• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Deskripsi Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Deskripsi Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Karyawan

2.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Perusahaan atau lembaga merupakan salah satu bentuk sistem yang terdiri

dari beberapa subsistem yang berkaitan satu sama lainnya dalam mencapai tujuan

atau sasaran yang diinginkan. Menuntut adanya kinerja yang baik dari setiap

individu sebagai bagian dari sistem, dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan

yang erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja

lembaga (institusional performance). Apabila kinerja perorangan/karyawan baik,

maka kemungkinan besar kinerja perusahaan/lembaga juga baik. Menurut

Mangkunegara (2004:67) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.1.2 Penilaian dan Pengukuran Kinerja

Penilaian kinerja karyawan adalah suatu proses penilaian kinerja karyawan

yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan

yang ditugaskan kepadanya (Mangkunegara, 2004:69). Menurut Hasibuan

(2008:87) penilaian prestasi kerja/kinerja karyawan adalah menilai rasio hasil

kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap

(2)

Manfaat penilaian kinerja karyawan itu sendiri menurut Mulyadi

(2004:416) adalah :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui

pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,

seperti promosi, transfer dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan

untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan

karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan

mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Berdasarkan uraian tentang penilaian kinerja di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa penilaian kinerja terhadap anggota organisasi atau perusahaan

haruslah dilaksanakan secara obyektif, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh

organisasi yang bersangkutan.

2.1.3 Unsur-Unsur Penilaian Kinerja

Sastrohadiwiryo (2002:235) menjelaskan bahwa pada umumnya

unsur-unsur yang perlu diadakan dalam proses penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Kesetiaan.

Kesetiaan yang dimaksudkan adalah tekad dan kesanggupan menaati,

melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh

(3)

2. Prestasi kerja.

Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

3. Tanggung jawab.

Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam

menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan

sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul risiko atau keputusan

yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.

4. Ketaatan.

Ketaatan adalah kesanggupan seorang tenaga kerja untuk menaati segala

ketetapan, peraturan perundang-undangan dan peraturan perdinasan yang

berlaku, menaati perintah perdinasan yang diberikan atasan yang

berwenang serta kesanggupa n untuk tidak melanggar larangan yang telah

ditetapkan perusahaan maupun pemerintah, baik secara tertulis maupun

tidak tertulis.

5. Kejujuran.

Yang dimaksud dengan kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga

kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk

tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

6. Kerja sama.

Kerja sama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja

(4)

pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil

guna yang sebesar-besarnya.

7. Prakarsa.

Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil

keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang

diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menuggu perintah

bimbingan dari manajemen lininya.

8. Kepemimpinan.

Yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki

seorang tenaga kerja untuk meyakinkan orang lain (tenaga kerja lain)

sehingga dapat dikerahkan secara maksimum untuk melaksanakan tugas

pokok.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Kinerja (performance) dapat dipengaruhi oleh dua faktor menurut Davis

dalam Mangkunegara (2002:13), yaitu :

1. Faktor Kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi dan

kemampuan reality. Artinya pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ

diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan

terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih

mudah mencapai kinerja maksimal kerja respek dan dinamis, peluang

(5)

2. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi

kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap

situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya

jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan

motivasi kerja yang rendah.

Gibson (2008:6) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu:

1. Variabel Individu, yang meliputi kemampuan dan keterampilan, fisik

maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan

jenis kelamin, asal usul sebagainya. Kemampuan dan keterampilan

merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu kinerja

individu sedangkan demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada

perilaku dan kinerja.

2. Variabel Organisasi, yakni dukungan yang didapatkan karyawan dari

organisasi tempat karyawan tersebut bekerja, yang meliputi

pengembangan sumber daya, kepemimpinan, imbalan, standar kinerja,

struktur dan desain pekerjaan.

3. Variabel Psikologis atau Jabatan, yakni tingkat usaha yang dicurahkan

karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut, yang

meliputi persepsi, sikap, kehadiran, dan etika kerja.

Mathis dan Jackson (2002:180) menyatakan bahwa banyak faktor yang

(6)

1. Kualitas Kerja adalah kerapian, ketelitian, keterkaitan hasil dengan tidak

mengabaikan volume kerja untuk menghindari kesalahan dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan.

2. Kuantitas Kerja adalah volume kerja yang dihasilkan di bawah kondisi

normal yang menunjukkan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan

dalam mencapai efektivitas yang sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Pemanfaatan Waktu yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan

dengan kebijaksanaan dari perusahaan untuk mencapai ketepatan waktu

dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

4. Kemampuan Bekerja Sama yaitu di mana karyawan dapat melakukan

pekerjaannya dengan karyawan lainnya atau kelompoknya dalam

menyelesaikan pekerjaannya.

2.2 Deskripsi Kerja

2.2.1 Pengertian Deskripsi Kerja

Menurut Dessler (2006:130) deskripsi kerja merupakan pernyataan tertulis

tentang apa yang sebenarnya dilakukan oleh pekerja, bagaimana orang itu

melakukannya, dan bagaimana kondisi kerjanya.

Menurut Mathis dan Jackson (2006:214) deskripsi kerja merupakan proses

menyebutkan tugas dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan. Tugas-tugas perlu

diketahui dengan jelas apa jenisnya, selanjutnya tanggung jawab apa yang harus

dipegang oleh karyawan yang melakukan tugas tersebut, sehingga karyawan tidak

melakukan kesalahan dengan adanya kejelasan-kejelasan pekerjaan yang harus

(7)

Menurut Hasibuan (2007:32) deskripsi pekerjaan adalah gambaran tertulis

yang menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan, hubungan

pekerjaan dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi.

Hasibuan menyatakan adanya pengaruh deskripsi kerja terhadap pekerjaan, yakni

apabila deskripsi kerja kurang jelas akan mengakibatkan seorang karyawan

kurang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya pada pekerjaan itu,

mengakibatkan pekerjaan tidak tercapai dengan baik.

Berdasarkan pengertian deskripsi kerja yang telah dikemukakan tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa deskripsi kerja merupakan uraian tentang tugas

yang akan dilaksanakan oleh karyawan dan bagaimana kondisi pekerjaan tersebut.

2.2.2 Ruang Lingkup Deskripsi Kerja

Menurut Rivai (2004:126) ada beberapa bentuk standar untuk suatu

deskripsi pekerjaan yang berisi tentang informasi terdiri dari:

1. Nama Pekerjaan

Nama pekerjaan dan informasi identitas lain seperti upah dan klasifikasi

keuntungan.

2. Ringkasan

Ringkasan satu atau dua pernyataan kalimat yang menggambarkan

penggunaan pekerjaan atau output yang diharapkan dari karyawan yang

melaksanakan.

3. Peralatan

Pernyataan singkat mengenai perkakas, peralatan, dan informasi yang

(8)

4. Lingkungan

Deskripsi kondisi lingkungan kerja, lokasi kerja dan karakteristik lingkungan

lain yang seperti tingkat bahaya dan kebisingan.

5. Aktivitas

Termasuk uraian tugas pekerjaan, tanggung jawab dan tampilan perilaku

dalam pekerjaan. Aktivitas juga merupakan uraian interaksi sosial yang

berhubungan dengan pekerjaan, seperti ukuran kelompok kerja, tingkat

kebebasan dalam melaksanakan pekerjaan.

Sementara itu, Yuli (2005:44) menyatakan bahwa dalam menyusun

deskripsi kerja menggunakan susunan berikut:

1. Identifikasi Jabatan

Memuat informasi-informasi tentang nama jabatan, kode jabatan, tanggal

analisis, penyusun, dan dalam departemen apa.

2. Ringkasan Jabatan

Menggambarkan sifat umum dari jabatan, yaitu berupa fungsi dan kegiatan

utamanya.

3. Hubungan, Tanggung Jawab, dan Kewajiban

Bagian ini memperlihatkan hubungan pemegang jabatan dengan pihak atau

bagian lain, baik di dalam organisasi maupun luar organisasi. Batas-batas

tanggung jawab serta kewajiban utama jabatan itu juga perlu dijelaskan.

4. Wewenang Dari Pemegang Jabatan

Bagian ini menentukan batas-batas wewenang pemegang jabatan, termasuk

(9)

5. Standar Kinerja

Bagian ini menetapkan standar-standar yang diharapkan bisa dicapai oleh

karyawan pada masing-masing tugas dan tanggung jawab dari deskripsi

jabatan.

6. Kondisi Kerja

Merangkum kondisi kerja umum yang tercakup pada jabatan. Misalnya,

masalah kebisingan, kondisi bahaya, dan suhu udara dalam ruang pekerjaan.

2.2.3 Manfaat Deskripsi Pekerjaan

Menurut Ardana et al (2012:39) deskripsi pekerjaan memberikan beberapa

manfaat, antara lain :

1. Membantu menghindari adanya kebingungan dan memberikan pemahaman

dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Menghindari tumpang tindih tanggung jawab dalam melaksanakan tugas.

3. Memudahkan prosedur rekrutment, seleksi, pelatihan dan berbagai aktivitas

SDM.

4. Membantu pegawai dalam merencanakan karier, mengurangi praktik

deskriminasi dalam promosi dan pemindahan serta memudahkan evaluasi

pekerjaan untuk memastikan adanya keadilan dalam pemberian kompensasi.

5. Bermanfaat dalam program keselamatan kerja, dapat menunjukkan tindakan

yang berbahaya dan mengadakan perubahan dalam pelaksanaan.

6. Deskripsi pekerjaan penting dalam perencanaan perubahan organisasi dan

(10)

7. Memberi arahan tentang pengalaman yang diperlukan untuk melaksanakan

pekerjaan.

8. Untuk memperbaiki administrasi dan pengendalian pekerjaan.

2.3 Disiplin Kerja

2.3.1 Pengertian Disiplin Kerja

Menurut David dalam Mangkunegara (2002:129), menyatakan bahwa

disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanan manajemen untuk memperteguh

pedoman-pedoman organisasi.

Menurut Fathoni (2006:172) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.

Menurut Sastrohadiwiryo (2002:29) menyatakan bahwa disiplin kerja

adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan

yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup

menjalankan dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksi apabila ia

melanggar tugas yang diberikan kepadannya.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

disiplin kerja karyawan merupakan sikap atau perilaku yang menunjukkan

kepatuhan seseorang atau sekelompok karyawan dalam menaati peraturan yang

ada sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan efisien.

2.3.2 Tujuan Disiplin Kerja

Menurut Sastrohadiwiryo (2002:292) secara khusus tujuan disiplin kerja

(11)

1. Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan

maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku, baik tertulis maupun

tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik.

2. Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu

memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang

berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang

diberikan kepadanya.

3. Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang

dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya.

4. Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma

yang berlaku pada organisasi.

2.3.3 Tipe-Tipe Disiplin Kerja

Menurut Handoko (2000:208) ada 3 tipe dari disiplin yang diterapkan di

dalam perusahaan atau organisasi.

1. Disiplin Preventif, adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para

karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga

penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.

2. Disiplin Korektif, adalah kegiatan yang diambil untuk menangani

pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.

3. Disiplin Progresif, adalah kegiatan memberikan hukuman-hukuman yang

(12)

2.3.4 Peraturan yang Berkaitan dengan Disiplin Kerja

Menurut Saydam (2005:284) adapun peraturan-peraturan yang berkaitan

dengan disiplin kerja adalah sebagai berikut:

1. Sikap, yaitu peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku dalam

melaksanakan pekerjaan.

2. Norma, yaitu peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh

dilakukan oleh para karyawan selama dalam perusahaan dan sebagai suatu

acuan dalam bersikap.

3. Kemampuan, yaitu keahlian yang dimiliki karyawan dalam melaksanakan

tugas-tugasnya dan berhubungan dengan unit kerja lain.

4. Kehadiran, yaitu tingkat absensi karyawan dan ketepatan jam masuk, sesuai

dengan waktu kerja yang telah ditetapkan perusahaan.

2.3.5 Tingkat dan Sanksi Disiplin Kerja

Sasaran utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para pegawai atau

karyawan dalam suatu organisasi yang melanggar norma-norma organisasi adalah

memperbaiki dan mendidik para karyawan yang melakukan pelanggaran disiplin.

Sastrohadiwiryo (2002:293) menyatakan bahwa pihak manajemen dalam

memberikan hukuman harus terlebih dahulu mengadakan dengan metode dan

validitas yang tinggi atas tindakan dan praduga pelanggaran yang dilakukan

karyawan yang bersangkutan. Sanksi atas pelanggaran disiplin yang diberikan

harus setimpal dengan pelanggaran disiplin yang dilakukan karyawan sehingga

(13)

Berikut adalah tingkat dan jenis disiplin kerja:

1. Sanksi disiplin berat

Sanksi disiplin berat terdiri atas:

a. Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan atau pekerjaan

yang diberikan sebelumnya.

b. Pembebasan dari jabatan atau pekerjaan untuk dijadikan sebagai tenaga

kerja biasa bagi yang memegang jabatan.

c. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan hormat dengan permintaan

sendiri tenaga kerja yang bersangkutan.

d. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan tidak hormat sebagai tenaga

kerja di perusahaan.

2. Sanksi disiplin sedang:

a. Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancang

sebagaimana tenaga kerja lainnya.

b. Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasa diberikan.

c. Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang bersangkutan pada

jabatan yang lebih tinggi.

3. Sanksi disiplin ringan:

a. Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan

b. Teguran tertulis

(14)

2.3.6 Indikator-Indikator Kedisiplinan

Menurut Hasibuan (2005:194-198) Pada dasarnya banyak indikator yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, di antaranya :

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan dan kemampuan ini mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa pekerjaan yang

dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan

bersangkutan agar karyawan tersebut bekerja dengan sungguh-sungguh dan

disiplin dalam mengerjakannya.

Akan tetapi, jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh di bawah

kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah.

Disinilah letak pentingnya axas the right man in the right place and the right

man in the right job.

2. Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan

karena pimpinanan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta

sesuai dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan

bawahan akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang

berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.

Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia

(15)

dicontoh dan diteladani bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan

pimpinan mempunyai kedisiplinan yang baik agar para bawahan pun

mempunyai disiplin yang baik pula

3. Balas Jasa

Balas jasa atau gaji, kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan,

karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan

terhadap perusahaan. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila

balas jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya beserta keluarga. Jadi, balas jasa barperan penting untuk

menciptakan kedisiplinan karyawan.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisplinan karyawan, karena ego dan

sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan

sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijakan

dalam pemberian balas jasa atau hukuman akan tercipta kedisiplinan yang

baik.

5. Waskat (pengawasan melekat)

Waskat adalah tindakan nyata paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan

karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung

mengatasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya.

6. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.

(16)

melanggar peraturan-peraturan perusahaan. Berat atau ringan sanksi hukuman

yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan

karyawan.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan karyawan perusahaan, pimpinan harus berani dan tegas bertindak

untuk memberikan sanksi sesuai dengan yang telah ditetapkan perusahaan

sebelumnya. Dengan demikian pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan

karyawan perusahaan.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Manajer harus

berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi baik

diantara semua karyawan.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Maka,

adapun penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun Judul Hasil

1 Lubis 2011 Pengaruh Deskripsi Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan

Non-Wartawan Pada PT. Harian Waspada Medan

Deskripsi kerja dan disiplin kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan

(17)

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

2 Lubis 2008 Analisis Pengaruh Deskripsi Kerja

Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. Astra International Tbk-AstraWorld Kantor Perwakilan Sumatera

Secara parsial deskripsi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja

3 Murti et al 2013 Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT PLN Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan dan Jaringan Malang)

Motivasi dan disiplin berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan PT PLN (Persero)

Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan dan Jaringan Malang 4 Yahya 2009 Linking Organizational

Structure, Job

Characteristic, and Job Performance Constructs: A Proposed Framework

Job descriptions enhance employee task and contextual

performance

6 Chelliah 2010 Power Sharing in Progressive Discipline: New Rules of

Engagement Arising from an Australian Perspective

Having an effective progressive

disciplinary program obtain better

performance

2.5 Kerangka Konseptual

Kinerja merupakan ukuran keberhasilan seorang karyawan dalam

melaksanakan pekerjaannya. Kinerja karyawan baik, maka kemungkinan besar

kinerja perusahaan/lembaga juga baik. Banyak ukuran yang digunakan sebagai

acuan dalam menilai kinerja karyawan yang pada tujuannya adalah untuk

mengetahui sejauh mana karyawan mampu melaksanakan tugasnya dengan

(18)

Menurut Mangkunegara (2004:67) kinerja karyawan adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Berbicara tentang kinerja maka tidak lepas dari faktor yang mempengaruhi

kinerja tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah deskripsi kerja. Menurut

Hasibuan (2007:33) ada pengaruh deskripsi kerja dengan pekerjaan, yakni apabila

deskripsi kerja kurang jelas akan mengakibatkan seorang karyawan kurang

mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, sehingga mengakibatkan pekerjaan

tidak tercapai dengan baik. Artinya, jika deskripsi kerja tidak tersusun dengan

baik maka pekerjaan tidak akan berjalan dengan baik dan itu artinya kinerja

karyawan tidak baik. Dengan adanya perancangan pekerjaan dan deskripsi tugas

yang jelas, maka karyawan akan semakin produktif dan memiliki kinerja yang

baik sehingga keuntungan ekonomis dari deskripsi kerja akan diperoleh.

Hal ini juga ditegaskan oleh Ardana et al (2012:39) dalam uraian manfaat

deskripsi pekerjaan yang salah satunya adalah membantu menghindari adanya

kebingungan dan memberikan pemahaman dalam melaksanakan pekerjaan.

Artinya, deskripsi kerja akan memperkecil kemungkinan adanya kesalahan

karyawan dalam melakukan pekerjaannya akibat dari kebingungan akan tugas dan

tanggung jawabnya. Dengan kata lain, deskripsi kerja mampu menghindari

penurunan kinerja karyawan.

Selain deskripsi pekerjaan, salah satu faktor lain yang mampu

mempengaruhi kinerja karyawan adalah disiplin kerja. Menurut Sinungan

(19)

untuk mencapai kinerja. Dalam kondisi ini maka tindakan yang seharusnya

perusahaan lakukan untuk meningkatkan kualitas perusahaan misalnya adalah

dengan peningkatan kinerja karyawan yaitu disiplin kerja. Kinerja karyawan dapat

dilihat dari disiplin kerja yang dilakukan sehari-hari. Selain itu, dengan disiplin

kerja yang tinggi dari karyawan, maka akan dapat merasakan hasil kerja yang

selama ini ditekuni, dan akan mampu mencapai kinerja yang diharapkan oleh

perusahaan.

Hal ini juga ditegaskan oleh Sastrohadiwiryo (2002: 231) dalam uraian

tujuan pembinaan disiplin kerja yang salah satunya yaitu agar karyawan mampu

melaksanakan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan

pelayanan maksimum. Artinya, disiplin kerja yang tinggi akan berdampak pada

hasil kerja/kinerja yang baik oleh karyawan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka

konseptual seperti pada Gambar 2.1:

Sumber: Hasibuan (2007:33), Ardana et al (2012:39), Sinungan (2007:148), dan Sastrohadiwiryo (2002: 231)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis

penelitian ini adalah deskripsi kerja dan disiplin kerja berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Medan. Deskripsi Kerja (X1)

Disiplin Kerja (X2)

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Informasi adalah hasil pengolahan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem menjadi bentuk yang mudah dipahami oleh penerimanya dan informasi ini menggambarkan

Jadi, menggunakan asumsi-asumsi di atas, didapatkan bahwa untuk memproduksi satu liter metanol nuklir dari air laut, dibutuhkan biaya sebesar Rp 2.359, atau kita bulatkan saja jadi

Analisis Regresi sederhana adalah bentuk regresi dengan model yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yakni variabel dependen (terikat) dan

[r]

kepada Penyelenggara UN Kabupaten/Kota dan pihak terkait – untuk memperhatikan beberapa penekanan UN tahun 2013 yaitu antara lain : Jumlah paket soal, ketiadaan ujian

Hasil pengujian kapasitas lentur balok beton disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3.. e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL Vol. 4/Desember 2013/585 Hasil pengujian benda uji balok

Para remaja putri untuk berusaha menambah wawasan tentang SADARI, bisa dengan membaca buku-buku tentang kesehatan, artikel-artikel kesehatan di majalah / koran atau dengan

• Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang mengurutkan dan menuliskan urutan peristiwa pada teks (Bahasa Indonesia KD 3.8 dan 4.8) serta