• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kandungan Merkuri (Hg) Pada Sediaan Krim Malam yang Ada di Klinik Kecantikan dan yang Dijual Bebas di Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Kandungan Merkuri (Hg) Pada Sediaan Krim Malam yang Ada di Klinik Kecantikan dan yang Dijual Bebas di Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merkuri

2.1.1 Pengertian Umum

Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) akan memadat pada tekanan 7.640 Atm. Merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol, titik beku -39o C, dan titik didih 356,6oC.

Kelimpahan merkuri (Hg) di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Merkuri jarang didapatkan dalam bentuk bebas di alam, tetapi berupa bijih cinnabar (HgS). Untuk mendapatkan Hg dari cinnabar, dilakukan pemanasan bijih cinnabar di udara sehingga menghasilkan logam Hg (Widowati, 2008).

Menurut Lubis (2002) yang mengutip dari Carl Zekk (1994) dan Joseph La Dou (1990), produksi air raksa diperoleh terutama dari bijih cinnabar (86,2% air raksa). Salah satu cara melalui pemanasan bijih dengan suhu 800oC dengan menggunakan O2 (udara), sulfur yang dikombinasi dengan gas O2, melepaskan

merkuri sebagai uap air yang mudah terkonsentrasi. Cinnabar juga dapat dipanaskan dengan kapur dan belerang bercampur kalsium akan melepaskan uap logam merkuri. Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan bercampur dengan bijih lain seperti tembaga, emas, timah, seng, dan perak.

(2)

elektris, digunakan untuk alat-alat ukur, dalam dunia pertanian, bahan kosmetika dan keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian merkuri, mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri (Palar, 2008).

Untuk bahan kosmetik, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang penggunaan merkuri meskipun dengan konsentrasi kecil. Beberapa catatan diketahui bahwa kadar merkuri dalam jaringan sebesar 0,1 – 1 ppm sudah dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh sedangkan menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety) paparan merkuri pada tubuh manusia mencapai 200 s/d 500 (Wurdiyanto, 2007).

Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:

1. Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi klorin dari sodium klorida.

2. Merkuri anorganik: dalam bentuk Hg++(Mercuric) dan Hg+(Mercurous) Misalnya:

a. Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan

b. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan laksansia (calomel)

(3)

3. Merkuri organik : terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :

a. Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb. dapat menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital.

b. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai antiseptik dan fungisida.

2.1.2 Sumber Merkuri 2.1.2.1Terdapat di Alam

Sebagai hasil tambang, merkuri dijumpai dalam bentuk mineral HgS yang disebut sinabar (cinnabar). Terdapat sebagai batuan dan lapisan batuan yang terhampar di Spanyol, Itali, dan bagian Amerika, serta banyak di distribusikan sebagai batuan, abu, dan larutan.

2.1.2.2Hasil Aktifitas Manusia

(4)

2.1.3 Toksikologi Merkuri di Lingkungan

Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri ke lingkungan umumnya berasal dari kegiatan gunung api, rembesan air tanah yang melewati daerah deposit merkuri dan lain-lain. Namun demikian, meski sangat banyak sumber keberadaan merkuri di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan tertentu secara alamiah, tidaklah menimbulkan efek-efek merugikan bagi lingkungan karena masih dapat ditolerir oleh alam. Merkuri menjadi bahan pencemar sejak manusia mengenal industri, kemudian menggali sumber daya alam dan memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk kebutuhannya (Palar, 2008).

Penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara. Merkuri yang terbuang ke sungai, pantai atau badan air di sekitar industri-industri tersebut dapat mengkontaminasi ikan dan makhluk air lainnya, termasuk ganggang dan tumbuhan air. Ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian dikonsumsi manusia sehingga manusia terpapar merkuri di dalam tubuhnya. FDA (Food and Drug Administration) menetapkan batasan kandungan merkuri maksimum adalah 0,005 ppm untuk makanan, sedangkan WHO (World Health Organization) menetapkan batasan maksimum untuk air, yaitu 0,001 ppm (Kristanto, 2002).

2.1.4 Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan

Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali, dimana produksi klorin (Cl2) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis garam NaCl.

(5)

setiap tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katode dari sel elektrolisis (Kristanto,2002).

Pada peralatan listrik, merkuri ditemukan pada lampu listrik. Sementara itu, di laboratorium logam merkuri digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh adalah termometer. Dalam pekerjaan laboratorium, banyak pekerja yang mengalami keracunan merkuri secara kronis. Hal itu terjadi karena uap dari tumpahan merkuri yang tidak terlihat, sedikit demi sedikit terhirup oleh para pekerja.

Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak digunakan sebagai fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam peristiwa keracunan merkuri pada organisme hidup. Karena penyemprotan yang dilakukan secara terbuka dan luas, maka banyak organisme hidup lainnya yang terkena senyawa racun tersebut. Sehingga dari penyemprotan fungisida tersebut tidak hanya membunuh jamur melainkan juga organisme hidup lainnya.

Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil merkuri asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Hal ini menjadi sangat berbahaya, karena kertas seringkali digunakan sebagai alat pembungkus makanan (Palar, 2008).

2.1.5 Kinetika Merkuri

(6)

merkuri (Hg) di atmosfer adalah penguapan Hg dari tanah dan air, disamping itu pembakaran fosil terutama batu bara. Kadar Hg diudara naik dapat disebabkan oleh pembuangan sampah padat seperti termometer Hg, baterai, pemakaian cat yang mengandung Hg, anti jamur dan pestisida serta pembakaran limbah minyak. Sumber utama pada air dari buangan industri (terutama industri tambang emas) dan proses pelapukan batuan karena pengaruh iklim. Merkuri dari udara yang masuk kedalam air atau tanah dapat melarut ke dalam air. Setelah tersimpan, mikroorganisme tertentu dapat mengubahnya menjadi metil merkuri, bentuk yang sangat beracun yang terdapat pada ikan, kerang, dan hewan yang makan ikan. Kerang dan ikan adalah sumber utama metil merkuri eksposur ke manusia. Metil merkuri terbentuk lebih banyak pada beberapa jenis ikan dan kerang daripada yang lain. Tingkat metil merkuri di kerang dan ikan tergantung pada apa yang mereka makan, berapa lama mereka hidup dan berapa tinggi mereka dalam rantai makanan (Anonimous, 2011).

(7)

Biomarker dapat digunakan untuk memperkirakan pajanan (jumlah yang diabsorpsi atau dosis internal), efek-efek bahan kimia dan kerentanan pada individu, dan dapat diaplikasikan apakah dari makanan, lingkungan, atau tempat kerja. Biomarker pajanan yang umum digunakan adalah pemeriksaan kadar Hg dalam darah, urine, dan rambut. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan kadar Hg adalah

Atomic Absorpion Spectrophotometer (AAS) untuk memeriksa total merkuri dalam makanan, darah, urine, rambut dan jaringan (Inswiasri, 2008).

Kriteria World Heath Organization (WHO) tahun 1990 menyatakan bahwa kadar normal Hg dalam darah berkisar antara 5 µg/l – 10 µg/l, dalam rambut berkisar antara 1 mg/kg – 2 mg/kg, sedangkan dalam urine rata-rata 4 µg/l.

2.1.6 Sifat Merkuri

Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut di antaranya adalah:

1. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar (25oC) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain, yaitu -39oC. 2. Masih berwujud cair pada suhu 396oC. Pada temperatur 396oC ini telah terjadi

pemuaian secara menyeluruh.

3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam lain.

4. Merkuri dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap basa.

(8)

6. Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik dibanding semua logam lain.

7. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut dengan amalgam.

8. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup (Kristanto, 2002).

2.1.7 Senyawa Merkuri Anorganik

Logam merkuri termasuk ke dalam kelompok merkuri anorganik. Dalam bentuk logamnya, merkuri berbentuk cair, dan sangat mudah menguap. Uap merkuri dapat menyebabkan efek samping yang sangat merugikan bagi kesehatan. Diantara sesama senyawa merkuri anorganik, uap logam merkuri (Hg) merupakan yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena sebagai uap, merkuri tidak terlihat dan dengan sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan pernafasan yang dilakukan. Pada saat terpapar oleh logam merkuri, sekitar 80% dari logam merkuri akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalur-jalur pernafasan untuk kemudian ditransfer ke dalam darah (Palar, 2008).

Dalam darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan oleh enzim hidrogenperoksida katalase sehingga berubah menjadi ion Hg2+. Ion merkuri ini

selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan peredaran darah. Hgo E.Hidrogenperoksida katalase Hg2+

(9)

dimasukkan ke dalam tubuh dengan dosis yang sama. Selain penumpukan merkuri terjadi pada otak, logam ini juga terserap dan menumpuk pada ginjal dan hati. Namun demikian penumpukan yang terjadi pada organ ginjal dan hati masih dapat dikeluarkan bersama urin dan sebagian akan menumpuk pada empedu. Selain menumpuk pada organ tubuh tersebut, merkuri juga mampu menembus membran plasenta (Palar, 2008).

Toksisitas akut dari merkuri anorganik meliputi gejala muntah, kehilangan kesadaran, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, albuminuria, anuria, uraemia, ulserasi, dan stomatitis. Sementara toksisitas kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala gangguan sistem saraf, antara lain tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus (Widowati, 2008).

2.1.8 Senyawa Merkuri Organik

Senyawa-senyawa merkuri organik telah lama akrab dengan kehidupan manusia. Yang paling terkenal diantaranya adalah senyawa alkil-merkuri. Beberapa senyawa alkil-merkuri yang banyak digunakan, terutama di kawasan negara-negara sedang berkembang adalah metil merkuri khlorida (CH2HgCl) dan etil khlorida

(C2H5HgCl). Senyawa-senyawa tersebut digunakan sebagai pestisida dalam bidang

pertanian.

(10)

bersama jalur pernafasan akan mengisi ruang-ruang dari paru-paru dan berikatan dengan darah (Palar, 2008).

Dalam penyebaran senyawa merkuri organik dalam organ tubuh, biasanya berbeda-beda, tergantung pada jenis organnya. Metil merkuri pada umumnya terakumulasi pada sistem jaringan saraf pusat. Akumulasi paling tinggi ditemukan pada bagian cortex dan cerebellum, yaitu bagian dari otak. Lebih lanjut, hanya sekitar 10% dari merkuri tersebut yang ditemukan dalam sel otak. Pada proses metabolisme, sebagian dari alkil-merkuri akan diubah menjadi senyawa merkuri anorganik. Seperti halnya senyawa merkuri anorganik lainnya, senyawa merkuri anorganik yang berasal dari senyawa alkil-merkuri tersebut akan terakumulasi pada organ hati dan ginjal.

Waktu paruh dari senyawa alkil-merkuri dalam tubuh adalah 70 hari. Selanjutnya senyawa alkil-merkuri tersebut dikeluarkan dari dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme. Akan tetapi, jumlah yang dikeluarkan sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah uap atau senyawa alkil-merkuri yang masuk ke dalam tubuh. Diperkirakan jumlah alkil-merkuri yang dikeluarkan sebagai hasil samping metabolisme tubuh hanyalah 1%, sedangkan sisanya 99% terakumulasi dalam berbagai organ dalam tubuh (Palar, 2008).

(11)

2.1.9 Mekanisme Kerja Merkuri Dalam Tubuh

Merkuri membentuk berbagai senyawa anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) dan organic (alkil dan aril).Logam merkuri dan uap merkuri termasuk kedalam merkuri anorganik (Palar, 2004). Adapun mekanisme kerja merkuri dalam tubuh adalah sebagai berikut :

1. Absorbsi

Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru dalam bentuk uap atau debu. Sekitar 80% uap merkuri yang terinhalasi akan diabsorbsi. Absorbsi merkuri logam yang tertelan dari saluran cerna hanya dalam jumlah kecil yang dapat di abaikan, sedangkan senyawa merkuri larut air mudah diabsorbsi. Beberapa senyawa merkuri organik dan anorganik dapat diabsorbsi melalui kulit.

2. Biotransformasi

Unsur merkuri yang diabsorbsi dengan cepat dioksidasi menjadi ion Hg2+,

yang memiliki afinitas berikatan dengan substrat-substrat yang kaya gugus tersebut. Merkuri ditemukan dalam ginjal (terikat pada metalotionen) dan hati. Merkuri dapat melewati darah, otak, dan plesenta. Metal merkuri mempunyai afinitas yang kuat terhadap otak. Sekitar 90% merkuri darah terdapat dalam eritrosit. Metabolisme senyawa alkil merkuri serupa dengan metabolisme merkuri logam atau senyawa anorganiknya. Senyawa fenil dan metoksietil merkuri di metabolisme dengan lambat.

3. Ekskresi

(12)

melalui feses sampai 90%. Waktu paruh biologis merkuri anorganik mendekati 6 minggu.

2.1.10Toksisitas Merkuri Dalam Tubuh

Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi merkuri, rute masuknya kedalam tubuh dan lamanya ekspose. Intoksikasi keracunan merkuri dapat terjadi secara lokal maupun sistemik melalui panghirupan lewat mulut dan hidung, atau lewat penyerapan via kulit (Darmono, 2001)

Unsur merkuri yang ada pada krim pemutih akan diserap kulit, kemudian akan di alirkan melalui darah keseluruh tubuh dan merkuri itu akan mengendap di dalam ginjal yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Walau tidak seburuk efek apabila tertelan, merkuri yang diserap oleh kulit akan menimbulkan efek yang buruk bagi tubuh. Meskipun hanya dioleskan di permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk ke dalam darah, lalu memasuki sistem saraf tubuh (Dipi, 2007).

Manifestasi gejala keracunan merkuri akibat pemakaian krim pemutih kulit muncul sebagai gangguan sistem syaraf, seperti tremor (gemetar), insomnia (tidak bisa tidur), pikun, gangguan penglihatan, ataxia (gerakan tangan tak normal), gangguan emosi, depresi, dan sebagainya. Produk kosmetik khususnya krim pemutih wajah yang digunakan akan menyebabkan iritasi parah pada kulit yang terpapar, yakni berupa kulit yang kemerah-merahan dan menyebabkan kulit menjadi mengkilap secara tidak normal (Dipi, 2007).

(13)

bagi haemoglobin dan sitokrom. Pada tingkat pemakaian yang tinggi, senyawa-senyawa ini dapat menambah ensefalopati yang mengakibatkan gangguan fungsi kejiwaan pada anak-anak kecil, seperti gangguan kesadaran dan kelakuan.

2. Pada Ginjal : Sebagai organ ekskresi utama dalam tubuh, ginjal menjadi organ sasaran keracunan logam merkuri. Merkuri memengaruhi sel tubulus proksimal ginjal, sehingga menyebabkan ekskresi protein molekul kecil, asam amino, dan glukosa bersama urin. Merkuri terkumpul dalam lisosom sel tubulus proksimal ginjal serta mengahambat enzim proteolitik dalam lisosom dan menyebabkan cidera pada sel.

3. Pada Pernapasan : Sistem pernapasan merupakan organ sasaran utama bagi sebagian besar logam, salah satunya logam merkuri. Banyaknya logam merkuri yang terpajan menyebabkan iritasi dan radang saluran pernapasan. 2.1.11Efek Merkuri Terhadap Manusia Dan Lingkungan

Sebagian besar merkuri di alam ini di hasilkan oleh sisa industri dalam jumlah kira-kira 10.000 ton setiap tahunnya. Penggunaan merkuri sangat luas dimana 3000 jenis penggunaan dalam industri pengolahan bahan-bahan kimia, proses pembuatan obat-obatan yang digunakan oleh manusia serta sebagai bahan dasar pembuatan insektisida untuk pertanian (Christian et, al., 1970 dalam Zul Alfian, 2006).

(14)

Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses pretisipati protein menghambat aktifitas enzin dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, karboksil, amida, amina dan fosforil, dimana dalam gugus tersebut merkuri dapat menghambat fungsi enzim. Efek toksisitas merkuri pada manusia tergantung pada bentuk komposisi merkuri, jalan masuknya kedalam tubuh dan lamanya berkembang (Zul Alfian, 2006).

2.1.11.1 Efek Merkuri Pada Manusia 2.1.11.1.1 Keracunan akut

Keracunan akut oleh merkuri bisa terjadi pada konsentrasi merkuri (Hg) uap sebesar 0,5-1,2 mg/m3. Penelitian terhadap kelinci dengan uap merkuri (Hg) 28,8 mg/m3 mengakibatkan kerusakan yang parah pada berbagai organ ginjal, hati, otak, jantung, paru-paru, dan usus besar. Keracunan akut karena terhirupnya uap merkuri (Hg) berkonsentrasi tinggi menimpa pekerja dalam industri pengolahan logam merkuri serta penambangan emas (Widowati,2008).

(15)

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala-gejala berupa :

a. Gejala reaksi yang timbul pada alat pencernaan seperti :

- Dalam rongga mulut timbul kelainan-kelainan seperti pembengkakan gusi yang terasa sakit, gigi mudah rapuh, koropos dan mudah terlepas. - Sembelit dan muntah-muntah

- Perasaan mual-mual pada lambung

b. Gejala reaksi yang timbul pada jaringan saraf seperti : - Tremor

- Sukar konsentrasi dalam berpikir - Gugup

- Gangguan kejiwaan dan sering lelah c. Gejala reaksi yang timbul pada kulit seperti :

- Pada kulit yang tidak ditutupi seperti muka, lengan, kaki menjadi peka terhadap sinar matahari

- Menimbulkan gelembung-gelembung yang mudah pecah - Mudah terjadi infeksi pada kulit

d. Pengeluaran air seni terus menerus dapat menimbulkan gangguan terhadap fungsi faal ginjal.

2.1.11.1.2 Keracunan Kronis

(16)

sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap dalam selang waktu yang panjang tersebut bekerja. Pengobatan akan menjadi sangat sulit untuk dilakukan.

Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya sama dengan keracunan akut, yaitu melalui jalur pernafasan dan makanan. Akan tetapi pada keracunan kronis, jumlah merkuri yang masuk sangat sedikit sehingga tidak memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian masuknya merkuri ini berlangsung secara terus-menerus. Sehingga lama kelamaan, jumlah merkuri yang masuk dan mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat (Palar, 2008).

Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh yang paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan sistem saraf. Radang gusi (gingivitis) merupakan gangguan paling umum yang terjadi pada sistem pencernaan. Gangguan terhadap sistem saraf dapat terjadi dengan atau tanpa diikuti oleh gangguan pada lambung dan usus.Ada dua bentuk gejala umum yang dapat dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem saraf sebagai akibat keracunan kronis merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan parkinsonisme yang juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar.

(17)

2.1.12 Identitas Merkuri (Hg)

No. CAS : 7487-94-7 (Mercury Chloride); 1600-27-7 (Mercury Acetate); 1344-48-5 (Mercury Sulfide); 21908-53-2 (Mercury Oxide)

(EPA, 2007) No atom : 80 (SPU, 2007)

Nama kimia : Hg/Hydrargyrum (SPU,2007)

Sinonim : Raksa, mercury chloride, mercury acetate, mercury sulfide, mercury oxide, mercury bichloride, corrosive sublimate,

mercury(II)chloride, mercury perchloride, mercurous(I)

chloride (EPA, 2007) 2.1.13 Sifat Fisikokimia Merkuri (Hg)

Pemerian : Cairan berat mengkilat, putih keperakan (DepKes, 1979) Titik lebur : 234.32 K (Horas, 1985)

Titik didih : 629.88 K (Horas, 1985) Berat jenis : 13.55 (Horas, 1985)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol dan asam khlorida, larut Sempurnadalam asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat (DepKes, 1979)

Jenis :

(18)

2) Merkuri anorganik lebih reaktif yang dapat membentuk dengan ligan organik 3) Merkuri organik, mengandung merkuri dengan satu ikatan kovalen dengan

atom karbon, contoh : metil merkuri. Dianggap lebih berbahaya dan dapat larut dalam lapisan lemak yang menyelimuti korda syaraf (Zulalfian, 2006) 2.1.14 Metode Analisis Merkuri

A. AAS (Atomic Absoption Spectrophotometry)

Teknik AAS ini berdasarkan pada penguraian molekul menjadi atom (atomisasi) dengan energy dari api atau arus listrik (Harmita, 2006)

Dalam mendeteksi merkuri digunakan AAS yang khusus, dilengkapi dengan perekam respon cepat dan dapat mengukur radiasi yang diserap oleh uap merkuri pada garis resonansi merkuri pada panjang gelombang 253,6 nm. Berikut merupakan prosedur menurut farmakope Indonesia edisi IV :

(19)

langsung ke labu perangkap ke posisi aerasi dan teruskan aerasi sampai puncak serapan telah terlampaui dan pena pencatat kembali ke garis dasar. Lepaskan bejana aerasi dari alat dan cuci alat setelah digunakan. Setelah dikoreksi dengan blanko pereaksi, serapan larutan uji tidak boleh lebih dari larutan baku (DepKes, 1995).

B. Spektrofotometer UV-Vis

Sampel yang sering di analisis dengan UV-Vis adalah senyawa organic. Dimana senyawa organik dapat memberikan serapan adalah senyawa yang mempunyai gugus kromoform dan auksokrom. Gugus kromofor adalah gugus fungsional tidak jenuh yang dapat memberikan serapan pada daerah UV atau cahaya tampak. Hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap, seperti alkena, benzene dan lain-lain. Sedangkan auksokrom adalah gugus yang mempunyai elektron nonbonding dan tidak mengabsorbsi radiasi yang lamda diatas 200 nm, akan tetapi mengabsorbsi sinar UV jauh.

Metode analisis kuantitatif yang menggunakan spektrofotometer pada daerah tampak/visible (380-780 nm) sering disebut dengan kalometri. Kalometri dapat didefinisikan sebagai metode analisis kuantitatif suatu zat berdasarkan intensitas warna yang timbul dari konsentrasi yang berbeda. Pada kalometri yang ditentukan adalah serapan cahaya oleh larutan yang berwarna.Panjang gelombang dalam suatu sistem berwarna spesifik (Harmita, 2006).

C. Titrasi Ditizon

(20)

hidroklorida, larutan baku raksa, lerutan pengekstrasi ditizon dan pembakuan titran ditizon. Setelah itu buat larutan uji dengan menimbang 2 g, lalu masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca, tambahkan 20 ml campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat dengan volume yang sama, hubungkan dengan pendingin yang sesuai, refluks campuran selama 1 jam, dinginkan, encerkan hati-hati dengan air dan didihkan sampai asam nitritnya habis. Dinginkan larutan, encerkan hati-hati dengan air, pindahkan ke dalam labu 200 ml, encerkan hingga tanda batas, campur kemudian saring. Masukkan 50 ml larutan uji ke dalam corong pisah 250 ml, ekstraksi beberapa kali dengan sedikit kloroform pekat, sampai ekstrak kloroform terakhir tidak berwarna. Buang ekstrak kloroform dan tambahkan 50 ml asam sulfat 1 N pada larutan yang tertinggal, ditambah 90 ml air, 1 ml asam asetat glacial dan 10 ml larutan hidroksilamina hidroklorida pekat (1 dalam 5). Hitung jumlah merkuri (DepKes, 1995).

D. Kompleksometri (Day dan Underwood, 2002)

Untuk menentukan merkuri dapat menggunakan metode kompleksometri dengan cara, pertama ion Hg2+ ditentukan dengan cara titrasi kembali, larutan

(21)

jumlah larutan EDTA yang sama atau jumlahnya harus ditentukan. Perhitungan ditentukan dari larutan garam seng yang digunakan pada titrasi kedua.Pada penentuan raksa (II) khlorida sebagai reduktor ditambahkan kalium iodida.Sedangkan untuk penentuan raksa dalam salep presipitatum ditambahkan natrium tiosulfat sebagai bahan penyelubung.

2.2 Mercury Analyzer

2.2.1 Definisi

Mercury analyzer merupakan alat untuk menganalisa merkuri yang cepat, mempunyai sensitivitas yang tinggi, dapat menentukan jumlah merkuri pada sampel yang padat, cair, gas dengan operasi yang mudah. Merupakan metode otomatis dimana sampel disuntikkan ke dalam aliran kontinu cairan pembawa yang mencampur dengan larutan lain yang terus mengalir sebelum mencapai detector. Flow injection analysis salah satunya adalah FIMS (Flow Injection Mercury Spectrometer) (Yusnizam, 2008).

2.2.2 Prinsip Kerja

(22)

2.3 Kulit

2.3.1 Definisi Kulit

Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dan merupakan garis pertahanan utama dari serangan infeksi yang berasal dari luar. Kulit juga merupakan organ yang paling terlihat dari tubuh (Davies, 1998).

2.3.2 Struktur Kulit

Secara garis besar kulit tersusun atas 3 lapisan : a. Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis merupakan bagian terluar kulit. Tersusun dari jaringan epitel bertingkat yang mengalami keratinasi. Berdasarkan ketebalan epidermis, dapat dibedakan kulit tebal dan kulit tipis. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Lapisan epidermis terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basal.

b. Lapisan Dermis

(23)

c. Lapisan Subkutis dan Hipodermis

Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada organ-organ dibawahnya, yang memungkinkan kulit dibagian atas bergeser. Lapisan ini mengandung sel-sel lemak (Sloane, 2003).

2.3.3 Jenis Kulit

Kulit digolongkan menjadi 4 jenis yang pokok yaitu : kulit normal, berminyak, kering dan campuran.

a. Kulit normal

Kulit jenis ini merupakan kulit yang sehat dimana kelenjar lemak memproduksi minyak tidak berlebihan, sehingga tidak menimbulkan penyumbatan pada pori-pori kulit. Tanda-tanda kulit normal antara lain : kulit lembut, segar, halus, bercahaya, sehat, pori-pori tidak kelihatan, tonus (daya kenyal) kulit bagus. Kulit normal biasanya dijumpai pada anak-anak sampai menjelang remaja.

b. Kulit berminyak

Kulit berminyak disebabkan oleh sekresi kelenjar sebasea yang berlebihan. Ciri-ciri kulit berminyak adalah kulit kelihatan basah dan mengkilat, pori-pori jelas terlihat, sering terdapat jerawat atau acne, kulit terlihat pudar dan kusam.Kulit berminyak umumnya terdapat pada anak remaja dan dewasa.

c. Kulit kering

(24)

lembab dan tidak berminyak, halus, tipis dan rapuh. Kulit kering cepat menjadi tua karena kelenjar lemak tidak berfungsi dengan baik.

d. Campuran

Jenis kulit campuran yakni, bagian tengah muka (sekitar hidung, dagu, dahi) kadang-kadang berminyak atau normal. Sedangkan bagian lain normal atau kering. Dapat terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering padausia 35 tahun ke atas (Tresna, 2010).

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Jenis Kulit

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan jenis kulit, antara lain sebagai berikut :

1. Usia

Usia dapat mempengaruhi perubahan jenis kulit seseorang. Suatu contoh, seseorang yang pada masa anak-anak mempunyai jenis kulit normal setelah remaja kulitnya menjadi berminyak. Demikian pula pada masa muda mempunyai jenis kulit berminyak setelah tua kulitnya menjadi kering.

2. Makanan dan minuman

(25)

3. Iklim

Iklim dapat menyebabkan perubahan jenis kulit. Pada iklim panas kulit, bisa berubah menjadi berminyak. Sedangkan pada iklim dingin kulit bisa berubah menjadi kering (Tresna, 2010).

2.3.5 Mikrobiologi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat dilingkungan hidup kita, termasuk jasad renik (mikroba) yang tumbuh dan hidup di alam dunia ini.Oleh sebab itu setelah manusia di lahirkan kulitnya segera terkontaminasi oleh berbagai jasad renik. Banyak jasad renik yang hidup dan tinggal di permukaan kulit manusia karena suasana hidup yang cocok, baik suhu, kelembapan, atau keasaman (pH), atau makanan yang dibutuhkan jasad renik berasal dari sel keratin yang lepas (berisi protein), lemak di permukaan kulit yang diprosuksi oleh kelenjar palit kulit (berisi lipid-lipid) atau air, garam, dan gula yang berasal dari kelenjar kerinagt ekrin atau apokrin (Wasitaatmadja, 1997).

2.3.6 Mekanisme Pertahanan Kulit

Mekanisme pertahan tubuh untuk melindungi kulit terhadap jasad renik ternyata bermacam-macam caranya. Mekanisme itupun bersifat umum karena tidak dapat memisahkan apakah jasad renik tersebut pathogen atau tidak.

I. Keasaman Kulit

(26)

Keasaman serendah itu tentu tidak cukup untuk mempertahankan diri dari seluruh jasad renik.

II. Pengelupasan (Deskuamasi) Kulit

Mekanisme yang terjadi dalam pergantian sel kulit secara terus-menerus dari sel basal ke sel tanduk yang kemudian terlepas (keratinisasi) tidak saja berguna untuk memperbaharui sel-sel yang aus dan tua tetapi juga sekaligus untuk melepas jasad renik yang menempel di tempat itu. Berbeda dengan mekanisme kimiawi diatas, mekanisme fisik ini sangat bergantung pada kecepatan proses keratinisasi yang terjadi apakah seimbang dengan kecepatan tumbuh dan mobilisasi jasad renik.

III. Kekeringan Sel Keratin

Konsentrasi air di dalam sel keratin yang relative rendah (< 15%) sangat tidak nyaman untuk pertumbuhan jamur dan berbagai bakteri (Wasitaatmadja, 1997). 2.4 Kosmetik

2.4.1 Defenisi Kosmetik

Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Menurut Tranggono sambil mengutip Jellinek dkk (1970) perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Djajadisastra, 2005).

Sejak tahun 1938, di Amerika Serikat dibuat Akta tentang definisi kosmetika yang kemudian menjadi acuan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/ Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 yang menyatakan bahwa “Kosmetika

(27)

dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan kedalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat”. Defenisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit (Wasitaatmadja, 1997).

Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Retno, 2011).

Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti ketrampilan

menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).

Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut “kosmetologi”, yaitu ilmu yang

(28)

dermatologi. Dalam disiplin ilmu darmatologi yang menangani khusus peranan kosmetika disebut “dermatologi kosmetik” (cosmetic dermatology)

(Wasitaatmadja,1997).

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis kosmetik tertentu, bukan hanya obat. Selama kosmetik tersebut tidak mengandung bahan berbahaya yang secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri. Contoh: preparat antiketombe, antiperspirant, deodoran, preparat untuk mempengaruhi warna kulit (untuk memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat antijerawat, preparat pengeriting rambut dan lain-lain.

2.4.2 Penggolongan Kosmetik

Dewasa ini terdapat ribuan kosmetika di pasar bebas. Kosmetika tersebut adalah produk pabrik kosmetika di dalam dan luar negeri yang jumlahnya telah mencapai angka ribuan. Data terakhir menunjukkan lebih dari 300 pabrik kosmetika terdaftar secara resmi di Indonesia dan di perkirakan adasejumlah dua kali lipat pabrik kosmetika yang tidak terdaftar secara resmi yang berupa usaha rumahan atau klinik kecantikan.

Kosmetik dapat digolongkan berdasarkan kegunaan bagi kulit : 1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic)

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya : sabun , susu pembersih wajah, dan penyegar kulit (freshner)

(29)

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya : sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya : scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver)

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini berfungsi untuk merias atau menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan peran zat pewarna dan pewangi sangat besar.

3. Kosmetik pewangi/parfum

Termasuk dalam golongan ini : a) Deodoran dan antiperspirant; b) After sahve lotion; dan c) Parfum dan eau de toilette.

Dengan penggolongan yang sangat sederhana ini, setiap jenis kosmetika akan dapat dikenal kegunaannya dan akan menjadi bahan acuan bagi konsumen di dalam bidang kosmetologi. Penggolongan ini juga dapat menampung setiap jenis sediaan kosmetika (bedak, cairan, krim, pasta, semprotan, dan lainnya) dan setiap tempat pemakaian kosmetika (kulit, mata, kuku, rambut, seluruh badan, alat kelamin, dan lainnya (Iswari, 2007).

2.4.3 Bahan dan Komposisi Kosmetik 2.4.3.1 Bahan Kosmetika

(30)

penggolongan yang jelas, maka pembagian isi kosmetika berdasarkan fungsi dari masing-masing bahan kosmetika tersebut.

1. Bahan Dasar

Bahan dasar sebagai pelarut atau merupakan tempat dasar bahan lain sehingga umumnya menempati volume yang jauh lebih besar dari bahan lainnya. Bahan dasar kosmetika terdiri dari : a) Air atau campurannya dengan bahan dasar lain seperti alkohol, aseton, minyak, bedak; b) Alkohol atau campurannya dengan air, atau minyak; c) Vaselin atau campurannya dengan lanolin, gliserin atau talk; d) Minyak atau garam minyak dengan campurannya dengan air, atau alkohol; dan e)Talkum atau campurannya dengan air, minyak atau vaselin.

2. Bahan Aktif

Merupakan bahan kosmetika terpenting dan mempunyai daya kerja diunggulkan dalam kosmetika tersebut sehingga memberikan nama daya kerjanya pada seluruh campuran bahan tersebut. Konsentrasi bahan aktif kosmetika pada umumnya kecil, namun dapat pula tinggi apabila bahan aktif kosmetika tersebut berperan sebagai bahan dasarnya.

3. Bahan yang Menstabilkan Campuran

(31)

ke kulit, terutama kosmetika yang tidak lenket ke kulit semacam bedak, misalnya seng, magnesium stearat (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.3.2 Komposisi Kosmetika

Kosmetika dapat berisi hanya satu bahan yang menjadi bahan dasar sekaligus bahan aktif sebagai komponen rangkap tanpa stabilizer atau tambahan bau atau warna sehingga menjadi kosmetika yang paling sederhana, misalnya : bedak tabur…talcum

venetum 50g. Pada pembuatan kosmetika, pencampuran bahan-bahan tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetika termasuk farmakologi, biokimia, farmasi, kimia teknik dan lainnya. Berlawanan dengan hal ini kosmetika juga dapat dibuat dari seluruh unsur isi kosmetika tersebut, yaitu bahan dasar, bahan aktif, stabilisator, pewangi dan pewarna, bahkan dari setiap unsur tersebut tidak hanya terdiri atas saran bahan melainkan lebih dari satu macam bahan, sehingga secara keseluruhan kosmetika tersebut diramu sampai lebih dari 20 macam bahan. Aerosol foam tabir surya, sebgai bahan dasar :

Air 70%... sebagai bahan dasar

Lanolin 10%...sebagai bahan dasar

Asam stearat 10%... sebagai bahan dasar

Propilen glikol 5%...sebagai bahan dasar

Lauril sulfat TEA 2%... sebagai emulgator

PABA atau lainnya 1-5%... sebagai bahan aktif

Benzofenon 1%... sebagai bahan aktif

Metal paraben 0,2%... sebagai pengawet

(32)

Klorofluorokarbon 100%... sebagai propelan

2.4.4 Efek Samping Kosmetik 2.4.4.1 Efek Samping Pada Kulit

Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetika yang dikenakan pada kulit, khususnya kulit wajah dapat berupa :

a) Dermatitis kontak alergik atau iritan, akibat kontak kulit dengan bahan kosmetika yang bersifat alergik atau iritan, misalnya : Merkuri dan Hidrokuinon pada pemutih kulit. Seperti gambar dibawah ini :

Sumber : Atlas Berwarna Edisi 2 “Saripati Penyakit Kulit

Gambar 2.1 Dermatitis kontak alergik karena bedak (kosmetika)

(33)

Sumber : Atlas Berwarna Edisi 2 “Saripati Penyakit Kulit”

Gambar 2.2 Akne kosmetika. Tampak papula-papula akibat sifat komedogenik pembersih muka

c) Fotosensitivitas, akibat adanya zat yang bersifat fototoksik atau fotoalergik dalam kosmetika, misalnya klormerkaptodikarboksimid dalam sampo antiketombe.

d) Pigmented cosmetic dermatitis, merupakan kelainan mirip melanosis Riehl yang kadang-kadang terasa gatal, timbul akibat pewarna jenis batubara.

(34)

Tabel 2.1 Bahan Kosmetika yang Sering Menimbulkan Efek Samping

1 Hair color+bleach Hair color+bleach

2 Face care Face care

3 Eye make up Feminine hygiene

4 Deodorant&antiaperspirant Eye make up

5 Face make up Kosmetika

6 Hair conditioner Sabun

Belanda (F.I.S) Inggris (B.C.A)

1 Eye make up Face care Deodorant

2 Antiperspirant Eye make up Eye make up

3 Krim wajah Hand&body lotion Sabun

4 Parfum Sampo Face care

5 After shave Deodorant&antiperspirant Parfum

6 Cat rambut Face make up After shave

Sumber : Buku Penuntun Ilmu Kosmetik (Wa sita a tma dja , 1997)

Laporan FDA

Swedia (R.S)

Amerika

Laporan Rumah Sakit

2.5 Defenisi Krim

Krim merupakan sediaan berbentuk setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan kosmetik terlarut dan terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai, berupa emulsi kental yang mengandung tidak kurang 60% air ditujukan untuk pemakaian luar (Anief, 2000).

2.5.1 Penggolongan Krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:

(35)

Contoh krim A/M (Yahendri, 2012 dan Katsure et al, 2008)

R/ Cerea alba 5

Cetacei 10

Olei orivarum 60

Aquadest add 100

R/ Liquid parafin 60

White bess wax 20

Borax 0,1

Parfum ad

Aquadest add 19 ml

2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air misalnya vanishing cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

Contoh krim M/A (Anief, 2000)

R/ Acedi stearinici 15

Cerea albi 2

Vaselini albi 8

Thrietanolamine 1,5

Propylene glycoli 8

Aquadest add 65,5

(36)

sabun monovalen seperti, trietanolamin stearat, Na stearat, kalium stearat, ammonium stearat, tween, natrium lauril sulfat, kuning telur, CMC, emulgidum, pectinum dan gelatin (Anief, 2000).

Kualitas dasar krim, yaitu:

1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.

2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.

3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.

4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994)

2.5.2 Krim Pemutih (Bleaching Cream)

Krim pemutih dimaksudkan untuk tujuan memutihkan kulit dan terkadang digunakan pula untuk memutihkan daerah yang terkena sinar matahari, ataupun sebagai perawatan dari bintik-bintik hitam diwajah (Howard, 1977).

(37)

misalnya enzim atau mineralnya maka melanin tidak akan terbentuk. Atas dasar inilah berbagai bahan aktif pemutih bekerja mengurangi sel melanosit yang memproduksi melanin (Wisesa, 2004).

Bahan aktif pemutih yang digunakan antara lain vitamin B3, sari daun murbei, provitamin B3, dan sari bengkoang. Adapun bahan alami dan aman bagi kulit wajah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pemutih yang alami seperti : kafein, coenzyme Q10, dan vitamin C. Tetapi saat ini banyak dijumpai kosmetika yang menggunakan merkuri sebagai bahan aktif pemutih, karena merkuri dapat membuat warna kulit lebih cepat putih dibandingkan dengan bahan aktif pemutih alami. Waktu yang dibutuhkan dalam proses ini mencapai 2-4 minggu, tergantung dari zat yang dipakai. Yang pasti jika kulit sudah putih pemakai harus terus menerus menggunakan krim tersebut, sabab kalau penggunaannya dihentikan maka kulit akan kembali seperti semula (Wisesa, 2004).

Produk krim pemutih tertentu aman dipakai selama pemakaiannya tepat dan benar. Namun penggunaan krim pemutih yang mengandung merkuri sangat berbahaya karena bisa merusak kulit, membuat kulit terbakar, hitam bahkan bisa berkembang menjadi kanker kulit. Bila digunakan terus menerus merkuri akan terakumulasi dalam tubuh mengikuti aliran darah hingga menumpuk diorgan tubuh manusia, akibatnya secara perlahan-lahan keracunan merkuri bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada otak, sistem syaraf, paru-paru, usus, ginjal, dan bahkan kematian (Wiyana, 2001).

(38)

1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam. Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.

2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na

lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

(39)

2.6 Kerangka Konsep

Krim Malam Dari Klinik Kecantikan

Krim Malam yang Di Jual Bebas :

- Import - Lokal

Keberadaan Logam Berat Merkuri pada Krim Malam (BPOM No.Hk.03.1.23.07.11.6

662/2011 tentang syarat pencemaran

logam berat) Karakteristik

Gambar

Gambar 2.2 Akne kosmetika. Tampak papula-papula akibat sifat komedogenik pembersih muka
Tabel 2.1 Bahan Kosmetika yang Sering Menimbulkan Efek Samping

Referensi

Dokumen terkait

PEMBAHASAN Pada penelitiaan analisis kandungan merkuri pada krim pemutih wajah tanpa ijin BPOM yang beredar di Pasar 45 Manado dilakukan dua analisis yang pertama analisis kualitatif