• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan Marketing Mix Dalam Upaya Meningkatkan Volume Penjualan Produk Jasa Asuransi (Studi Pada AJB Bumiputera Cabang Kisaran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kebijakan Marketing Mix Dalam Upaya Meningkatkan Volume Penjualan Produk Jasa Asuransi (Studi Pada AJB Bumiputera Cabang Kisaran)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

Kerangka teori merupakan sesuatu yang dapat dijadikan acuan dalam

menginterpretasikan suatu permasalahan. Penelitian yang memenuhi standar

ilmiah haruslah menyertakan kajian teori atau perspektif teoritik yang dipandang

relevan untuk membantu memahami atau menjelaskan fenomena yang diteliti

(Bungin, 2003:45). Menurut Subagyo (2004:20) teori adalah sarana pokok untuk

menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun nature yang ingin

diteliti. Sedangkan menurut Snelbecker (dalam Moleong, 2006:55) teori adalah

seperangkat proposisi yang berinteraksi secara sintaksi yang berfungsi sebagai

wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. Dari

beberapa penjelasan yang telah dipaparkan maka pada dasarnya teori yang

merangkai beberapa fenomena atau gejala sosial secara sistematis sehingga

terbentuk suatu ilmu yang mempunyai pengertian dalam menginformasikan suatu

pandangan.

Berdasarkan rumusan diatas maka penulis akan mengemukakan teori,

gagasan, dan pendapat yang memiliki relevansi dengan pembahasan dan akan

(2)

2.1 Analisis Kebijakan 2.1.1 Analisis

Menurut Yoder (dalam Mangkunegara, 2001:13) analisis adalah prosedur

melalui fakta-fakta yang berhubungan dengan setiap pengamatan yang diperoleh

dan dicatat secara sistematis. Berdasarkan penjelasan tersebut pada dasarnya

Analisis merupakan aktivitas untuk menciptakan pengetahuan, oleh karena itu

analisis diperlukan untuk mengetahui kekurangan apa saja yang dihadapi dalam

suatu aktivitas.

Menurut Halim (2002:40) analisis dapat dilihat sesuai dengan kegunaannya

yaitu:

1. Analisis Teknikal

Analisis Teknikal adalah analisis yang dimulai dengan cara

memperhatikan instansi itu sendiri dari waktu ke waktu.

2. Analisis Kekuatan Relatif (Relative Strength Analysis)

Analisis Kekuatan Relatif adalah analisis yang berupaya

mengidentifikasikan masalah yang memiliki kekuatan relative terhadap

masalah lain.

3. Analisis Fundamental

Analisis Fundamental adalah suatu sekuritas yang memiliki nilai

intrinsik tertentu (nilai tingkah lakunya). Nilai intrinsik suatu sekuritas

ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya.

faktor tersebut dapat dari instansi, analisis ini akan membandingkan

(3)

menentukan apakah sudah dapat diterapkan atau belum. Analisis ini

akan memahami dan akhirnya mengevaluasi kinerja pegawai yang

diterapkan.

4. Analisis Instansi Individual

Analisis Instansi Individual adalah analisis yang dilakukan dengan

mengamati kinerja fungsi-fungsi instansi dan kepemimpinan para

pegawai. Analisis ini akan mengetahui perkembangan dan kondisi

kinerja pegawai.

2.1.2 Kebijakan

Kebijakan pada dasarnya suatu tindakan yang mengarah kepada tujuan

tertentu dan bukan hanya sekedar keputusan untuk melakukan sesuatu. Untuk itu

setiap perusahaan tentunya akan membuat kebijakan tersendiri dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, termasuk perusahaan asuransi yang akan bersaing

memasarkan produknya tentu penting adanya kebijakan manajemen perusahaan

untuk meningkatkan volume penjualan asuransi. Menurut Assauri (2007:197)

kebijakan pemasaran adalah kegiatan pemasaran dengan menetapkan garis-garis

besar pedoman atau panduan umum perusahaan dalam bidang pemasaran.

Kebijakan pemasaran tentunya sejalan dengan konsep pemasaran yang

menekankan pemberian pelayanan yang memuaskan kepada konsumen, melalui

kegiatan pemasaran yang terpadu dan memungkinkan diperolehnya keuntungan

(4)

Menurut Anderson (dalam Subarsono, 2005:12) ada beberapa proses

menetapkan kebijakan yaitu, formulasi masalah, formulasi kebijakan, penentuan

kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

1. Menurut Anderson (dalam Subarsono, 2005:12) Formulasi masalah yaitu

proses penentuan apa yang menjadi titik permasalahan dan bagaimana

masalah tersebut bisa terjadi.

2. Menurut Dunn (2003:132) formulasi kebijakan yaitu pengembangan dan

sintetis terhadap alternatif-alternatif pemecahan masalah.

3. Penentuan kebijakan menurut Anderson (dalam Subarsono, 2005:13)

adalah proses penentuan isi dari kebijakan yang ditetapkan dan penentuan

elemen yang melakukan kebijakan tersebut.

4. Implementasi kebijakan Menurut Dunn (2003:132) yaitu pelaksanaan

pengendalian aksi-aksi kebijakan dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Edwards (dalam Subarsono, 2005:90) implementasi kebijakan

dipengaruhi 4 hal antara lain:

1) Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan, pelaksana harus mengetahui

apa yang dilakukan dan apa yang menjadi tujuan dan sasaran

kebijakan sehingga mengurangi distorsi implementasi.

2) Sumberdaya

Hal ini menyangkut dengan kemampuan atau sember daya manusia

(5)

3) Disposisi

Watak atau karateristik yang dimiliki oleh implementor seperti

komitmen, kejujuran dan sebagainya.

4) Struktur Birokrasi

Yaitu struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan

kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

implementasi kebijakan.

5. Evaluasi kebijakan menurut Menurut Dunn (2003:132) adalah prosedur

analisis kebijakan yang digunakan untuk menghasilkan informasi

mengenai nilai atau manfaat dari serangkaian aksi dimasa lalu atau dimasa

depan.

Ada beberapa tujuan evaluasi menurut Subarsono (2005:120) antara lain:

1) Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan serta mengukur tingkat

efisiensi suatu kebijakan.

2) Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan serta

dampak suatu kebijakan.

3) Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan yang digunakan

sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.

2.1.3 Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan menurut Dunn (2003:44) adalah suatu aktivitas

intelektual dan paraktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai

(6)

Secara historis tujuan analisis kebijakan yaitu menyediakan informasi bagi

pembuat kebijakan untuk dijadikan bahan pertimbangan yang nalar guna

menemukan pemecahan masalah kebijakan.

Menurut Dunn (2003:21) ada lima prosedur analisis kebijakan antara lain:

1. Perumusan masalah

Yaitu menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

menimbulkan masalah kebijakan.

2. Peramalan

Menyediakan informasi mengenai konsekuensi di masa mendatang dari

penerapan alternatif kebijakan.

3. Rekomendasi

Menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relatif dari

konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah.

4. Pemantauan

Menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu dari

diterapkannya alternatif kebijakan.

5. Evaluasi

Menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekuensi

pemecahan atau pengatasan masalah.

Lima prosedur analisis kebijakan tersebut akan menghasilkan informasi

masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan

(7)

bahwa analisis kebijakan merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui

penelitian atau penyelidikan sebuah sebab akibat dari suatu kebijakan yang

mampu memberikan jalan keluar dari berbagai macam alternatif program serta

kinerja kebijakan.

2.2 Marketing Mix

Peran pemasaran berubah seiring dengan kesadaran akan pentingnya

pelanggan bagi suatu perusahaan. Pemasaran dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan yang mengusahakan agar produk yang dipasarkannya itu dapat diterima

dan disenangi oleh pasar (Gitosudarmo, 2000:1). Dari penjelasan diatas dapat kita

amati bahwa pemasaran adalah sesuatu yang sangat penting bagi kemajuan

perusahaan, karena adanya paradigma baru bahwa tujuan perusahaan adalah

pemuasan konsumen, tentunya hal itu akan berefek secara otomatis pada

peningkatan laba bagi perusahaan atas barang yang ditawarkan kepada konsumen.

Maka setiap perusahaan berupaya keras untuk memformulasikan strategi

pemasarannya untuk menghadapi persaingan dalam dunia bisnis.

Karena adanya paradigma modern mengenai pemasaran maka melahirkan salah

satu konsep utama dalam pemasaran modern yang disebut marketing mix (dalam

Angipora, 1999 :24).

Menurut Assauri (2007:198) marketing mix ialah kombinasi variabel atau

kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat

dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau

(8)

dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan

konsumen dalam pasar sasarannya.

Selain pandangan tersebut menurut Sunarto (2006:9) marketing mix yaitu

seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk terus menerus mencapai tujuan

pemasarannya di pasar sasaran. Dari penjelasan tersebut dapat dianalisis bahwa

marketing mix merupakan suatu sistem yang memiliki keterkaitan antara satu

dengan yang lain yang bertujuan untuk mempengaruhi permintaan pasar akan

produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Menurut Assauri (2007:199) ada empat

unsur strategi marketing mix yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang

lain yaitu produk (product), harga (price), promosi (promotion), tempat (place).

Namun keempat unsur tersebut masih dirasa kurang mencakupi untuk diterapkan

pada produk jasa. Para ahli pemasaran menambahkan beberapa unsur lagi, yaitu

orang (people), proses (proses), dan pelayanan pelanggan (customer service).

Beberapa penulis memasukkan bukti-bukti fisik (physical evidence) sebagai

tambahan 4P (Lupiyoadi, 2001:58). Kemudian disini akan dibahas tiap-tipa unsur

yang ada di dalam marketing mix tersebut.

2.2.1 Produk (Product)

Ketika dalam kondisi persaingan sangat berbahaya bagi suatu perusahaan

bila hanya mengandalkan produk yang ada tanpa adanya usaha tertentu untuk

pengembangannya, oleh karena itu ketika perusahaan dalam sebuah persaingan

harus terus melakukan inovasi atau menciptakan produk baru untuk meningkatkan

(9)

konsumen. Menurut Assauri (2007:200) produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan kepada pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan, atau

dikonsumsi yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat,

organisasi dan gagasan atau buah fikiran.

Dalam strategi marketing mix strategi produk merupakan unsur yang

paling penting, karena dapat mempengaruhi strategi pemasaran lainnya. Pemilihan

jenis produk yang akan dihasilkan dan dipasarkan akan menentukan kegiatan

promosi yang dibutuhkan serta penentuan harga dan cara penyalurannya.

Tujuan utama strategi produk adalah untuk dapat mencapai sasaran pasar yang

dituju dengan meningkatkan kemampuan bersaing atau mengatasi persaingan.

Menurut Assauri (2007:202) produk yang dibeli konsumen itu dapat dibedakan

atas tiga tingkatan yaitu:

1. Produk inti (core product) yang merupakan inti atau dasar yang

sesungguhnya dari produk yang ingin diperoleh atau didapatkan oleh

seorang konsumen dari produk tersebut.

2. Produk formal (formal product) yang merupakan bentuk, model,

kualitas, merek atau kemasan yang menyertai produk.

3. Produk tambahan (augemented product) adalah tambahan produk formal

dengan berbagai jasa yang menyertai.

Untuk tetap dapat melakukan persaingan setiap perusahaan terus menerus

melakukan pengembangn produk maupun melakukan difersifikasi yang bertujuan

tetap meningkatkan volume penjualan atas produk tersebut. Pada dasarnya

(10)

pengembangan produk sementara produk lama secara ekonomis masih dapat

dipertahankan. Strategi ini diperlukan juga dalam rangka memperoleh keuntungan

yang lebih besar dari suatu jenis produk tertentu dengan mengorbankan

keuntungan dari jenis produk lain. Selain itu untuk meningkatkan volume

penjualan suatu perusahaan biasanya memproduksi bermacam-macam produk

untuk pasar-pasar yang baru.

Menurut Assauri (2007:218) terdapat beberapa pertimbangan dalam mengadakan

difersifikasi produk oleh suatu perusahaan antara lain:

1. Agar perusahaan tidak tergantung pada satu pasar saja sehingga

kekhawatiran perusahaan tentang kejenuhan pasar tidak akan terjadi.

2. Adanya kesempatan menghasilkan produk baru dapat mendatangkan

hasil keuntungan yang lebih baik.

3. Adanya sinergi dimana penambahan produk baru akan menimbulkan

biaya tetap atau lebih rendah.

4. Adanya kegiatan dalam pengembangan produk yang dapat

menghasilkan atau menemukan produk baru.

Pelaksanaan strategi difersifikasi produk membutuhkan adanya penelitian

yang mendalam mengenai tiap produk yang akan diproduksi, sehingga diperoleh

keyakinan akan dapat diperolehnya tingkat keuntungan yang diharapkan. Ketika

perusahaan melakukan pengembangan produk ada faktor-faktor yang dapat

mendorong yang bersifat internal maupun ekstrnal adapun faktor-faktor tersebut

menurut Assauri (2007:220) adalah:

(11)

1. Terjadinya kelebihan kapasitas dalam perusahaan yang perlu

diperhatikan, sehingga untuk menghindarinya perlu dilakukan analisis

sebab-sebabnya dan berusaha mencari penyelesainnya dengan

pengembangan produk.

2. Adanya hasil sampingan yang mungkin masih dapat dibuat dalam suatu

jenis produk lain.

3. Adanya usaha untuk menggunakan bahan yang sudah ada dalam

memproduksi suatu produk yang mempunyai nilai yang tinggi.

Faktor eksternal:

1. Adanya persaingan yang ketat dengan produk saingan, dimana terlihat

produk saingan lebih unggul.

2. Adanya usaha untuk menjadi leader dalam jenis produk tertentu,

disamping untuk menaikkan prestise.

3. Adanya kemunduran dalam permintaan terhadap produk yang sudah

ada, terutama karena adanya perbedaan harga dengan produk lain yang

lebih murah.

Ketika perusahaan melakukan pemasaran terhadap produk yang dihasilkan tentu

adanya fluktuasi volume penjualan dalam sewaktu-waktu hal itu dikarenakan

adanya siklus usaha produk (product life cycle) yang terdiri dari empat tahap

yaitu:

Tahap pengenalan (introduction) pada tahap ini produk baru saja

diperkenalkan ke pasar, sehingga belum diperoleh laba yang berarti karena

(12)

Tahap pertumbuhan (growth) pada tahap ini produk sudah mulai dikenal

dan diterima pasar dengan cepat sehingga terdapat peningkatan kenaikan laba

yang terus-menerus.

Tahap pematangan (maturity) pada tahap ini nilai lambat perkembangannya,

karena produk tersebut walaupun sudah cukup dikenal, tetapi terdapat produk

saingan yang memasuki pasar sehingga perolehan laba cenderung menurun.

Tahap penurunan (decline) pada tahap ini penjualan terus menurun dan laba

cenderung tidak diperoleh lagi, sehingga dihadapi kerugian.

Inilah gambaran secara umum mengenai salah satu elemen dari marketing mix

yaitu produk yang tentunya dibutuhkan strategi dan pengembangan khusus dalam

memenangkan persaingan sehingga siklus produk tersebut dapat dimaksimalakan

dalam meningkatkan volume penjualan demi tercapainya laba perusahaan.

2.2.2 Harga (Price)

Salah satu elemen marketing mix adalah harga (price), dalam penetapan

harga tentunya dibutuhkan analisis yang matang sehingga harga dapat dijadikan

keunggulan suatu produk yang dihasilakan perusahaan. Menurut Stanton (dalam

Angipora, 1999:174) harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk

memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang

menyertainya. Sedangkan menurut Carthy (dalam Angipora, 1999:174) harga

adalah apa yang dibebankan terhadap sesuatu. Pada dasarnya penetapan harga

suatu barang atau jasa oleh perusahaan memberikan pengaruh terhadap

(13)

penentuan kebijakan harga akan mempengaruhi pasar produk tersebut selain itu

harga dapat mempengaruhi posisi persaingan perusahaan dan mempengaruhi

market sharenya. Kemudian harga akan memberikan hasil maksimal dengan

menciptakan sejumlah keuntungan dan pendapatan bersih, pada akhirnya harga

juga akan dapat mempengaruhi program pemasaran perusahaan karena ketika

perusahaan akan melakukan program pemasaran tentunya akan melakukan

segmentasi terhadap produk yang akan dipasarkan menurut harga yang

ditawarkan. Ketika perusahaan melakukan penetapan kebijakan terhadap harga

tentunya memiliki tujuan, menurut Anggipora (1999:177) tujuan penetapan harga

yaitu:

1. Mendapatkan laba maksimal

2. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian

pada penjualan bersih

3. Mencegah atau mengurangi persaingan

4. Mempertahankan atau memperbaiki market share

Dengan penjelasan esensi harga dan tujuan harga maka ketika perusahaan

akan melakukan penetapan harga tentu harus mealukan prosedur penetapan harga

karena harga akan mempengaruhi peningkatkan penjualan produk yang dihasilkan

perusahaan. Menurut Anggipora (1999:177) prosedur penetapan harga antara lain:

1. Mengestimasi permintaan atas produk tersebut

Pada tahap ini perusahaan perlu membuat estimasi permintaan produk

yang dihasilkan secara total, hal ini dilakukan untuk mencari titik pulang

(14)

2. Mengetahui lebih dahulu reaksi dalam persaingan

Kebijakan penentuan harga tentu harus memperhatikan kondisi persaingan

yang ada di pasar sehingga dapat diputuskan penetapan harga yang tepat

dan menguntungkan untuk mendapatkan market share.

3. Menentukan market share yang dapat diharapkan

Ketika akan melakukan penetapan kebijakan harga tentunya harus

diketahui market share yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan

volume penjualan dan penetapan harga akan tepat pada sasaran.

4. Memilih strategi harga untuk mencapai target pasar

Dalam penentuan harga tentunya memiliki strategi harga tersendiri seperti

strategi penetapan harga penyaringan yang dilakukan dengan penetapan

harga yang setinggi-tingginya yang bertujuan untuk menutupi biaya

penelitian pengembangan dan promosi. Selain itu ada strategi penetapan

harga penetrasi yaitu dengan penetapan harga yang serendah-rendahnya

untuk mencapai pasar masal secara cepat yang bertujuan untuk mencapai

volume penjualan yang sebesar-besarnya dalam waktu relatif singkat.

5. Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan

Tahapan ini dilakukan dengan Mempertimbangkan politik pemasaran

perusahaan dengan melihat produk, sistem distribusi dan program

promosinya.

Inilah gambaran teoritis mengenai elemen harga dalam marketing mix yang dapat

(15)

2.2.3 Tempat (place)

Salah satu unsur merketing mix adalah saluran pemasaran (place) yang

juga digunakan perusahaan sebagai salah satu strategi dalam memasarkan

produknya baik dari kemudahan akses konsumen untuk mendapatkan atau

melakukan transaksi atas produk yang dimiliki perusahaan. Menurut Laksana

(2008:123) saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang terkait dalam

semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status

pemilikannya dari produsen ke konsumen. Jika dilihat dari fungsi strategisnya

maka saluran distribusi memiliki fungsi antara lain:

1. Penelitian (research) yaitu pengumpulan informasi penting untuk

perencanaan dan melancarkan pertukaran.

2. Promosi (promotional) sebagai pengembangan dan penyebaran

komunikasai yang persuasif mengenai penawaran.

3. Contak (contact) berfungsi mencari dan menjalin hubungan dengan calon

pembeli.

4. Penyelarasan (matching) mempertemukan penawaran sesuai dengan

permintaan pembeli.

5. Negosiasi (negotiation) untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga

dan hal-hal lain sehubungan dengan penawaran sehingga perpindahan hak

pemilikan bisa dilaksanakan.

6. Distribusi fisik (physical distribution) transportasi dan penyimpanan

(16)

7. Pembiayaan (financing) permintaan dan penyebaran dana untuk menutup

biaya dari saluran pemasaran tersebut.

8. Pengambilan resiko (risk taking) perkiraan mengenai risiko sehubungan

dengan pelaksanaan pekerjaan saluran itu.

Dalam memasarkan produk perusahaan memiliki beberapa tingkatan saluran

pemasaran (place) yaitu dapat dilakukan dengan melakukan penjualan langsung

kepada konsumen sehingga konsumen dapat mendaptakan informasi dan

kedekatan terhadap produk maupun perusahaan, selain itu dapat juga dilakukan

dengan satu perantara penjulan kepada konsumen hal ini tentunya bertujuan

mengefektifkan kegiatan pemasaran perusahaan dalam melakukan perantara

penjualan kepada konsumen juga dapat dilakukan dengan lebih dari satu perantara

artinya dapat dua perantara, maupun tiga perantara dan seterusnya tentunya selain

memiliki efektifitas kegiatan pemasaran juga dapat membantu perluasan pasar

dari segi kuantitas konsumen yang harapannya tentu dalam rangka peningkatan

volume penjualan perusahaan atas produk yang dihasilkan.

Untuk menyalurkan, menyebarkan, dan menyampaikan produk secara cepat

dan tepat tentulah harus diketahui dimana tempat konsumen itu berada. Tanpa

mengetahui tempat konsumen yang ditargetkan tentu akan sulit penyaluran

produk tersebut. Untuk itu ada bebrapa jenis saluran distribusi menurut

Gitosudarmo (2000:254) antara lain:

1. Distribusi intensif

Merupakan cara distribusi dimana barang yang dipasarkan itu diusahakan

(17)

menjangkau semua lokasi dimana calon konsumen itu berada. Karena

letak wilayah maupun geografis konsumen berada begitu luas untuk

menjangkaunya maka dibutuhkan tempat pendistribusian yang merata

yang dapat dijangkau konsumen.

2. Distribusi selektif

Merupakan cara distribusi dimana produk hanya disalurkan oleh beberapa

penyalur saja yang terpilih atau selektif. Jadi dalam hal ini jumlah

penyalur sangat terbatas dan biasanya dengan melakukan seleksi terhadap

skala prioritas dalam penyaluran produk kepada konsumen.

3. Distrubusi eksklusif

Merupakan bentuk penyaluran yang hanya menggunakan penyalur yang

sangat terbatas jumlahnya, bahkan pada umumnya hanya ada satu penyalur

tunggal untuk satu daerah tertentu.

Dari berbagai penjelasan teoritis dari salah satu unsur marketing mix yaitu

saluran pemasaran (place) pada dasarnya bertujuan untuk menyampaikan produk

ke tangan konsumen dengan harapan terus adanya peningkatan volume penjualan

dengan adanya saluran pemasaran yang memadai.

2.2.4 Promosi (promotion)

Produk yang sudah direncanakan dengan baik serta telah ditentukan serta

telah ditentukan harga jualnya secara tepat, belum menjamin keberhasilan

pemasaran terhadap produk tersebut. Hal itu disebabkan karena apabila produk

(18)

konsumen maka produk tersebut tidak akan berhasil di pasar. Oleh karena itu

produk tersebut haruslah diperkenalkan kepada konsumen. Menurut Sastradipoera

(2003:188) promosi adalah setiap upaya marketing yang fungsinya untuk

memberikan informasi atau meyakinkan para konsumen aktual atau potensial

mengenai kegunaan suatu produk dengan tujuan untuk mendorong konsumen baik

melanjutkan atau memulai pembelian produk perusahaan pada harga tertentu.

Upaya untuk memperkenalkan produk kepada konsumen merupakan awal dari

kegiatan promosi, upaya tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah untuk itu perlu

dilakukan perencanaan dan pelaksanaan yang baik.

Promosi juga dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk membujuk para

calon pembeli dalam menerima, menjual kembali, merekomendasikan atau

menggunakan produk, servis atau ide yang sedang dipromosikan yang didalam

prosesnya terjadinya pula proses mempengaruhi pengetahuan, sikap, serta

perilaku pembeli. Pada dasarnya kegiatan promosi tidak boleh berhenti hanya

pada memperkenalkan produk kepada konsumen saja, akan tetapi harus

dilanjutkan dengan upaya untuk mempengaruhinya agar konsumen tersebut

menjadi senang dan kemudian membeli produk perusahaan. Oleh karena itu

menurut Gitosudarmo (2000:237) promosi adalah kegiatan yang ditujukan untuk

mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang

ditawarkan perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu

membeli produk tersebut. Adapun alat-alat yang dapat dipergunakan untuk

(19)

1. Iklan (advertensi)

Merupakan alat utama bagi perusahaan untuk mempengaruhi

konsumennya, advertansi ini dapat dilakukan oleh perusahaan lewat surat

kabar, radio, majalah, televisi, maupun dalam bentuk poster yang dipasang

beberapa tempat. Dengan membaca dan melihat advertensi itu diharapkan

para konsumen atau calon konsumen akan terpengaruh lalu tertarik untuk

membeli produk yang di advertensikan tersebut.

2. Promosi penjualan (sales promotion)

Promosi penjualan merupakan kegiatan perusahaan untuk menjajakan

produk yang dipasarkannya sedemikian rupa sehingga konsumen akan

mudah untuk melihatnya dan bahkan dengan cara penempatan dan

pengaturan tertentu maka produk tersebut akan menarik perhatian

konsumen. Biasanya promosi yang dilakukan dengan memberikan contoh

atau sampel kepada calon konsumen secara gratis dengan harapan ketika

konsumen mencobanya maka dapat membeli produk tersebut.

3. Publisitas (publication)

Publisitas merupakan cara yang biasa yang digunakan perusahaan untuk

membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen agar

mereka menjadi tahu dan menyenangi produk yang dipasarkan. Cara ini

dilakukan dengan membuat berita tentang produk suatu perusahaan melaui

berita surat kabar televisi dan seterusnya. Dengan membuat berita itu para

pembaca dan pendengar secara tidak sadar telah dipengaruhi oleh berita

(20)

pada informasi yang datang melalui bentuk iklan dan sebagainya. Pada

dasarnya publisitas merupakan suatu alat promosi yang mampu

membentuk opini masyarakat secara cepat, sehingga sering disebut

sebagai suatu usaha untuk mensosialisasikan atau memasyarakatkan

produk.

4. Penjualan tatap muka (personal selling)

Personal selling merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak

langsung dengan para calon konsumennya. Dengan kontak langsung ini

diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi yang positif antara

perusahaan dengan calon konsumennya. Dari penjelasan tersebut ada

beberapa kategori yang termasuk dalam personal selling antara lain:

a. Door to door selling

b. Mail order

c. Telephone selling

d. Direct selling

Keempat bentuk promosi tersebut haruslah dikombinasikan sedemikian rupa

sehingga akan mampu secara efektif untuk mempengaruhi konsumennya agar

menjadi tertarik membeli produk yang dipasarkan.

Pada dasarnya tugas pokok manager pemasaran tidak hanya membuat

produk yang disukai konsumen atau produk yang berkualitas tinggi dengan harga

jual yang pantas, akan tetapi harus berusaha untuk mengkomunikasikan atau

(21)

dan paparan mengenai promosi perusahaan dapat diungkapkan tujuan utama

perusahaan mengadakan promosi menurut Gitosudarmo (2000:241) adalah:

1. Untuk memberikan informasi

2. Untuk mempengaruhi (persuasif)

3. Untuk mengingatkan kembali konsumen terhadap produk perusahaan

2.2.5 Orang (people)

Dalam hubungan dengan pemasaran jasa, maka people yang berfungsi

sebagai service provider sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Oleh

karenananya semua aktor yang terlibat dalam penyajian jasa menjadi tanda-tanda

tangibel bagi konsumen berkenaan dengan jasa yang ditawarkan perusahaan. Hal

ini juga berkaitan dengan hubungan elemen perusahaan dengan konsumennya

yang menyangkut dengan bagaimana orang berpakaian, penampilan personal serta

sikap dan perilaku perusahaan terhadap konsumen akan mempengaruhi persepsi

konsumen terhadap jasa yang ditawarkan kepadanya. Pentingnya people dalam

pemasaran jasa berkaitan erat dengan internal marketing. Menurut Lupiyoadi

(2001:63) internal marketing adalah interaksi atau hubungan antara setiap

karyawan dan departemen dalam suatu perusahaan yang dalam hal ini dapat

diposisikan sebagai internal costomers dan internal supplier. Tujuan dari adanya

hubungan tersebut adalah untuk mendorong people dalam kinerja memberikan

kepuasan kepada konsumen. Menurut Lupiyoadi (2001:63) ada empat kriteria

peranan atau pengaruh dari aspek people yang mempengaruhi konsumen antara

(22)

1. Contactors, people disini berinteraksi langsung dengan konsumen dalam

frekuensi yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan

konsumen untuk membeli.

2. Modifier, mereka tidak secara langsung mempengaruhi konsumen tetapi

cukup sering berhubungan dengan konsumen misalnya resepsionis.

3. Influencers, mereka mempengaruhi konsumen dalam keputusan untuk

membeli tetapi tidak secara langsung kontak dengan konsumen.

4. Isolateds, people disini tidak secara langsung ikut serta dalam marketing

mix dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen Misalnya karyawan

bagian administrasi penjualan.

Dari penjelasan teori yang dipaparkan bahwa salah satu dari unsur marketing

mix yaitu orang (people) berperan penting dalam mempengaruhi persepsi

kosumen untuk membeli produk yang dipasarkan perusahaan kepada konsumen,

untuk itu perlu adanya kemampuan yang mempuni disetiap karyawan parusahaan

jasa dalam memasarkan produknya.

2.2.6 Proses (process)

Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari

prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal-hal rutin, dimana jasa

dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen. Proses sejumlah jasa sangat

kompleks sehingga mengharuskan konsumen untuk mengikuti serangkaian

(23)

sempurna. Menurut Lupiyoadi (2001:64) proses dapat dibedakan dalam 2 cara

yaitu:

1. Coplexity, hal ini berhubungan dengan langka-langkah dan tahap dalam

proses.

2. Divergence, berhubungan denga adanya perubahan dalam langkah atau

tahap proses.

Sehubungan dengan dua cara tersebut terdapat empat pilihan yang dapat dipilih

oleh marketer, antara lain:

1. Reduced divergence, dalam hal ini berarti terjadi pengurangan biaya,

peningkatan produktivitas dan kemudahan distribusi.

2. Increased divergence, berarti memperbanyak kustomisasi dan fleksibilitas

dalam produksi yang dapat menimbulkan naiknya harga.

3. Reduced coplexity, berarti cenderung lebih terspesialisasi.

4. Increased coplexity, berarti lebih cenderung ke penetrasi pasar dengan cara

menambah services yang diberikan.

2.2.7 Pelayanan pelanggan (customer services)

Customer service pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai outcome dari

kegiatan distribusi dan logistik, dimana pelayanan diberikan kepada konsumen

untuk mencapai kepuasan. Costomer services meliputi aktivitas untuk

memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pra transaksi, saat

transaksi, dan paska transaksi. Kegiatan sebelum transaksi akan turut

(24)

pendahuluannya harus sebaik mungkin sehingga konsumen memberikan respon

yang positif dan menunjukkan loyalitas yang tinggi.

Menurut Lovelock (dalam Lupiyoadi, 2001:64) customer service strategy

mencakup beberapa hal sebai berikut:

1. Identifikasi misi jasa

2. Penentuan sasaran dari customer service

3. Perumusan strategi customer service

4. Implementasi

2.2.8 Bukti fisik jasa

Ketika konsumen mempunyai sedikit bekal untuk menilai kualitas aktual

jasa konsumen akan mengandalkan tanda-tanda dari bukti fisik. Bukti jasa

mencakup representasi tangibel tentang jasa, dan bukti fisik mencakup semua

aspek fasilitas fisik organisasi yaitu lingkungan yang diciptakan, buatan manusia,

lingkungan fisik jasa. Demikian juga bentuk-bentuk tangibel lain yang mencakup

nota, surat-surat, kartu bisnis, garansi jasa, dan harga. Menurut Yazid (2005:137)

bukti fisik memiliki peran yaitu:

1. Bukti fisik berperan sebagai paket dari jasa yang ditawarkan kepada

konsumen artinya bukti fisik akan memberikan image melalui transaksi

yang kompleks dengan konsumen.

2. Fasilitator untuk tindakan-tindakan individual maupun interdependen dari

orang-orang yang berada di lingkungan konsumen dan karyawan

(25)

3. Membantu sosialisasi baik konsumen maupun karyawan dalam melakukan

peran-peran tertentu yang diharapkan untuk berperilaku sosial tertentu

dalam membangun hubungan antara konsumen dan karyawan.

Selain memiliki peran dan karena sifat jasa relatif intangibel strategi untuk

pengelolaan bukti jasa sangat penting. ada bebrapa strategi-strategi untuk bukti

fisik menurut Yazid (2005:147) yaitu:

1. Memahami dampak strategik bukti jasa

Bukti fisik dapat memainkan peran yang sangat jelas dalam menentukan

kualitas harapan dan persepsi yang diciptakan dibenak konsumen, oleh

karena itu perlu pemahaman akan dampak bukti fisik.

2. Memetakan bukti jasa

Setiap orang harus mengetahui proses jasa dan elemen-elemen bukti yang

ada. Salah satu cara yang efektif dalam menggambarkan bukti jasa adalah

melalui peta, atau cetakan biru jasa.

3. Memperjelas peran bukti fisik jasa

Memperjelas peran yang harus dimainkan oleh bukti fisik jasa pada situasi

tertantu akan membantu mengidentifikasi kesempatan-kesampatan dan

memutuskan dengan siapa keputusan akan dikonsultasikan.

4. Menilai dan mengidentifikasi kesempatan-kesempatan bukti

Bukti fisik ada kemungkinan perubahan dan perbaikan dan hal itu harus di

identifikasi.

(26)

Bukti fisik jasa memerlukan modernisasi tidak secara periodik meskipun

objek perusahaan tidak berubah waktu itu sendiri akan merubah bukti

fisik, sehingga perubahan modernisasi harus dilakukan.

6. Fungsionalitas silang pekerjaan

Dalam memperkenalkan dirinya kepada konsumen perusahaan jasa selalu

mengkomunikasikan image yang diinginkan, dengan cara mengirimkan

pesan-pesan yang konsisten dan kompatibel melalui semua bentuk bukti.

Serta memberikan bukti jasa yang diinginkan dan dapat dipahami oleh

beberapa target. Dari semua unsur-unsur marketing mix, maka yang harus

diperhatikan dalam pengembangannya adalah:

1. Konsistensi, berhubungan dengan keserasian atau kecocokan dalam

penggunaan antara elemen satu dengan elemen lainnya dalam marketing

mix.

2. Integrasi, hubungan yang harmonis antara unsur-unsur marketing mix.

3. Laverage, hal ini berhubungan dengan pengoptimalan kinerja setiap

elemen secara profesional sehingga dapat mendukung marketing mix

untuk mendapatkan daya saing.

2.3 Volume Penjualan 2.3.1 Volume

Menurut Swasta (2001:31) Volume adalah suatu indikasi mengenai

luasnya kapasitas penggunaan, yang diukur dengan selisih antara fixed overhead

(27)

sesungguhnya dicapai, jika overhead tetap yang dihitung lebih rendah dari pada

yang semula dianggarkan, akan timbul varians volume yang menguntungkan yang

menunjukkan bahwa organisasi beroperasi dengan kapasitas yang lebih rendah

dari pada tingkat yang direncanakan, karena masalah ini dapat di interpretasikan

dengan berbeda-beda,maka pengertiannya harus ditetapkan menurut konteksnya.

2.3.2 Penjualan

Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting

bagi perusahaan dalam mencapai sebuah tujuan perusahaan yaitu memperoleh

laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Swastha (2004 :

403) penjualan adalah interaksi antara individu saling bertemu muka yang

ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan

hubungan pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain. Penjualan dapat

diartikan juga sebagai usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan

barang bagi mereka yang memerlukan dengan imbalan uang menurut harga yang

telah ditentukan atas persetujuan bersama.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah suatu

proses pembuatan dan cara untuk mempengaruhi pribadi agar terjadi pembelian

(penyerahan) barang atau jasa yang ditawarkan berdasarkan harga yang telah

disepakati oleh kedua belah pihak yang terkait baik dibayar secara tunai maupun

kredit.

Kemampuan perusahaan dalam menjual produknya menentukan

(28)

menjual maka perusahaan akan mengalami kerugian. Menurut Swastha (2004 :

404) tujuan umum penjualan dalam perusahaan yaitu :

1. Mencapai volume penjualan

2. Mendapatkan laba tertentu

3. Menunjang pertumbuhan perusahaan

Menurut Basu Swasta (2001:11) Terdapat beberapa jenis penjualan yang bisa

dikenal dalam masyarakat diantaranya adalah:

1. Trade Selling

Penjualan Yang terjadi bilamana produsen dan pedagang besar

memperhasilkan pengecer untuk berusaha memperbaiki distribusi produk

mereka. Hal ini melibatkan kegiatan promosi perdagangan, persediaan dan

produk yang baru, jadi titik beratnya adalah para penjual melalui penyalur

bukan pada penjualan ke pembeli akhir.

2. Missionary selling

Penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong pembeli untuk

membeli barang dari penyalur perusahaan.

3. Technical Selling

Berusaha Meningkatkan Penjualan dan pemberian saran dan nasihat

kepada pembeli akhir dari barang dan jasa.

4. New Business Selling

Berusaha membuka transaksi baru dengan membuat calon pembeli

menjadi pembeli seperti halnya yang dilakukan perusahaan asuransi.

(29)

5. Responsive selling

Setiap tenaga penjual diharapkan dapat memberikan reaksi terhadap

permintaan pembeli melalui Roote driving and Retaining, jenis penjualan

ini tidak akan menciptakan penjualan yang besar, namun akan terjalin

hubungan pelanggan yang baik yang menjurus pada pembelian ulang.

Selain itu terdapat berbagai macam transaksi penjualan yang dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Penjualan Secara Tunai

Penjualan yang bersifat “Cash And Carry” dimana penjualan setelah

terjadi kesepakatan harga antara penjual dengan pembeli, pembeli

langsung menyerahkan pembayaran secara tunai dan bisa langsung

dimiliki oleh pembeli.

2. Penjualan Kredit

Penjualan non cash dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan.

3. Penjualan Secara Tender

Penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memenuhi

permintaan pihak pembeli yang membuka tender.

4. Penjualan Ekspor

Penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negri yang

mengimpor barang yang biasanya menggunakan fasilitas Letter of Credit

(30)

5. Penjualan Secara Konsinyasi

Penjualan Barang secara “titipan” kepada pembeli yang juga sebagai

penjualan apabila barang tersebut tidak terjual maka akan dikembalikan

pada penjual.

6. Penjualan Secara Grosir

Penjualan yang dilakukan tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui

pedagang perantara yang menjadi perantara pabrik atau importir dengan

pedagang eceran.

Menurut Swasta (2001:129) Dalam kenyataanya sebuah kegiatan penjualan

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar,

beberapa faktor tersebut antara lain :

1. Kondisi dan Kemampuan Pasar

Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil mencapai

sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tertentu, penjual harus

memahami masalah penting yang sangat berkaitan yaitu:

a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan

b. Harga Pokok

c. Syarat Penjualan Seperti pembayaran, Perantaraan garansi dan

sebagainya.

2. Kondisi Pasar

Hal yang diperhatikan pada kondisi pasar antara lain :

a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar

(31)

b. Kelompok pembeli dan segmen pasarnya

c. Daya beli

d. Frekuensi pembeliannya

e. Keinginan Dan Kebutuhan

3. Modal

Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target penjualan

yang dianggarkan seperti untuk :

a. Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan

b. Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan

c. Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target

penjualan

4. Kondisi Organisasi Perusahaan

Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian

penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil, dimana masalah

penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain.

5. Faktor-faktor lain Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan,

kampanye, dan pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan karena

diharapkan dengan adanya faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali

(32)

2.3.3 Volume Penjualan

Volume penjualan merupakan hasil akhir yang dicapai perusahaan dari

hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Volume

penjualan tidak memisahkan secara tunai maupun kredit tetapi dihitung secara

keseluruhan dari total yang dicapai. Seandainya volume penjualan meningkat dan

biaya distribusi menurun maka tingkat pencapaian laba perusahaan meningkat

tetapi sebaliknya bila volume penjualan menurun maka pencapaian laba

perusahaan juga menurun. Menurut Kotler (2000) volume penjualan adalah

barang yang terjual dalam bentuk uang untuk jangka waktu tertentu dan

didalamnya mempunyai strategi pelayanan yang baik. Ada beberapa usaha untuk

meningkatkan volume penjualan, diantaranya adalah :

1. Menjajakan produk dengan sedemikian rupa sehingga konsumen

melihatnya

2. Menempatkan dan pengaturan yang teratur sehingga produk tersebut akan

menarik perhatian konsumen

3. Mengadakan analisa pasar

4. Menentukan calon pembeli atau konsumen yang potensial

5. Mengadakan pameran

6. Mengadakan discount atau potongan harga

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa volume

penjualan merupakan hasil dari kegiatan penjualan yang dilakukan perusahaan

(33)

2.4 Jasa Asuransi 2.4.1 Pengertian Jasa

Perkembangan zaman yang identik dengan kebutuhan yang kompleks dan

aktivitas sosial yang beragam menimbulkan beberapa kecenderungan baru dalam

masyarakat, salah satunya adalah semakin maraknya penggunaan produk jasa.

Dalam dunia bisnis, produk barang dan jasa merupakan suatu hal yang berbeda

namun memiliki kesamaan fungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Jasa dari sisi penjualan dan konsumsi memiliki perbedaan secara kontras dengan

barang. Barang adalah suatu obyek yang tangible yang dapat diciptakan dan

dijual atau digunakan dalam selang waktu tertentu. Jasa adalah intangible (seperti

kenyamanan, hiburan, kecepatan, kesenangan, dan kesehatan) dan perishable (jasa

tidak mungkin disimpan sebagi persediaan yang siapa dijual atau dikonsumsi pada

saat dikonsumsi diperlukan). Jasa diciptakan dan dikonsumsi secara simultan.

Menurut Kotler (dalam Lupiyoadi, 2001:5) jasa adalah setiap tindakan

atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Sedangkan menurut Payne (dalam Yazid, 2005:3) jasa adalah aktivitas ekonomi

yang mempunyai sejumlah elemen (nilai dan manfaat) intangibel yang berkaitan

dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen tetapi tidak

menghasilkan transfer kepemilikan.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa jasa adalah

suatu proses aktivitas dan aktivitas-aktivitas tersebut tidak berwujud serta selalu

(34)

2.4.2 Karateristik Jasa

Pada hakekatnya jasa memiliki karateristik yang digunakan sebagai alat

pemenuhan kebutuhan hidup manusia saat ini, dan hal ini mempengaruhi

kebijakan yang harus dilakukan untuk pemasaran jasa tersebut, adapaun

karateristik jasa menurut Bitner (dalam Yazid, 2005:24) antara lain:

1. Intangibilitas

Secara prinsip sifat intangibilitas jasa tidak bisa dilihat, dirasakan, dicicipi,

atau disentuh seperti yang dapat kita rasakan dari suatu barang, oleh

karena itu jasa tidak bisa disimpan dan akibatnya fluktuasi permintaan jasa

sering sulit dikendalikan. Jasa tidak bisa dipatenkan secara sah, sehingga

suatu konsep jasa akan mudah sekali ditiru pesaing. Jasa juga tidak bisa

di-display setiap saat atau dengan mudah dikomunikasikan kepada

konsumen, karena itu kualitas jasa mungkin sulit untuk dinilai oleh

konsumen. Selain dari itu penentuan harga jasa juga sulit karena biaya

pemrosesan jasa sulit dibedakan mana yang biaya tetap dan yang mana

biaya operasi.

2. Keberagaman

Jasa juga bervariasi atau heterogen sehingga jasa sulit distandarisasikan.

Sebab utama dari kesulitan itu karena untuk suatu jasa yang sama setiap

individu konsumen ingin dipenuhi keinginannya dengan cara yang

berbeda-beda sejak sebelum maupun selama jasa yang diinginkan

(35)

3. Simultanitas produksi dan konsumsi

Karateristik kaitan antara produksi dan konsumsi jasa berbeda dengan

karateristik barang. Barang biasanya dibuat dulu baru kemudian dijual dan

kemudian dikonsumsi. Sementara itu kebanyakan jasa dijual terlebih

dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara simultan.

4. Kerentanan

Jasa tidak bisa disimpan, dijual kembali, atau dikembalikan untuk sering

dikatakan jasa mudah musnah.

Menurut Griffin (dalam Lupiyoadi, 2001:6) produk jasa tidak ada yang sama satu

sama yang lain oleh karena itu untuk memahami sektor jasa ada beberapa cara

pengklasifikasian.

1. Didasarkan atas tingkat kontak konsumen dengan pemberi jasa sebagai

bagian dari sistem saat jasa tersebut dihasilkan.

2. Jasa juga bisa diklasifikasikan berdasarkan kesamaannya dengan operasi

manufaktur, Inilah karateristik dan klasifikasi jasa secara teoritis.

2.4.3 Pengertian Asuransi

Bertumpuh pesatnya industri asuransi saat ini tidak terlepas proses

dinamika dan persaingan yang terjadi baik di dunia industri maupun lapisan

masyarakat yang berefek pada, adanya paradigma bahwa setiap aktivitas yang

(36)

maupun yang tidak dapat diprediksi. Untuk itu perlu manajemen resiko yang baik

dalam berkehidupan yang bertujuan untuk meminimalisir resiko sekecil mungkin.

Pada posisi ini asuransi hadir sebagai jawaban efektif dari persoalan

tersebut, sebelum berbicara jauh mengenai asuransi ada berbagai perspektif

mengenai pengertian asuransi dari makom ilmu. Menurut Darmawi (2000:2-3)

asuransi memiliki beberapa pengertian antara lain:

Menurut pandangan bisnis asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha

utamanya menerima atau menjual jasa, pemindahan resiko dari pihak lain, dan

memperoleh keuntungan dari berbagai resiko (sharing of risk) diantara sejumlah

besar nasabahnya. Selain itu asuransi juga merupakan lembaga keuangan bukan

bank yang kegiatannya menghimpun dana (berupa premi) dari masyarakat yang

kemudian menginvestasikan dana itu dalam berbagai kegiatan ekonomi

perusahaan.

Dalam pandangan hukum asuransi adalah suatu kontrak (perjanjian)

pertanggungan resiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung

berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan resiko yang dipertanggungkan

kepada tertanggung, sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik

kepada penanggung.

Dalam pandangan ekonomi asuransi adalah suatu metode untuk

mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengombinasikan

ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial).

Dalam pandangan sosial asuransi adalah organisasi sosial yang menerima

(37)

membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota tersebut.

Atau dengan kata lain adanya proses penanggungan secara bersama setiap

kerugian yang terjadi di setiap anggotanya.

Dari pandangan matematika asuransi adalah aplikasi matematika dalam

memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan resiko.

Inilah berbagai sudut pandang yang mendefenisikan asuransi dari berbagai

perspektif, karena pada dasarnya proses aktivitas yang berkaitan dangan asuransi

menyangkut dari dimensi bisnis, hukum, ekonomi, sosial dan matematika. Untuk

itu perlu diketahui terminologi dari berbagai aspek tersebut.

Jika ditinjau dari aspek legal menurut Undang-Undang no.2 tahun 1992

tentang usaha perasuransian (Dalam Darmawi, 2000:4), Asuransi adalah

perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak penanggungnya mengikatkan

diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan

pertanggungan kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga

yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang

tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Inilah gambaran yang menjelaskan dan menerangkan gambaran umum asuransi

baik dari aspek legal maupun perspektif dari berbagai terminologi.

Jenis asuransi terdiri dari berbagai jenis dalam kesempatan ini penulis

memfokuskan pada perusahaaan asuransi jiwa, menurut Salim (2000:25) asuransi

(38)

tidak terduga yang disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya

terlalu lama. Pada prinsipnya asuransi jiwa memiliki peran ganda selain sebagai

selain sebagai perlindungan juga sebagai investasi atau tabungan.

Kebutuhan jaminan yang dapat dipenuhi oleh asuransi jiwa diantaranya adalah :

1. Kebutuhan Pribadi

Kebutuhan pribadi meliputi penyediaan biaya-biaya hidup seperti biaya

pendidikan, tunjangan keluarga, biaya yang berkaitan dengan kecelakaan,

kematian dan kerugian, biaya pembayaran tagihan berupa hutang atau

pinjaman yang harus dilunasi dan uang pensiunan. Selain itu, polis

asuransi jiwa yang memiliki nilai tunai dapat digunakan sebagai tabungan

maupun investasi.

2. Kebutuhan Bisnis

Kebutuhan bisnis seperti insurance on key persons (asuransi untuk

orang-orang penting dalam perusahaan), insurance on business owners (asuransi

untuk pemilik bisnis), employee benefit (kesejahteraan karyawan)

contohnya asuransi jiwa dan kesehatan kumpulan.

2.4.4 Manfaat Asuransi

Dalam perkembangan dunia asuransi adanya nilai pelanggan yang

diberikan perusahaan asuransi kepada pemegang polis berupa manfaat yang

didapat dari asuransi. Menurut Darmawi (2000:4-11) asuransi memiliki beberapa

(39)

1. Asuransi melindungi resiko investasi

Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, suatu perusahaan berusaha untuk

memperoleh keuntungan dalam bidang usahanya yang mana kehadiran

resiko dan ketidakpastian tidak dapat dihindarkan. Maka dari itu, asuransi

secara peran dan fungsi mengambil alih resiko tersebut. Melalui fungsi

pengambilalihan resiko dan pertanggungan, perusahaan dapat lebih fokus

dalam menjalankan aktivitas perusahaan dan mendorong dalam

pengembangan usaha-usaha kearah yang lebih kreatif.

2. Asuransi sebagai sumber dana investasi

Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi dalam jumlah

yang memadai yang pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan

sendiri. Oleh karena itu, diperlukan upaya keras untuk mengerahkan dana

masyarakat melalui lembaga keuangan bank dan non bank. Usaha

perasuransian selaku lembaga non bank yang menghimpun dana

masyarakat semakin penting peranannya sebagai sumber modal untuk

investasi di berbagai bidang.

3. Asuransi untuk melengkapi persyaratan kredit

Kreditor lebih percaya kepada perusahaan yang kegiatan perusahaannya

diasuransikan. Pemberi kredit tidak hanya tertarik dengan keadaan dan

kekayaan perusahaan saat ini melainkan bagaimana upaya dari perusahaan

dalam menghadapi resiko-resiko yang kemungkinan dapat terjadi terhadap

perusahaan.

(40)

Fungsi primer dari asuransi yaitu mengurangi kekhawatiran akibat

ketidakpastian. Dalam hal ini, asuransi berfungsi untuk membantu

mengurangi ketidakpastian beban ekonomi yang cukup besar yang

disebabkan resiko-resiko yang kemungkinan terjadi.

5. Asuransi mengurangi biaya modal

Dalam rangka menarik modal kedalam perusahaan-perusahaan yang

menanggung biaya besar, maka tingkat pengembalian atas modal yang

telah dan akan diinvestasikan harus cukup besar.

6. Asuransi menjamin kestabilan perusahaan

Melalui asuransi yang diberikan perusahaan hubungan antara karyawan

dan pimpinan akan terjalin lebih erat dan kondusif. Kebijakan asuransi

pada perusahaan diterapkan secara kelompok guna memberikan rasa aman

bagi karyawan.

7. Asuransi dapat meratakan keuntungan

Dengan berusaha menentukan biaya-biaya tak terduga dalam menghadapi

resiko melalui program asuransi, suatu perusahaan akan dapat

mempertimbangkan biaya sebagai suatu elemen total biaya. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa asuransi dapat dapat membantu dalam

meratakan keuntungan perusahaan dari tahun ke tahun.

8. Asuransi dapat menyediakan layanan profesional

Usaha-usaha untuk memberikan bantuan teknis baik kepada individu

maupun perusahaan sudah semakin disadari oleh perusahaan asuransi. Hal

(41)

operasinya dengan baik dan efisien.

9. Asuransi mendorong usaha pencegahan kerugian

Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang usaha

menyadari bahwa keberhasilan yang dicapai sangat tergantung

kemampuan mereka untuk memberikan perlindungan dengan biaya yang

cukup wajar dalam mencegah kerugian.

10. Asuransi membantu pemeliharaan kesehatan

Asuransi berfungsi untuk menghindari dan memperkecil penyebab

timbulnya kerugian yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan dan

kematian. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pengecekan kesehatan

secara berkala pada perusahaan yang menerapkan asuransi jiwa pada

karyawannya.

2.4.5 Pengertian Polis Asuransi

Dalam setiap jenis asuransi termasuk asuransi jiwa memiliki produk

asuransi yang akan dijual kepada nasabah atau pemegang polis. Menurut

Darmawi (2000:11) polis adalah suatu janji-janji yang dicantumkan dalam suatu

kontrak. Tentunya yang berkaitan dengan pihak tertanggung dan penanggung

dalam suatu perjanjian.

Ada beberapa jenis kontrak asuransi jiwa menurut Salim (2000:33) antara lain:

1. Term of life insurance

Merupakan suatu bentuk pertanggungan yang mempunyai jangka waktu

(42)

pembayaran premi lebih murah dibandingkan jenis pertanggungan jiwa

lainnya, namun kekurangannya apabila jangka waktu telah habis atau

kadaluarsa dan tidak terjadi sesuatu hal maka pemegang polis tidak bisa

menarik uangnya kembali. Biasanya jenis kontrak ini dipakai sebagai

jaminan pada pinjaman-pinjaman berjangka panjang seperti obligasi dan

sebagainya.

2. Whole life insurance

Yaitu asuransi secara permanen dimana pembayaran premi setiap tahun

sama besarnya, untuk pembayaran premi tersebut ditetapkan sekali dan

berlaku untuk seumur hidup.

3. Endowment lire insurance

Asuransi yang dibayarkan bilamana dalam jangka waktu tertentu

seseorang meninggal dunia atau ia masih tetap hidup. Pembayaran premi

lebih mahal jika dibandingkan dengan term insurance, biasanya jenis

kontrak polis ini digunakan untuk biaya pendidikan anak di kemudian hari.

4. Annuity

Annuity berbeda prinsipnya dengan asuransi biasa, annuitas bertujuan

untuk membentuk dana agar bisa digunakan pada waktu harituanya, yang

asuransi tujuannya untuk memperkecil resiko keuangan yang mungkin

(43)

2.4.6 Aspek Hukum Asuransi

Dalam pelaksanaan kegiatan asuransi memiliki aspek hukum yang

mengatur tentang hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dalam persetujuan

asuransi, yang pada dasarnya diatur oleh Undang-Undang no. 2/1992 tentang

perasuransian. Karena kontrak asuransi pada umumnya merupakan suatu ikatan

maka kitab Undang-Undang hukum perdata dan hukum dagang masih tetap

mengatur perasuransian, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang

no. 2/ 1992.

Ketika melakukan suatu perjanjian yang dituangkan ke dalam polis

asuransi memiliki prinsip hukum dalam kontrak asuransi.

Menurut Bickelhaupt (dalam Darmawi, 2000:66-71) prinsip hukum dalam kontrak

asuransi yaitu:

1. Personal Nature

Kontrak asuransi yang bersifat pribadi atau personal bukan mengikuti

harta yang diasuransikan. Hal itu berarti sesuatu yang diasuransikan itu

adalah kerugian yang diderita oleh orang bukan kerugian harta itu sendiri.

Karena itu ketika seseorang mengasuransikan rumahnya dan kemudian ia

menjual rumah itu asuransinya tidak berlaku otomatis bagi pemilik rumah

baru tersebut.

2. Conditional Nature

Kewajiban untuk melaksanakan isi kontrak baru timbul apabila pihak

kedua memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam kontrak. Jadi

(44)

membayar santunan bila syarat-syarat yang tercantum dalam kontrak

terpenuhi.

3. Strict Compliance Nature

Kontrak asuransi bersifat adhesi artinya kontrak dirumuskan oleh

penanggung. Sedangkan pihak tertanggung tidak mempunyai kesempatan

untuk merumuskan isinya dan menentukan kalimat atau kata-katanya.

Tidak ada tawar menawar, pihak tertanggung tinggal menerima atau

menolaknya.

4. Indemmnity Nature

Kebanyakan kontrak asuransi kerugian dan kontrak asuransi kesehatan

merupakan kontrak indemmnity atau kontrak penggantian kerugian.

Penanggung menyediakan penggantian kerugian untuk kerugian yang

nyata diderita tertanggung, dan tidak lebih besar dari kerugian itu. Batas

tertinggi kewajiban penanggung berdasarkan prinsip ini adalah

memulihkan tertanggung pada posisi ekonomi yang sama dengan

posisinya sebelum terjadi kerugian. Hal ini berarti jumlah yang tertulis

dalam polis bukanlah merupakan jumlah yang harus dibayarkan tetapi

menyatakan batas maksimum pembayaran.

5. Insurable Interest

Yaitu hak hubungan dengan persoalan pokok dari kontrak, seperti

menderita kerugian finansial sebagai akibat terjadinya kerusakan,

(45)

6. Hak Subrogasi (Subrogation Rights)

Hak subrogasi yaitu menempatkan beban kepada yang bertanggung jawab

memikulnya dan mencegah tertanggung mendapatkan keuntungan dengan

menagih pihak penanggung dan pihak penyebab kerugian. Penggunaan

subrogasi bervariasi diantara berbagai jenis asuransi, dalam asuransi jiwa

subrogasi tidak dipergunakan biasanya digunakan asuransi kebakaran yang

dalam membuktikan penyebab kebakaran sering kali sulit.

7. Konsep Penyembunyian (Concealment Concept)

Kontrak asuransi seharusnya dibuat berdasarkan iktikad baik. Karena itu

kedua belah pihak tidak akan mempraktekkan penyembunyian fakta pokok

resiko yang diketahuinya.

8. Konsep Representasi (Representations Concept)

Suatu pernyataan yang dibuat tertanggung kepada penanggung pada waktu

atau sebelum pembuatan kontrak. Karena hak penanggung untuk

mendapatkan pengetahuan yang lengkap tentang subjek asuransi maka

penting untuk tergantung atas pernyataan tertanggung tersebut.

9. Konsep Jaminan (Warranties Concept)

Kansep jaminan adalah informasi yang diberikan pihak tertanggung

kepada perusahaan asuransi dan kemudian memasukakan dalam perjanjian

asuaransi. Dengan kata lain Warranties adalah bagian dari kontrak itu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Nelayan di Desa Busung Panjang masih miskin walaupun sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat

• RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan

Akhirnya, mewakili Universitas Mataram, saya menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada Tim Penyusunatas kerjasama dan dedikasinya untuk penyelesaian

The focus of the experiments is to assess the advantages and dis- advantages of the automatic registration relative to manual Image- to-Geometry registration methods that are

Pada dasarnya wanita pekerja seks komersial atau purel mempunyai pengertian negatif jika dipandang oleh masyarakat, jika dikaitkan dengan judul skripsi yang akan penulis

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECK BERBASIS MEDIA FLASHCARD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERHITUNG PECAHAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD

dilakukan dengan cara meneliti kawasan mangrove lain yang masih satu garis

(Kesimpulan) Perkawinan sebelum adanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dianggap sebagai sebuah perjanjian saja, sedangkan setelah adanya Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 sudah