• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Mata Kuliah Perubahan Sosial dan K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Mata Kuliah Perubahan Sosial dan K"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

DI KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH Tugas Mata Kuliah Perubahan Sosial dan Kebudayaan

(Dosen Pengampu : Dr. R.M Sinaga, M.Hum)

Penulis :

Lia Dwi Susanti 1213033043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

2015 DAFTAR ISI

Hal ama

n

HALAMAN DEPAN... 1

DAFTAR ISI... 2

A. Pendahuluan ...

3

B. Landasan Teori...

4

1. Pengertian, Teori dan Faktor Perubahan Sosial dan Budaya ... 4

2. Istilah Sekularisasi

... 9

...

3. Pengertian Sekularisasi

... 9

4. Latar Belakang Timbulnya Sekulerisasi ... 11

5. Macam-Macam Sekulerisasi

... 12

6. Sekulerisasi dan Masa Depan Agama

... 13

(3)

8. Tradisi

... 21

C.Studi Kasus... 22

DAFTAR PUSTAKA

A. Pendahuluan

(4)

ini juga adalah salah satu bentuk dari perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat.

Sekularisasi sudah sejak lama menjadi bahan pertentangan dalam masyarakat kita. Beberapa kelompok ada yang menolaknya sebagai arus pengafiran, ada yang menyambutnya sebagai tuntutan jaman. Ada yang menentangnya secara buta dan fanatik, ada juga yang memujinya tanpa mengerti baik pokok maupun segala akibatnya. Istilah sekularisasi mempunyai makna yang beragam dan menyangkut beberapa aspek yang berbeda. Ada 6 wilayah dimana sekularisasi mempunyai makna yang berlainan, diantaranya adalah struktur sosial, institusi individual, aktivitas, tentang mentalitas, populasi dan konteks agama. (Colin Williams, Iman Kristen Dalam Abad Sekuler, hlm.6)

Proses sekulerisasi apapun bentuknya sebagai sosiokultural, secara historik, sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan pemikiran filosofis dan peradaban modern yang didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Terdapat dua bentuk arah (direction) atau kecenderungan proses sekulerisasi. Pertama, kecenderungan proses sekulerisasi ke arah bentuk rasionalisasi, dan kedua ke arah terbentuknya sekuralisme. Kecenderungan rasionalisasi lebih merupakan proses pengrasionalkan segenap persoalan berkaitan dengan agama atau keagamaan. Sementara itu, kecenderungan kearah sekularisme lebih mengarah kepada terbentuknya suatu ideologi humanistik baru yang cenderung menyangkal, menolak dan mengekslusi bahkan memusuhi keberadaan agama atau kehadiran Tuhan dalam kiprah kehidupan keseharian manusia di dunia.

(5)

1. Pengertian, Teori dan Faktor Perubahan Sosial dan Budaya Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, mencakup perubahan budaya yang di dalamnya terdapat perubahan nilai-nilai dan tata cara kehidupan dari tradisional menjadi modern. Max Weber berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi dalam masyarakat sebagai akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur (dalam buku Sociological Writings). Sedangkan W. Kornblum berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan suatu budaya masyarakat secara bertahap dalam jangka waktu lama (dalam buku Sociology in Changing World).

Teori – Teori Tentang Perubahan Sosial 1) Teori Evolusi (Evolution Theory )

Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi.

a.Unilinear Theories of Evolution

Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.

b.Universal Theories of Evolution

(6)

teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.

c.Multilined Theories of Evolution

Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.

2) Teori Konflik (Conflict Theory )

Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada struktur masyarakat .

Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf, Weber, Hoser, Blugmen.

Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada hal berikut ini :

 Setiap masyarakat terus-menerus berubah.

 Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan

masyarakat.

(7)

 Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan

yang satu oleh golongan yang lainnya.

3) Teori Fungsionalis (Functionalist Theory )

Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial atau cultural lag .

Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis adalah sebagai berikut:

a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.

b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.

c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.

d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.

4) Teori Siklis ( Cyclical Theory )

(8)

Sementara itu, beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut :

a. Teori Oswald Spengler (1880-1936)

Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun.

b. Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)

Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini adalah kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.

a) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap kekuatan supranatural.

b) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal.

c) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.

c. Teori Arnold Toynbee (1889-1975)

(9)

Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya Proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor pendorong maupun faktor penghambat.

1) Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya

Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial budaya antara lain sebagai berikut.

 Kontak dengan kebudayaan lain.

 Sistem pendidikan yang maju.

 Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan kuat untuk

maju.

 Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.

 Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka.

 Keadaan masyarakat yang majemuk.

 Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan

tertentu.

 Orientasi hidup ke masa depan.

 Senantiasa ada keinginan untuk memperbaiki tingkat kehidupan,

artinya tidak mudah menyerah pada keadaan.

2) Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya

Kamu sudah tahu faktor apa saja yang menjadi pendorong perubahan sosial budaya. Nah, tahukah kamu, faktor apa saja yang menjadi penghambat perubahan sosial budaya? Sekarang, kamu akan belajar beberapa faktor yang dapat menjadi penghambat perubahan (rasistance to change) sosial budaya dalam masyarakat yaitu sebagai berikut.

 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.

 Perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat.

(10)

 Dalam masyarakat terdapat kepentingan-kepentingan yang telah

tertanam dengan kuat (vested interest).

 Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.

 Rasa takut akan terjadi keguncangan integrasi.

 Adanya hambatan yang bersifat ideologis.

 Hambatan yang bersifat adat dan kebiasaan.

 Adanya anggapan bahwa pada hakikatnya hidup ini buruk dan tidak

mungkin diperbaiki.

2. Istilah Sekularisasi

Kata sekularisasi berasal dari bahasa latin saeculum, yang berarti dunia, yaitu dunia yang seperti apa adanya beserta keseluruhan nilai-nilainya yangs sering disebut dengan nilai duniawi. Dari kata dasar saeculum dibentuk kata saecularis atau sekular yang bermakna serba duniawi yang memiliki arti lebih baik. Dari kata yang sama muncul pengertian sekularisme dan sekularisasi. Makna yang pertama adalah golongan ideologi dan yang kedua berupa suatu gerakan. (Hendropuspito, Sosiologi Agama,hlm 136)

Istilah Inggris secular berasal dari bahasa Latin saeculum yang berarti zaman

sekarang ini (this present age). Ada satu kata lain dalam bahasa Latin yang juga menunjukkan makna dunia yaitu mundus, yang kemudian di Inggriskan menjadi mundane. Kata saeculum lebih menunjukkan masa (time) berbanding mundus yang menunjukkan makna ruang (space). Kata saeculum sepadan dengan kata aeon dalam bahasa Yunani kuno dan kata mundus sepadan dengan kata cosmos juga dalam bahasa Yunani Kuno.

(11)

Sekularisasi diartikan sebagai pemisah antara urusan negara (politik) dan urusan agama, atau pemisah antara urusan duniawi dan ukhrawi. Jadi sekularisasi adalah pembebas manusia dari agama dan metafisik artinya bahwa terlepasnya dunia dari pengertian-pengertian religius yang suci, dari pandangan dunia semu,atau dari semua mitos supra-natural. Sekularisasi tidak hanya melingkupi aspek-aspek kehidupan sosial dan politik saja, tetapi juga telah merambah ke aspek kultur, karena proses tersebut menunjukkan lenyapnya penentuan simbol-simbol integrasi kultural.

Pandangan Ahli

1) George Jacub Holyoake

Istilah sekularisme pertama kali diperkenalkan pada tahun 1846 oleh George Jacub Holyoake yang menyatakan bahwa schularism is an ethical system pounded on the principle of natural morality and in independent of reveald religion or supernaturalism. (sekularisme adalah suatu sistem etik yang didasarkan pada prinsip moral alamiah dan terlepas dari agama-wahyu atau supernaturalisme).

2) Karel Dobbelaere

Menurut Karel Dobbelaere, sekularisasi adalah suatu proses dalam masyarakat di dalam mana suatu sistem keagamaan yang transenden dan mencakup segalanya disusutkan menjadi suatu subsistem dari masyarakat yang ada bersama subsistem-subsistem lainnya. Proses ini membuat klaim-klaim tentang pencakupan segalanya itu kehilangan relevansinya. Dengan demikian, lembaga agama termarjinalisasikan dan terprivatisasi. (Karel Dobbelaere,The Secularization of Society?, hlm. 27)

(12)

Menurut Peter L. Berger, sekularisasi adalah suatu “proses melalui mana sektor-sektor dalam masyarakat dan kebudayaan dilepaskan dari dominasi lembaga-lembaga dan simbol-simbol keagamaan” (Berger 1969:107).

Peter L. Berger mencatat berbagai macam faktor sebagai pendorong sekularisasi (Berger 1969:109-125), antara lain: peradaban manusia sebagai suatu keseluruhan yang menyebar keseluruh dunia; dinamika yang ditimbulkan oleh kapitalisme industrial; gaya hidup yang ditimbulkan oleh produksi industrial; pengaruh dari ilmu pengetahuan modern yang meresap ke berbagai sektor kehidupan sosial; infrastruktur praktikal di dalam kehidupan sosial.

4) Cornelis van Peurse

Menurut Cornelis van Peursen seorang Theolog dari Belanda, didefinisikan sebagai pembebasan manusia”pertama-tama dari agama dan kemudian dari metafisika yang mengatur nalar dan bahasanya”. Itu berari “terlepasnya dunia dari pengertian-pengerian religius dan religius-semu, terhalaunya semua pandangan-pandangan dunia yang tertutup, terpatahkannya semua mitos supranatural dan lambang-lambang suci ‘defatalisasi sejarah’, penemuan manusia akan kenyataan bahwa dia ditinggalkan dengan dunia di tangannya, sehingga dia tidak bisa lagi menyalahkan nasib atau kemalangan atas apa yang ia perbuat dengannya ; manusialah yang mengalihkan perhatiannya lepas dari dunia-dunia di atas sana ke arah dunia sini dan waktu kini.

(13)

terdiferensiasi secara fungsional, dan keadaan ini telah menghasilkan organisasi-organisasi yang makin bertambah rasional. Masyarakat menjadi tersegmentasi ke dalam sejumlah domain kelembagaan, yang fungsional, rasional dan otonom. Sub-subdivisi, diferensiasi, segmentasi, spesialisasi dan individuasi fungsi-fungsi dalam masyarakat hanya bisa berlangsung kalau ada nilai-nilai civik inti yang melandasi dan menyemangati, yakni libertas dan equalitas. Tetapi karena tidak semua orang memiliki keahlian-keahlian yang diperlukan (meskipun ada nilai equalitas), maka di dalam subsistem-subsistem itu diperlukan orang-orang yang profesional. Siapa saja yang memiliki profesionalitas, boleh berfungsi dalam suatu subsistem yang cocok.

4. Latar Belakang Timbulnya Sekularisasi

Suatu masyarakat adalah produk aktivitas manusia secara kolektif, dan merupakan realitas yang tidak statis, selalu berubah selaras dengan alam pikiran. Begitu pula aktivitas manusia secara individu merupakan fenomena yang dapat berpengaruh pada kolektivitasnya, bahkan secara realitas dapat memainkan peranan mengubah dunia. Artinya dalam hal ini manusia selalu dihadapkan pada konfrontasi terhadap realitas dan ia ingin selalu memperbiaki diri dan lingkungannya. Apalagi jika manusia telah dihadapkan pada kondisi yang membatasi ruang gerak aktivitas maupun kebebasan berpikirnya, maka akan muncul reaksi yang merupakan manifestasi dari akumulasi potensi untuk kemudian mendobrak apa yang telah mengekangnya.

5. Macam- Macam SekularisasiSekularisasi Budaya

(14)

pergeseran ini tentu berlangsung sampai saat ini, dan masyarakat dalam masa transisi.

Sekularisasi Agama

Hubungan yang jelas antara sekularisasi agama terjalin karena adanya dua periodesasi sekuler. Periode sekulasisasi terbagi ke dalam 2 macam periode, yaitu:

a. Periode sekularisasi moderat

Periode sekularisasi moderat terjadi antara abad ke-17 dan ke-18. Pada periode sekularisme moderat, agama dianggap sebagai masalah individu yang tidak ada hubunganya dengan negara, tetapi meskipun demikian negara masih berkewajiban memelihara gereja, khususnya bidang upeti atau pajak. Dalam pengertian ini, dalam pemisahan antara negara dan gereja, tidak dirampas agama Masehi sebagai agama sekaligus dengan nilai-nilai yang dimilikinya, meskipun ada sebagian ajarannya ada yang diingkari, dan menuntut menundukkan ajaran-ajaran Masehi kepada akal, prinsip-prinsip alam, dan perkembanganya.

b. Periode sekularisme ekstrem

(15)

Dengan mengetahui periode sekularisasi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kita dapat mengetahui hubungan Sekularisasi dan masa depan Agama. Sekularisasi dalam hal ini mendudukkan agama sebagai aspek sentral dalam membicarakan dan memerikan penilaian terhadap konsep-konsep tentang sekularisasi, serta agama sebagai kacamata untuk melihat proses atau fenomena sekularisasi tersebut.

6. Sekularisasi dan Masa Depan Agama

Dapat dikatakan, bahwa sekuler bagi masa depan agama berfungsi sebagai motivasi bagi asas dasar pemikiran, alasannya adalah adanya seperangkat alasan-alasan yang menjelaskan tingkah laku manusia, selain itu seseorang akan melakukan sesuatu apabila ada persamaan dengan yang lain.

Banyak ilmuwan sosial yang yakin bahwa ilmu dan teknologi akan menghancurkan agama sebagai suatu lembaga sosial. Diantaranya adalah Anthony Wallace yang menegaskan bahwa masa depan agama yang evolusioner adalah suatu hal yang telah hilang. Percaya kepada makhluk-makhluk supernatural dan kekuatan supernatural yang mempengaruhi alam tanpa mematuhi alam akan mulai luntur. Sebagai suatu unsur kebudayaan, percaya kepada kekuasaan supernatural ditakdirkan untuk lenyap dan hilang dari dunia, sebagai akibat dari meningkatnya adekuasi dan difusi pengetahuan ilmiah dan realisasi oleh keyakinan sekuler bahwa kepercayaan supernatural tidak diperlukan untuk penggunaan ritual yang efektif.

(16)

pengetahuan dibalik pencapaian itu adalah bagian dari suatu pengetahuan yang lebih besar dari apapun. Kepercayaan manusai dapat merancang proses-proses sekuler untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh agama itu sendiri adalah benteng harapan bukan suatu proposisi yang divaliditaskan secara empiris.

Wallace banyak memberi rekomendasi ilmu dan melunturkan kepercayaan agama. Menurut Glock dan Stark pada tahun 1965 menegaskan bahwa kita mengetahui jika seseorang memperoleh pandangan intelektual yang sangat berkembang, maka kepercayaan agama mereka cenderung akan menurun. Karena itu, jika manusia mulai dimasuki pengaruh bentuk pengajaran yang maju, maka agama dapat runtuh atau bahkan sanagt berkurang artinya. Semua kebudayaan manusia memperlihatkan keterbatasan dan telah menciptakan konsepsi-konsepsi tentang suatu kehidupan akhirat agar dapat memungkiri bahwa segala sesuatu harus berakhir. Agama adalah satu-satunya alat yang digunakan manusia untuk mengatasi persoalan ini. Persoalan ini berada di luar batas-batas ilmu, bagaimanapun berhasilnya ilmu dalam menjelaskan dan mengendalikan dunia empiris, tapi ilmu tidak berkuasa juka diperhadapkan dengan masalah non-empiris. Berdasarkan hal tersebut, maka ada alasan yang baik jika tetap percaya bahwa kepercayaan dan ritual agama yang esensial akan terus berlanjut tak terhingga, meskipun ruang lingkup agama semakin berkurang di masa datang.

(17)

Penulis tidak memahami sekular ataupun sekularisasi sebagai hal yang negatif, walaupun memandangnya dari perspektif keagamaan. istilah sekuler dari segi bahasa an sich tidak mengandung keberatan apapun. Jika kita mengatakan bahwa manusia adalah makhluk dunia (karena hidup dalam dunia), kemudian kata dunia diganti dengan sekular, maka manusia adalah makhluk sekular. Jadi, tidak hanya benar istilahnya saja, melainkan juga pada kenyataannya. Disini penulis tidak menawakan sebuah konsep ketuhanan sekular yang baru. sebuah pemahaman ketuhanan memerlukan refleksi, oleh karena itu hendaknyalah pada masa sekuler ini, kita mampu memahami dengan baik makna sekularisasi yang terjadi dan mampu memilah manakah hasil sekularisasi yang berdampak positif dan negatif.

(18)

generalisasi nilai/norma religius, desentralisasi, dan sekularisme itu sendiri.

Kemudian, bila pengertian agama diakarkan pada sistem kognitif dimana agama dipersepsikan sebagai tradisi atau adat istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun dipellihara, maka proses sekulerisasi dapat difahami sebagai proses meluntur atau menghilangnya nilai tradisi dalam kesadaran masyarakat atau individu. Dengan perkataan lain, sekulerisasi merupakan fenomena segmentasi tradisi keagamaan.

Proses sekulerisasi apapun bentuknya sebagai sosiokultural, secara historik, sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan pemikiran filosofis dan peradaban modern yang didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Secara tegas, Weber menyimpulkan proses sekulerisasi secara dominan disebabkan oleh proses rasionalisasi dan intelektualisasi yang terjadi dalam masyarakat modern (Gerth dan Mill, 1968). Selain itu, proses ini juga dipengaruhi oleh dipercepat oleh kemajuan iptek (Nisbet, 1970), oleh kompleksitas dan diferensiasi sistem social (Bellah, 1964), serta oleh perkembangan pemikiran filsafat modern seperti, matrealisme, pragmatisme, dan positivisme (Gallner,1964; dan Camte, 1876).

Arah (Kecenderungan) Sekulerisasi

(19)

intuitif lainnya, tetapi melalui penalaran pertimbangan dan penilaian lewat commensense atau reason-nya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta dinamika perkembangan filsafat modern serupa rasionalisme, empirisme, matrealisme, positivisme, pragmatisme, dan juga saintisme tampak merupakan faktor sosial-kultural dan sosio idiologis yang sangat kuat menstrukturir proses sekularisasi yang bermuara pada rasionalisasi.

Sementara itu, kecenderungan kearah sekularisme lebih mengarah kepada terbentuknya suatu ideologi humanistik baru yang cenderung menyangkal, menolak dan mengekslusi bahkan memusuhi keberadaan agama atau kehadiran Tuhan dalam kiprah kehidupan keseharian manusia di dunia. Hal ini, lantaran (bagi pengikut sekuralisme), agama dengan segenap implikasi praktisnya tidak lain dipersepasikan sebagai wujud yang bertentangan dengan nilai kemanusian.

Materialitas, positivitas, empirisitas, atau faktisitas serta metoda empiris yang digandrungi dan dijadikan titik tolak, tolak ukur, dan, modus operandi masyarakat modern, dalam kenyataanya memang, dapat menyebabkan lahirnya hasil pemikiran yang menolak dan mengingkari eksistensi Tuhan dan segenap ajaran metafisi, metasensoris, ataupun hal yang trasedental dan adikodrati.

7. Keterkaitan Sekulerisasi dengan Modernisasi

Modernisasi berasal dari kata modern yang pada bahasa latin dikenal dengan istilah Modernus dimana Modo memiliki arti cara dan Ernus berarti periode masa kini.

Pengertian dasar modernisasi :

(20)

b. Perubahan dari peralatan sederhana ke teknologi yang lebih canggih.

c. Perubahan ke arah kemajuan yang tidak meninggalkan nilai-nilai kepribadian bangsa yang masih relevan.

Dari pengertian dasar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa modernisasi adalah perubahan pada masyarakat dan kebudayaan dalam seluruh aspek dari hal-hal yang bersifat tradisional ke arah yang lebih maju sesuai dengan kondisi masa kini.

Pengertian modernisasi menurut beberapa ahli: 1) Koentjaraningrat

Usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang.

2) Soerjono Soekanto

Bentuk perubahan sosial yang biasanya terarah dan didasarkan pada suatu perencanaan.

3) Astrid S. Susanto

Proses pembangunan yang memberikan kesempatan ke arah perubahan demi kemajuan.

4) Ogburn dan Nimkoff

Sesuatu yang mampu mengarahkan masyarakat agar dapat memproyeksikan dirinya ke masa depan yang nyata dan bukan angan-angan semu.

5) Wilbert E. Moore

Modernisasi mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara barat yang stabil.

(21)

Modernisasi adalah proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.

Aspek kehidupan manusia yang mengalami perubahan karena modernisasi :

a. Aspek sosio demografis

Suatu proses perubahan unsur-unsur sosial, ekonomis dan psikologis masyarakat yang mulai menunjukkan peluang-peluang ke arah pola-pola baru melalui sosialisasi.

b. Aspek struktur organisasi sosial

Perubahan unsur-unsur dan norma-norma kemasyarakatan yang terwujud apabila manusia mengadakan hubungan dengan sesamanya didalam kehidupan bermasyarakat.

Alasan perlunya modernisasi dalam kehidupan masyarakat :

a. Membuat hidup lebih praktis dan nyaman.

b. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

c. mendapatkan nilai tambah yang lebih banyak, lebih bermutu, lebih bagus, hemat tenaga dan hasil yang maksimal.

Modernisasi ditandai oleh gejala yang tampak pada bidang: a. Budaya, ditandai dengan pergeseran budaya di masyarakat.

b. Politik, ditandai dengan makin banyaknya negara-negara jajahan yang merdeka.

c. Ekonomi, ditandai dengan meningkatnya permintaan atau kebutuhan dalam masyarakat.

(22)

Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan kata lain modernisasi adalah suatu proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang pada dasarnya setiap masyarakat menginginkan perubahan dari keadaan tertentu kearah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan yang lebih maju dan makmur. Keinginan akan adanya perubahan itu adalah awal dari suatu proses modernisasi. (Elly M. Setiadi,Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, hlm. 670)

Pada perkembangannya, modernisasi akan memunculkan hal-hal baru termasuk konsep baru dalam kehidupan masyarakat modern yaitu westernisasi dan sekularisasi. Hal ini tidak dapat dihindari khususnya di wilayah-wilayah kota besar yang berkembang cukup pesat yang akhirnya berimbas terhadap sekelilingnya khususnya dalam pola perilaku masyarakatnya. Dan dewasa ini masyarakat memiliki kecenderungan untuk sulit membedakan keduanya.

Modernisasi adalah proses transformasi ke arah yang lebih maju dengan mempergunakan cara baru yang mampu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

Sekularisasi adalah proses pemisahan antara nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai duniawi dengan memberikan penekanan terhadap kepentingan duniawi. Dengan demikian sekularisasi dapat pula dikatakan sebagai semacam ideologi yang menganggap bahwa hidup ini adalah semata-mata untuk kepentingan dunia.

Persamaan Modernisasi, westernisasi dan sekularisasi: a. Sama-sama memiliki kepentingan duniawi.

(23)

c. Sama-sama merupakan hasil perbndingan dari berbagai aspek kehidupan manusia yang dirasionalisasikan.

d. Sama-sama sebagai proses perubahan dari sesuatu yang dianggap kurang menuju sesuatu yang dianggap lebih.

Tabel 1. Perbedaan Modernisasi dan Sekularisasi:

Modernisasi Sekularisasi

1) Mutlak ada dan diperlukan oleh tiap negara.

2) Tidak mempersoalkan atau mengesampingkan nilai keagamaan

3) Proses perkembangannya lebih bersifat umum b.

1) Berorientasi semata-mata pada masalah duniawi. 2) Tidak terikat pada nilai

agama.

3) Proses perkembangannya terjadi diberbagai bidang b.

8. Tradisi

(24)

Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Dalam suatu masyarakat muncul semacam penilaian bahwa cara-cara yang sudah ada merupakan cara yang terbaik untuk menyelesaikan persoalan.

Biasanya sebuah tradisi tetap saja dianggap sebagai cara atau model terbaik selagi belum ada alternatif lain. Misalnya dalam acara tertentu masyarakat sangat menggemari kesenian rabab. Rabab sebagai sebuah seni yang sangat digemari oleh anggota masyarakat karena belum ada alternatif untuk menggantikannya disaat itu. Tapi karena desakan kemajuan dibidang kesenian yang didukung oleh kemajuan teknologi maka bermunculanlah berbagai jenis seni musik. Dewasa ini kita sudah mulai melihat bahwa generasi muda sekarang sudah banyak yang tidak lagi mengenal kesenian rabab. Mereka lebih suka seni musik dangdut misalnya.

Aturan dan norma yang ada di masyarakat tentu dipengaruhi oleh tradisi

(25)

Sebenarnya banyak sekali pengertian dari tradisi. Namun, pengertian tradisi menurut para ahli secara garis besar adalah suatu budaya dan adat istiadat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nenek moyang kita tentu menginginkan para generasi penerus tetap menjaga kelestarian peninggalan mereka. Peninggalan tersebut dapat berupa materil dan non materil. Peninggalan materil contohnya adalah lukisan, patung, dan arca. Sementara itu, peninggalan non materil berupa bahasa atau dialek, upacara adat, dan norma.

Bagan Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia

C. Studi Kasus

(26)

Dandangan adalah salah satu tradisi yang sudah mengakar cukup lama di Kota Kudus. Secara historis, upacara rakyat kudus itu sudah eksis sejak berabad-abad yang lalu, tepatnya sejak Sunan Kudus Syaikh Dja’far Sodiq masih hidup. Konon, sejak zaman Syeh Jakfar Shodiq, salah satu wali songo penyebar agama Islam di Jawa, setiap menjelang bulan puasa, ratusan santri Sunan Kudus berkumpul di Masjid Menara guna menunggu pengumuman dari Sang Guru tentang awal puasa. Para santri tidak hanya berasal dari Kota Kudus, tapi juga dari daerah sekitarnya seperti Kendal, Semarang, Demak, Pati, Jepara, Rembang, bahkan sampai Tuban, Jawa Timur. Pada hari menjelang puasa, setelah berjamaah salat ashar, Sunan Kudus langsung mengumumkan awal puasa. Pengumuman itu dilanjutkan dengan pemukulan beduk yang berbunyi “dang-dang-dang”. Suara beduk yang bertalu-talu itulah yang menimbulkan kesan dan pertanda khusus tibanya bulan puasa. Berawal dari suara dang-dang, setiap menjelang puasa, masyarakat Kudus mengadakan tradisi Dandangan.

Banyak yang mengartikan asal mula kata Dandangan, Secara etimologis (ilmu tentang asal-usul kata) kata ”dandangan” mungkin berasal dari kata ”dandang” atau beduk yang ditabuh bertalu-talu oleh Syeh Ja’far Shadiq. Namun, kata tersebut juga bisa diasumsikan berasal dari kata ”ndang-ndang” (Bahasa Jawa) yang berarti ”cepat”. Kata cepat-cepat itu bisa dimaknai sebagai selekasnya menyiapkan makan sahur menjelang awal puasa esok hari. Bahkan ada yang mengartikan Dandangan sebagai Dandang, dalam bahasa Jawa berarti tempat (panci) dari aluminium untuk menanak air atau nasi. Mungkin Dandangan dimaksudkan untuk kegiatan mencari nafkah bagi masyarakat di sekitar Kudus.

(27)

perubahan, perkembangan dan metamorfosis sealur dengan perkembangan kondisi dan struktur masyarakat yang membentuknya.

Perubahan itu nampak mencolok terlebih dalam pergeseran pola, bentuk dan fungsinya. Dandangan sekarang bukan lagi hanya berbentuk kumpul-kumpul di masjid sambil mendengarkan alunan bunyi Beduk. Begitu juga fungsinya bukan lagi sekedar untuk menyambut dan mengetahui awal Ramadhan. Tetapi lebih dari sekedar itu. Ia (dandangan) sekarang berkembang menjadi ajang kongkow-kongkow orang di jalan-jalan, trotoar, perempatan dan ruang-ruang publik lainnya.

Selain pola dan bentuk yang berubah, fungsi Dandangan pun juga sudah mulai mengalami pergeseran. Kalau dahulu acara ini disetting untuk acara ritual keagamaan, sekarang sudah berkembang menjadi aktifitas sosial ekonomi. Melihat fenomena perubahan dan pergeseran pola dan fungsi dandangan tersebut, tentu muncul sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang pertama kali miuncul adalah masihkan dandangan itu berjalan di atas makna religiusitas yang menjadi esesensinya ataukah dasar moral yang melandasinya itu justru hilang tanpa jejak dan tergantikan oleh gegap gempita dan perayaan naluri sekulerisme, materialisme dan hedonisme.

Persepsi penulis berkenaan dengan studi kasus di atas, suatu budaya pasti akan mengalami perubahan atau pergeseran hal ini sesuai dengan Teori Cultural Change yang dikemukakan oleh Steward bahwa “Kebudayaan merupakan sistem penguasaan kekuatan/energi, artinya kebudayaan senantiasa mengalami perubahan”. Steward menekankan bahwa kebudayaan itu berkembang multilinear dan evolusi kausal.

(28)

pengaruh dari luar, seperti kebudayaan asing yang datang dan melebur dengan kebiasaan atau tradisi masyarakat setempat. Selain itu pergeseran pada suatu tradisi juga disebabkan oleh tuntutan gaya hidup. Tuntutan kemodernisasi menuntut seseorang untuk berubah dalam gaya hidup dan hubungan sosialnya. Bagi masyarakat yang bisa mengatur dan menyeleksi pengaruh modernisasi maka tradisinya akan tetap bertahan seperti semula walaupun ditambahkan unsur-unsur modern yang dinilai mendukung tradisi masyarakat tersebut. Namun, bagi masyarakat yang tidak dapat mengatur dan menyeleksi pengaruh yang datang dari luar, maka tradisi yang dimilikinya dengan berjalannya waktu akan menyusut keberadaan atau nilai dari tradisi tersebut.

Studi kasus tentang tradisi Dandangan pada dasarnya adalah suatu tradisi ritual keagamaan untuk menyambut datangnya bulan puasa, dalam perkembangannya tradisi ini juga digunakan untuk aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat yaitu satu minggu sebelum puasa 1 Ramadhan maka di alun-alun kota Kudus yaitu di dekat Menara Masjid Kudus, masyarakat Kudus akan berdoyong-doyong membuka dagangan di sekitar alun-alun Masjid Menara Kudus selama 1 minggu. Sejatinya dalam menyambut datangnya bulan puasa atau Ramadhan bagi kaum muslim atau yang beragama Islam haruslah lebih mendekatkan diri pada Tuhannya dan kyusuk dalam beribadah, bukan malah berhura-hura, dengan datang dan sibuk merayakan keramaian di alun-alun kota.

(29)

masuknya bulan yang berbeda perlakuannya dengan bulan yang lain yakni bulan Ramadhan bagi masyarakat yang beragama Islam.

Dari ulasan di atas penulis menginterpretasi bahwa dari perubahan sosial dan budaya masyarakat Kudus pada tradisi Dandangan terdapat dampak positif dan negatif. Dampak positifnya perekonomian masyarakat meningkat untuk persiapan lebaran, kota menjadi ramai karena banyak orang-orang dari kabupaten lain ikut serta berdagang atau hanya sekedar berkunjung, Sedangkan dampak negatifnya yaitu ritual agama yang seharusnya khusyuk terganggu oleh gegap gempita pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Peter L. Berger, The Sacred Canopy: Elements of A Sociological Theory of Religion (New York: Doubleday & Company, 1969 [1967])

Elly M. Setiadi,Usman Kolip, Pengantar Sosiologi : Pemahaman Fakta dan Gejala permasalahan social: teori, aplikasi, pemecahannya. ( Jakarta : Kencana, Cet. I., 2011 )

Pardoyo, Sekularisasi Dalam Polemik, ( Yogyakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 1993),

http://pradityakhrisna.blogspot.com/2012/11/perubahan-sosial-budaya.html

(Diakses pada hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul 17.43 WIB)

http://ssbelajar.blogspot.com/2014/01/faktor-penyebab-perubahan-sosial.html

(Diakses pada hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul 19.03 WIB)

http://elisabetbp.blogspot.com/2013/10/perubahan-sosial-modernisasi.html

(Diakses pada hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul 19.15 WIB)

(30)

(Diakses pada hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul 19.43 WIB)

https://budieagung.wordpress.com/2011/10/23/pemikiran-filsafat-sekularisme/

(Diakses pada hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul 21.05 WIB)

https://www.academia.edu/828547/Tradisi_Dandangan

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Modernisasi dan Sekularisasi:

Referensi

Dokumen terkait

Pada Power Link Budget Downstream panjang gelombang yang digunakan 1490, maka power link budget untuk downlink dapat dihitung menggunakan persamaan (1) dan persamaan (2) akan

Instead, much more comprehensive policy is required in full accordance with the UN Declaration on the Rights of Indigenous Peoples including measures for the protection

Pembiayaan musyarakah dilakukan antara nasabah dan Bank Muamalat dalam suatu usaha dimana masing-masing pihak berdasarkan kesepakatan memberikan kontribusi sesuai kebutuhan

Kedalam empat golongan tersebut kentrung merupakan salah satu kesusastraan lisan dan kesenian yang hidup dalam suatu masyarakat dengan ciri- ciri pengenal tertentu

regresi Robust penduga Welsch yang relatif tidak memerlukan banyak iterasi, dapat disimpulkan bahwa pendugaan parameter metode regresi Ro- bust penduga Welsch lebih efektif daripada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian kompensasi pada Divisi JTS PT INTI yang terdiri dari kompensasi finansial langsung dan tidak langsung pada kenyataan

Seseorang memiliki tujuan mengapa mereka memposting sebuah konten di sosial media, diantaranya adalah 66,67% mengaku sebagai bentuk ekspresi emosi mereka, 14.29% diantara