• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kandungan Merkuri (Hg) Pada Sediaan Krim Malam yang Ada di Klinik Kecantikan dan yang Dijual Bebas di Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kandungan Merkuri (Hg) Pada Sediaan Krim Malam yang Ada di Klinik Kecantikan dan yang Dijual Bebas di Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KANDUNGAN MERKURI

(Hg)

PADA SEDIAAN

KRIM MALAM YANG ADA DI KLINIK KECANTIKAN

DAN YANG DIJUAL BEBAS DI KOTA MEDAN

TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH:

YUTIA HAFWENNY NIM.131021043

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA KANDUNGAN MERKURI

(Hg)

PADA SEDIAAN

KRIM MALAM YANG ADA DI KLINIK KECANTIKAN

DAN YANG DIJUAL BEBAS DI KOTA MEDAN

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

YUTIA HAFWENNY NIM.131021043

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

ANALISA KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA SEDIAAN KRIM MALAM

YANG ADA DI KLINIK KECANTIKAN DAN YANG DI JUAL BEBAS DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

Yang diajukan dan dipertahankanoleh:

YUTIA HAFWENNY NIM : 131021043

Disahkan oleh : Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes Ir. Evi Naria, M.Kes

NIP.197000219199822001 NIP. 196803201993032001

Medan, Oktober 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Produk Kosmetik khususnya krim malam yang berfungsi sebagai krim pemutih wajah banyak beredar di Kota Medan, ada yang berasal dari Klinik Kecantikan maupun yang di jual bebas di pasaran. Hasil pengawasan Badan POM RI pada tahun 2014/2015 dibeberapa provinsi salah satunya di Kota Medan, ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan yang di larang digunakan dalam kosmetik yaitu : Merkuri (Hg), Hidroquinon > 2%, zat warna Rhodamin B. Penggunaan merkuri dalam krim pemutih dikarenakan merkuri memiliki aktivitas untuk menghambat kerja enzim tirosinase yang berperan dalam proses pembentukan melanin. Adapun bahan alami dan aman bagi kulit wajah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pemutih yang alami seperti : kafein, coenzyme Q10, dan vitamin C. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan merkuri (Hg) pada Sediaan Krim Malam yang ada di Klinik Kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.

Penelitian ini bersifat survei deskriptif. Sampel yang diteliti adalah 5 krim malam yang ada di klinik kecantikan yaitu (N,E,L,S, dan M) dan 10 krim malam yang dijual bebas yang terdiri dari 5 produk import yaitu (BS, O, KB, MC, dan SL) dan 5 produk lokal yaitu (P, T, CP, CJ, dan A). Pemeriksaan dilakukan dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (AAS).

Hasil menunjukkan bahwa 14 sampel krim malam yang diperiksa memiliki kandungan merkuri (Hg) dengan kadar yang bervariasi dan 1 sampel krim malam terbukti negatif merkuri (Hg). Terhadap 14 sampel yang positif ditemukan 11 sampel yang melebihi baku mutu. Sampel yang mengandung merkuri (Hg) paling tinggi adalah sampel MC sebesar 13,57 mg/kg dan sampel yang mengandung merkuri terendah adalah M sebesar 0,09 mg/kg.

Untuk itu masyarakat harus berhati-hati dalam memilih produk kosmetik khususnya krim malam yang dimanfaatkan sebagai krim pemutih wajah yang berasal dari klinik kecantikan maupun yang dijual bebas.

(5)

ABSTRACT

Cosmetic products especially night creamswhich serves as face whitening creams can be found in Medan. Not onlyin the Beauty Clinic but also sold freely in the market. Surveillance Result of Indonesia’s POM RI in 2014/2015 in several provinces includeNorth Sumatera - Medan, found 27 cosmetics brands that contain bannedingredients for cosmetics, they were: Mercury (Hg), Hydroquinone> 2%, the dye rhodamin B. Mercury is used in whitening creams because mercury has an activity to inhibit the action of the tyrosinase enzyme which involved in melanin formation process.Meanwhile, natural and safe ingredients for skin which can be utilized as natural bleaching ingredientsare caffeine, coenzyme Q10, and vitamin C. The purpose of this study was todetermine the presence of mercury (Hg) in night creams which were found in Beauty Clinic and sold freely in Medan in 2015.

This study is a descriptive study. The samples of this study were 5 night creamsfrom a beauty clinic (N, E , L, S, and M) and 10 night creams which were sold freely, consists of 5 importedproducts (BS, O, KB, MC, and SL) and 5 local products (P, T, CP, CJ, and A ). The examination was conducted by using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

Results showed that 14 night cream samples which has been examined contain mercury (Hg) with varying levels and 1 night cream samplewas provenhas negative mercury (Hg). From 14 positive samples, researcher found 11 samples that exceeded the quality standard. The samples which containing the highest mercury (Hg) is sample MC that has 13.57 mg/ kg Hg and the samples which containing the lowest mercury is sample M that has 0.09 mg/ kg Hg.

Therefore, people should be careful in choosing cosmetic products especially in choosing a night cream that is used as face whitening cream which is purchasedin the beauty clinic or in the market.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yutia Hafwenny

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 24September 1991

Suku Bangsa : Aceh

Agama : Islam

Nama Ayah : Junidan Daud

Suku Bangsa Ayah : Aceh

Nama Ibu : Sitti Khadijah Pohan

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/ Tamatan tahun : SD Swasta Melati Medan/2003 2. SLTP/ Tamatan tahun : SMP N 11 Medan/2006

3. SLTA/Tamatan tahun : SMA N 3 Medan/2009

4. Diploma III/Tamatan tahun : Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes RI Medan/2012

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat beserta hidayah-Nya kepada peneliti sehingga Skripsi yang

berjudul “Analisa Kandungan Merkuri (Hg) Pada Sediaan Krim Malam Yang Ada Di

Klinik Kecantikan Dan Yang Di Jual Bebas Di Kota Medan Tahun 2015” dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Selama pelaksanaan penelitian penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, dan arahan

kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Ir. Indra Chahaya S, M.Si dan Dra. Nurmaini, MKM., Ph.D, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam

(8)

5. Ir. Evawani Yunita Aritonang, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Kepala Laboraturium Balai Riset Dan Standarisasi Industri Medan dan seluruh staf yang bertugas telah memberikan pengetahuan dan membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Orang Tua tercinta, Ayahanda Junidan Daud dan Ibunda Sitti Khadijah, kakak saya Fitria Kartika, Adik tersayang Hady Muchbir dan seluruh keluarga yang

selalu memberikan dukungan, semangat, inspirasi serta doa untuk penulisan skripsi ini.

8. Kekasih tercinta Nasrul Kahfi yang selalu setia memberikan dukungan, motivasi, dan semangat serta pengertiannya yang tak terkira kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Calon kakak ipar tersayang Romasepfani yang selalu meluangkan waktunya kepada penulis guna membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat tersayang (Ajeng, Rizka, Fatih, Kak Widya, Mala, Kak

Anggi, Kak Elvi, Licha) yang turut memberikan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(9)

12.Teman-teman Pengalaman Belajar Lapangan (Ivan, Meutia, Fitri, Dhani, Mitha) yang turut memberikan motivasi dan semangatnya dalam penulisan skripsi ini.

13.Teman-teman Latihan Kerja Peminatan (Anggi, Vina, Meutia, Prisil, Kak Valen) yang telah memberikan doa dan dukungannya kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca demi memperkaya materi skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang baik khususnya

teman dibidang Kesehatan Masyarakat.

Medan, Oktober 2015

(10)

DAFTAR ISI

2.1.2.2 Hasil Aktifitas Manusia... 10

2.1.3 Toksikologi Merkuri Di Lingkungan ... 11

2.1.4 Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan ... 11

2.1.5 Kinetika Merkuri ... 12

2.1.6 Sifat Merkuri ... 14

2.1.7 Senyawa Merkuri Anorganik ... 15

2.1.8 Senyawa Merkuri Organik ... 16

2.1.9 Mekanisme Kerja Merkuri Dalam Tubuh ... 18

2.1.10 Toksisitas Merkuri Dalam Tubuh ... 19

2.1.11 Efek Merkuri Terhadap Manusia dan Lingkungan ... 20

2.1.11.1 Efek Merkuri Pada Manusia ... 21

2.1.11.1.1 Keracunan Akut ... 21

2.1.11.1.2 Keracunan Kronis ... 22

2.1.12 Identitas Merkuri ... 24

2.1.13 Sifat Fisikokimia Merkuri ... 24

2.1.14 Metode Analisi Merkuri ... 25

2.2 Mercury Analyzer ... 28

(11)

2.2.2 Prinsip Kerja ... 28

2.3 Kulit ... 29

2.3.1 Defenisi Kulit ... 29

2.3.2 Struktur Kulit ... 29

2.3.3 Jenis Kulit ... 30

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Jenis Kulit ... 31

2.3.5 Mikrobiologi Kulit ... 32

2.3.6 Mekanisme Pertahanan Kulit ... 32

2.4 Kosmetik ... 33

2.4.1 Defenisi Kosmetik ... 33

2.4.2 Penggolongan Kosmetik ... 35

2.4.3 Bahan dan Komposisi Kosmetik ... 36

2.4.3.1 Bahan Kosmetik ... 36

2.5.2 Krim Pemutih (bleaching cream) ... 43

2.5.3 Bahan-bahan Penyusun Krim ... 44

2.6 Kerangka Konsep ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1Jenis Penelitian ... 47

3.2Teknik Pengambilan Sampel... 47

3.3Lokasi, Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 47

3.3.2 Tempat Penelitian... 47

3.3.3 Waktu Penelitian ... 48

3.7.2 Karakteristik Krim Malam ... 51

3.7.2.1 Karakteristik Bau Krim Malam ... 51

3.7.2.2 Karakteristik Warna Krim Malam ... 51

3.7.2.3 Karakteristik Konsistensi Krim Malam ... 51

3.7.3 Pemeriksaan Merkuri ... 52

3.8 Pelaksanaan Penelitian ... 52

3.8.1 Alat dan Bahan ... 52

3.8.1.1 Alat ... 52

(12)

3.8.2 Peparasi Sampel (proses destruksi) ... 54

3.8.3 Persiapan Sampel ... 55

3.8.4 Prosedur Analisa Alat AAS-MVU ... 55

3.9 Teknik Analisa Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 58

4.1 Komposisi Krim Malam ... 58

4.2 Karakteristik Krim Malam ... 60

4.3 Hasil Pemeriksaan Laboraturium Secara Kualitatif ... 62

4.4 Hasil Pemeriksaan Laboraturium Secara Kuantitatif ... 63

BAB V PEMBAHASAN ... 66

5.1Komposisi Pada Kemasan Krim Malam ... 66

5.2 Karakteristik Krim Malam ... 68

5.3 Kandungan Merkuri (Hg) Pada Krim Malam ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 75

6.1 Kesimpulan ... 76

6.2 Saran ... 75

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Dermatitis Kontak Alergik Karena Bedak (Kosmetik)... 39

Gambar 2.2 Akne Kosmetika………... 40

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Bahan Kosmetik Yang Sering Menimbulkan Efek Samping... 41

. Tabel 4.1Komposisi Pada Kemasan Krim Malam…... 58

Tabel 4.2 Karakteristik Krim Malam…………... 61

Tabel 4.3 Hasil Analisa Kualitatif Logam Merkuri…... 63

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 : Daftar Bahan yang Tidak Diizinkan Untuk Digunakan

Dalam Kosmetika... 79

Lampiran 2 : Permenkes RI No.445/Menkes/Per/V/1998 Tentang Kosmetik... . 80

Lampiran 3 : BPOM No.17 Tahun 2014... 89

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian ... . 94

Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian... 95

(16)

ABSTRAK

Produk Kosmetik khususnya krim malam yang berfungsi sebagai krim pemutih wajah banyak beredar di Kota Medan, ada yang berasal dari Klinik Kecantikan maupun yang di jual bebas di pasaran. Hasil pengawasan Badan POM RI pada tahun 2014/2015 dibeberapa provinsi salah satunya di Kota Medan, ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan yang di larang digunakan dalam kosmetik yaitu : Merkuri (Hg), Hidroquinon > 2%, zat warna Rhodamin B. Penggunaan merkuri dalam krim pemutih dikarenakan merkuri memiliki aktivitas untuk menghambat kerja enzim tirosinase yang berperan dalam proses pembentukan melanin. Adapun bahan alami dan aman bagi kulit wajah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pemutih yang alami seperti : kafein, coenzyme Q10, dan vitamin C. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan merkuri (Hg) pada Sediaan Krim Malam yang ada di Klinik Kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.

Penelitian ini bersifat survei deskriptif. Sampel yang diteliti adalah 5 krim malam yang ada di klinik kecantikan yaitu (N,E,L,S, dan M) dan 10 krim malam yang dijual bebas yang terdiri dari 5 produk import yaitu (BS, O, KB, MC, dan SL) dan 5 produk lokal yaitu (P, T, CP, CJ, dan A). Pemeriksaan dilakukan dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (AAS).

Hasil menunjukkan bahwa 14 sampel krim malam yang diperiksa memiliki kandungan merkuri (Hg) dengan kadar yang bervariasi dan 1 sampel krim malam terbukti negatif merkuri (Hg). Terhadap 14 sampel yang positif ditemukan 11 sampel yang melebihi baku mutu. Sampel yang mengandung merkuri (Hg) paling tinggi adalah sampel MC sebesar 13,57 mg/kg dan sampel yang mengandung merkuri terendah adalah M sebesar 0,09 mg/kg.

Untuk itu masyarakat harus berhati-hati dalam memilih produk kosmetik khususnya krim malam yang dimanfaatkan sebagai krim pemutih wajah yang berasal dari klinik kecantikan maupun yang dijual bebas.

(17)

ABSTRACT

Cosmetic products especially night creamswhich serves as face whitening creams can be found in Medan. Not onlyin the Beauty Clinic but also sold freely in the market. Surveillance Result of Indonesia’s POM RI in 2014/2015 in several provinces includeNorth Sumatera - Medan, found 27 cosmetics brands that contain bannedingredients for cosmetics, they were: Mercury (Hg), Hydroquinone> 2%, the dye rhodamin B. Mercury is used in whitening creams because mercury has an activity to inhibit the action of the tyrosinase enzyme which involved in melanin formation process.Meanwhile, natural and safe ingredients for skin which can be utilized as natural bleaching ingredientsare caffeine, coenzyme Q10, and vitamin C. The purpose of this study was todetermine the presence of mercury (Hg) in night creams which were found in Beauty Clinic and sold freely in Medan in 2015.

This study is a descriptive study. The samples of this study were 5 night creamsfrom a beauty clinic (N, E , L, S, and M) and 10 night creams which were sold freely, consists of 5 importedproducts (BS, O, KB, MC, and SL) and 5 local products (P, T, CP, CJ, and A ). The examination was conducted by using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

Results showed that 14 night cream samples which has been examined contain mercury (Hg) with varying levels and 1 night cream samplewas provenhas negative mercury (Hg). From 14 positive samples, researcher found 11 samples that exceeded the quality standard. The samples which containing the highest mercury (Hg) is sample MC that has 13.57 mg/ kg Hg and the samples which containing the lowest mercury is sample M that has 0.09 mg/ kg Hg.

Therefore, people should be careful in choosing cosmetic products especially in choosing a night cream that is used as face whitening cream which is purchasedin the beauty clinic or in the market.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak zaman dahulu.

Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmein” artinya berhias. Kosmetik digunakan secara luas baik untuk kecantikan maupun untuk kesehatan. Masyarakat di zaman

Mesir Kuno sudah memanfaatkan merkuri pada abad ke 18. Dunia kedokteran memakai merkuri sebagai obat sifilis, tapi sekarang semua bahan obat dokter yang mengandung merkuri sudah ditinggalkan karena merkuri adalah logam berat yang

berbahaya bagi kesehatan (BPOM, 2003).

Data arkeologi juga menunjukkan bahwa masyarakat pada waktu itu

menggunakan berbagai bahan alami untuk mengawetkan jasad manusia yang telah meninggal, agar tetap utuh sehingga tidak mengganggu penampilan dalam perjalanan jauh yang dilakukannya kemudian. Dalam sejarah, kosmeteologi memang tidak dapat

dipisahkan dari ilmu kedokteran. Para tabib yang saat itu ahli kesehatan yang dapat mengobati penyakit dan juga ahli dalam membuat sediaan kosmetika untuk

kecantikan, terutama bagi para wanita. Oleh karena itu kekuasaan para tabib pada saat itu setara dengan para menteri Negara dewasa ini.Sejarah mengenai kosmeteologi di Indonesia telah di mulai jauh sebelum zaman penjajahan Belanda, namun tidak ada

catatan yang jelas mengenai hal tersebut yang dapat dijadikan pegangan. Legenda yang ada dapat diperkirakan adanya usaha dan cara untuk meningkatkan kecantikan

dengan kosmetika tradisional. Baru pada pertengahan abad ke-17 terbit buku De

(19)

obat dan kosmetika tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, disusul dengan

Catalogus Horti Academici Ludguno Batavi (1687) dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).

Sehat dalam arti luas adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial.Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita suatu penyakit, baik penyakit yang mengenai

kulit secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna, kelenturan, tebal dan tekstur kulit. Berbagai faktor yang

mempengaruhi penampilan kulit sehat, misalnya umur, ras, iklim, sinar matahari serta kehamilan. Seiring berjalannya waktu pemakaian kosmetik bertambah yaitu untuk

mempercantik diri, mengubah rupa, menutupi kekurangan dan menambah daya tarik dengan keharuman kulit. Sesuai dengan perkembangan zaman, bentuk kosmetik semakin praktis dan mudah digunakan. Bahan yang dipakai dalam kosmetik, dahulu

diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya, tetapi sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan. Keinginan manusia untuk menjadi cantik ataupun tampan

adalah faktor utama yang mendorong manusia menggunakan kosmetik pemutih wajah (BPOM, 2008).

Saat ini jenis kosmetika yang banyak digunakan masyarakat khususnya para wanita adalah produk bleaching cream yang lebih dikenal sebagai krim pemutih. Hal ini dikarenakan produk tersebut dapat memutihkan dan menghaluskan kulit wajah

(20)

tahun 1989-1994 dilaporkan 191 kasus efek samping kosmetik dari 253 jenis kosmetik, dengan pelembab menjadi golongan tersering menimbulkan efek samping kosmetik, sedang pengharum merupakan bahan yang sering menimbulkan reaksi

alergi. Di daerah Sub Sahara seperti Mali, dan Senegal, penggunaan pemutih kulit mencapai 25% pada wanita dewasa, juga pada pria. Bahan pemutih yang digunakan

antara lain hidrokinon, superpoten kortikosteroid, bahan kaustik dan sabun yang mengandung merkuri. Produk tersebut di oleskan keseluruh tubuh sekali atau dua kali sehari sampai beberapa tahun dan mudah didapat dipasaran dengan harga yang

murah. Sedangkan di Belanda survey menemukan sebesar 12,2% pemakai kosmetik mengeluh pernah menderita efek samping kosmetik.(Djajadisastra, 2005).

Angka kejadian efek samping kosmetik juga cukup tinggi terjadi di Indonesia, terbukti dengan selalu di jumpainya kasus efek samping kosmetik pada praktek seorang dermatologi. Reaksi efek samping kosmetik yang terjadi disebabkan karena

penambahan bahan aditif untuk meningkatkan efek pemutih, disamping karena penggunaan jangka panjang pada area yang luas pada tubuh, di iklim yang panas dan lembab yang kesemuanya meningkatkan absorbsi melewati kulit. Penelitian yang

dilakukan oleh YPKKI (Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia) pada bulan april tahun 2002 terhadap 27 produk pemutih wajah dan anti kerut yang

beredar di pasaran, ternyata kebanyakan dari produk tersebut masih dalam kategori obat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dari 20 merek yang dijadikan sampel yang diteliti menunjukkan ada lima

(21)

Kesehatan RI (BALITBANG DEPKES RI) telah melakukan penelitian kandungan merkuri dalam rambut pemakai krim pemutih kulit dan diperoleh kadar merkuri dengan jumlah relatif tinggi (LITBANG DepKes RI, 2002).

Berdasarkan PERMENKES RI No.445/MENKES/PER/V/1998 tentang Bahan, Zat warna, Substratum, Zat Pengawet dan Tabir Surya pada kosmetik, yang

menyatakan bahwa Raksa dan Senyawanya Dilarang Digunakan dalam kosmetik. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.17 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan No. Hk.03..1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika, yang menyatakan kadar logam merkuri

tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/L (1 bpj). Absorpsi kosmetik melalui kulit terjadi karena kulit mempunyai celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat yang melekat di atasnya. Dampak dari absorpsi ini ialah efek samping kosmetik yang dapat

berlanjut menjadi efek toksik kosmetik. Pemakaian merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit serta

pemakaian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi

juga dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paru-paru serta merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) pada manusia (BPOM, 2006).

(22)

Kecantikan maupun yang di jual bebas di pasaran. Hasil pengawasan Badan POM RI pada tahun 2014 dan 2015 dibeberapa provinsi salah satunya di Kota Medan, ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan yang di larang digunakan

dalam kosmetik yaitu : Merkuri (Hg), Hidroquinon > 2%, zat warna Rhodamin B dan Merah K.3, 15. Penggunaan merkuri dalam krim pemutih dikarenakan merkuri

memiliki aktivitas untuk menghambat kerja enzim tirosinase yang berperan dalam proses pembentukan melanin. Melanin adalah pigmen coklat tua yang dihasilkan oleh melanosit dan disimpan dalam sel-sel epidermis kulit yang mempunyai fungsi sebagai

pelindung epidermis dan dermis dari bahaya radiasi ultraviolet (Harahap, 2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fina (2006), terhadap 10 sampel

kosmetik krim pemutih produksi China ditemukan adanya kadar merkuri (Hg) dengan kadar (dalam ppm) yang bervariasi, yaitu : TJ (11,74), QL (17,60), RDL (0,11), QY

(24,11), CM (68,70), TS (13,30), MY (24,60), IL (22,68), DL (22,61), dan NS (37,80).

1.2 Perumusan Masalah

Kosmetik yang mengandung merkuri khususnya krim malam yang dimanfaatkan sebagai krim pemutih dapat membahayakan kesehatan bagi masyarakat

yang menggunakannya. Maka berdasarkan hal tersebut perumusan masalah yang ada yaitu belum diketahui ada tidaknya kandungan merkuri pada sediaan krim malam dari

(23)

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui keberadaan merkuri (Hg) pada sediaan krim malam yang

ada di klinik kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui komposisi zat pada kemasan krim malam yang ada di klinik kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui karakteristik krim malam yang ada di klinik kecantikan dan

yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015

3. Untuk mengetahui keberadaan merkuri (Hg) pada sediaan krim malam yang ada

di klinik kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.

4. Untuk mengetahui kandungan merkuri (Hg) pada sediaan krim malam yang ada di klinik kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan di bandingkan dengan

Permenkes RI No.445/Menkes/Per/V/1998 dan Peraturan Kepala BPOM RI No.17 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. Hk.03..1.23.07.11.6662 Tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih

kosmetik dan produk kecantikan lainnya, khususnya krim pemutih wajah

2. Sebagai informasi kepada masyarakat agar memilih produk kosmetik yang sudah teregistrasi oleh BPOM

(24)
(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merkuri

2.1.1 Pengertian Umum

Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta

mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) akan memadat pada tekanan 7.640 Atm. Merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol, titik beku

-39o C, dan titik didih 356,6oC.

Kelimpahan merkuri (Hg) di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen

lainnya pada kerak bumi. Merkuri jarang didapatkan dalam bentuk bebas di alam, tetapi berupa bijih cinnabar (HgS). Untuk mendapatkan Hg dari cinnabar, dilakukan pemanasan bijih cinnabar di udara sehingga menghasilkan logam Hg (Widowati,

2008).

Menurut Lubis (2002) yang mengutip dari Carl Zekk (1994) dan Joseph La Dou (1990), produksi air raksa diperoleh terutama dari bijih cinnabar (86,2% air

raksa). Salah satu cara melalui pemanasan bijih dengan suhu 800oC dengan menggunakan O2 (udara), sulfur yang dikombinasi dengan gas O2, melepaskan

merkuri sebagai uap air yang mudah terkonsentrasi. Cinnabar juga dapat dipanaskan dengan kapur dan belerang bercampur kalsium akan melepaskan uap logam merkuri. Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan bercampur dengan bijih lain seperti

tembaga, emas, timah, seng, dan perak.

Dalam keseharian, pemakaian bahan merkuri telah berkembang sangat luas.

(26)

elektris, digunakan untuk alat-alat ukur, dalam dunia pertanian, bahan kosmetika dan keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian merkuri, mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri (Palar, 2008).

Untuk bahan kosmetik, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang penggunaan merkuri meskipun dengan konsentrasi kecil. Beberapa catatan

diketahui bahwa kadar merkuri dalam jaringan sebesar 0,1 – 1 ppm sudah dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh sedangkan menurut IPCS (International

Programme on Chemical Safety) paparan merkuri pada tubuh manusia mencapai 200 s/d 500 (Wurdiyanto, 2007).

Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:

1. Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk

produksi klorin dari sodium klorida.

2. Merkuri anorganik: dalam bentuk Hg++(Mercuric) dan Hg+(Mercurous) Misalnya:

a. Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan

b. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan laksansia (calomel)

(27)

3. Merkuri organik : terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :

a. Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan.

Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb. dapat menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital.

b. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai antiseptik dan fungisida.

2.1.2 Sumber Merkuri

2.1.2.1Terdapat di Alam

Sebagai hasil tambang, merkuri dijumpai dalam bentuk mineral HgS yang

disebut sinabar (cinnabar). Terdapat sebagai batuan dan lapisan batuan yang terhampar di Spanyol, Itali, dan bagian Amerika, serta banyak di distribusikan sebagai batuan, abu, dan larutan.

2.1.2.2Hasil Aktifitas Manusia

Menurut Widowati (2008) yang mengutip dari Herman (2006), sumber merkuri dari hasil aktifitas manusia antara lain pembuangan tailing pengolahan emas

tradisional yang diolah secara amalgamasi, dimana merkuri mengalami perlakuan tertentu berupa putaran, tumbukan, atau gesekan, sehingga sebagian merkuri akan

(28)

2.1.3 Toksikologi Merkuri di Lingkungan

Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri ke lingkungan umumnya berasal dari kegiatan gunung api, rembesan air tanah yang melewati daerah deposit merkuri

dan lain-lain. Namun demikian, meski sangat banyak sumber keberadaan merkuri di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan tertentu secara alamiah, tidaklah

menimbulkan efek-efek merugikan bagi lingkungan karena masih dapat ditolerir oleh alam. Merkuri menjadi bahan pencemar sejak manusia mengenal industri, kemudian menggali sumber daya alam dan memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk

kebutuhannya (Palar, 2008).

Penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran

lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara. Merkuri yang terbuang ke sungai, pantai atau badan air di sekitar industri-industri tersebut dapat mengkontaminasi ikan dan makhluk air lainnya, termasuk ganggang dan

tumbuhan air. Ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian dikonsumsi manusia sehingga manusia terpapar merkuri di dalam tubuhnya. FDA (Food and Drug

Administration) menetapkan batasan kandungan merkuri maksimum adalah 0,005 ppm untuk makanan, sedangkan WHO (World Health Organization) menetapkan batasan maksimum untuk air, yaitu 0,001 ppm (Kristanto, 2002).

2.1.4 Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan

Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali, dimana produksi klorin (Cl2) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis garam NaCl.

(29)

setiap tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katode dari sel elektrolisis (Kristanto,2002).

Pada peralatan listrik, merkuri ditemukan pada lampu listrik. Sementara itu, di

laboratorium logam merkuri digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh adalah termometer. Dalam pekerjaan laboratorium, banyak pekerja yang mengalami

keracunan merkuri secara kronis. Hal itu terjadi karena uap dari tumpahan merkuri yang tidak terlihat, sedikit demi sedikit terhirup oleh para pekerja.

Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak digunakan sebagai

fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam peristiwa keracunan merkuri pada organisme hidup. Karena penyemprotan yang dilakukan

secara terbuka dan luas, maka banyak organisme hidup lainnya yang terkena senyawa racun tersebut. Sehingga dari penyemprotan fungisida tersebut tidak hanya membunuh jamur melainkan juga organisme hidup lainnya.

Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil merkuri asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Hal ini menjadi sangat

berbahaya, karena kertas seringkali digunakan sebagai alat pembungkus makanan (Palar, 2008).

2.1.5 Kinetika Merkuri

Merkuri merupakan elemen dari kerak bumi. Manusia tidak dapat membuat atau memusnahkan merkuri. Merkuri murni adalah logam cair, kadang-kadang

(30)

merkuri (Hg) di atmosfer adalah penguapan Hg dari tanah dan air, disamping itu pembakaran fosil terutama batu bara. Kadar Hg diudara naik dapat disebabkan oleh pembuangan sampah padat seperti termometer Hg, baterai, pemakaian cat yang

mengandung Hg, anti jamur dan pestisida serta pembakaran limbah minyak. Sumber utama pada air dari buangan industri (terutama industri tambang emas) dan proses

pelapukan batuan karena pengaruh iklim. Merkuri dari udara yang masuk kedalam air atau tanah dapat melarut ke dalam air. Setelah tersimpan, mikroorganisme tertentu dapat mengubahnya menjadi metil merkuri, bentuk yang sangat beracun yang

terdapat pada ikan, kerang, dan hewan yang makan ikan. Kerang dan ikan adalah sumber utama metil merkuri eksposur ke manusia. Metil merkuri terbentuk lebih

banyak pada beberapa jenis ikan dan kerang daripada yang lain. Tingkat metil merkuri di kerang dan ikan tergantung pada apa yang mereka makan, berapa lama mereka hidup dan berapa tinggi mereka dalam rantai makanan (Anonimous, 2011).

Manusia dapat terpajan uap Hg bila bernafas dalam lingkungan yang terkontaminasi oleh uap Hg, menelan atau makan makanan atau minum air yang terkontaminasi oleh Hg, dan melalui kulit yang kontak dengan Hg yang terdapat

dalam krim pemutih kulit. Jadi pajanan dapat melalui udara, air, makanan dan kontak dengan kulit. Ketika manusia menelan Hg dalam jumlah kecil <0,01% dari Hg

tersebut akan masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan dan tidak menimbulkan sakit. Bila jumlah lebih besar tertelan oleh seseorang sangat kecil yang akan terserap oleh tubuh. Ketika terhirup uap Hg, 80% Hg masuk ke dalam aliran darah secara

(31)

Biomarker dapat digunakan untuk memperkirakan pajanan (jumlah yang diabsorpsi atau dosis internal), efek-efek bahan kimia dan kerentanan pada individu, dan dapat diaplikasikan apakah dari makanan, lingkungan, atau tempat kerja.

Biomarker pajanan yang umum digunakan adalah pemeriksaan kadar Hg dalam darah, urine, dan rambut. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan kadar Hg adalah

Atomic Absorpion Spectrophotometer (AAS) untuk memeriksa total merkuri dalam makanan, darah, urine, rambut dan jaringan (Inswiasri, 2008).

Kriteria World Heath Organization (WHO) tahun 1990 menyatakan bahwa

kadar normal Hg dalam darah berkisar antara 5 µg/l – 10 µg/l, dalam rambut berkisar antara 1 mg/kg – 2 mg/kg, sedangkan dalam urine rata-rata 4 µg/l.

2.1.6 Sifat Merkuri

Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut di antaranya adalah:

1. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar (25oC) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain, yaitu -39oC. 2. Masih berwujud cair pada suhu 396oC. Pada temperatur 396oC ini telah terjadi

pemuaian secara menyeluruh.

3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan

logam lain.

4. Merkuri dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap basa.

(32)

6. Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik dibanding semua logam lain.

7. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang

disebut dengan amalgam.

8. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk

hidup (Kristanto, 2002).

2.1.7 Senyawa Merkuri Anorganik

Logam merkuri termasuk ke dalam kelompok merkuri anorganik. Dalam

bentuk logamnya, merkuri berbentuk cair, dan sangat mudah menguap. Uap merkuri dapat menyebabkan efek samping yang sangat merugikan bagi kesehatan. Diantara

sesama senyawa merkuri anorganik, uap logam merkuri (Hg) merupakan yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena sebagai uap, merkuri tidak terlihat dan dengan sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan pernafasan yang dilakukan. Pada saat

terpapar oleh logam merkuri, sekitar 80% dari logam merkuri akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalur-jalur pernafasan untuk kemudian ditransfer ke dalam darah (Palar, 2008).

Dalam darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan oleh enzim hidrogenperoksida katalase sehingga berubah menjadi ion Hg2+. Ion merkuri ini

selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan peredaran darah. Hgo E.Hidrogenperoksida katalase Hg2+

Pada hewan percobaan seperti kelinci, tikus dan kera, 1% dari jumlah yang

(33)

dimasukkan ke dalam tubuh dengan dosis yang sama. Selain penumpukan merkuri terjadi pada otak, logam ini juga terserap dan menumpuk pada ginjal dan hati. Namun demikian penumpukan yang terjadi pada organ ginjal dan hati masih dapat

dikeluarkan bersama urin dan sebagian akan menumpuk pada empedu. Selain menumpuk pada organ tubuh tersebut, merkuri juga mampu menembus membran

plasenta (Palar, 2008).

Toksisitas akut dari merkuri anorganik meliputi gejala muntah, kehilangan kesadaran, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, albuminuria, anuria,

uraemia, ulserasi, dan stomatitis. Sementara toksisitas kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala gangguan sistem saraf, antara lain tremor, terasa pahit di mulut, gigi

tidak kuat dan rontok, anemia, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus (Widowati, 2008).

2.1.8 Senyawa Merkuri Organik

Senyawa-senyawa merkuri organik telah lama akrab dengan kehidupan manusia. Yang paling terkenal diantaranya adalah senyawa alkil-merkuri. Beberapa senyawa alkil-merkuri yang banyak digunakan, terutama di kawasan negara-negara

sedang berkembang adalah metil merkuri khlorida (CH2HgCl) dan etil khlorida

(C2H5HgCl). Senyawa-senyawa tersebut digunakan sebagai pestisida dalam bidang

pertanian.

Sekitar 80% dari peristiwa keracunan merkuri bersumber dari senyawa-senyawa alkil-merkuri. Keracunan yang bersumber dari senyawa-senyawa ini adalah melalui

(34)

bersama jalur pernafasan akan mengisi ruang-ruang dari paru-paru dan berikatan dengan darah (Palar, 2008).

Dalam penyebaran senyawa merkuri organik dalam organ tubuh, biasanya

berbeda-beda, tergantung pada jenis organnya. Metil merkuri pada umumnya terakumulasi pada sistem jaringan saraf pusat. Akumulasi paling tinggi ditemukan

pada bagian cortex dan cerebellum, yaitu bagian dari otak. Lebih lanjut, hanya sekitar 10% dari merkuri tersebut yang ditemukan dalam sel otak. Pada proses metabolisme, sebagian dari alkil-merkuri akan diubah menjadi senyawa merkuri anorganik. Seperti

halnya senyawa merkuri anorganik lainnya, senyawa merkuri anorganik yang berasal dari senyawa alkil-merkuri tersebut akan terakumulasi pada organ hati dan ginjal.

Waktu paruh dari senyawa alkil-merkuri dalam tubuh adalah 70 hari. Selanjutnya senyawa alkil-merkuri tersebut dikeluarkan dari dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme. Akan tetapi, jumlah yang dikeluarkan sangat kecil jika

dibandingkan dengan jumlah uap atau senyawa alkil-merkuri yang masuk ke dalam tubuh. Diperkirakan jumlah alkil-merkuri yang dikeluarkan sebagai hasil samping metabolisme tubuh hanyalah 1%, sedangkan sisanya 99% terakumulasi dalam

berbagai organ dalam tubuh (Palar, 2008).

Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem saraf pusat berupa

(35)

2.1.9 Mekanisme Kerja Merkuri Dalam Tubuh

Merkuri membentuk berbagai senyawa anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) dan organic (alkil dan aril).Logam merkuri dan uap merkuri termasuk kedalam

merkuri anorganik (Palar, 2004). Adapun mekanisme kerja merkuri dalam tubuh adalah sebagai berikut :

1. Absorbsi

Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru dalam bentuk uap atau debu. Sekitar 80% uap merkuri yang terinhalasi akan diabsorbsi. Absorbsi

merkuri logam yang tertelan dari saluran cerna hanya dalam jumlah kecil yang dapat di abaikan, sedangkan senyawa merkuri larut air mudah diabsorbsi. Beberapa

senyawa merkuri organik dan anorganik dapat diabsorbsi melalui kulit. 2. Biotransformasi

Unsur merkuri yang diabsorbsi dengan cepat dioksidasi menjadi ion Hg2+,

yang memiliki afinitas berikatan dengan substrat-substrat yang kaya gugus tersebut. Merkuri ditemukan dalam ginjal (terikat pada metalotionen) dan hati. Merkuri dapat melewati darah, otak, dan plesenta. Metal merkuri mempunyai afinitas yang kuat

terhadap otak. Sekitar 90% merkuri darah terdapat dalam eritrosit. Metabolisme senyawa alkil merkuri serupa dengan metabolisme merkuri logam atau senyawa

anorganiknya. Senyawa fenil dan metoksietil merkuri di metabolisme dengan lambat. 3. Ekskresi

Sementara unsur merkuri dan senyawa anorganiknya di eliminasi lebih banyak

(36)

melalui feses sampai 90%. Waktu paruh biologis merkuri anorganik mendekati 6 minggu.

2.1.10Toksisitas Merkuri Dalam Tubuh

Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi merkuri, rute masuknya kedalam tubuh dan lamanya ekspose. Intoksikasi keracunan

merkuri dapat terjadi secara lokal maupun sistemik melalui panghirupan lewat mulut dan hidung, atau lewat penyerapan via kulit (Darmono, 2001)

Unsur merkuri yang ada pada krim pemutih akan diserap kulit, kemudian akan

di alirkan melalui darah keseluruh tubuh dan merkuri itu akan mengendap di dalam ginjal yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Walau tidak seburuk efek apabila

tertelan, merkuri yang diserap oleh kulit akan menimbulkan efek yang buruk bagi tubuh. Meskipun hanya dioleskan di permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk ke dalam darah, lalu memasuki sistem saraf tubuh (Dipi, 2007).

Manifestasi gejala keracunan merkuri akibat pemakaian krim pemutih kulit muncul sebagai gangguan sistem syaraf, seperti tremor (gemetar), insomnia (tidak bisa tidur), pikun, gangguan penglihatan, ataxia (gerakan tangan tak normal),

gangguan emosi, depresi, dan sebagainya. Produk kosmetik khususnya krim pemutih wajah yang digunakan akan menyebabkan iritasi parah pada kulit yang terpapar,

yakni berupa kulit yang kemerah-merahan dan menyebabkan kulit menjadi mengkilap secara tidak normal (Dipi, 2007).

1. Pada Syaraf : Logam merkuri dan metal merkuri dengan mudah memasuki

(37)

bagi haemoglobin dan sitokrom. Pada tingkat pemakaian yang tinggi, senyawa-senyawa ini dapat menambah ensefalopati yang mengakibatkan gangguan fungsi kejiwaan pada anak-anak kecil, seperti gangguan kesadaran

dan kelakuan.

2. Pada Ginjal : Sebagai organ ekskresi utama dalam tubuh, ginjal menjadi organ

sasaran keracunan logam merkuri. Merkuri memengaruhi sel tubulus proksimal ginjal, sehingga menyebabkan ekskresi protein molekul kecil, asam amino, dan glukosa bersama urin. Merkuri terkumpul dalam lisosom sel

tubulus proksimal ginjal serta mengahambat enzim proteolitik dalam lisosom dan menyebabkan cidera pada sel.

3. Pada Pernapasan : Sistem pernapasan merupakan organ sasaran utama bagi sebagian besar logam, salah satunya logam merkuri. Banyaknya logam merkuri yang terpajan menyebabkan iritasi dan radang saluran pernapasan.

2.1.11Efek Merkuri Terhadap Manusia Dan Lingkungan

Sebagian besar merkuri di alam ini di hasilkan oleh sisa industri dalam jumlah kira-kira 10.000 ton setiap tahunnya. Penggunaan merkuri sangat luas dimana 3000

jenis penggunaan dalam industri pengolahan bahan-bahan kimia, proses pembuatan obat-obatan yang digunakan oleh manusia serta sebagai bahan dasar pembuatan

insektisida untuk pertanian (Christian et, al., 1970 dalam Zul Alfian, 2006).

Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metal dan bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan

(38)

Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses pretisipati protein menghambat aktifitas enzin dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, karboksil, amida, amina dan fosforil,

dimana dalam gugus tersebut merkuri dapat menghambat fungsi enzim. Efek toksisitas merkuri pada manusia tergantung pada bentuk komposisi merkuri, jalan

masuknya kedalam tubuh dan lamanya berkembang (Zul Alfian, 2006). 2.1.11.1 Efek Merkuri Pada Manusia

2.1.11.1.1 Keracunan akut

Keracunan akut oleh merkuri bisa terjadi pada konsentrasi merkuri (Hg) uap sebesar 0,5-1,2 mg/m3. Penelitian terhadap kelinci dengan uap merkuri (Hg) 28,8

mg/m3 mengakibatkan kerusakan yang parah pada berbagai organ ginjal, hati, otak, jantung, paru-paru, dan usus besar. Keracunan akut karena terhirupnya uap merkuri (Hg) berkonsentrasi tinggi menimpa pekerja dalam industri pengolahan logam

merkuri serta penambangan emas (Widowati,2008).

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala-gejala berupa iritasi gastrointestinal berupa mual, muntah, sakit

perut dan diare. Keracunan Phenyl mercury (merkuri aromatis) menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal, malaise dan mialgia. Keracunan metil merkuri menyebabkan

efek pada gastrointestinal yang lebih ringan tetapi menimbulkan toksisitas neurologis yang berat berupa rasa sakit pada bibir, lidah dan pergerakan (kaki dan tangan),halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur, sulit bicara, kemunduran cara berpikir,

(39)

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala-gejala berupa :

a. Gejala reaksi yang timbul pada alat pencernaan seperti :

- Dalam rongga mulut timbul kelainan-kelainan seperti pembengkakan gusi yang terasa sakit, gigi mudah rapuh, koropos dan mudah terlepas.

- Sembelit dan muntah-muntah - Perasaan mual-mual pada lambung

b. Gejala reaksi yang timbul pada jaringan saraf seperti :

- Tremor

- Sukar konsentrasi dalam berpikir

- Gugup

- Gangguan kejiwaan dan sering lelah c. Gejala reaksi yang timbul pada kulit seperti :

- Pada kulit yang tidak ditutupi seperti muka, lengan, kaki menjadi peka terhadap sinar matahari

- Menimbulkan gelembung-gelembung yang mudah pecah

- Mudah terjadi infeksi pada kulit

d. Pengeluaran air seni terus menerus dapat menimbulkan gangguan terhadap

fungsi faal ginjal. 2.1.11.1.2 Keracunan Kronis

Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan

(40)

sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap dalam selang waktu yang panjang tersebut bekerja. Pengobatan akan menjadi sangat sulit untuk dilakukan.

Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya sama dengan keracunan akut, yaitu melalui jalur pernafasan dan makanan. Akan tetapi pada

keracunan kronis, jumlah merkuri yang masuk sangat sedikit sehingga tidak memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian masuknya merkuri ini berlangsung secara terus-menerus. Sehingga lama kelamaan, jumlah merkuri yang

masuk dan mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat (Palar, 2008).

Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh yang paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan sistem saraf. Radang gusi (gingivitis) merupakan gangguan paling umum yang terjadi

pada sistem pencernaan. Gangguan terhadap sistem saraf dapat terjadi dengan atau tanpa diikuti oleh gangguan pada lambung dan usus.Ada dua bentuk gejala umum yang dapat dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem saraf sebagai akibat

keracunan kronis merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan parkinsonisme yang juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar.

Tanda-tanda seseorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat pada organ mata.Biasanya pada lensa mata penderita terdapat warna abu-abu sampai gelap, atau abu-abu kemerahan, yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop mata. Di

(41)

2.1.12 Identitas Merkuri (Hg)

No. CAS : 7487-94-7 (Mercury Chloride); 1600-27-7 (Mercury Acetate); 1344-48-5 (Mercury Sulfide); 21908-53-2 (Mercury Oxide)

(EPA, 2007) No atom : 80 (SPU, 2007)

Nama kimia : Hg/Hydrargyrum (SPU,2007)

Sinonim : Raksa, mercury chloride, mercury acetate, mercury sulfide,

mercury oxide, mercury bichloride, corrosive sublimate,

mercury(II)chloride, mercury perchloride, mercurous(I)

chloride (EPA, 2007) 2.1.13 Sifat Fisikokimia Merkuri (Hg)

Pemerian : Cairan berat mengkilat, putih keperakan (DepKes, 1979) Titik lebur : 234.32 K (Horas, 1985)

Titik didih : 629.88 K (Horas, 1985) Berat jenis : 13.55 (Horas, 1985)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol dan asam khlorida, larut

Sempurnadalam asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat (DepKes, 1979)

Jenis :

1) Uap merkuri (unsur merkuri), mempunyai tekanan uap yang tinggi dan sukar larut dalam air. Paparan kronis uap merkuri ialah akibat kontaminasi yang

(42)

2) Merkuri anorganik lebih reaktif yang dapat membentuk dengan ligan organik 3) Merkuri organik, mengandung merkuri dengan satu ikatan kovalen dengan

atom karbon, contoh : metil merkuri. Dianggap lebih berbahaya dan dapat

larut dalam lapisan lemak yang menyelimuti korda syaraf (Zulalfian, 2006)

2.1.14 Metode Analisis Merkuri

A. AAS (Atomic Absoption Spectrophotometry)

Teknik AAS ini berdasarkan pada penguraian molekul menjadi atom (atomisasi) dengan energy dari api atau arus listrik (Harmita, 2006)

Dalam mendeteksi merkuri digunakan AAS yang khusus, dilengkapi dengan perekam respon cepat dan dapat mengukur radiasi yang diserap oleh uap

merkuri pada garis resonansi merkuri pada panjang gelombang 253,6 nm. Berikut merupakan prosedur menurut farmakope Indonesia edisi IV :

Pasang alat erasi dan labu perangkap dalam keadaan kosong, dank ran pada

posisi langsung ke labu perangkap. Hubungkan alat dengan sel penyerap dan atur laju aliran udara atau nitrogen sehingga diperoleh penyerapan dan reprodusibilitas maksimum tanpa busa berlebih dalam larutan uji. Usahakan

pembacaan larutan garis dasar yang lurus pada 253,6 nm sesuai petunjuk penggunaan alat. Perlakukan larutan baku dan larutan uji dengan cara yang

sama sebagai berikut : Hilangkan kelebihan permanganat dengan tambahan tetes demi tetes larutan hidroksilamina hidroklorida sampai larutan tidak berwarna. Segera masukkan larutan kedalam bejana aerasi, bilas dan encerkan

(43)

langsung ke labu perangkap ke posisi aerasi dan teruskan aerasi sampai puncak serapan telah terlampaui dan pena pencatat kembali ke garis dasar. Lepaskan bejana aerasi dari alat dan cuci alat setelah digunakan. Setelah

dikoreksi dengan blanko pereaksi, serapan larutan uji tidak boleh lebih dari larutan baku (DepKes, 1995).

B. Spektrofotometer UV-Vis

Sampel yang sering di analisis dengan UV-Vis adalah senyawa organic. Dimana senyawa organik dapat memberikan serapan adalah senyawa yang

mempunyai gugus kromoform dan auksokrom. Gugus kromofor adalah gugus fungsional tidak jenuh yang dapat memberikan serapan pada daerah UV atau

cahaya tampak. Hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap, seperti alkena, benzene dan lain-lain. Sedangkan auksokrom adalah gugus yang mempunyai elektron nonbonding dan tidak mengabsorbsi radiasi yang lamda

diatas 200 nm, akan tetapi mengabsorbsi sinar UV jauh.

Metode analisis kuantitatif yang menggunakan spektrofotometer pada daerah tampak/visible (380-780 nm) sering disebut dengan kalometri. Kalometri

dapat didefinisikan sebagai metode analisis kuantitatif suatu zat berdasarkan intensitas warna yang timbul dari konsentrasi yang berbeda. Pada kalometri

yang ditentukan adalah serapan cahaya oleh larutan yang berwarna.Panjang gelombang dalam suatu sistem berwarna spesifik (Harmita, 2006).

C. Titrasi Ditizon

(44)

hidroklorida, larutan baku raksa, lerutan pengekstrasi ditizon dan pembakuan titran ditizon. Setelah itu buat larutan uji dengan menimbang 2 g, lalu masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca, tambahkan 20

ml campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat dengan volume yang sama, hubungkan dengan pendingin yang sesuai, refluks campuran selama 1

jam, dinginkan, encerkan hati-hati dengan air dan didihkan sampai asam nitritnya habis. Dinginkan larutan, encerkan hati-hati dengan air, pindahkan ke dalam labu 200 ml, encerkan hingga tanda batas, campur kemudian saring.

Masukkan 50 ml larutan uji ke dalam corong pisah 250 ml, ekstraksi beberapa kali dengan sedikit kloroform pekat, sampai ekstrak kloroform terakhir tidak

berwarna. Buang ekstrak kloroform dan tambahkan 50 ml asam sulfat 1 N pada larutan yang tertinggal, ditambah 90 ml air, 1 ml asam asetat glacial dan 10 ml larutan hidroksilamina hidroklorida pekat (1 dalam 5). Hitung jumlah

merkuri (DepKes, 1995).

D. Kompleksometri (Day dan Underwood, 2002)

Untuk menentukan merkuri dapat menggunakan metode kompleksometri

dengan cara, pertama ion Hg2+ ditentukan dengan cara titrasi kembali, larutan

uji direaksikan dengan larutan natrium EDTA berlebih dan kelebihannya

dititrasi dengan larutan seng khlorida dan larutan seng sulfat. Sehingga ion merkuri yang bervalensi dua yang ada merupakan atom pusat khelat melalui penambahan suatu bahan terselubung didesak dari kompleks. Dengan

(45)

jumlah larutan EDTA yang sama atau jumlahnya harus ditentukan. Perhitungan ditentukan dari larutan garam seng yang digunakan pada titrasi kedua.Pada penentuan raksa (II) khlorida sebagai reduktor ditambahkan

kalium iodida.Sedangkan untuk penentuan raksa dalam salep presipitatum ditambahkan natrium tiosulfat sebagai bahan penyelubung.

2.2 Mercury Analyzer

2.2.1 Definisi

Mercury analyzer merupakan alat untuk menganalisa merkuri yang cepat, mempunyai sensitivitas yang tinggi, dapat menentukan jumlah merkuri pada sampel

yang padat, cair, gas dengan operasi yang mudah. Merupakan metode otomatis dimana sampel disuntikkan ke dalam aliran kontinu cairan pembawa yang mencampur dengan larutan lain yang terus mengalir sebelum mencapai detector.

Flow injection analysis salah satunya adalah FIMS (Flow Injection Mercury

Spectrometer) (Yusnizam, 2008). 2.2.2 Prinsip Kerja

Sampel dipanaskan untuk mengubah senyawa merkuri dalam bentuk atomnya atau dinamakan proses atomisasi, kemudian atom tersebut akan ditangkap oleh

amalgam sehingga yang tinggal hanya uap merkuri. Analisa pada instrument dilakukan pada panjang gelombang 253.7 nm. Gas merkuri yang dihasilkan akan dilewatkan pada cell tube yang ditembakkan sinar/cahaya dari lampu merkuri.

(46)

2.3 Kulit

2.3.1 Definisi Kulit

Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dan merupakan garis pertahanan utama dari serangan infeksi yang berasal dari luar. Kulit juga merupakan organ yang paling terlihat dari tubuh (Davies, 1998).

2.3.2 Struktur Kulit

Secara garis besar kulit tersusun atas 3 lapisan :

a. Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis merupakan bagian terluar kulit. Tersusun dari jaringan

epitel bertingkat yang mengalami keratinasi. Berdasarkan ketebalan epidermis, dapat dibedakan kulit tebal dan kulit tipis. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Lapisan epidermis terdiri dari stratum

korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basal. b. Lapisan Dermis

Lapisan dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membrane

dasar atau lamina yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm, terletak dibawah lapisan epidermis dan jauh lebih tebal dari lapisan

epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar, lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian yaitu pars papilar dan pars reticular. Pada lapisan ini terdapat sel-sel

(47)

c. Lapisan Subkutis dan Hipodermis

Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada organ-organ dibawahnya, yang memungkinkan kulit dibagian atas

bergeser. Lapisan ini mengandung sel-sel lemak (Sloane, 2003).

2.3.3 Jenis Kulit

Kulit digolongkan menjadi 4 jenis yang pokok yaitu : kulit normal, berminyak, kering dan campuran.

a. Kulit normal

Kulit jenis ini merupakan kulit yang sehat dimana kelenjar lemak memproduksi minyak tidak berlebihan, sehingga tidak menimbulkan penyumbatan

pada pori-pori kulit. Tanda-tanda kulit normal antara lain : kulit lembut, segar, halus, bercahaya, sehat, pori-pori tidak kelihatan, tonus (daya kenyal) kulit bagus. Kulit normal biasanya dijumpai pada anak-anak sampai menjelang remaja.

b. Kulit berminyak

Kulit berminyak disebabkan oleh sekresi kelenjar sebasea yang berlebihan. Ciri-ciri kulit berminyak adalah kulit kelihatan basah dan mengkilat, pori-pori jelas

terlihat, sering terdapat jerawat atau acne, kulit terlihat pudar dan kusam.Kulit berminyak umumnya terdapat pada anak remaja dan dewasa.

c. Kulit kering

Kulit kering sering terdapat pada orang dewasa dan orang-orang yang telah lanjut usianya. Penyebabnya adalah ketidakseimbangan sekresi sebum. Ciri-ciri kulit

(48)

lembab dan tidak berminyak, halus, tipis dan rapuh. Kulit kering cepat menjadi tua karena kelenjar lemak tidak berfungsi dengan baik.

d. Campuran

Jenis kulit campuran yakni, bagian tengah muka (sekitar hidung, dagu, dahi) kadang-kadang berminyak atau normal. Sedangkan bagian lain normal atau kering.

Dapat terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering padausia 35 tahun ke atas (Tresna, 2010).

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Jenis Kulit

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan jenis kulit, antara lain sebagai berikut :

1. Usia

Usia dapat mempengaruhi perubahan jenis kulit seseorang. Suatu contoh, seseorang yang pada masa anak-anak mempunyai jenis kulit normal setelah remaja

kulitnya menjadi berminyak. Demikian pula pada masa muda mempunyai jenis kulit berminyak setelah tua kulitnya menjadi kering.

2. Makanan dan minuman

Perubahan jenis kulit dapat disebabkan jenis makanan yang dikonsumsi. Misalnya makanan berlemak, panas, pedas atau minuman es dapat mengubah kulit

(49)

3. Iklim

Iklim dapat menyebabkan perubahan jenis kulit. Pada iklim panas kulit, bisa berubah menjadi berminyak. Sedangkan pada iklim dingin kulit bisa berubah menjadi

kering (Tresna, 2010).

2.3.5 Mikrobiologi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat dilingkungan hidup kita, termasuk jasad renik (mikroba) yang tumbuh dan hidup di alam dunia ini.Oleh sebab itu setelah manusia di lahirkan kulitnya segera

terkontaminasi oleh berbagai jasad renik. Banyak jasad renik yang hidup dan tinggal di permukaan kulit manusia karena suasana hidup yang cocok, baik suhu,

kelembapan, atau keasaman (pH), atau makanan yang dibutuhkan jasad renik berasal dari sel keratin yang lepas (berisi protein), lemak di permukaan kulit yang diprosuksi oleh kelenjar palit kulit (berisi lipid-lipid) atau air, garam, dan gula yang berasal dari

kelenjar kerinagt ekrin atau apokrin (Wasitaatmadja, 1997). 2.3.6 Mekanisme Pertahanan Kulit

Mekanisme pertahan tubuh untuk melindungi kulit terhadap jasad renik

ternyata bermacam-macam caranya. Mekanisme itupun bersifat umum karena tidak dapat memisahkan apakah jasad renik tersebut pathogen atau tidak.

I. Keasaman Kulit

Permukaan kulit mempunyai keasaman (pH) tertentu yang berkisar antara 4,5-6,0 yang di bentuk oleh asam lemak permukaan kulit (skin surface lipid) yang berasal

(50)

Keasaman serendah itu tentu tidak cukup untuk mempertahankan diri dari seluruh jasad renik.

II. Pengelupasan (Deskuamasi) Kulit

Mekanisme yang terjadi dalam pergantian sel kulit secara terus-menerus dari sel basal ke sel tanduk yang kemudian terlepas (keratinisasi) tidak saja berguna untuk

memperbaharui sel-sel yang aus dan tua tetapi juga sekaligus untuk melepas jasad renik yang menempel di tempat itu. Berbeda dengan mekanisme kimiawi diatas, mekanisme fisik ini sangat bergantung pada kecepatan proses keratinisasi yang terjadi

apakah seimbang dengan kecepatan tumbuh dan mobilisasi jasad renik. III. Kekeringan Sel Keratin

Konsentrasi air di dalam sel keratin yang relative rendah (< 15%) sangat tidak nyaman untuk pertumbuhan jamur dan berbagai bakteri (Wasitaatmadja, 1997).

2.4 Kosmetik

2.4.1 Defenisi Kosmetik

Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,

pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Menurut Tranggono sambil mengutip Jellinek dkk (1970)

perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Djajadisastra, 2005).

Sejak tahun 1938, di Amerika Serikat dibuat Akta tentang definisi kosmetika

yang kemudian menjadi acuan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/

Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 yang menyatakan bahwa “Kosmetika

(51)

dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan kedalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat”.

Defenisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit (Wasitaatmadja, 1997).

Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin

bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki

bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Retno, 2011).

Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti ketrampilan

menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,

kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau

badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).

Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut “kosmetologi”, yaitu ilmu yang

berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek, dan efek

(52)

dermatologi. Dalam disiplin ilmu darmatologi yang menangani khusus peranan

kosmetika disebut “dermatologi kosmetik” (cosmetic dermatology)

(Wasitaatmadja,1997).

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis kosmetik tertentu, bukan hanya obat. Selama kosmetik tersebut tidak mengandung

bahan berbahaya yang secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri. Contoh: preparat antiketombe, antiperspirant, deodoran, preparat untuk mempengaruhi warna

kulit (untuk memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat antijerawat, preparat pengeriting rambut dan lain-lain.

2.4.2 Penggolongan Kosmetik

Dewasa ini terdapat ribuan kosmetika di pasar bebas. Kosmetika tersebut adalah produk pabrik kosmetika di dalam dan luar negeri yang jumlahnya telah

mencapai angka ribuan. Data terakhir menunjukkan lebih dari 300 pabrik kosmetika terdaftar secara resmi di Indonesia dan di perkirakan adasejumlah dua kali lipat pabrik kosmetika yang tidak terdaftar secara resmi yang berupa usaha rumahan atau

klinik kecantikan.

Kosmetik dapat digolongkan berdasarkan kegunaan bagi kulit :

1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic)

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya : sabun , susu pembersih wajah, dan penyegar kulit (freshner)

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer),misalnya :mouisturizer

(53)

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya : sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya : scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver)

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini berfungsi untuk merias atau menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan peran

zat pewarna dan pewangi sangat besar. 3. Kosmetik pewangi/parfum

Termasuk dalam golongan ini : a) Deodoran dan antiperspirant; b) After sahve lotion; dan c) Parfum dan eau de toilette.

Dengan penggolongan yang sangat sederhana ini, setiap jenis kosmetika akan

dapat dikenal kegunaannya dan akan menjadi bahan acuan bagi konsumen di dalam bidang kosmetologi. Penggolongan ini juga dapat menampung setiap jenis sediaan kosmetika (bedak, cairan, krim, pasta, semprotan, dan lainnya) dan setiap tempat

pemakaian kosmetika (kulit, mata, kuku, rambut, seluruh badan, alat kelamin, dan lainnya (Iswari, 2007).

2.4.3 Bahan dan Komposisi Kosmetik

2.4.3.1 Bahan Kosmetika

Pada umumnya kosmetika terdiri dari berbagai macam bahan, yang

Gambar

Gambar 2.2 Akne kosmetika. Tampak papula-papula akibat sifat komedogenik pembersih muka
Tabel 2.1 Bahan Kosmetika yang Sering Menimbulkan Efek Samping
Tabel 4.1 Komposisi pada kemasan produk krim malam
Tabel 4.1 Karakteristik produk krim malam
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah krim pemutih wajah tidak terdaftar mengandung merkuri (Hg) dan mengetahui jumlah kadar merkuri (Hg) pada krim pemutih

Gangguan terhadap sistem saraf dapat terjadi dengan atau tanpa diikuti oleh gangguan pada lambung dan usus.Ada dua bentuk gejala umum yang dapat dilihat bila

Daftar Bahan Yang Tidak Di Izinkan Dalam Kosmetika.. Sumber : Buku Penuntun Ilmu Kosmetika

Tujuan Penelitian : Untuk mengidentifikasi kandungan asam retinoat dalam sediaan krim pemutih wajah yang dijual bebas di wilayah Purwokerto dan Untuk mengetahui kadar

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kosmetik krim pemutih wajah yang dianalisis yakni krim yang memiliki kode A1 mengandung merkuri, sedangkan krim dengan

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kosmetik krim pemutih wajah yang dianalisis yakni krim yang memiliki kode A1 mengandung merkuri, sedangkan krim dengan

untuk wajah tersebut yang paling banyak digunakan oleh para wanita adalah krim..

Kandungan logam Pb, Cd dan Hg dalam sampel krim pemutih wajah (krim siang dan malam) sebagian besar di atas ambang batas yang telah ditetapkan oleh peraturan Badan Pengawas