Price Model dan Return Model,
Untuk Menilai Tingkat Pengembalian Investasi di Pasar Modal
Ditulis oleh M. Kuncara B.S (Mahasiswa Program Studi Akuntansi S3 UGM)
Dalam artikel Price and Return Models, Kothari dan Zimmerman membahas definisi, pengertian dan kelebihan dan kelemahan dari Return model dan Price model. Kedua model ini biasa dipergunakan ketika peneliti ingin melakukan penelitian tingkat pengembalian investasi di pasar saham. Return models adalah regresi tingkat pengembalian investasi di pasar modal terhadap laba akuntansi perusahaan (returns regressed on scaled earnings variables). Sedangkan price model adalah regresi harga saham di pasar modal terhadap laba per saham perusahaan (stock price regressed on earnings per share).
Pertanyaannya adalah model yang terbaik manakah yang bisa kita pakai didalam menilai tingkat pengembalian investasi di Pasar Modal?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Kothari dan Zimmerman memberikan framework untuk memilih kedua model mana yang paling cocok dengan penelitian yang akan kita lakukan tersebut.
Kothari dan Zimmerman juga menjelaskan keuntungan dan kelemahan kedua model berdasarkan riset-riset yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya baik secara teorities, ekonomis maupun secara ekonometri.
Secara rasional ekonomis, Price Model dapat memberikan slope coefficient yang lebih tidak bias jika dibandingkan dengan Return Model. Hal ini didukung dengan hasil-hasil riset empiris yang mengkonfirmasi bahwa Price Model memberikan
Secara teoritis, didalam artikelnya pada tahun 1974, Gonedes and Dopuch
menyatakan bahwa Return Model lebih superior dibandingkan dengan Price Model pada saat teori valuasi belum berkembang dengan baik. Superioritas Return Model dibandingkan dengan Price Model tersebut yang menyebabkan para peneliti lebih banyak mempergunakan Return Model didalam menilai besarnya tingkat
pengembalian investasi pada pasar modal.
Senada dengan Kothari dan Zimmerman, dalam artikelnya yang diterbitkan pada tahun 1982, Lev dan Orison menjelaskan bahwa kedua model tersebut baik Return Model maupun Price Model bersifat saling komplementer satu dengan yang lain.
Berbeda dengan pendapat Gonedes and Dopuch, didalam artikel pada tahun 1988, Landsman and Magliolo berargumen bahwa Price Model lebih dominan
dibandingkan dengan Return Model untuk beberapa aplikasi tertentu, terutama untuk riset-riset yang membutuhkan slope coefficient yang lebih akurat
dibandingkan dengan Return Model.
Sedangkan Christie pada tahun 1987 menyatakan bahwa Return Model dan Price Model bersifat setara secara ekonomis, akan tetapi Return Model lebih memiliki masalah ekonometri yang lebih sedikit dibandingkan dengan Price Model.
Hasil riset empiris mengkonfirmasi bahwa Price Model memberikan respon
coefficient yang memiliki bias lebih kecil dibandingkan dengan Return Model. Akan tetapi, Return Model memiliki masalah ekonometri yang lebih kecil dibandingkan dengan Price Model.
menggabungkan kelebihan dari kedua model dan mengurangi kelemahan dari kedua model.
Didalam artikel ini, Kothari dan Zimmerman memberikan tiga model utama
mengapa perlu melakukan studi cross sectional pada riset akuntansi di pasar modal dengan mempergunakan returns-based design dibandingkan dengan levels-based design untuk mengurangi bias dan kelemahan yang ada. Adapun model-model studi cross sectional yang dapat dipakai antara lain model pertama: The One-facor Model with Time-Specific Coefficient. Model kedua: The One-Factor Model with Systematic Measurement Error. Model ketiga: The One-factor Model with Contant (Across Time) Coefficeitns and Unsystematic Measurement Error. Model pertama mengasumsikan tidak adanya perubahan waktu, sedangkan model kedua sudah mulai
mengakomodir adanya perubahan waktu. Sedangkan model ketiga sudah
memberikan masukan mengapa level coefficient pada regresi nilai ekuitas terhadap laba relative lebih besar dibandingkan dengan perubahan regresi yang ada.
Landsman and Magliolo menyatakan bahwa pendekatan Return Model tidak dapat dipergunakan untuk menggeneralisasi semua asumsi-asumsi yang berkaitan dengan Asset Pricing Relation dan sifat-sifat ekonometri data yang dipergunakan didalam riset. Penulis juga menyampaikan bahwa conventional market model framework yang ditawarkan hanya dapat mengatasi beberapa msalah disain riset tertentu.
Jika kita membaca artikel yang ditulis oleh Landsman dan Magliolo yang berjudul Cross-Sectional Capital Market Research and Model Specification, kita dapat
mengetahui beberapa masalah yang terkait dengan spesifikasi dari cross sectional model yang ada didalam riset pasar modal.
Dalam artikel ini, Landsman dan Magliolo menjelaskan sejarah awal dari spesifikasi model yang berfokus pada tiga alasan utama mengapa para peneliti lebih memilih methodology berdasarkan Return Model.
Landsman dan Magliolo menyimpulkan bahwa keuntungan relatif Return Model dan Level Methodologis terhadap Price Model sangat tergantung kepada sekumpulan asumsi-asumsi dan sifat-sifat dari data yang dipergunakan oleh para peneliti. Untuk mendukung kesimpulannya, Landsman dan Magliolo melakukan riset terhadap beberapa artikel akuntansi di pasar modal yang ada dan kemudian menjelaskan dan menginterprestasikan beberapa artikel tersebut untuk mendukung kesimpulan yang diambilnya.
Kesimpulan:
Dari kedua artikel tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa keputusan untuk mempergunakan suatu model, apakah akan mempergunakan Return Model ataupun Price Model, sangat terkait dengan beberapa asumsi yang mendasari model
tersebut. Tidak ada satu model pun yang dapat memberikan hasil terbaik. Kita dapat memastikan bahwa pasti ada kelebihan dan kelemahan dari masing-masing model yang ada. Yang paling penting adalah bagaimana memilih model yang paling sesuai dengan kontek penelitian yang akan kita bangun. Akan sangat baik jika dimungkinkan untuk menggunakan kedua model tersebut sekaligus sehingga dapat menggabungkan kelebihan-kelebihan dari kedua model dan dapat meminimalisir kelemahan-kelemahan dari kedua model yang ada.
Referensi:
1. Price and Return Models, S. P. Kothari and Jerold Zimmerman, Journal of Accounting and Economics, 1995, vol. 20, issue 2, pages 155-192