• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Pendidikan Karakter di Berb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Pendidikan Karakter di Berb"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI

BEBERAPA BANGSA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pendidikan Karakter Dosen: Drs. H. Kanda Ruskandi, M.Pd.

Disusun Oleh :

Muhamad Mukromin (NIM.1507339) No. Absen 22

Kelas 2C PGSD

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS PURWAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena hanya dengan rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Makalah ini disajikan sesederhana mungkin untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah Umum Dasar dasar Ilmu Pendidikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Dengan adanya makalah ini Mahasiswa diharapkan dapat melestarikan dan menerapkan nilai-nilai luhur pendidikan yang berkarakter untuk memajukan Negara Indonesia dengan terciptanya generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter. Sehingga kita Mahasiswa akan mampu menjadi pribadi yang cerdas, intensif, mandiri, dan berbudi luhur. Sehingga diharapkan Mahasiswa bisa menjadi generasi penerus bangsa yang akan membawa bangsa ini menjadi lebih baik dan lebih maju. Amin.

Purwakarta,10 Maret 2016

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHSAN

Pengertian Pendidikan Karakter

Pentingnya Pendidikan Karakter

Implementasi Pendidikan Karakter di Berbagai Negara

Implementasi Pendidikan Karaker di Indonesia

Perbandingan Pendidikan karakter Indonesia dengan negara lain

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Saran

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa kini krisis moral menjadi masalah yang pelik untuk diperbincangkan, bukan hanya di Indonesia saja melainkan di berbagai negara di seluruh dunia juga mengalami apa yang dinamakan krisis moral. Krisis moral ditandai dengan munculnya kejahatan atau kasus kriminalitas yang melibatkan anak-anak remaja yang masih duduk di bangku sekolah.

Karena kegelisahan akan meningkatnya tingkat kriminalitas yang dilakukan oleh remaja, pemerintah di beberapa negara yang memperhatikan masalah tersebut akhirnya memutuskan untuk memberikan pendidikan karakter dan diimplementasikan di dalam sekolah.

Dalam makalah ini akan membahas beberapa hal tentang pendidikan karakter di beberapa negara serta implementasinya.

1.2 Rumusan masalah

Apakah pengertian pendidikan karakter?

Bagaimana pentingnya pendidikan karakter?

Bagaimana implementasi pendidikan karakter di negara lain?

Bagaimana implementasi pendidikan karakter di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.

Untuk mengetahi bagaimana pendidikan karakter yang diterapkan beberapa negara di dunia.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Rutland (2009: 1) mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa latin yang berarti “dipahat”. Sebuah kehidupan, seperti sebuah blok granit yang dengan hati-hati dipahat atau dipukul secara sembarangan yang pada akhirnya akan muncul menjadi sebuah mahakarya atau puing-puing yang rusak. Karakter, gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai yang dipahat didalam batu tersebut, akan menyatakan nilai yang sebenarnya. Tidak ada perbaikan yang bersifat kosmetik, tidak ada susunan dekorasi yang dapat membuat batu yang tidak berguna menjadi suatu seni yang bertahan lama. Hanya karakter yang dapat melakukannya.

Secara harfiah karakter artinya “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi” (Hornby dan Parnwell, 1972 : 49). Menurut KBBI, karakter merupakan sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai keprtibadian (Kamisa 1997: 281) .

Sedangkan Pendidikan Karakter menurut Lickona Secara sederhana pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona.

Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara. Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).

(6)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam mengawali kerajanya sebagai kepala pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II mengangkat isu tentang pendidikan karakter bangsa sebagai pilar pembangunan. Selanjutnya Presiden menyatakan bahwa kita harus menjaga jati diri kita, keindonesiaan kita. Hal yang membedakan bangsa kita dengan bangsa lain di dunia adalah budaya kita, way of life kita dan keindonesiaan kita. Ada identitas dan kepribadian yang membuat bangsa Indonesia khas, unggul, dan tidak mudah goyah. Ke-Indonesiaan kita tercermin dalam sikap pluralisme atau kebhinekaan, kekeluargaan, kesatuan, toleransi, sikap moderat, keterbukaan, dan kemanusiaan. Hal-hal inilah yang harus kita jaga, kita pupuk, kita suburkan di hati sanubari kita dan di hati anak-anak kita.

Pernyataan presiden tersebut mengingatkan kita semua kepada pesan Bung Karno, Presiden pertama RI. Bung Karno yang menggelorakan tema besar “nation and character building” pernah berpesan kepada kita bangsa Indonesia, bahwa tugas berat untuk mengisi kemerdekaan adalah membangun karakter bangsa. Apabila pembangunan karakter bangsa ini tidak berhasil, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli (H. Soemarno Soedarsono, 2009: sampul). Pernyataan Bung Karno ini menunjukkan pentingnya pendidikan dan pembangunan karakter demi tegak dan kokohnya jati diri bangsa agar mampu bersaing di dunia global.

(7)

Argumentasi tentang pentingnya pendidikan karakter dan perangkat lunak sebagai landasan dan rambu-rambu dalam pelaksanaan pendidikan karakter sudah tersedia. Bagaimana harus melaksanakan. Kegiatan melalui bidang pendidikan nampaknya merupakan wahana yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan karakter bangsa. Secara khusus di dalam bidang pendidikan juga telah diberikan rambu-rambu dan arah yang jelas bagaimana membangun karakter dan kepribadian anak bangsa ini. Di dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Inilah rumusan tujuan pendidikan yang sesungguhnya, tujuan pendidikan yang utuh dan sejati. Aspek-aspek yang terkandung dalam rumusan tujuan pendidikan ini, baik yang terkait dengan tujuan eksistensial, kolektif maupun individual harus dicapai secara utuh melalui proses pendidikan dalam berbagai jalur dan jenjang. Kalau hal ini dapat dilakukan, maka proses pencapaian tujuan pendidikan nasional sedang berlangsung dan berada pada jalur yang benar.

2.3 Implementasi Pendidikan Karakter di Berbagai Negara

Amerika Serikat

Pendidikan karakter di Amerika Serikat telah dikembangkan dengan serius dan komprehensif dari tingkat nasional sampai tingkat sekolah. Hal itu didasarkan atas hasil-hasil survey yang menyatakan bahwa 90% responden menyatakan pendidikan karakter dibutuhkan dan perlu dikembangkan di sekolah. Pendidikan karakter diperlukan karena banyaknya kasus kriminal, kenakalan remaja, dan narkoba. Medison (2007:158) mengutip hasil survey menyatakan “A 1998 Gallup poll found that Americans consider crime and violence; declines in ethics, morals and family values; and drug usage the issues of most concern in our society today.”

(8)

Strategi implementasi PBS di sekolah-sekolah di Amerika dimulai dengan pembentukan tim khusus yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan PBS di sekolah. Anggotanya terdiri dari kepala sekolah, perwakilan guru, perwakilan staf tenaga kependidikan dan juga siswa. Tugas tim ini pertama kali adalah membangun komitmen bersama semua warga sekolah terhadap pelaksanaan program PBS di sekolah. Setelah itu mereka mengumpulkan data tentang pelanggaran disiplin maupun perilaku yang tidak diharapkan yang sering terjadi disekolah. Kemudian, mereka melakukan analisis terhadap data tersebut. Berdasarkan hasil analisis tadi mereka merumuskan nilai-nilai apa saja yang hendak ditanamkan di sekolah dengan harapan pelanggaran disiplin maupun perilaku siswa yang tidak diharapkan dapat diminimalisir atau bahkan tidak terulang lagi. Mereka memilih dan merumuskan nilai-nilai yang akan ditanamkan dan dibiasakan di sekolah berbasiskan data yang ada, sehingga diharapkan program itu nantinya tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan. Jadi,tidak asal pilih dan asal ada saja.

Nilai-nilai yang hendak ditanamkan dan diharapkan membudaya di sekolah itu mereka sebut dengan istilah expectation. Untuk expectation ini mereka mencoba merangkainya menjadi suatu slogan atau istilah bermakna yang singkat, menarik, dan mudah diingat. Misalnya Respect, Organization, Achievement, Responsiblity (ROAR), The Three Bees ( Be Safe, Be Responsible, Be Respectful) dan sebagainya. Selanjutnya masih bersama dengan tim PBS, mereka mencoba menjabarkan expectation tersebut kedalam perilaku-perilaku spesifik yang terlihat dan terukur yang dapat merefleksikan expectation yang diharapkan yang mereka sebut dengan istilah Rules. Untuk satu expectation bisa dijabarkan menjadi 2 sampai 4 rules. Misalnya untuk expectation menghormati orang lain, rules atau perilaku nyata dan spesifik dari expectation tersebut adalah:

Mendengarkan pendapat orang lain

Diam dan mendengarkan dengan baik ketika orang sedang berbicara

Setelah sekolah menetapkan expectation dan rules untuk diimplementasikan, sekolah mulai membuat Lesson Plan atau semacam RPP untuk mengajarkan expectation dan rules yang diharapkan tersebut. Jadi dalam melaksanakan PBS, semua warga sekolah harus mampu mengajarkan ataupun menginstruksikan nilai nilai yang diharapkan tersebut kepada semua siswa agar nilai-nilai tersebut benar-benar dapat membudaya dan terinternalisasi didalam diri siswa secara konsisten.

Hal ini dapat dilakukan diwaktu- waktu khusus yang memang disediakan untuk itu dengan berbagai macam cara. Misalnya, menayangkan video yang mendemonstrasikan perilaku-perilaku yang seharusnya dan yang tidak seharusnya secara kontekstual sesuai dengan kejadian-kejadian nyata yang sering terjadi di sekolah.

(9)

Untuk mendapatkan kondisi perilaku yang ideal terhadap anak didik, kita harus berusaha menjabarkan perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak didik kita. Selanjutnya, kita mempraktekkan perilaku tersebut bersama-sama dan kemudian melakukan pembiasaan terhadap perilaku tersebut secara kontekstual disertai dengan pemberian contoh dan keteladanan yang terus menerus dari semua warga sekolah .

Kembali ke strategi implementasi program PBS, setelah nilai- nilai yang ingin ditanamkan tersebut diajarkan, di dorong dan dikondisikan untuk menjadi kebiasaan semua warga sekolah, kita pun harus merancang atau membuat sistem reward dan punishment yang tepat untuk meningkatkan keefektifan dari program PBS. Tanpa adanya sistem reward dan punishment yang tepat, keberlangsungan dan keefektifan dari progam PBS ini diragukan. Yang terakhir dan tidak boleh terlupakan dalam mengimplementasikan PBS disekolah adalah Tim PBS harus selalu memonitor,mengevaluasi dan memodifikasi program PBS yang telah dilakukan disekolah demi perbaikan yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Dari strategi implementasi PBS tersebut dapat disimpulkan 3 hal penting yang harus dilakukan demi suksesnya anak didik kita disekolah. Yang pertama, kita harus menjelaskan dan mengajarkan terlebih dahulu kepada anak didik kita tentang perilaku apa yang kita harapkan untuk mereka lakukan disekolah.

Selanjutnya, kita juga harus melakukan pembiasaan perilaku tersebut dengan segala cara dan juga memberikan keteladanan agar perilaku tersebut dapat terinternalisasi kedalam diri mereka, sehingga dapat dipraktekkan secara konsisten oleh anak didik kita. Yang tidak kalah pentingnya adalah menciptakan kondisi atau lingkungan yang kondusif untuk mendukung terwujudnya perilaku yang kita harapkan tersebut. Diantaranya dengan menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan mendukung untuk terwujudnya perilaku yang diharapkan tersebut.

INGGRIS

(10)

Education Authority), dan terkadang setiap sekolah dapat menentukan kurikulumnya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan mengapa di satu sekolah diajarkan pendidikan sosial dan vokasional sementara sekolah yang lain hanya mengajarkan berbagai ilmu yang bersifat umum saja, dan di sekolah lain tidak terdapat mata kuliah mengenai pendidikan politik dan sosial. Kegiatan keagamaan serta misa harian di lingkungan sekolah merupakan mandat dari Undang-undang Pendidikan (Education Act 1944) tahun 1944, namun isi dari kegiatan tersebut diserahkan kepada LEA (masing-masing sekolah). Pada kenyataannya, meskipun setiap sekolah memiliki kewenangan untuk menentukan kurikulumnya, namun terdapat kesamaan dalam isi kurikulum di seluruh sekolah, hal ini dikarenakan ujian nasional yang pada umumnya harus diikuti oleh siswa pada saat berusia enam belas tahun, dan 30 persen dari siswa tersebut mendapatkan nilai A. Sistem Ujian Pendidikan Umum Tingkat Menengah yang baru memungkinkan untuk terjadinya berbagai kesamaan dalam berbagai bidang di seluruh sekolah di Inggris. Sistem tersebut menggagas kurikulum inti nasional yang jika diimplementasikan dapat mengurangi berbagai perbedaan yang terdapat di setiap wilayah (LEA). Diperkirakan sekitar 90 persen dari keseluruhan jadwal sekolah akan ditentukan oleh kurikulum inti nasional.

Tujuh persen dari siswa di Inggris menimba ilmu di sekolah-sekolah swasta yang disebut dengan “sekolah umum (public schools)”. Sekolah jenis ini dijalankan dan dibiayai oleh pihak swasta, sekolah ini juga memberikan prioritas yang sangat tinggi akan pendidikan nilai. Banyak dari sekolah ini yang memiliki kapel (gereja kecil) dan juga memasukan agama sebagai salah satu mata pelajarannya. Berbagai cabang olah raga dianggap sebagai sesuatu yang penting oleh sekolah ini. Pada umumnya, kebanyakan dari para pemimpin politik dan para pemimpin bisnis merupakan alumni dari sekolah umum, hal ini diduga karena di sekolah umum mereka mempelajari berbagai nilai yang berhubungan dengan pelayanan umum serta wirausaha di samping mempelajari ilmu kepemimpinan. Sekolah umum di Inggris menerapkan sebuah model yang menurut pendapat beberapa pihak harus ditiru oleh sekolah-sekolah negeri, yakni dengan memasukan pengajaran tata karma dan pengajaran nilai ke dalam kurikulum mereka.

BELANDA

(11)

DENMARK

Denmark merupakan negara yang paling menekankan nilai individualisme, namun tetap memiliki rasa keterikatan yang kuat sebagai sebuah kelompok. Salah satu keunikan dari negara ini adalah fakta bahwa para siswa memiliki teman sekelas dan wali kelas yang sama selama sembilan tahun pertama mereka sekolah. Sejarah bangsa Denmark, geografi, pendidikan agama Kristen (berdasarkan prinsip Gereja Luther Denmark) serta bahasa Denmark, diajarkan selama sembilan tahun. Pada kelas tujuh, para siswa mulai diberikan mata pelajaran kontemporer. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang membahas permasalahan tertentu, di mana siswa dapat menentukan sendiri topik-topik yang akan dikaji. Salah satu contoh permasalahan yang dibahas oleh para siswa di tingkat sembilan pada tahun 1987 adalah kekerasan video dan kultur remaja. Pada tingkat akhir pendidikan menengah, hubungan antara blok Barat dan Timur, serta perkembangan ekonomi di negara-negara ketiga sering menjadi topik bahasan mata pelajaran kontemporer.

Di Denmark, dewan siswa (Osis) serta pengurus kelas nampaknya memiliki kekuasaan yang besar. Hukum Sekolah di Denmark menyatakan bahwa tujuan dari sekolah adalah untuk mengajarkan demokrasi melalui berbagai praktek dalam pembuatan keputusan dan tanggung jawab. Selain dewan siswa yang aktif dan para guru yang terlibat dalam pengambilan keputusan di lingkungan sekolah, para siswa dan guru di Denmark juga dapat memilih anggota dari dewan sekolah, di mana kepala sekolah dan perwakilan orang tua berkedudukan sebagai anggota. Hal ini sangatlah berbeda dengan keadaan di negara-negara lainnya, di mana kepala sekolah (ataupun kepala sekolah wanita) di Inggris, atau direktur sekolah di Jerman Barat memiliki kekuasaan penuh dalam pengambilan keputusan. Struktur kekuasaan diterapkan dengan cara lain. Para siswa di Denmark memanggil guru mereka dengan nama depannya, sementara di negara lain para guru dan tenaga administrasi disapa secara formal.

FINLANDIA

(12)

benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation Examination untuk masuk PT. Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana untuk sekolah negeri

Selama masa pendidikan berlangsung, guru mendampingi proses belajar setiap siswa, khususnya mendampingi para siswa yang agak lamban atau lemah dalam hal belajar. Malah terhadap siswa yang lemah, sekolah menyiapkan guru bantu untuk mendampingi siswa tersebut serta kepada mereka diberikan les privat. Setiap guru wajib membuat evaluasi mengenai perkembangan belajar dari setiap siswa. Ada perhatian yang khusus terhadap siswa-siswa pada tahap sekolah dasar, karena bagi mereka, menyelesaikan atau mengatasi masalah belajar bagi anak umur sekitar 7 tahun adalah jauh lebih mudah daripada siswa yang telah berumur 14 tahun. Orang tua bebas memilih sekolah untuk anaknya, meskipun perbedaan mutu antar-sekolah amat sangat kecil. emua fasilitas belajar-mengajar dibayar serta disiapkan oleh negara. Negara membayar biaya kurang lebih 200 ribu Euro per siswa untuk dapat menyelesaikan studinya hingga tingkat universitas. Baik miskin maupun kaya semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar serta meraih cita-citanya karena semua ditanggung oleh negara

Pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan dana demi peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. Makan-minum di sekolah serta transportasi anak menuju ke sekolah semuanya ditangani oleh pemerintah. Biaya pendidkan datang dari pajak daerah, provinsi, serta dari tingkat nasional. Khusus mengenai para guru, setiap guru menerima gaji rata-rata 3400 euro per bulan. Guru disiapkan bukan saja untuk menjadi seorang profesor atau pengajar, melainkan disiapkan juga khususnya untuk menjadi seorang ahli pendidikan. Makanya, untuk menjadi guru pada sekolah dasar atau TK saja, guru itu harus memiliki tingkat pendidikan universitas.

2.4 Implementasi Pendidikan Karakter di Indonesia

(13)

2.5 Perbandingan Pendidikan Karakter di Indonesia dan Negara Lain

Setelah mengetahui bagaimana pendidikan karakter diberbagai negara diterapkan dalam pendidikan, tentunya kita dapat membedakan bagaimana perbedaan dan persamaannya. Ternyata pendidikan karakter yang diterapkan di Indonesia maupun di negara lain pada dasarnya ada dalam prinsip yang sama, yaitu membentuk karakter peserta didik untuk menjadi generasi yang memiliki karakter baik. Semua negara diatas ternyata mengimplementasikan pendidikan karakter melalui pembiasaan atau membentuk kebiasaan baik kepada setiap peserta didiknya. Hal tersebut ditunjukan agar nantinya peserta didik ketika berkesempatan melakukan hal yang tidak baik dia akan merasa gelisah dan tidak enak hari karena dia tidak terbiasa melakukan hal tersebut.

Walaupun semua negara menerapkan membentuk pendidikan karakter dengan cara membentuk kebiasaan, tetapi cara yang setiap negara terapkan jelas berbeda. Amerika Serikat menerapkan cara reward and punisment dalam proses pembelajarannya, hal ini juga diterapkan di Indonesia. Guru dapat memberikan penghargaan kepada peserta didiknya yang berprestasi dan memberikan hukuman peringatan kepada peserta didik yang kurang berprestasi.

(14)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa hampir semua negara di dunia ini sudah menerapkan pendidikan karakter di negaranya yang dilakukan dengan berbagai cara dan upaya tidak terkecuali Indonesia. Indonesia juga merupakan negara yang sudah nenerapkan pendidikan karakter kepada peserta didiknya, hanya memang pendidikan karakter di Indonesia masih butuh banyak pembenaran dan evaluasi. Karena belum seluruh aspek masyarakat, guru dan keluarga tau benar tentang pemahaman konsep pendidikan karakter

Pendidikan Karakter ternyata dinilai penting tidak hanya di negara Indonesia saja, melainkan beberapa negara maju dan berkembang lainnya juga berpikiran sama. Krisis moral yang ditandai dengan munculnya kenakalan ramaja yang meningkat drastis ternyata membuat kekhawatiran sendiri bagi negara-negara tersebut maka dari itu pemerintah mulai menerapkan pendidikan karakter di dalam mata pelajaran di sekolah maupun penerapan secara praktek diluar sekolah.

Beberapa negara maju memberikan pengetahuan kepada calon ibu dan calon ayah sebelum bayi mereka lahir sebagai salah satu contoh implementasi pendidikan karakter yang diterapkan oleh negara maju. Di negara berkembang sekolah-sekolah diwajibkan untuk memasukan nilai-nilai moral di setiap mata pelajaran yang diiajarkan.

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar segenap masyarakat, sekolah dan keluarga saling bahu-membahu untuk membantu terciptanya pendidikan karakter bagi generasi anak bangsa agar dapat mencapai tujuan dari pancasila.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Mukromin,Muhamad. “Makalah Perkembangan Pendidikan Karakter Di Beberapa Bangsa” 10 Maret 2016.https://upi-edu.academia.edu/MMukromin.

Referensi

Dokumen terkait

19680 25 1992031006 Demikian laporan ini kami sampaikan untuk dijadikan data seperlunya , dan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih. Sersama ini kami sampaikan dengan

[r]

Concerning the third research question, how the teachers assess students’ learning progress and achievement, analysis of data reveals that all the teachers

Namun selama ini perusahaan masih mengalami kesulitan dalam melakukan pencarian data material dan alat kerja karena tidak adanya pencatatan dalam pengaturan

Pemodelan jumlah kematian ibu menggunakan regresi binomial negatif diketahui bahwa variabel yang signifikan adalah persentase penanganan ibu hamil mengalami komplikasi,

Pemanfaatan tanaman pangi oleh masyarakat Desa Watu Toa terdiri atas Batang/ kulit batang : bahan kontruksi dan racun ikan; Daun: pestisida alami, obat antiseptik,

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

Adanya asimetri informasi antara manager dan pemegang saham akan menimbulkan masalah yang bisa merugikan para pemegang saham, tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana tata