• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH FENOMENA RADIKALISME KEAGAMAAN D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH FENOMENA RADIKALISME KEAGAMAAN D"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

FENOMENA RADIKALISME KEAGAMAAN DI PTU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Pendidikan

Dosen Pembimbing: Dr. Hariyadi, MA

Di Susun Oleh: Ahmad Mohamad Syafii

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Fenomena Liberalismem keagamaan Di Universitas Islam” untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Pendidikan. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Dr. Hariyadi, MA selaku pembimbing mata kuliah Tafsir Pendidikan dan rekan-rekan satu kelas baik secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, pokok bahasan, kedalaman materi maupun penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 18 Maret 2017,

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan Penulisan...2

BAB II PEMBAHASAN...3

A. Pengertian Radikalisme...3

B. Radikalisme Islam dalam Tinjauan Akademik……….………..7

C. Radikalisme Islam dalam Tinjauan Historis………...7

D. Radikalisme Islam di Kalangan Mahasiswa………8

BAB III PENUTUP...20

A. Kesimpulan...20

B. Saran...21

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara garis besar gerakan radikalisme disebabkan oleh faktor ideologi dan faktor non-ideologi seperti ekonomi, dendam, sakit hati, ketidakpercayaan dan lain sebagainya. Faktor ideologi sangat sulit diberantas dalam jangka pendek dan memerlukan perencanaan yang matang karena berkaitan dengah keyakinan yang sudah dipegangi dan emosi keagamaan yang kuat. Faktor ini hanya bisa diberantas permanen melalui pintu masuk pendidikan (soft treatment) dengan cara melakukan deradikalisasi secara evolutif yang melibatkan semua elemen. Pendekatan keamanaan (security treatment) hanya bisa dilakukan sementara untuk mencegah dampak serius yang ditimbulkan sesaat. Sementara faktor kedua lebih mudah untuk diatasi, suatu contoh radikalisme yang disebabkan oleh faktor kemiskinan cara mengatasinya adalah dengan membuat mereka hidup lebih layak dan sejahtera.

Faktor ideologi merupakan penyebab terjadinya perkembangan radikalisme di kalangan mahasiswa. Secara teoretis, orang yang sudah memiliki bekal pengetahuan setingkat mahasiswa apabila memegangi keyakinan yang radikal pasti sudah melalui proses muja>dalah atau tukar pendapat yang cukup lama dan intens sehingga pada akhirnya mahasiswa tersebut dapat menerima paham radikal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Radikalisme ? 2. Bagaimana Perkembangan Radikalisme di PTU ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Radikalisme

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Radikalisme dalam Tinjauan Konsep

Radikalisme berasal dari kata radikal yang artinya besarbesaran dan menyeluruh, keras, kokoh, maju dan tajam (dalam berpikir). Biasanya radikalisme didefinisikan sebagai faham politik kenegaraan yang menghendaki adanya perubahan dan perombakan besar sebagai jalan untuk mencapai taraf kemajuan.1 Dengan pengertian yang semacam ini, radikalisme tidak mesti berkonotasi negatif.

Radikalisme yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah gerakan-gerakan keagamaan (Islam) radikal di kalangan mahasiswa yang bercita-cita ingin melakukan perubahan besar dalam politik kenegaraan dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Perubahan besar dalam politik yang dimaksud adalah mengubah bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi Negara Islam Indonesia. Kata atau istilah radikalisme dalam tulisan ini akan digunakan dengan istilah lain yang sejenis seperti istilah militan, garis keras, dan fundamentalisme. Pengertian militan kalau merujuk kepada kamus bahasa Inggris Collin Cobuild, English Dictionary for Advanced Learners 2000, bermakna seseorang atau suatu sikap yang sangat percaya pada sesuatu dan aktif mewujudkannya dalam perubahan sosial politik. Bahkan cara-cara yang digunakan sering bersifat ekstrim dan tidak bisa diterima oleh orang lain.3 Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa arti militan adalah bersemangat tinggi, penuh gairah, atau berhaluan keras.

(6)

Istilah fundamentalisme, menurut Azra, sebetulnya relatif baru dalam kamus peristilahan Islam.7 Secara historis, istilah ini muncul pertama dan populer di kalangan tradisi Barat-Kristen. Namun demikian, bukan berarti dalam Islam tidak dijumpai istilah atau tindakan yang mirip dengan fundamentalisme yang ada di Barat. Pelacakan historis gerakan fundamentalisme awal dalam Islam bisa dirujukkan kepada gerakan Khawarij, sedangkan representasi gerakan fundamentalisme modern bisa dialamatkan kepada gerakan Wahabi Arab Saudi dan Revolusi Islam Iran. Sikap yang demikian dalam memperlakukan teks keagamaan menurut Abou el-Fadl adalah sikap otoriter. Seolaholah apa yang dilakukan oleh penafsir teks lalu dianggap itulah ”kehendak Tuhan”. Menurutnya para tokoh agama sekarang ini tidak lagi berbicara tentang Tuhan, melainkan berbicara ”atas nama Tuhan” atau bahkan menjadi ”corong Tuhan” untuk menyampaikan pesan-pesan moral di atas bumi. Hal ini cukup berbahaya karena ketika terjadi perselingkuhan antara agama dan kekuasaan, maka yang muncul kemudian adalah otoritarianisme atau kesewenangwenangan penguasa.

B. Radikalisme Islam dalam Tinjauan Akademik

(7)

adalah kolonialisme Barat. Kedua dekadensi Barat. Ketiga adalah fundamentalisme Zionisme Israel. Keempat fundamentalisme Saudi Arabia.

Azyumardi Azra dalam bukunya Pergolakan Politik Islam Dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernisme mendeskripsikan tentang gerakan-gerakan radikal Islam, mulai dari aspek historis, doktrin, akar-akar ideologis, tentang jihad baik pada tataran konsep maupun prakteknya, hingga lahirnya radikalisme dalam politik yang mewujud dalam aksi-aksi terorisme baik pada tatanan lokal, regional hingga internasional.

Penelitian tentang gerakan militan dilakukan oleh S. Yunanto dkk. Mereka meneliti tentang gerakan militan Islam di Indonesia dan di Asia Tenggara mengenai bentuknya, jaringannya, keterkaitannya dengan gerakan Timur Tengah dan Afrika, dan pandangan-pandangannya tentang demokrasi, pluralisme, Islam dan negara, penerapan syari’at Islam, dan alasan-alasan melakukan tindakan kekerasan. Penelitian S. Yunanto dkk juga membongkar dugaan keterlibatan militer dalam aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh beberapa organisasi militan seperti Laskar Jihaddalam konflik Ambon. Penelitian ini menggunakan perspektif gerakan sosial politik. Penelitian S. Yunanto dkk ini menjadi rujukan sangat penting bagi penyusun karena di dalamnya disajikan datadata yang sangat menarik, otoritatif, up to date, dan tentu sangat relevan dengaan penelitian yang akan dilakukan oleh penyusun

Penelitian lain dilakukan oleh Noorhaidi Hasan yang secara khusus mengkaji organisasi Laskar Jihad. Ia menyimpulkan bahwa gerakan radikalisme Islam memiliki jaringan yang dekat dengan Timur Tengah. Hal itu dia buktikan dengan hasil penelitiannya tentang FKAWJ dalam kasus konflik Maluku. Organisasi tersebut meminta pembenaran jihad dari beberapa ulama salafi di Timur Tengah, bahkan menurut Noorhaidi, kemungkinan besar organisasi tersebut juga meminta bantuan dana dari Timur Tengah.

(8)

organisasi seperti MMI, HTI, FKAWJ, FPIS, dan lain sebagainya. Pada intinya, ideologi gerakan mereka dari awal sampai sekarang masih sama yaitu bermuara pada mendirikan Daulah Islamiyyah ( iqamat ad-daulah al-Islamiyyah ).

Peneliti sebelumnya cukup banyak meneliti tentang gerakan-gerakan radikal, fundamentalis, ekstrimis khususnya di Indonesia. Penelitian-penelitian tersebut ada yang membidiknya dengan perspektif filosofis misalnya hanya mengupas konsep, doktrin, dan gagasan-gagasan tokoh atau organisasinya. Ada juga yang melihatnya secara sosiologis dan politis, bahkan ada juga yang melihatnya dari perspektif ekonomi misalnya ketika mengaitkan antara aksi-aksi terorisme dengan persoalan minyak. Meskipun demikian, belum ada yang secara khusus membidik radikalisme di kalangan mahasiswa. Hal ini bisa dimaklumi karena memang sentuhan gerakan-gerakan radikal dengan kalangan mahasiswa baru ada belakangan khususnya ketika media ramai membicarakan indoktrinasi NII di kalangan mahasiswa dengan cara dihipnotis dan telah banyak memakan korban.

C. Radikalisme Islam dalam Tinjauan Historis

Gerakan radikalisme Islam sebenarnya merupakan ”buah” dari pemahaman skripturalistik verbalis terhadap teks-teks keagamaan yang dipaksakan untuk melegitimasi ”violence actions” dengan ”menyeru jihad menebar teror” atas nama ”Tuhan”. Pemahaman skripturalis menganggap bahwa kebenaran hanya ada di dalam teks dan tidak ada kebenaran di luar teks.

Dengan pemahaman seperti itu, gerakan radikalisme Islam biasanya meletakkan konsepsi-konsepsi teologis sebagai dasar tindakan. Konsepsi-konsepsi teologis tersebut adalah jihad (dalam pengertian yang sempit), penegakan syari’at Islam, formalisasi syari’at Islam, amar ma’ruf nahi munkar, dan mendirikan negara Islam (Khilafah/Daulah Islamiyah).

(9)

Noorhaidi kemungkinan besar organisasi tersebut juga meminta bantuan dana dari Timur Tengah.

Secara historis, gerakan radikalisme Islam di Indonesia awal dapat dilacak dari adanya ide Negara Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dengan tokoh utama, SM. Kartosuwiryo. DI/TII diproklamasikan pada tanggal 7 Agustus 1949 di Jawa Barat. Tujuan utamanya adalah mendirikan negara berdasarkan Islam dan SM Kartosuwiryo sebagai imamnya.18 Pada tanggal 20 januari 1952, DI/TII Kartosuwiryo mendapat dukungan dari Kahar Muzakkar dan pasukannya yang bermarkas di Sulawesi, kemudian pada atanggal 21 September 1953, Daud Beureueh di Aceh juga menyatakan bagian dari NII Kartosuwiryo. Pada tahun 1954, Ibnu Hajar dan pasukannya yang bermarkas di Kalimantan Selatan juga menggabungkan diri.19 Pada akhirnya, gerakan ini berhasil ditumpas oleh militer pro pemerintah dan tidak pernah lagi muncul kecuali melalui gerakan bawah tanah.

Angin reformasi, terutama setelah Presiden Habibie mencabut peraturan tentang indoktrinasi asas tunggal Pancasila, membawa angin segar bagi kembalinya gerakan serupa meskipun dengan format yang berbeda. Beberapa gerakan Islam baru muncul seperti jamur di musim hujan, misalnya FPI (Front Pembela Islam), MMI (Majelis Mujahidin Indonesia), Laskar Jihad, FKAWJ (Forum Komunikasi Ahlu Sunnah wa al-jama’ah), HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), FPIS (Front Pemuda Islam Surakarta), Hizbullah Sunan Bonang, Laskar Jundullah, dan lain sebagainya.

(10)

Abdullah Sungkar sebelum bergabung dengan NII telah mendirikan sebuah kelompok yang diberi nama ”Jama’ah Islamiyyah”. Kelompok ini anggotanya terdiri dari para veteran pejuang yang sudah pulang dari jihad berperang antara Afganistan dan Rusia. Reuni veteran yang dilatih secara militer oleh komando pasukan khusus USA dan CIA tersebut bersepakat membentuk kelompok yang disinyalir memiliki kaitan khusus dengan al-Qaeda. Strategi Jama’ah Islamiyyah terdiri dari 3 unsur, yaitu: Imam, hijrah, dan jihad. Bentuk dari ketiga strategi itu adalah dimilikinya 3 kekuatan, yaitu: kekuatan akidah, kekuatan persaudaraan, dan kekuatan militer

Dalam usaha untuk merealisasikan tujuan dan cita-citanya, mereka merekrut orang-orang yang secara ekonomi miskin, secara pengetahuan agama juga minim. Orang-orang semacam itu akan lebih gampang dibuai dengan janji-janji surgawi yang melenakan kondisi psikologis mereka yang selama ini merasa capek dan gersang dalam menjalani hidup. Bahkan akhir-akhir ini gerakan radikal Islam mulai merubah sistem dan objek perekrutannya dengan mengintensifkan perekrutan kepada kalangan mahasiswa.

D. Radikalisme Islam di Kalangan Mahasiswa

Proses radikalisasi ternyata juga menjangkau kampus khususnya kalangan mahasiswa. Salah satu buktinya adalah tertangkapnya lima dari tujuh belas anggota jaringan Pepi Fernando berpendidikan sarjana, tiga di antaranya merupakan lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(11)

kata lain, kebanyakan mahasiswa yang direkrut adalah berlatar belakang pengetahuan keagamaan yang minim. Dengan begitu mereka lebih mudah untuk didoktrin.

Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan oleh Litbang Departemen Agama tahun 1996 pada empat perguruan tinggi sekuler yakni UI, UGM, Unair dan Unhas terjadi peningkatan aktivitas keagamaan di sejumlah kampus-kampus tersebut, bahkan disebutkan bahwa kampus-kampus tersebut menjadi tempat yang paling potensial berkembangnya aktivitas keislaman (religius) yang cenderung eksklusif dan radikal. Dengan demikian, revivalisme Islam tidak muncul dari kampus-kampus berbasis keagamaan, tetapi dari kampus-kampus sekuler atau umum.

Perguruan tinggi umum lebih mudah menjadi target rekrutmen gerakan-gerakan radikal, sementara perguruan tinggi berbasis keagamaan dianggap lebih sulit. Kalau ternyata faktanya menunjukkan bahwa gerakan radikal juga sudah marak dan subur di kampus-kampus berbasis keagamaan, maka ini dapat membuktikan dua hal. Pertama, telah terjadi perubahan di dalam perguruan tinggi berbasis keagamaan itu sendiri. Kedua, telah terjadi metamorfosa bentuk dan strategi gerakan di internal gerakan-gerakan radikal.

(12)

tertentu. Latar belakang yang demikian tentu menjadi lahan empuk untuk membangun dan membangkitkan sikap militansi keagamaan di dalam diri mereka.

(13)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Abegebriel, A. Maftuh, A. Yani Abeveiro SR-Ins Team, Negara Tuhan: The Thematic Encyclopaedia, Jogjakarta: SR-Ins Publishing, 2004.

Anshori, A. Yani, “Wacana Siyasah Syar’iyyah di Indonesia; Belajar Lebih Bijak” Makalah pada Seminar Nasional “Politik Hukum Islam di Indonesia”, Yogyakarta: Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga, 2006.

Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam Dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernism, Jakarta: Penerbit Paramadina, 1996.

Bruinessen, Martin van, NU: Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru, terj. Farid Wajidi, Yogyakarta: LKiS, 1994.

Cobuild, Collin, English Dictionary for Advanced Learners, UK: Harper Collins Publisher, 2001.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Dijk, C. Van, Rebellion Under the Banner of Islam; The Darul Islam in Indonesia, The Hague: Martinus Nijhoff, 1981.

(15)

RANGKUMAN MATERI TAFSIR TARBAWI DARI MAKALAH 1-16

1. Pendidikan dalam kandungan antara empiris dan agamis

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Bahkan pada sebagian orang pendidikan bisa dimulai dari sebelum bayi dilahirkan (pendidikan pralahir). Seperti yang dilakukan seorang ibu dengan memperdengarkan musik atau memperdengarkan kitab suci Al Qur'an kepada bayi dalam kandungannya. Menurut F Rene Van De Carr, M.D, anak dalam kandungan benar-benar dapat belajar atau mempelajari kata-kata yang diucapkan sang pendidik atau orang tuanya, tetapi tidak dengan cara seperti orang dewasa. Jika orang dewasa mempelajari sebuah kata-kata maka ia dapat mengulanginya, mengenali dalam bentuk tulisan, dan memodifikasinya agar ia dapat berbicara atau menggunakan kata tersebut dalam kalimat dengan baik dan benar. Beda halnya dengan bayi dalam kandungan yang cara belajarnya jauh lebih mendasar. Ketika sang Ibu mengajarkan kata-kata kepada bayi dalam kandungannya, sang bayi hanya mendengarkan bunyinya sambil mengalami sensasi tertentu.

2. Konvergensi Aspek Kecerdasan Manusia dan aspek pendidikan agama dalam paud

(16)

Maka guru dalam proses pembelajaran juga harus memandang siswa sebagai makhluk yang memiliki banyak unsur dari dirinya. Dengan demikian maka semua potensi yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang dengan optimal. Pendidikan merupakan salah satu bimbingan yang harus kita tegakan bagi generasi penerus masa depan, Sebagai amanat Allah yang dititipkan kepada kedua orang tua anak pada dasarnya harus memperoleh perawatan, perlindungan serta perhatian yang cukup dari kedua orang tua, karena kepribadiannya ketika dewasa atau keshaleh dan keshalehahannya akan sangat bergantung kepada pendidikan masa kecilnya terutama yang diperoleh dari kedua orang tua dan keluarganya.

3. Ketimpangan pendidikan agama dalam pendidikan dasar di indonesia

(17)

memberikan pencerahan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca umunya dan khususnya bagi penulis sendiri.

4. Kemandirian anak SMP tinjauan pendidikan dan agama Kemandirian anak usia remaja perlu diperhatikan baik dari pihak keluarga dan sekolah dilakukan sampai pada masa akil balig karna itu dia diberikan tanggung jawab buat dirinya, yaitu masa seorang anak telah mendapatkan bekal pemahaman yang cukup untuk bekal ia sebagai seorang muslim yang mulai berdiri sendiri dengan tanggung jawab personal dihadapan tuhannya. Pendidikan kemandirian pada anak seharusnya tidak hanya dilakukan dilingkungan rumah saja tetapi juga perlu dilakukan di lingkungan sekolah karena pada demikian itu agar anak tumbuh menjadi peribadi mandiri dalam kehidupan sehari hari dengan akhlak dan kepribadian yang mulya.

5. Membangun kritisisme pelajar SMU / SMA tinjauan pendidikan dan agama

Berfikir keritis adalah berfikir yang membangun jiwa dan kepercayaan diri seseorang, reflektif yang bertujuan dalam memutuskan apa yang harus di percayai dan apa yang harus di kerjakan mengenai konsep kritisisme ini walaupun hanya sebuah konsep tersebut sudah ada dan merupakan konsep yang telah digunakan oleh para tokoh islam dari dulu sapai sekarang

6. Euforia spiritualitas PTU di indonesia

(18)

diandalkan untuk pembangunan masyarakat bahkan pembangunan peradaban manusia di masa yang akan datang.

7. Fenomena radikalisme ke agamaan di PTU

Fenomena radikalisme di kalangan mahasiswa benar adanya, sesuatu yang dapat di pegang dan dipelajari meskipun pada dasarnya gerakan seperti ini menggunakan sistem sel yang kasat mata, adanya ibarat angin yang bisa dirasakan tapi sulit dipegang. Namuan demikian, kasus penangkapan terhadap jaringan pepi perkembngan terbaru menginformasikan bahwa kampus berbasis keagamaan juga tidak luput dari sasaran prekrutan gerakan – gerakan radikal. Ada dua hal kenapa tarakhir ini bisa terjadi: pertama, telah terjadi perubahan di dalam perguruan tinggi berbasis keagamaan itu sendiri, kedua, telah terjadi metamorfosa bentuk dan strategi gerakan di internal gerakan gerakan radikal itu sendiri.

(19)

9. Analisa terhadap identifikasi kelemahan pendidikan islam Kelemahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. Dari kalangan guru, keluhan yang sering dikemukakan adalah alokasi waktu yang kurang memadai dan isi kurikulum yang terlalu syarat. Di samping itu, sarana dan lingkungan sekolah sering tidak menunjang pelaksanaan pendidikan agama. Juga dari pihak orang tua kurang memperlihatkan kerjasama. Kelemahan lain, pada umumnya guru-guru agama kurang mampu atau tidak dengan sungguh-sungguh untuk mengembangkan metodologi yang tepat untuk mata pelajaran pendidikan agama.

10. Masa depan pendidikan agama di pendidikan keagamaan di Indonesia

Agama mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia Pancasila sebab agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting. Oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat mejadi dasar kepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh.

Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Pendidikan agama dalam lingkup pendidikan nasional meliputi; dari segi pendidikan

(20)

11. Agama dalam pendidikan berbasis karakter di indonesia

Pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik sehingga mereka menerapkan dalam kehidupannya baik di keluarga, sekolah, masyarakat, dan Negara sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Implementasi pendidikan karakter bisa dilakukan melalui;

(a). terintegrasi dalam pembelajaran,

(b). terintegrasi dalam pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakulikuler, dan

(c). terintegrasi dalam manajemen sekolah.

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan. PAI yang hakikatnya sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Berbicara tentang PAI dapat dimaknai dalam dua pengertian: pertama sebagai sebuah proses penanaman ajaran islam, kedua sebagai bahan kajian yang menjadi materi proses itu sendiri.

12. Agama dalam pendidikan profesi di indonesia

Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa inggris yaitu profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui adanya pengakuan menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan

(21)

secara keritis melihat tindakan moral yang mungkin tidak rasional. Sedangkan etika sendiri membutuhkan agama agar manusia tidak mengabaikan kepekaan rasa dalam dirinya. Al quran dan hadist selalu menyeru manusia untuk mempergunakan waktu sebaik dengan selalu menyeru setiap pemeluknya untuk berkerja dan berjuang, serta melarang segala bentuk kemalasan dan pengangguran untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang berkualitas diperlukan ketekunan dan kepercayaan tinngi.

13. Tantangan dan harapan pendidikan berbasis alquran

di indonesia

Pendidikan berbasis Al- Qur’an adalah bimbingan atau arahan yang diberikan oleh Allah Swt kepada hambanya melalui Nabi Muhammad Saw dengan tujuan agar anak cukup faham atas kewajiban dan tugas hidupnya sendiri.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat menjadi tantangan bagi pendidkan islam. Al quran memberikan solusi untuk semua tantangan pendidikan yaitu dengan menjadikan semua problem sebagai solusi utama. Solusi ini sekaligus akan membuka ruang bagi pendidikan islam untuk memperbaiki dan mengembangkan kualitas pendidikan islam.

(22)

pendidikan untuk membaca, menghitung dan menulis. Kehadiran pendidikan ala barat ini mengilhami proses pendidikan islam di indonesia dari sekedar konvensional, menjadi pendidikan islam moderen.

15. Arah dan tujuan pendidikan islam kini

Pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.Sedangkan yang dimaksud dengan Ilmu ialah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat alamiah. Dengan demikian Ilmu Pendidikan Islam ialah uraian secara sistematis dan ilmiah tentang bimbingan atau tuntutan pendidikan kepada anak didik dalam berkembang. agar tumbuh menjadi pribadi yang baik menurut ajaran islam.

16. Mempertaruhkan universitas islam indonesia dalam

persaingan pendidikan dunia

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, melalui pembelajaran seperti ini guru sejarah tidak hanya memprovokasi para siswa dengan mengungkap berapa banyaknya persoalan (tantangan) yang sedang dihadapinya

tangga nada instrumen) dan dalam suatu komposisi (lihat tangga nada komposisi). [Bentuk dan karakteristik tangga nada, sangat beragam di berbagai kebudayaan. Namun, secara umum

Diperlukan filsafat umum yang meliputi dan memuat segala' filsafat bagian tersebut, yang dicari dalam ontologi (lihat h.13 - 14).. Ont,ologi adalah bagian filsafat yang paling umum,

Akan tetapi, berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, beberapa mahasiswa memiliki lebih dari satu keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja

Masa remaja juga merupakan masa dimana membutuhkan perhatian yang cukup besar karena remaja merupakan generasi penerus bangsa.Salah satu tugas perkembangan yang

Deposito merupakan salah satu bentuk dari kegiatan fuding (penghimpunan dana) dari masyarakat. Deposito, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu

Penguasaan metode kualitatif eksplanatif dengan pandangan generatif berguna untuk memberi identifikasi berupa penjelasan secara rinci mengenai masyarakat

Berdasarkan nilai korelasi, koefisien lintas, dan heritabilitas maka karakter yang dapat digunakan untuk menyusun indeks seleksi bagi daya hasil pada 11 populasi