Awal tahun 2011, kawasan ini ditetapkan sebagai stasiun
reintroduksi orangutan. Abdullah et al. (2006) menemukan 81 jenis tumbuhan
pakan gajah Sumatera di kawasan Cagar Alam Jantho yang terdiri 22 famili
dengan tingkat preferensi makan gajah yaitu Moraceae 18,74 %, Poaceae
15,64 %, Arecaceae 14,52 %, Euphorbiaceae 9,95 %, Mimosaceae 6,25 % dan
beberapa famili lainnya dengan preferensi yang lebih rendah.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Wich pada tahun 2009 menemukan
kerapatan pohon rambung (Ficus sp.) yang besar di lokasi ini. Rambung
merupakan salah satu pakan orangutan yang juga ditemukan di Ketambe yaitu
salah satu kawasan yang termasuk dalam Taman Nasional Gunung Leuser.
Namun, seiring dengan laju perkembangan daerah dan pertambahan penduduk di
sekitar Cagar Alam ini, gangguan terhadap Cagar Alam ini juga meningkat,
diantaranya penebangan kayu dan beberapa kali pernah terbakar sehingga
merubah vegetasi yang telah ada sebelumnya. Tercatat antara tahun 1980 – 2000,
sebesar 20 % dari total penutupan tajuk hutan telah terbuka terutama jenis – jenis
kayu yang berpotensi memiliki nilai ekonomi yang tinggi (Rood et al. 2008).
Menurut Indriyanto (2006), secara umum peranan vegetasi dalam ekosistem
terkait dengan pengaturan keseimbangan karbondioksida dan oksigen di udara,
perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah.
Kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi
pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisinya. Sebagai
contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya
penurunan laju erosi tanah tergantung pada struktur dan komposisi tumbuhan
18
Keberadaan vegetasi di suatu ekosistem menentukan keragaman
jenis – jenis satwa yang ada di dalamnya. Penelitian Barlow et al.
(2007)menemukan fakta bahwa keanekaragaman spesies burung sangat
berkorelasi dengan luas bidang dasar hutan dan tingkat pembukaan kanopi.
Daerah dengan luas bidang dasar yang besar dengan kanopi yang rapat memiliki
tingkat keanekaragaman spesies burung yang lebih tinggi. Adanya kegiatan
penebangan akan mempengaruhi keanekaragaman satwa yang ada di dalamnya.
Hal ini disebabkan setiap jenis satwa liar memiliki reaksi yang berbeda-beda
terhadap kegiatan penebangan. Penebangan pohon secara terbatas dapat
menstimulasi pertumbuhan rumput dan semak yang disukai rusa, sehingga
populasi rusa dapat berkembang dengan baik, akan tetapi bagi burung Jalak Putih
Bali dan Enggang menghendaki bentuk pohon tertentu untuk tempat bersarang,
sehingga penebangan pohon akan berpengaruh terhadap kegiatan peneluran. Jika
pohon tempat bersarang ditebang, akan mengganggu pertumbuhan populasi Jalak
putih ( Sturnus melanopterus) ataupun burung Enggang (famili Bucerotidae)
(Alikodra, 1997).
Orangutan merupakan salah satu spesies primata yanng bersifat arboreal.
Hampir seluruh aktivitasnya dilakukan di atas pohon sehingga adanya pembukaan
kanopi akibat kegiatan illegal logging dapat memicu penurunan populasi
orangutan yang pada dasarnya memiliki tingkat reproduksi rendah. Pembukaan
hutan juga memberikan efek terhadap tingkah laku, pola makan dan memberikan
kesempatan lebih besar bagi kegiatan perburuan (Rijksen dan Meijard, 1999)
Selain itu, formasi vegetasi yang menyusun suatu hutan juga menentukan
tingkat produktivitas hutan tersebut. Wich et al. (2011) menemukan produktivitas
buah yang dihasilkan pulau Sumatera lebih tinggi daripada Borneo. Adanya
perbedaan tersebut dapat disebabkan periode pembuahan yang berbeda antara satu
spesies dengan spesies yang lain, pengaruh curah hujan serta ukuran dari
pohon – pohon yang menyusun vegetasi kedua tempat tersebut.
Produktivitas buah menentukan daya dukung lingkungan terhadap
komunitas primata. Spesies primata untuk kelangsungan hidup dalam
19
rambung/ara (Ficus sumatrana) dan palem (famili Arecaceae)yang tersedia
selama masa kekurangan makanan (Terborgh, 1986 dalam Parado-Roselli, 2006).
Selain itu, terdapat korelasi positif antara kelimpahan hewan tertentu dengan
kepadatan tumbuhan tertentu pula. Hal ini terlihat dari beberapa hasil penelitian
dimana kepadatan tumbuhan ara (Ficus sumatrana) berkaitan erat dengan
kelimpahan spesies primata, tingginya densitas tumbuhan palm menunjukkan
tingginya kelimpahan hewan yang termasuk dalam kelompok kera, terutama
Cebus apella dan juga tumbuhan famili Moraceae (Terborgh, 1986 dalam
Parado-Roselli, 2006; Janson, 1987; Braza et al. 1983).
Berdasarkan kajian di atas, analisis suatu komunitas sangat diperlukan untuk
berbagai kepentingan, karena dapat memberikan gambaran seluruh interaksi
antara organisme dengan lingkungannya, terutama bagi komunitas hutan yang
memiliki dinamika atau perubahan sebagai akibat oleh adanya aktivitas alam
maupun manusia. Proses regenerasi hutan dapat dipelajari melalui analisis
vegetasi sehingga kondisi hutan pada masa berikutnya dapat diprediksikan.
Adanya informasi mengenai vegetasi penyusun Cagar Alam Jantho serta
produktivitas buah pakan yang dihasilkan tentu akan sangat berguna bagi
kelangsungan program reintroduksi orangutan Sumatera. Berdasarkan hal tersebut
penelitian tentang keanekaragaman jenis pohon dan produktivitas buah pakan
orangutan perlu dilakukan.
1.2Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Mengetahui keanekaragaman jenis pohon yang terdapat di Cagar Alam
Jantho
b. Mengetahui produktivitas buah pakan orangutan yang dihasilkan di
Cagar Alam Jantho
1.3 Manfaat Penelitian
a. Memberikan informasi keanekaragaman jenis pohon yang terdapat di
20
b. Memberikan informasi mengenai produktivitas buahpakan orangutan