• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF. docx"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGBIAKAN DI KELAS IX-A SMP NEGERI 2

GENENG – NGAWI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1

Ken Retnaningdyah Widiastuti

1 SMP Negeri 2 Geneng

Geneng – Ngawi 63271, Indonesia

kendyah2010@ yahoo.co .id

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui kualitas Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014. Kualitas tersebut dianalisis berdasarkan aspek-aspek motivasi, aktivitas belajar, serta kompetensi siswa. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Peneliti mengambil data aktivitas dan motivasi siswa pada tiap siklus, sedangkan data hasil belajar diperoleh dari tes tertulis di akhir siklus. Peneliti juga mengambil data tes awal (pre-test) untuk memetakan kemampuan awal siswa. Kesimpulan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: 1) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar pada Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014; 2) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar terbukti dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa; 3) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar terbukti dapat meningkatkan penguasaan kompetensi siswa pada Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014. Saran dari Peneliti adalah: 1) Guru sebaiknya lebih memperhatikan karakteristik siswanya, terutama sekali dalam sistem monitoring yang lebih efektif dan efisien, sehingga guru dapat mengontrol sikap dan perilaku siswa pada saat mendalami materi; 2) Pihak guru, sekolah serta stakeholder lainnya sebaiknya memberikan dukungan dan kontribusi yang nyata terhadap berbagai upaya pengembangan lebih lanjut; 3) Bagi guru mitra yang akan menggunakan perangkat dan model pembelajaran ini, sebaiknya sebelum menggunakannya, terlebih dahulu melakukan simulasi dan selalu berkonsultasi dengan peneliti, sehingga kekurangan yang terjadi pada ujicoba ini dapat teratasi sebelum mengajarkan di kelas.

Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif, STAD, Kualitas Belajar Siswa

(2)

Pendahuluan

Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari makhluk hidup dan segala seluk beluknya. Salah satu cara mengantisipasi agar peserta didik tidak bosan dan jenuh dalam mempelajari ilmu ini, maka harus ditunjang oleh muatan kurikulum yang relevan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang bergerak cepat dan semakin kompleks. Selain itu, juga harus didukung oleh profesionalisme dan kemampuan guru dalam pengelolaan dan penerapan metode pembelajaran biologi di dalam maupun di luar kelas.

Bertitik tolak dari uraian diatas, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran biologi perlu pengubah paradigma lama mengenai posisi dan peran guru dalam pembelajaran di kelas. Kegiatan mengajar menggunakan hal yang tidak berorientasi pada ”bagaimana saya belajar (teacher centered) tetapi lebih kepada bagaimana saya membelajarkan siswa” (Depdiknas, 2004:43-44), untuk mengantisipasi perubahan. Paradigma tersebut sangat didukung oleh kurikulum yang berlaku, dimana proses belajar mengajar bukan untuk mengejar target kurikulum semata, akan tetapi lebih kepada melaksanakan kompetensi apa yang diperoleh peserta didik.

Salah satu bentuk pendekatan dalam kurikulum KTSP adalah Contextual Teaching and Learning

(CTL). Bleachard (dalam Depdiknas, 2004:38) menjelaskan bahwa, “Pengajaran dan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu mengaitkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar membuat hubungan antara pengajaran dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga masyarakat, tenaga kerja”. Perangkat pembelajaran kontekstual kini telah diselaraskan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya sesuai dengan keahlian anak itu.

Sehubungan dengan implementasi KTSP pada mata pelajaran Biologi di SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi, penulis menemukan berbagai macam hambatan dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya adalah pemilihan dan penentuan model pembelajaran yang tepat dan rendahnya atensi siswa. Guru masih sering menjadi tokoh sentral di kelas, sementara siswa cenderung pasif dan hanya menerima apa saja yang diberikan guru. Berbagai hambatan tersebut juga terlihat jelas pada saat penulis menyampaikan materi pelajaran Biologi di Kelas IX-A. Sebagai guru pengajar, penulis menemukan bahwa motivasi belajar dan ketertarikan siswa masih kurang,

serta kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran cenderung rendah.

Salah satu pengalaman dalam proses pembelajaran Biologi pada penyampaian materi cara-cara perkembangbiakan dengan metode ceramah dan diskusi tanpa gambar-gambar makhluk hidup (media pembelajaran) adalah siswa kurang termotivasi dan menguasai materi perkembangbiakan. Model pembelajaran tersebut adalah model Student Teams Achievement Division (STAD) dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) bergambar. STAD adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang menerapkan dasar-dasar pemikiran dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang ada dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar pada Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014? 2. Apakah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD dengan LKS Bergambar dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa pada Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014? 3. Apakah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD dengan LKS Bergambar dapat meningkatkan penguasaan kompetensi siswa pada Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014?

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Oktober sampai dengan Nopember 2013. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Geneng Kabupaten Ngawi, khususnya di Kelas IX-A. Jumlah siswa Kelas IX-A adalah 27 orang yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan, dengan kemampuan siswa yang heterogen.

(3)

dengan apa yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal cara-cara perkembangbiakan dan mengoptimalkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu penerapan kooperatif tipe STAD yang dilanjutkan dengan diskusi kelompok kemudian diskusi kelas.

Dengan berpedoman pada rancangan diatas, maka Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Perencanaan (planning); 2) Pelaksanaan tindakan (action); 3) Observasi (observation); kemudian 4) Refleksi (reflection).

Metode pengambilan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a) data aktivitas kelas diambil melalui observasi pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung dengan menggunakan instrumen lembar observasi; b) data hasil belajar siswa diambil saat pra-siklus dan setelah masing-masing siklus berlangsung dengan instrumen tes; c) data tentang motivasi siswa diambil melalui instrumen angket setelah KBM berlangsung; d) data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari rencana pembelajaran dan observasi. Instrumen tes terdiri dari pre-test, post-test

Siklus I, serta post-test Siklus II, dimana masing-masing berisi 20 item soal pilihan ganda (multiple choice). Setiap soal memiliki bobot nilai 5 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.

Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan tahapan pengolahan data sebagai berikut: 1) klasifikasi; 2) Sorting dan Editing; dan 3) Codingdata. Hasilnya berupa dua tipe data, yaitu: data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik sederhana, yaitu ditabulasikan dan dihitung rata-ratanya. Rata-rata tersebut dihitung dengan rumus:

Keterangan:

X = Rata-rata nilai

ƒn = Jumlah siswa yang mendapat nilai dalam interval tertentu

mn = Nilai tengah tiap interval kelas

Rumusan tersebut diterapkan setelah data ditabulasikan ke dalam tabel distribusi berkelompok. Hasil perhitungan ini berupa nilai-nilai tertentu yang menggambarkan kemampuan siswa mengenal cara-cara perkembangbiakan makhluk hidup.

Yang menjadi indikator keberhasilan tindakan ini adalah bilamana kemampuan siswa dalam mengenal

cara-cara pembiakan mencapai tingkat keberhasilan 80% secara klasikal dan 70% secara individual.

Hasil Penelitian sebagai alat untuk mendiagnosis siswa, serta berfungsi untuk mengetahui presepsi mereka tentang materi yang akan dibahas selanjutnya.

Berdasarkan hasil analisis terhadap pre-test, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (55,56%) siswa Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi cenderung mempunyai aktivitas belajar dan kompetensi yang masih rendah tentang mengenal cara-cara perkembangbiakan, serta hanya 44,44% siswa yang nilainya telah memenuhi syarat KKM. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan dengan cara melaksanakan pembelajaran STAD dalam Siklus I.

Tabel 1. Tabulasi Hasil Belajar Dalam Siklus I Dengan Format Interval

Diketahui:

(fn x mn) = 1866

(fn) = 27

Maka, nilai (X) adalah = 1866 / 27 = 69,11

Kesimpulannya, tingkat keberhasilan secara klasikal pada Siklus I baru mencapai 69,11%.

Berdasarkan hasil analisis terhadap post-test pada Siklus I, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (59,26%) siswa Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi sudah mempunyai aktivitas belajar dan kompetensi yang relatif tinggi dalam mengenal cara-cara perkembangbiakan. Namun demikian, masih terdapat 11 siswa (40,74%) yang nilainya dibawah KKM.

X =



(f

n

x m

n

)

(4)

Gambar 1. Histogram Tabulasi Hasil Belajar Dalam Siklus I

Berdasarkan hasil analisis post-test pada Siklus II, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (88,89%) siswa Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi sudah mempunyai aktivitas belajar dan kompetensi yang tinggi dalam mengenal cara-cara perkembangbiakan. Meski demikian, masih terdapat 3 siswa (11,11%) yang nilainya dibawah KKM. Pemberian tindakan berupa pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan LKS bergambar dalam dua siklus terbukti efektif.

Tabel 2. Tabulasi Hasil Belajar Dalam Siklus II Dengan Format Interval

Diketahui:

(fn x mn) = 2188,5

(fn) = 27

Maka, nilai (X) adalah = 2188,5 / 27 = 81,06

Kesimpulannya, tingkat keberhasilan secara klasikal pada Siklus II telah mencapai 81,06%.

Gambar 2. Histogram Tabulasi Hasil Belajar Dalam Siklus II

Melihat kenyataan diatas maka target yang ditetapkan penulis yaitu 80% telah tercapai. Dengan demikian, penggunaan metode diskusi melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengenal cara-cara perkembangbiakan makhluk hidup, demikian pula aktivitas siswa dalam KBM meningkat. Indikator peningkatan motivasi tersebut adalah peningkatan aktivitas belajar kelompok dan peningkatan kompetensi siswa.

Dalam eksperimen ini telah dibentuk 6 kelompok. Kelompok I, III dan IV memiliki 5 anggota, sementara Kelompok II, V dan VI memiliki 4 anggota. Berdasarkan pembagian kelompok tersebut selanjutnya akan dianalisis mengenai tingkat motivasi dan aktivitas belajar siswa pada melakukan KBM di kelompoknya.

Tabel 3. Kenaikan Aktivitas Belajar Kelompok pada Siklus I dan Siklus II

(5)

melakukan aktivitas belajar 8 kali, atau meningkat sebanyak 3 kali dibandingkan dalam Siklus I.

Gambar 3. Histogram Frekuensi Aktivitas Belajar Kelompok Kelompok III dan IV adalah kelompok yang memiliki motivasi belajar paling rendah. Motivasi belajar Kelompok III dianggap rendah karena aktivitas belajar mereka hanya meningkat 1 kali, dari 6 kali di Siklus I menjadi 7 kali di Siklus II. Sedangkan motivasi belajar Kelompok IV dianggap rendah karena aktivitas belajar mereka juga hanya meningkat 1 kali, dari 7 kali di Siklus I menjadi 8 kali di Siklus II. Selain itu, Kelompok IV adalah kelompok yang paling banyak melakukan aktivitas belajar dalam Siklus I, tetapi dalam Siklus II justru tidak dapat mengimbangi peningkatan aktivitas belajar dari Kelompok V dan VI.

Analisis terhadap motivasi belajar tersebut juga dapat dilakukan berdasarkan pencapaian nilai per individu pada Siklus I dan II. Analisis berdasarkan perolehan nilai individu pada Siklus I membuktikan bahwa dalam Kelompok III terdapat 1 siswa yang nilainya dibawah KKM, sementara dalam Kelompok IV terdapat 3 siswa yang nilainya dibawah KKM. Perolehan nilai individu pada Siklus II membuktikan bahwa dalam Kelompok III tidak terdapat siswa yang nilainya dibawah KKM, sementara dalam Kelompok IV masih terdapat 2 siswa yang nilainya dibawah KKM.

Hasil analisis juga membuktikan bahwa lebih banyak anggota dalam kelompok belajar belum tentu mendorong peningkatan motivasi belajar siswa, peningkatan frekuensi aktivitas belajar kelompok, serta peningkatan kompetensi siswa. Kelompok III dan IV yang sudah ditetapkan sebagai kelompok dengan motivasi belajar rendah masing-masing mempunyai anggota sebanyak 5 siswa. Sedangkan Kelompok V

dan VI yang dianggap paling bagus motivasi, aktivitas belajar, serta kompetensinya, justru masing-masing mempunyai anggota sebanyak 4 siswa. Dengan demikian, jumlah anggota ideal dalam satu kelompok belajar adalah 4 siswa, bukan 5 siswa.

Pada pelaksanaan tindakan kelas di Siklus I, materi pembelajaran disampaikan kepada siswa, yang selanjutnya dibahas dalam kelompok masing-masing. Pada saat siswa sedang berdiskusi kelompok, guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain sambil memberi motivasi dan meluruskan masalah jika terdapat permasalahan yang menyimpang dari konsep yang diinginkan. Setelah masing-masing kelompok menemukan dan berhasil menyimpulkan hasil pembahasannya, maka dimulailah diskusi antar kelompok yang satu dengan yang lain. Kelompok yang satu bertindak selaku penyaji sedangkan kelompok yang lain sebagai peserta, demikian sebaliknya. Disini, guru hanya berperan sebagai motivasi dan fasilitator dalam pelajaran kelompok, dalam pelaksanaan tindakan siklus ini terdapat beberapa siswa kurang aktif dalam berdiskusi.

Siswa yang kurang aktif dalam berdiskusi ternyata setelah dilakukan pendekatan siswa yang bersangkutan belum siap dengan materi yang didiskusikan karena keterbatasan buku khususnya. Setelah semua kelompok telah memaparkan hasilnya. Selanjutnya guru mengumumkan kelompok diskusi terbaik dan memberikan arahan mengenai persiapan materi dan sarana yang diperlukan dalam pembelajaran kelompok. Setelah mengadakan analisis hasil belajar pada pelaksanaan Siklus I seperti terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3, terbukti pencapaian belum sesuai target yang ditetapkan yakni 80%. Oleh karena itu, perlu dilakukan ujicoba pada siklus berikutnya dengan mengadakan pembenahan pada kekurangan diatas.

Pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya atau pada Siklus II ini dilakukan dengan pengecekan sarana yang telah disiapkan siswa, kemudian memberikan materi yang akan dibahas. Selanjutnya, setiap kelompok diberikan permasalahan yang sama dan setiap anggota kelompok masing-masing diberikan tanggungjawab untuk membahas konsep cara-cara pembiakan makhluk hidup sehingga ada anggota kelompok yang pasif. Hasil diskusi masing-masing kelompok anggota dirangkum dalam kelompok sebagai bahan diskusi antar kelompok. Dengan pola seperti aktivitas siswa dalam kelompok dan antar kelompok lebih meningkat.

(6)

mendalami materi cara-cara pembiakan mahluk hidup. Berdasarkan aktivitas belajar siswa dalam KBM juga meningkat seperti terlihat pada Tabel 7.

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa pembelajaran melalui diskusi kelompok (STAD) dengan mengenal model LKS bergambar terbukti dapat menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain sehingga akan timbul minat, sikap dan motivasi belajar siswa yang semakin positif. Demikian selanjutnya akan disertai dengan peningkatan prestasi belajar yang ditunjukkan dari hasil evaluasi (post-test).

Metode diskusi dengan model LKS bergambar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal dan memahami cara-cara perkembangbiakan mahluk hidup. Kenyataan ini diperoleh berkat adanya: 1. Siswa lebih mempersiapkan diri dengan materi

ajar yang akan dibahas berikutnya. 2. Rasa percaya diri siswa lebih tinggi.

3. Anggota kelompok sering dimotivasi oleh kehadiran kelompok lain.

4. Masing-masing kelompok akan berusaha untuk mempertahankan hasil kelompoknya.

Disamping hal-hal di atas yang mendukung keberhasilan dalam pembelajaran melalui diskusi diperlukan pula perencanaan tugas-tugas kelompok yang lebih rinci, perhatiaan guru dalam pengawasan dan motivasi maupun sebagai fasilitator mengingat jumlah kelompok yang banyak dalam satu kelas. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar pada Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar pada Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014. Nilai rata-rata pada hasil pre-test sebesar 61,85 telah meningkat menjadi 82,22 pada hasil post-test

dalam Siklus II. Target ketuntasan belajar pada hasil pre-test sama dengan 12 siswa dari 27 siswa (44,44%), meningkat menjadi 24 siswa dari 27 siswa (88,89%) pada hasil post-test dalam Siklus II. 2) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar terbukti dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa pada Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2

Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014. Motivasi belajar siswa meningkat karena siswa terdorong untuk belajar dan berdiskusi lebih sering melalui kelompok belajarnya masing-masing. Berdasarkan aktivitas belajar dari 6 kelompok belajar dalam Kelas IX-A, telah terjadi peningkatan frekuensi aktivitas belajar pada masing-masing kelompok belajar. Pada Siklus I total frekuensi aktivitas belajar mencapai 36 kali, telah meningkat 13 kali menjadi 49 kali (36,11%) pada Siklus II.

3) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan LKS Bergambar terbukti dapat meningkatkan penguasaan kompetensi siswa pada Pembelajaran Biologi Materi Perkembangbiakan di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Geneng – Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014. Peningkatan kompetensi siswa ditinjau dari: a) peningkatan nilai test pada post-test dalam Siklus I dan Siklus II; b) peningkatan motivasi dan aktivitas belajar dari Siklus I ke Siklus II. Peningkatan nilai test tersebut membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar dari aspek kognitif. Peningkatan motivasi dan aktivitas belajar membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar dari aspek afektif dan psikomotor. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa saran yang direkomendasikan penulis adalah sebagai berikut: 1) Dalam rangka penerapan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan LKS bergambar ini, guru sebaiknya lebih memperhatikan karakteristik siswanya, terutama sekali dalam sistem monitoring yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, guru dapat peningkatan kualitas pembelajaran serta dapat mendidik siswa lebih kreatif dan mandiri. Oleh karena itu, pihak guru, sekolah serta stakeholder

lainnya sebaiknya memberikan dukungan dan kontribusi yang nyata terhadap berbagai upaya pengembangan lebih lanjut.

(7)

4) Bagi peneliti lain yang hendak mengembangkan ataupun mereplikasi penelitian ini, sebaiknya mempertimbangkan berbagai keterbatasan penelitian yang telah diutarakan penulis pada bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Depdiknas, 2004, Materi Pelatihan Terintegrasi, Jakarta.

Ibrahim, M., dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Surabaya University Press.

Lie, A. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. https://docs.google.com/document/d/1AWIo6YHKE5j

uSKxbg0bumd7DGqPYzHliCycxUiyN0/edit? pli=1

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model- pembelajaran-stad-student-teams-achievement-division

Gambar

Tabel 1. Tabulasi Hasil Belajar Dalam Siklus IDengan Format Interval
Gambar 1.   Histogram Tabulasi Hasil BelajarDalam Siklus I
Gambar 3.   Histogram Frekuensi Aktivitas BelajarKelompok

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah di bahas diatas dapat disimpulkan bahwa, pengawasan tentang dilaksanakan atau tidaknya tata tertib pada

[r]

Metode yang digunakan adalah PAR (Participation Action Research), yaitu metoda penelitian dan pengembangan secara partisipasi yang mengakui hubungan sosial dan nilai

Ibu yang sedang hamil dan mereka bekerja perlu mendapat dukungan khusus dari suami atau keluarganya agar mereka lebih memperhatikan kandungannya Jika tidak ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat pengaruh interaksi antara pupuk P dan jarak tanam terhadap volume akar, serapan hara P tanaman, bobot gabah kering

Perkembangnya motorik halus anak, menumbuhkan rasa percaya diri anak untuk melaksanakan kegiatan dan meningkatkan rasa ingin tahu anak pada suatu kegiatan, Metode yang

Sistem akan mengolah data sub masalah yang diupdate, jika salah maka akan ditampilkan pesan kesalahan dan jika benar maka akan menyimpannya ke dalam database. Proses 6.1.5

Dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 1 diperoleh bahwa jenis media tumbuh aklimatisasi berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan saat muncul tunas dan jumlah