Nama : Ria Resta Tamara
NPM : 2014130029
Mata Kuliah : Hubungan Internasional dalam Islam
KONSEP ISLAM TENTANG KESETERAAN UMAT MANUSIA
Kesetaraan berasal dari kata setara atau derajat. Jadi, kesetaraan juga dapat disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan, pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan umat manusia tidak hanya dibahas dalam HAM. Tapi, dalam agamapun sebenarnya telah diatur jauh sebelum lahirnya HAM. Pengakuan, penghormatan, keadilan dan kerja sama adalah elemen-elemen penting dalam konsep Hak Asasi Manusia (HAM). Elemen-elemen-elemen itu terdapat dalam Al- Qur’an. Memang al-Qur'an tidak berbicara spesifik tentang HAM. Mengenai HAM, Al-Qur'an berbicara pada tataran prinsip seperti: keadilan, musyawarah, saling menolong, menolak diskriminasi, menghormati kaum wanita, kejujuran, dan lain sebagainya.
“ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat,
“Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka merekapun sujud kecuali Iblis. Ia
menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.”
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah memerintahkan mahluk ciptaan-Nya yaitu malaikat dan iblis untuk bersujud kepada Adam, maka malaikatpun bersujud kecuali iblis menolak dan menyombongkan diri. Kesombongan iblis yang diciptakan dari api menjadi alasannya ia tidak mau sujud kepada Adam yang hanya diciptakan dari tanah. Padahal walaupun iblis, malaikat dan Adam (manusia) diciptakan dari unsur yang berbeda, namun ditempatkan di tempat yang sama yaitu surga.
Selanjutnya, Islam mengakui perbedaan sebagai kenyataan tak terbantahkan. Dengan pengakuan ini, Islam menghormati keragaman dan menganjurkan agar keragaman menjadi instrumen kerja sama di antara manusia. Perbedaan adalah sunnatullah, karena dengannya manusia bisa saling melengkapi (take and give). Dapat dilihat dalam Q. S Al – Hujurat ayat 11 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula
wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang
dzalim”
Ayat tersebut menjelaskan larangan diskriminasi terhadap suatu kaum, karena bisa jadi kaum yang didiskriminasi itu lebih baik daripada kaum yang mendiskriminasi.