• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRO DAN KONTRA UJIAN NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRO DAN KONTRA UJIAN NASIONAL"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KELOMPOK

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

PRO DAN KONTRA UJIAN NASIONAL

Disusun oleh :

Naelul Hikmah (4101413015) Anita Setyaningsih (4101413035) Eko Widyaningsih (4101413102) Evita Esmeralda (4101413103) Noor Diah Ayu Safitri (7101413228)

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sedangkan yang dimaksud dengan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan berperan penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UU No. 20 Bab II Pasal 3 Tahun 2003). Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, disusunlah kurikulum sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi.

(3)

menggantinya dengan ujian sekolah atau lainnya, dan ada pula kelompok yang mendukung untuk tetap dilaksanakannya UN.

Timbulnya pro dan kontra akibat dari pelaksanaan Ujian Nasional mendorong penulis untuk mengambil judul makalah yaitu “Pro dan Kontra Ujian Nasional.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul, Penulis menyusun beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Apa dasar pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia?

2. Bagaimana pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia sepuluh tahun terakhir? 3. Bagaimana bentuk pro dan kontra terhadap pelaksanaan Ujian Nasional di

Indonesia?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui dasar pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia.

2. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia untuk sepuluh tahun terakhir.

3. Mengkaji berbagai bentuk pro dan kontra yang timbul dari adanya pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia.

D. Manfaat

Manfaat yang ingin Penulis capai dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Menambah khasanah pengetahuan mengenai Sistem Pendidikan Nasional serta penyelenggaraan Ujian Nasional di Indonesia.

2. Sebagai bahan kajian mengenai pro dan kontra terkait pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia.

(4)

BAB II PEMBAHASAN A. Dasar Pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia

Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sedangkan tujuan Standar Nasional Pendidikan adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam pasal 1 ayat 17 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yungto pasal 1 ayat 1 PP No. 19 2005 dinyatakan bahwa lingkup dari Standar Nasional Pendidikan meliputi 8 standar yaitu (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian.

(5)

Pendidikan. Hasil ujian nasional akan digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik, pembinaan, dan pemberian bantuan kepada pihak sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Dalam ayat 1 pasal 66 PP No. 19 Tahun 2005, dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional. Pengertian dari ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Sedangkan Ujian Nasional SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, SMK/MAK yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian standar kompetensi lulusan SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA,SMALB, SMK/MAK secara nasional meliputi mata pelajaran tertentu. Pada pasal 68 ayat 2 dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, ditegaskan bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk:

a. pemetaan mutu program dan atau satuan pendidikan, b. dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya,

c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan, d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya

untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 67 ayat 1 sampai 2 dijelaskan bahwa:

(1) Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan Ujian Nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah, dan jalur nonformal kesetaraan.

(6)

(2) Dalam penyelenggaraan Ujian Nasional, BSNP bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan.

Dalam pasal 69 ayat 1 sampai 4 diatur mengenai hak peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan atas keikutsertaannya dalam Ujian Nasional sebagai berikut. (1) Setiap peserta didik jalur pendidikan formal pendidikan dasar dan menengah

dan jalur pendidikan nonformal kesetaraan berhak mengikuti Ujian Nasional dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.

(2) Setiap peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengikuti satu kali Ujian Nasional tanpa dipungut biaya.

(2a)Peserta didik jalur pendidikan formal pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikecualikan untuk peserta didik SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat.

(3) Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti Ujian Nasional setelah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BSNP.

(4) Peserta Ujian Nasional memperoleh surat keterangan hasil Ujian Nasional yang diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional.

Selanjutnya dalam pasal 70 ayat 3 sampai 7, dijelaskan pula mengenai mata pelajaran yang diujikan saat Ujian Nasional sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing sebagai berikut.

(3) Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

(4) Pada program paket B, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. (5) Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional

(7)

(6) Pada program paket C, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan.

(7) Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran kejuruan yang menjadi ciri khas program pendidikan.

B. Pelaksanaan dan Evaluasi Ujian Nasional di Indonesia Sepuluh Tahun Terakhir

Ujian Nasional adalah wujud dari evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui BSNP sebagai lembaga independen yang diserahi tugas untuk melaksanakan Ujian Nasional tersebut. Sampai dengan tahun 2000 pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional telah menyelenggarakan evaluasi hasil belajar yang diberlakukan secara nasional yang disebut dengan EBTANAS. Akan tetapi banyak sekali kritik dari berbagai lapisan masyarakat terhadap Evaluasi Belajar Tahap Akhir yang dilaksanakan secara nasional tersebut. Untuk merespon berbagai kritik yang muncul ini, pemerintah mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai lapisan yang kemudian menjadi landasan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 011/U/2002, tanggal 28 Januari 2002 yang isinya penghapusan EBTANAS untuk Sekolah Dasar, Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Luar Biasa tingkat Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Bersamaan dengan Surat Keputusan tersebut, juga dikeluarkan Surat Keputusan Mendiknas Nomor 047/U/2002, tanggal 4 April 2002 yang berisi pernyataan bahwa nama EBTANAS untuk tingkat SLTP, SLTPLB, SMU, SMLB, MA, dan SMK diganti menjadi Ujian Akhir Nasional atau disebut dengan UAN.

(8)

1) UAN dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 58. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Namun, bila dicermati lebih jauh pada ayat 2, dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menilai pencapaian standar nasional diperlukan evaluasi yang dilakukan oleh lembaga mandiri. Hal inilah yang digunakan sebagai landasan penyelenggaraan Ujian Nasional.

2) UAN dianggap tidak bermanfaat dan hanya menghambur-hamburkan biaya. Kecaman ini kemudian dijawab dengan hasil penelitian Mardapi, dkk.(2004) yang menunjukkan bahwa hasil UAN sangat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan motivasi mengajar guru, perhatian kepala sekolah beserta semua staf sekolah, dan orang tua terhadap pembelajaran siswa.

(9)

ada sekolah yang telah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan mulai diberlakukannya PP 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, maka dalam sosialisasi pelaksanaan Ujian Nasional telah pula dijelaskan bahwa soal-soal ujian yang dikembangkan untuk Ujian Nasional Tahun 2007, didasarkan pada irisan antara: (1) Kurikulum Berbasis Kompetensi, (2) Kurikulum 1994, dan (3) Standar Isi.

Pelaksanaan UN dirasakan sebagai beban yang semakin bertambah berat, terutama bagi siswa, salah satunya adalah dengan adanya peningkatan angka Standar Kompetensi Lulusan Ujian Nasional (SKLUN) yang terjadi terus-menerus. Misalnya dari tahun 2003 hingga tahun 2009, terus terjadi peningkatan angka SKLUN. SKLKUN 2008/2009 naik dari 5.25 menjadi 5.50. Sesuai dengan Pasal 16 ayat (1) Permendiknas No.78/2008 tentang Ujian Nasional SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK tahun pelajaran 2008/2009, peserta UN dinyatakan lulus jika nilai rata-rata UN minimal 5.50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Upaya peningkatan mutu pendidikan dengan kenaikan angka SKLUN tersebut tentunya tidak serta merta berjalan dengan lancar, justru pada kenyataannya menimbulkan permasalahan tersendiri yakni selalu saja ada siswa yang gagal lulus UN di setiap tahunnya.

(10)
(11)

C. Pro dan Kontra terhadap Pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia

Pelaksanaan UN dalam mengevaluasi sistem pembelajaran di Indonesia, terutama untuk menilai tercapainya kompetensi siswa pada beberapa mata pelajaran, sesungguhnya telah memberikan berbagai dampak positif bagi siswa, sekolah, dan system pendidikan Indonesia. Di antara bentuk dampak positif tersebut adalah meningkatnya motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru, semakin baiknya sistem manajemen sekolah, dan berkembangnya model atau pola pembelajaran di berbagai sekolah atau pusat sumber belajar lainnya di masyarakat. Berbagai dampak positif yang dihasilkan dari pelaksanaan UN tidak serta merta membuat masyarakat setuju dengan pelaksanaan UN. Berbagai kalangan masyarakat menilai bahwa penyelenggaraan UN yang dimulai sejak tahun pelajaran 2002/2003 menggantikan sistem Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas) telah memunculkan banyak perdebatan. Menurut Irwan (dam Basrowi, 2004), ada empat aspek penyimpangan yang dilakukan pemerintah dengan melaksanakan UN, yaitu aspek pedagogis (UN hanya menilai pengetahuan siswa, tetapi tidak untuk keterampilan dan sikap), aspek yuridis (pelaksanaan UN melanggar UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, khususnya pasal 58 dan 59), aspek sosial dan psikologis, dan aspek ekonomi (UN telah memboroskan biaya negara). Banyak pula penyimpangan yang telah terjadi selama pelaksanaan UN, baik penyimpangan dalam teknik penyelenggaraan, pengawasan, maupun dalam sistem pembiayaan. Sebagai suatu kebijakan yang baru, apapun isinya dan sebaik apapun dipersiapkan pasti masih akan menuai pro dan kontra. Pihak yang pro akan mendukung dan ikut menyukseskan pelaksanaannya tetapi juga pasti akan muncul kritik dari pihak-pihak yang kontra dengan disertai berbagai alasan.

(12)

menjadi pusat perhatian, namun tetap selalu menjadi permasalahan yang tak kunjung terjembatani. Persoalan sebenarnya bukan semata-mata dari ujian nasional itu sendiri, tetapi perlu kajian dari berbagai sudut pandang di antaranya, adalah (1) ketidaksiapan siswa, guru ataupun sekolah menghadapi kenyataan dari “cermin prestasi diri” yang disebut ujian nasional tersebut, (2) proses pendidikan yang selama ini berlangsung banyak memberi kemudahan, termasuk dalam pembelajaran, yang menyebabkan banyak pihak baik siswa, guru maupun orang tua yang terbuai oleh keberhasilan semu yang berupa angka-angka yang bisa dibuat oleh siapa saja, (3) adanya kecenderungan umum bahwa evaluasi tersebut telah kehilangan makna, karena evaluasi yang seharusnya menjadi sarana ataucermin kemampuan diri, selama ini bukan lagi menjadi sarana tetapi menjadi tujuan.

Telah muncul berbagai tanggapan dan pendapat yang beragam dari berbagai kalangan tentang UN yang berhasil dilansir oleh sejumlah media masa. Beberapa argumentasi yang dapat dikemukakan sebagai penolakan UN dari pihak yang kontra antara lain:

a. Dilihat dari UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Pasal 8 ayat 1: “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemampuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan”.

(13)

c. Menurut sebagian ahli tes, UN dalam keadaan sekarang bertentangan dengan kaidah pendidikan itu sendiri. Dalam kaidah pendidikan, tes digunakan untuk menjamin kualitas anak didik, bukan untuk “menghukumnya”. Sekarang ini UN digunakan untuk “menghukum” anak didik yang telah belajar selama tiga tahun tetapi tidak lulus dalam UN yang hanya dilaksanakan dalam beberapa menit dan beberapa mata pelajaran. Padahal seharusnya pemerintah introspeksi diri bahwa ketidaklulusan anak didik adalah cerminan dari ketidakmampuan pemerintah dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada siswa. Jangan kesalahan itu dibebankan kepada para siswa.

d. Kenyataannya sekarang ini di lapangan, di sekolah-sekolah ada yang mulai berkiblat pada bimbingan les. Para siswa lebih percaya pada bimbingan les daripada kepada guru mereka sendiri, yang mengajar selama tiga tahun. Guru mata pelajaran yang diujikan saja merasa terabaikan, apalagi dengan guru mata pelajaran non-UN. Tidak sedikit yang mendatangkan guru bimbingan belajar atau bentuk-bentuk kerja sama antara lembaga bimbingan belajar dengan sekolah. Ada yang berangapan bahwa dunia pendidikan berkiblat pada UN, sehingga telah mengerdilkan makna pendidikan. Menurut Ketua Komisi X DPR RI Heri Ahmadi (Pikiran Rakyat, 19 Desember 2007) mengungkapkan bahwa “Pelaksanaan UN ini mengakibatkan fungsi sekolah sebagai tempat belajar semakin kehilangan makna, sebab yang terpenting bagaimana sekolah dapat meluluskan siswanya.” Hal ini memang benar, karena sering terdengar adanya berita-berita yang negatif yang dilakukan oleh oknum guru atau sekolah dalam pelaksanaan UN.

(14)

lebih banyak mahasiswa yang drop out yang waktu di SMA-nya mengikuti bimbingan belajar daripada mereka yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Selain pihak yang kontra terhadap UN, ada pula kelompok yang mendukung atau pro untuk tetap dilaksanakannya UN. Beberapa hal yang dapat dijadikan alasan mengapa UN perlu tetap dipertahankan, antara lain:

a. Beberapa pasal pada Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang terkait langsung dengan kegiatan ujian atau evaluasi pendidikan adalah pasal 35, pasal 57, pasal 58, dan pasal 59. Berdasarkan pasal-pasal dan ayat-ayatnya serta kaitannya satu sama lain, maka dapat ditarik suatu pemahaman seperti berikut ini:

1) Terhadap hasil belajar peserta didik perlu dilakukan evaluasi oleh pendidik dengan tujuan utama untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (pasal 58, ayat 1). 2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, satuan/lembaga pendidikan, dan

program pendidikan untuk memantau (pasal 35, ayat 3) dan/atau menilai (pasal 58, ayat 2) pencapaian standar nasional pendidikan (isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan evaluasi pendidikan) (pasal 35, ayat 1). 3) Evaluasi terhadap peserta didik, satuan/lembaga pendidkan, dan program

pendidikan untuk memantau atau menilai pencapaian standar nasional dilakukan oleh suatu lembaga mandiri (pasal 58, ayat 2), dapat berupa badan standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan (pasal 35, ayat 3) dan/atau lembaga yang diselenggarakan oleh masyarakat dan/atau yang diselenggarakan oleh organisasi profesi.

4) Pasal 35, 57, dan 58 mengamanatkan bahwa evaluasi perlu dilakukan untuk pengendalian mutu pendidikan secara nasional (pasal 57, ayat 1), dan memantau (pasal 35, ayat 3) dan/atau menilai (pasal 58, ayat 2) pencapaian standar nasional pendidikan.

(15)

daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan (pasal 59, ayat 1). Masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat membentuk lembaga yang mandiri untuk melakukan evaluasi sebagaimana ynag dimaksud dalam pasal 58 (pasal 59, ayat 2).

b. Tidak sedikit pula pendapat yang mendukung dilaksanakan UN terutama didasarkan pada argumentasi tentang pentingnya UN sebagai pengendali mutu pendidikan secara nasional dan pendorong atau motivator bagi peserta didik dan penyelenggara pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

(16)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari uraian sebelumnya, diantaranya:

1. Dasar pelaksanaan UN di Indonesia yaitu pasal 1 ayat 17 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 66 ayat 1 PP No. 19 Tahun 2005, pasal 68 ayat 2 dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013.

2. Pelaksanaan UN di Indonesia masih belum bisa dilaksanakan secara maksimal, hal ini disebabkan oleh adanya kendala-kendala dan kecaman dari pihak tertentu.

3. Pelaksanaan UN di Indonesia masih menimbulkan pro dan kontra. - Pro UN:

Meningkatnya motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru, semakin baiknya sistem manajemen sekolah, dan berkembangnya model atau pola pembelajaran di berbagai sekolah atau pusat sumber belajar lainnya di masyarakat.

- Kontra UN:

 Banyak pula penyimpangan yang telah terjadi selama pelaksanaan UN, baik penyimpangan dalam teknik penyelenggaraan, pengawasan, maupun dalam sistem pembiayaan.

(17)

B. Saran

Sejalan dengan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang penulis berikan, diantaranya:

1. Selain penerapan ujian sebagai strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah juga secara bertahap perlu meningkatkan mutu sekolah melalui perbaikan sarana dan prasarana sekolah, peningkatan mutu dan distribusi guru, serta peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran. (Bukan melalui sertifikasi dalam bentuk portofolio).

2. Pelaksanaan UN dipandang masih perlu diterapkan, namun sistem pelaksanaannya masih perlu diperbaiki.

3. Sekolah sebaiknya tidak hanya berorientasi pada materi UN saja, tetapi materi-materi lain pun perlu diajarkan secara seimbang.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

http://atdikbudlondon.files.wordpress.com/2013/05/renstra_kemdikbud_2010-2014.pdf. Diakses tanggal 1 Mei 2014, pukul 05.30 WIB.

http://kesbangpol.kemendagri.go.id/files_arsip/pp_no.32-2013_.pdf. Diakses tanggal 1 Mei 2014, pukul 05.25 WIB.

educloud.fkip.unila.ac.id/Penilaian_Standar_BSNP.pdf. Diakses tanggal 1 Mei 2014, pukul 05.20 WIB.

http://litbang.kemdikbud.go.id/pengumuman/POS%20UN%20Tahun %20Pelarajaran%202013-2014.pdf. Diakses tanggal 1 Mei 2014, pukul 05.30 WIB.

http://dispendik.surabaya.go.id/surabayabelajar/jurnal/199/5.9.pdf. Diakses tanggal 1 Mei 2014, pukul 05.34 WIB.

http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/viewFile/605/462. Diakses tanggal 1 Mei 2014, pukul 05.45 WIB.

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/1955090 91980021-KARSO/Ujian_Nasional.pdf . Diakses tanggal 14 April, pukul 14.10 WIB.

http://eprints.undip.ac.id/11130/1/RINGKASAN_SKRIPSI.pdf. Diakses tanggal 1 Mei 2014, pukul 05.34 WIB.

(19)

Referensi

Dokumen terkait