• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Hubungan Ilustrasi Teks dan Siste

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Hubungan Ilustrasi Teks dan Siste"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Hubungan Ilustrasi, Teks, dan Sistem Grafis pada Serial Buku Anak “Bermain

Bersama Nontan” Terbitan Berbahasa Indonesia

Nisrina Amalin, Naomi Haswanto Sianturi, Riama Maslan Sihombing

Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung Gd. FSRD lt. 3, Jl. Ganeca no. 10 Bandung 40132

nsrnamln@gmail.com, naomidkv@yahoo.co.id, fleur2ria@yahoo.com

ABSTRAK

Serial Buku Cerita Anak Nontan adalah salah satu buku cerita anak asal Jepang yang dikarang dan digambar oleh Sachiko Kiyono pada tahun 1976. Tulisan, teks, atau narasi merupakan hal yang penting dalam serial buku cerita anak tersebut. Tanpa tulisan, teks, atau narasi yang mumpuni, buku cerita anak hanya menjadi buku yang dapat dinikmati secara visual saja, tidak dapat meninggalkan pesan apapun kepada anak yang membacanya. Selain itu, keakuratan data dan desain buku yang baik membantu keefektifitasan komunikasi visual pada sebuah buku. Komunikasi visual pada Serial Buku Cerita Anak Nontan dapat dijabarkan melalui pengumpulan data secara kuantitatif dengan studi literatur. Hubungan antara ilustrasi, teks, dan sistem grafis pada buku cerita anak juga dapat diperoleh melalui teori bahasa rupa dan teori dasar layout. Terdapat hubungan timbal balik antara teks dan ilustrasi pada Serial Buku Cerita Anak Nontan, di mana bahasa rupa dengan bahasa teks saling melengkapi dan menyempurnakan melalui kelebihan masing-masing. Buku serial ini juga dikemas dengan sistem grafis yang cukup baik.

Kata kunci : buku anak, Serial Nontan, bahasa rupa, layout, teks, ilustrasi

1.

PENDAHULUAN

Buku adalah hal penting dalam proses perkembangan anak. Buku anak yang populer adalah buku bergambar (Pictured Books atau Illustrated Books), yaitu buku yang menggabungkan tulisan, teks atau narasi dengan gambar, ilustrasi, atau fotografi. Gabungan dari kedua hal tersebut dapat meningkatkan minat anak terhadap buku. Dengan adanya gambar, ilustrasi, atau fotografi tersebut, buku bergambar akan membuat anak lebih tertarik membaca dan merasa senang membolak-balik halaman buku.

(2)

mengembangkan apresiasi dan kesaran akan seni pada anak-anak (Lukman, 2009).

Selain ilustrasi, tulisan, teks, atau narasi juga merupakan hal yang penting dalam buku cerita anak. Tanpa tulisan, teks, atau narasi yang mumpuni, buku bergambar hanya menjadi buku yang dapat dinikmati secara visual saja, tidak dapat meninggalkan pesan apapun kepada anak yang membacanya. Dalam buku cerita anak, gambar yang bagus tidak berarti apa-apa tanpa tulisan, teks, atau narasi yang dapat menjelaskan pesan yang disampaikan oleh gambar tersebut. Itu menunjukkan bahwa dalam buku anak terjadi hubungan timbal balik antara gambar dan kata-kata. Selain itu, keakuratan data dan desain buku yang baik membantu keefektifitasan komunikasi visual pada sebuah buku (Lukman, 2009). Maka dari itulah, hubungan antara elemen teks, gambar, dan desain (sistem grafis), terutama tipografi yang baik akan membangun sebuah buku cerita anak yang efektif dan mudah dicerna oleh anak-anak.

Pada sisi lain, keilmuan komunikasi melalui gambar mulai dapat dipetakan dan ditelaah melalui kajian keilmuan bahasa rupa yang dikembangkan oleh Primadi Tabrani (Tabrani, 2005). Komunikasi dalam buku cerita anak dapat dibentuk dari rangkaian elemen dasar visual yang disebut dengan wimba dan dikomposisikan menjadi cerita melalui Tata Ungkap Dalam dan Tata Ungkap Luar.

Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak insan-insan kreatif, terutama ilustrator yang berkecimpung dalam pembuatan buku anak. Bahkan, ilustrator buku anak Indonesia memiliki sebuah wadah keprofesian yaitu KELIR (Kelompok Ilustrator Buku Anak). Namun sangat

jarang sekali terdapat buku anak yang dapat bertahan lama, apalagi hingga dibuat serial televisi atau gamenya.

Serial Buku Cerita Anak Nontan adalah salah satu buku cerita anak asal Jepang yang dikarang dan digambar oleh Sachiko Kiyono pada tahun 1976. Serial ini pertama kali diterbitkan dengan judul

Nontan buranko o nosete (Nontan, Let Me Use the Swing) dan berlanjut ke 40 edisi dengan total penjualan lebih dari 28 juta eksemplar. Serial ini telah diterbitkan ke dalam berbagai bahasa diantaranya Bahasa Mandarin, Thailand, dan Perancis. Selain buku cerita, serial ini juga telah diadaptasi ke berbagai film animasi dan game. Salah satunya adalah serial animasi “Nontan to Issho” yang disiarkan di televisi jepang pada rentang tahun 1992-1994. Serial ini menyajikan cerita sederhana yang dekat dengan kehidupan anak-anak, salah satunya adalah mengangkat kebiasaan buruk yang biasa dilakukan anak dengan cerita menarik dan sederhana yang sarat akan pesan.

Cerita-cerita pada buku serial ini disajikan dengan ilustrasi yang sederhana dan teks yang berirama. Serial Nontan adalah salah satu contoh kesuksesan buku anak di Jepang dari generasi ke generasi, terbukti dari total penjualannya yang mencapai 28 juta eksemplar dan adaptasi bukunya ke berbagai macam game dan serial televisi.

1.1

Serial ‘Bermain Bersama Nontan’

(3)

Nontan adalah kucing yang egois dan kekanak-kanakan, namun ia sangat ramah terhadap teman-temannya. Tokoh-tokoh lain yang menjadi teman nontan dalam cerita ini diantaranya: tiga kelinci, beruang, rakun, dan babi. Pada serial terbitan bahasa Indonesia ini, tokoh lain selain Nontan tidak diberikan nama spesifik.

Cerita yang diangkat kebanyakan adalah cerita sederhana yang dekat dengan kehidupan anak-anak pada umumya. Dalam cerita-ceritanya, Nontan hampir selalu melakukan kenakalan namun pada tiap akhir cerita selalu diselipkan pesan moral yang tersirat.

Serial ‘Bermain Bersama Nontan’ terdiri dari beberapa buku cerita, di antaranya:

a. Selamat Tidur

Edisi ‘Selamat Tidur’ menceritakan tentang pengalaman Nontan yang berjalan keluar pada malam hari karena ia tidak bisa tidur. Nontan berusaha mengajak teman-temannya untuk bermain tetapi semuanya telah tertidur. Karena keadaan malam yang gelap, saat sedang mengejar Burung Hantu, Nontan terjerembab ke dalam lumpur. Ia pun menyadari bahwa waktu malam adalah waktu yang tepat untuk tidur, bukan untuk bermain.

b. Wajah Seram

Dalam edisi ini, diceritakan tentang Nontan yang suka mengagetkan teman-temannya dengan wajah menyeramkan. Si Siput, Tiga kelinci, Burung, dan Beruang menjadi sasaran keisengannya kali ini. Lalu Nontan mencoba mengagetkan Matahari, tetapi Matahari malah berbalik mengagetkan Nontan dengan wajah jauh lebih seram. Di akhir cerita, Nontan menyadari bahwa wajah seram itu

mengagetkan dan menakutkan, namun ia tidak ingin berhenti menjadi usil.

c. Meniup Permen Karet

Edisi ‘Meniup Permen Karet’ menceritakan saat Nontan dan teman-temannya sedang meniup permen karet. Di saat teman-temannya sudah berhasil membuat gelembung yang besar, Nontan tetap tidak berhasil melakukannya. Ia memakan banyak permen karet sampai akhirnya permen karet itu tertelan dan membuat ia melambung seperti balon.

d. Nontan Ngompol

Edisi ‘Nontan Ngompol’ menceritakan tentang Nontan yang mengompol saat bangun di pagi hari. Teman-temannya; Tiga Kelinci, Beruang, Babi, dan Rakun juga mengompol. Mereka menjemur kasur bersama-sama. Lalu tiba-tiba hujan turun membasahi kasur mereka, namun seketika angin datang mengusir awah hitam hujan tersebut. Di akhir cerita, tertulis pesan agar Nontan tidak mengompol lagi.

e. Nontan, Ayo Mandi

(4)

2.

METODOLOGI

Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah studi literatur, dengan berbagai sumber sebagai berikut:

a. Buku

Diantaranya adalah:

Tabrani, Primadi. 2005. Bahasa Rupa. Penerbit Kelir, Bandung

Sihombing, Danton. 2001. Tipografi dalam Desain Grafis. Gramedia Pustaka Utama

b. Jurnal Online Diantaranya adalah:

Lukman, Chritine. Bahasa Rupa pada Buku Ilustrasi Anak Indonesia Kontemporer; Studi Kasus Seri Cerita Pelangi Gramedia Pustaka Utama (GPU). 2009. Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Tabrani, Primadi. Wimba, Asal usul dan Peruntukannya. 2009. Institut Teknologi Bandung

c. Artikel Online Diantaranya adalah:

http://www.kaiseisha.net/backlist/fiction/

title/142.html

http://www.meonbook.com/blog_en/nont an/

2.1

Bahasa Rupa

Bahasa Rupa adalah teori yang menyatakan bahwa visual yang representatif dapat dirancang

untuk menyampaikan pesan kepada pembacanya dengan struktur tertentu. Artinya sebuah visual dan bahkan sekuens visual dapat merupakan serangkaian informasi yang bukan sekedar menjelaskan apa yang tergambar secara deskriptif, tetapi juga dapat menceritakan informasi secara naratif (Lukman, 2009).

Dalam kajian bahasa rupa, Prof. Primadi Tabrani dalam buku Bahasa Rupa, 2005 membaginya menjadi dua. Pertama bahasa rupa modern dari barat dengan sistem menggambar NPMnya (naturalis – perspektif – momenopname) dan bahasa rupa pendahulu dengan sistem menggambar RWD (ruang – waktu – datar).

Teori bahasa rupa memunculkan sebuah struktur bahasa yang terdiri atas kumpulan gambar yang disebut wimba sebagai elemen terkecil informasi, interaksi antar gambar melalui sebuah komposisi (dengan struktur hubungan yang disebut tata ungkap dalam) sebagai dasar fragmen cerita, dan interaksi antar komposisi yang membentuk sebuah rentang cerita yang utuh yang dihubungkan dengan struktur tata ungkap luar.

2.1.1 Wimba

Wimba merupakan elemen terkecil yang mengandung pesan deskriptif yang paling sederhana dalam sebuah komposisi gambar. Teknik membentuk wimba ini disebut, cara wimba (image way). Cara wimba terbagi menjadi 5, yaitu ukuran pengambilan, sudut pengambilan, skala, penggambaran, dan cara dilihat.

(5)

Ukuran Pengambilan adalah suatu teknik pengambilan gambar untuk menentukan berapa besar isi wimba digambarkan dalam sebuah bidang gambar. Ukuran pengambilan menjelaskan bahwa ada dua jenis ukuran pengambilan, yaitu cara modern yang memakai bingkai (frame) dan cara khas yang bebas bingkai. Cara modern berdasarkan dari hasil penelitian bahasa rupa modern Barat pada gambar NPM, sedangkan cara khas berdasarkan penelitian terhadap bahasa rupa gambar pra sejarah, primitif, anak-anak, relief candi Borobudur dan wayang beber, atau disebut gambar RWD (Primadi dalam Primadi, 2005).

b. Sudut Pengambilan

Sudut pengambilan adalah suatu cara pengambilan gambar atau cara penggambaran suatu wimba, sehingga suatu objek terlihat dari sudut pandang tertentu. Sama seperti ukuran pengambilan, sudut pengambilan juga terdiri dari cara modern yang terlihat pada gambar dan cara khas. Cara modern terdiri dari sudut bawah, sudut wajar, sudut atas, dan sudut tampak burung. Sedangkan cara khasnya yaitu aneka tampak dan sinar-x.

c. Skala

Skala adalah perbandingan antara tinggi wimba yang digambar dengan tinggi obyek itu sebenarnya. Cara modern terdiri dari ‘lebih kecil dari aslinya’, ‘sama dengan aslinya’, dan ‘lebih besar dari aslinya’. Sedangkan cara khasnya adalah ‘ukuran raksasa’

d. Penggambaran

Penggambaran adalah cara penggunaan elemen-elemen seni rupa seperti garis, blabar, warna, dan

sebagainya untuk menggambar hingga objek tercandera dalam wimba-wimba khusus dalam gambar umumnya.

e. Cara dilihat

Cara dilihat adalah cara pelihat menikmati gambar sebagai tuntutan agar dapat menangkap isi gambar, untuk itu pelihat harus melihat dari berbagai cara lihat, sebab gambar diciptakan dengan cara lihat demikian. Cara dilihat ini lebih diperuntukkan bagi gambar yang bersifat statis seperti lukisan, relief pada candi, wayang beber, komik, atau sejenisnya.

2.1.2 Tata Ungkapan Dalam

Menurut Primadi (2005), Tata Ungkapan adalah

cara pemanfaatan Cara Wimba dalam

menggambar atau pemanfaatan antar bidang gambar sehingga dapat membawakan pesan dan arti. Tata Ungkap Dalam adalah merupakan sekelompok wimba yang membentuk pesan naratif melalui komposisi yang dibentuknya (Lukman, 2009). Tata Ungkapan Dalam (TUD) digunakan dalam satu gambar, seperti pada komik dan relief. TUD dibagi dalam empat jenis; menyatakan ruang, menyatakan gerak, menyatakan waktu dan ruang, dan menyatan penting.

a. Menyatakan Ruang

(6)

cara pengambilan gabungan, naturalis perspektif, naturalis stilasi, framing dan skala nisbi, relief dan barik, dan depth of field. Sedangkan cara khasnya yaitu ruang angkasa, digeser, sejumlah latar, tepi bawah sama dengan garis tanah, garis tanah, rebahan dan identifikasi ruang.

b. Menyatakan Gerak

TUD menyatakan gerak adalah cara untuk menggambarkan objek atau bagian dari objek yang bergerak, hingga dalam gambar terasa kesan gerak dari wimba, atau bagian wimba yang bergerak tersebut. Cara modern terdiri dari garis garis ekspresif, garis-garis tambahan, distorsi, dinamis, latar belakang kabur, yang bergerak kabur, dan imaji jamak. Sedangkan cara khasnya adalah ciri gerak.

c. Menyatakan Waktu dan Ruang

Tata Ungkapan dalam jenis menyatakan waktu dan ruang adalah suatu cara menyatakan waktu (yang berjalan) sekaligus ruang (yang relatif berubah) hingga gambar mengesankan adanya matra waktu yang berjalan dalam matra ruang yang relative berubah. Cara modern terdiri dari komposisi, imaji jamak, belahan/kisi-kisi, dan campuran. Sedangkan cara khasnya terdiri dari aneka waktu ruang (dream time), cara kembar, ciri waktu dan ruang, dismix, lapisan latar, urutan di suatu latar, garis tanah jamak, kronologis di satu gambar, kilas balik di saru gambar, dan kilas maju di satu gambar.

d. Menyatakan Penting

TUD jenis menyatakan penting adalah suatu cara untuk menggambarkan objek yang dipentingkan

di antara objek-objek yang lain hingga pada gambar terasa kesan penting dari wimba objek yang dipentingkan itu. Cara modern terdiri dari pengambilan gabungan, skala gabungan, di tengah, di kiri atas, komposisi, aksen, dan depth of field. Sedangkan cara khasnya terdiri dari diperbesar, rinci diperbesar, tampak khas, sinar-x, di kanan atau di bawah, dan frekuensi penampilan.

2.1.2 Tata Ungkapan Luar

Tata ungkapan luar (TUL) adalah kumpulan sekelompok wimba yang membentuk beberapa komposisi yang berurutan. TUL adalah bagaimana membuat perbedaan antara TUD di satu gambar dengan TUD pada gambar berikutnya, agar rangkaian gambar tersebut tersambung ceritanya.

2.2

Tata Letak (Layout)

Layout, dalam bahasa Indonesia disebut dengan tata letak adalah sebuah susunan, tatanan, atau paduan unsur-unsur komunikasi grafis pada suatu bidang yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah komunikasi visuak yang efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan. Ada tiga kriteria dasar untuk sebuah layout yang dikatakan baik, yaitu: it works (mencapai tujuan), it organizes (ditata dengan baik), dan it attracts

(menarik bagi pengguna). Unsur-unsur dalam layout, terutama layout buku anak diantaranya adalah: ilustrasi, tipografi, dan grid.

(7)

Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari sebuah teks atau tulisan yang berbentuk drawing, lukisan, fotografi, maupun diagram. Tujuan ilustrasi adalah untuk menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna. Dalam sebuah buku anak, ilustrasi adalah elemen yang sangat penting; ilustrasi adalah bagian dari cerita, yang bukan sekedar hanya ‘penghias’ pada layout atau tata letak dalam buku.

2.2.2 Tipografi

Tipografi adalah sebuah seni atau ilmu menata huruf, baik sebagai pelengkap maupun sebagai unsur utama suatu bentuk komunikasi visual. Huruf memainkan peranan yang sangat penting dalam keberhasilan suatu bentuk seni komunikasi grafis (Sihombing, 2001).

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tipografi, yaitu legibility, readability, dan clarity. Legibility merupakan kualitas pada huruf dalam tingkat kemudahannya untuk dibaca, yang bergantung pada tampilan bentuk fisik huruf itu sendiri, ukuran, serta penataannya dalam sebuah naskah (Sihombing, 2001). Readability

adalah penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Sedangkan unity adalah kesatuan sistem yang menggabungkan antara unsur

legibility dan readability tersebut menjadi susunan tipografi yang apik dan mudah dibaca.

Dalam sebuah perancangan tipografi, penataan baris (alignment) memiliki peranan penting sebagai penunjang legibility serta estetika

rancangan (Sihombing, 2001). Terdapat lima jenis penataan baris yang dapat digunakan dalam perancangan tipografi, yaitu rata kiri, rata kanan, rata tengah, rata kiri-kanan, dan asimetris.

a. Rata kiri (flush left)

Layak digunakan untuk naskah yang panjang atau pendek. Bagian kanan susunan huruf menghasilkan bentuk irregular yang memberi kesan dinamis.

b. Rata kanan (flush right)

Hanya layak digunakan untuk jumlah naskah yang pendek dengan penataan jumlah huruf per barisnya hampir setara.

c. Rata tengah (centered)

Hanya layak digunakan untuk jumlah naskah yang pendek dengan penataan jumlah huruf yang seimbang pada tiap barisnya.

d. Rata kiri-kanan (justified)

Layak digunakan untuk naskah yang panjang. Keteraturannya memberikan kesan bersih dan rapi. Namun jarak antarkata harus diperhatikan bila jumlah huruf tidak sebanding dengan lebar kolom.

e. Asimetris (random)

(8)

2.2.3 Grid

Menurut Danton Sihombing dalam bukunya yang berjudul ‘Tipografi dalam Desain Grafis’ (2001), sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam sebuah ruang. Grid systems digunakan

sebagai perangkat untuk mempermudah

menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui

grid systems seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari sebuah grid systems dalam desain grafis adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik.

3.

Analisis Bahasa Rupa pada Buku

Serial ‘Bermain Bersama Nontan’

Bahasa rupa pada buku cerita anak dipetakan berdasarkan apa yang diceritakan dalam teks dan dikomparasikan dengan gambar yang dibaca melalui kesimpulam atas visualisasi dalam halaman yang sama melalui kajian cara wimba dan tata ungkapan dalam. Masing-masing buku cerita anak dipetakan melalui tabel yang mendeskripsikan apa yang divisualisasikan, diceritakan, kesesuian gambar dengan teks, pelengkap, dan ketidaksesuaian gambar dengan teks. (Lukman, 2009).

3.1 Analisis Bahasa Rupa pada edisi

Wajah Seram

Buku cerita anak yang berjudul Wajah Seram ini adalah edisi ketiga dari serial ‘Bermain Bersama

Nontan’ yang diilustrasikan oleh pengarangnya itu sendiri yaitu Sachiko Kiyono. Buku ini berisi 24 halaman yang terdiri dari 10 spread berisi gambar yang menceritakan perjalanan Nontan untuk menakuti teman-temannya di pagi hari yang cerah.

!

Gambar!1.!Spread!1!dalam!Buku!serial!Nontan!

‘Wajah!Seram’!Sumber:!dokumentasi!pribadi!

Pada halaman 1-2 atau spread pertama ini, diceritakan Nontan baru saja keluar dari rumahnya di pagi hari. Teks yang dituliskan menggambarkan suasana latar dalam cerita tersebut. Pada halaman ini, detail visualisasi pada halaman melebihi apa yang dideskripsikan pada teks, seperti ekspresi Nontan yang bahagia sambil mengangkat tangan ke dagu yang dapat diasosiasikan sebagai niat nontan untuk merencanakan sesuatu yang menyenangkan, yang tidak diceritakan pada teksnya.

Ukuran pengambilan yang dipakai pada spread ini adah very long shot, dengan sudut pengambilan wajar. Skala yang digunakan sama dengan aslinya.

Tabel!1.!Analisis!wimba!pada!spread!1!!

Digambar! Imaji/Asosiasi! Teks!Sesuai! Gambar!

Teks! Pelengkap! Nontan!

berjalan! keluar!

Nontan! sedang!dalam! keadaan!

Nontan! jalanEjalan!

(9)

rumah,! pengambilan berubah menjadi medium close up, untuk memberi penekanan tiba-tiba saat Nontan menakuti Si Siput, yang pada spread sebelumnya

sudah dimunculkan sedikit di pojok kanan halaman sebagai teaser. Pada halaman ini, latar cerita tidak digambarkan detail namun deskripsi teks yang dituliskan sesuai dengan visualisasinya.

Tabel!2.!Analisis!wimba!pada!spread!2!

(10)

Nontan dengan ketiga kelinci. Ukuran pengambilan yang dipakai pada spread ini adah very long shot, dengan sudut pengambilan wajar. Skala yang digunakan sama dengan aslinya namun pembaca seperti digiring untuk membaca dari kiri ke kanan sesuai dengan arah jalan Nontan.

!

Tabel!3.!Analisis!wimba!pada!spread!3!

Digambar! Imaji/Asosiasi! Teks!Sesuai! Gambar! Nontan), ukuran pengambilannya adalah medium close up dengan sudut wajar, sedangkan pada spread kiri (wimba Kelinci, gerobak wortel, dan beberapa wortel) ukuran pengambilan yang dipakai adalah medium long shot dengan sudut pengambilan tampak atas.

Teks yang dijabarkan pada halaman ini merupakan perkataan Nontan kepada kelinci, bukan merupakan keterangan tentang ilustrasi yang digambarkan. Pembaca digiring untuk menyimpulkan sendiri tentang apa yang sedang terjadi melalui ilustrasi dan sedikit perkataan Nontan kepada ketiga kelinci.

Tabel!4.!Analisis!wimba!pada!spread!4!

Digambar! Imaji/Asosiasi! Teks! Sesuai!

(11)

terjungkal,! langsung dilanjutkan dengan ilustrasi Nontan yang menakuti teman-temannya lagi, tanpa ada teaser siapakah yang akan ditakuti olehnya pada halaman sebelumnya. Ukuran pengambilan yang dipakai adalah long shot dengan sudut pengambilan wajar. Skala yang dipakai hampir semua sama dengan aslinya, kecuali rumah burung di atas pohon yang digambarkan sedikit lebih besar untuk menyatakan penting. Sama seperti halaman sebelumnya, teks yang dijabarkan merupakan perbincangan antar Nontan dan burung yang ditakutinya. Pembaca digiring untuk

menyimpulkan sendiri mengenai apa yang sedang terjadi melalui ilustrasi dan sedikit perkataan Nontan kepada burung.

Tabel!5.!Analisis!wimba!pada!spread!5!

(12)

teaser siapakah yang akan ditakuti olehnya pada halaman sebelumnya. Ukuran pengambilan yang dipakai adalah long shot dengan sudut pengambilan wajar pada wimba Nontan, dan aneka tampak pada wimba kolam yang berisi beruang, ikan, dan kodok. Skala yang dipakai adalah sama dengan aslinya. Teks yang dijabarkan merupakan gabungan pembicaraan antara Nontan dengan tokoh lainnya. Pembaca digiring untuk menyimpulkan sendiri mengenai apa yang sedang terjadi melalui ilustrasi dan sedikit perkataan Nontan kepada tokoh lainnya.

!

Tabel!6.!Analisis!wimba!pada!spread!6!

Digambar! Imaji/Asosiasi! Teks! Sesuai! pengambilan berubah menjadi extra long shot dengan sudut pengambilan wajar untuk wimba Nontan, matahari, bukit dan tanaman. Sedangkan, sudut pengambilan yang diterapkan pada kolam berisi beruang, ikan, dan kodok adalah tampak atas. Pembaca dibuat ‘beristirahat’ dari ketegangan cerita sebelumnya. Skala wimba bukit yang menjadi latar dalam spread ini digambar lebih kecil dari aslinya. Nontan terlihat berjalan ke arah lain, meninggalkan tokoh sebelumnya yang masih digambarkan pula di sebelah kiri. Teks yang dijabarkan merupakan perkataan Nontan terhadap dirinya sendiri. Pembaca digiring untuk menyimpulkan sendiri mengenai apa yang sedang terjadi melalui ilustrasi dan sedikit perkataan Nontan.

!

Tabel!7.!Analisis!wimba!pada!spread!7!

(13)

Ikan!melihat!

Siang!hari! ! !

Lebah! Nontan akhirnya sampai di atas bukit yang ia daki di halaman sebelumnya. Ia menakuti matahari yang digambarkan berukuran lebih besar dari yang terlihat di halaman sebelumnya, untuk

menyatakan penting. Ukuran pengambilan yang dipakai adalah long shot dengan sudut wajar. Teks yang dijabarkan merupakan perkataan Nontan terhadap matahari. Pembaca digiring untuk menyimpulkan sendiri mengenai apa yang sedang terjadi melalui ilustrasi dan sedikit perkataan Nontan kepada matahari.

Tabel!8.!Analisis!wimba!pada!spread!8!

(14)

! Gambar!9.!Spread!9!dalam!Buku!serial!Nontan!

‘Wajah!Seram’!Sumber:!dokumentasi!pribadi!

Pada halaman 17-18 atau spread kesembilan, ketegangan cerita naik kembali karena ukuran pengambilan wimba matahari yang diperbesar dibandingkan ukuran pengambilan medium shot wimba Nontan. Sudut pengambilan yang dipakai adalah wajar. Pada spread ini, seluruh teks yang dijabarkan dalam paragraf merupakan perkataan matahari kepada Nontan. Namun, ada sedikit teks kecil yang terselip di sekitar ilustrasi Nontan yang merupakan ekspresi kekagetan Nontan terhadap matahari.

Tabel!9.!Analisis!wimba!pada!spread!9!

Digambar! Imaji/Asosias i!

Teks! Sesuai! Gamb ar!

Teks! Pelengkap! Nontan!

mengangk at!satu! kakinya,! badannya! miring!ke! kiri! matanya! melotot,! mulutnya! terbuka! lebar!

Nontan!kaget! sampai! berteriak!

! Gyaaa!!

Matahari! digambark an!besar,! kedua! kantung! matanya! ditarik!ke!

Matahari! sedang! menakutE nakuti! Nontan!

! Berisik!!Siapa! itu?! Aku!tidak! suka!pada! anak!yang!

bawah,! lidahnya! menjulur! ke!bawah!

usil.! Aku!juga!bisa! berbuat! begitu.! Ayo,!lihat! kemari!! Akan! kumakan! kamu!! Ue,!ue,!ue,! uweeee!! Lebah!

terbang!di! sebelah! Nontan,! titik! mengikuti! dari!arah! kanan!ke! arah!kiri!

Lebah!ikut! kaget! dengan! Nontan!

! !

!

! Gambar!10.!Spread!10!dalam!Buku!serial!Nontan!

‘Wajah!Seram’!Sumber:!dokumentasi!pribadi! !

(15)

Tabel!10.!Analisis!wimba!pada!spread!10!

Digambar( Imaji/Asosiasi( Teks( Sesuai( kamar Nontan, dilihat dari ilustrasi tempat tidur, jendela, dan jam. Ukuran pengambilan yang diterapkan adalah long shot, dengan sudut pengambilan wajar untuk wimba Nontan, jendela, jam. Sedangkan pada wimba tempat tidur, sudut pengambilan yang diterapkan adalah sudut pengambilan tampak atas. Pada spread ini, seluruh teks yang dijabarkan dalam paragraf merupakan perkataan dan ekspresi kekesalan Nontan setelah ditakuti oleh matahari.

!

Tabel!11.!Analisis!wimba!pada!spread!11!

(16)

kamarnya(

!

! Gambar!12.!Spread!12!dalam!Buku!serial!Nontan!

‘Wajah!Seram’!Sumber:!dokumentasi!pribadi! !

Halaman ke 23 atau spread terakhir hanya difokuskan pada tokoh utama. Ukuran pengambilan yang diterapkan adalah long shot tanpa background, dengan sudut pengambilan wajar. Pada halaman terakhir ini, penjabaran teks merupakan perkataan tokoh utama pada dirinya sendiri yang merupakan kesimpulan dari keseluruhan cerita yang dipaparkan.

!

Tabel!12.!Analisis!wimba!pada!spread!12!

Digambar( Imaji/Asosiasi( Teks( Sesuai( Gambar(

Teks( Pelengkap(

Nontan( mengangkat( tangan(ke( kepala,(mata( tertutup( sambil( tersenyum,( kakinya( terangkat( sebelah(ke( atas(

Nontan(sedang( memikirkan( apa(yang( dilakukannya( dengan(senang(

( Ternyata(

wajah( seram(itu( memang( mengagetk an.(

Wajah( serem(juga( menakutka n.(

Tapi,(aku( tak(ingin( berhenti( usil.((

Menarik( sekali,(sih!(

Lebah( terbang(di( samping( Nontan,(

Lebah( mengikuti(dan( memperhatikan(

( (

titikKtitik( mengikuti( dari(kanan( ke(kiri(

Nontan(

!

!

3.1 Analisis Sistem Grafis pada Layout

Halaman Serial Bermain Bersama Nontan

Dalam buku Serial Bermain Bersama Nontan ini, hampir setiap susunan layoutnya merupakan visualisasi cerita yang memanfaatkan sebagian luas halaman yang diberi ruang untuk teks. Kepadatan gambar pada layout halaman cenderung rendah, hampir seluruh halaman pada buku serial ini berlatar belakang putih yang dapat menonjolkan gaya visual yang diolah oleh ilustrator, yaitu ilustrasi sederhana dengan stroke hitam berwarna blok berwarna-warni terang.

Tipografi yang diterapkan pada buku serial ini adalah sebuah font serif berukuran 28 point, yaitu

Century. Ukuran yang cukup besar

memungkinkan pembaca pemula (anak usia pra-sekolah berusia 4-6 tahun) untuk dapat membaca teks dengan baik. Tipografi tersebut dikemas dalam bentuk paragraf pendek yang disusun menggunakan penataan baris rata kiri (align left).

(17)

kasus ini adalah Bahasa Indonesia. Untuk sistem grid, tidak ada grid khusus yang diterapkan pada layout halaman buku serial ini, karena penggunaan margin tiap halaman berbeda-beda sesuai dengan white space yang tersedia. Namun, paragraf yang terletak di halaman kiri dan kanan sebuah spread selalu memiliki margin atas yang sama pada kedua sisinya, seperti pada halaman 19-20 pada edisi Wajah Seram.

4.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data melalui teori-teori yang tersedia, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Hampir keseluruhan teks dalam cerita Serial Bermain Bersama Nontan merupakan dialog antar tokoh dalam cerita, yang kebanyakan merupakan dialog tokoh utama (Nontan). Teks yang memaparkan deskripsi visual hanya terdapat dalam spread 1 dan 2. Namun, dialog antar tokoh tersebut dapat secara gamblang menjelaskan alur cerita, dengan menggiring pembaca untuk menyimpulkan sendiri mengenai apa yang sedang terjadi melalui dialog yang disandingkan dengan ilustrasi, seperti membaca komik.

b. Jarak pengambilan gambar (cara wimba ukuran pengambilan) yang diterapkan pada Serial Bermain Bersama Nontan berperan dalam naik turunnya tingkat ketegangan atau flow cerita, seperti teknis pengambilan gambar pada pembuatan film atau video. Saat

menerapkan jarak pengambilan close up sampai dengan medium shot, flow cerita cenderung lebih tegang. Jarak pengambilan dekat ini akan menarik pembaca untuk masuk ke dalam konflik cerita, begitupun sebaliknya.

c. Dalam buku serial ini, mayoritas penggunaan sudut pengambilannya adalah sudut wajar. Namun, pada objek yang sulit teridentifikasi dari samping atau depan (sudut wajar), seperti kolam atau tempat tidur, memakai sudut pengambilan tampak atas. Ini diterapkan untuk mempermudah identifikasi objek oleh anak usia pra-sekolah yang memiliki perbendaharaan visual yang masih rendah untuk lebih mudah mengindentifikasi objek yang digambar.

d. Deskripsi visual untuk menunjukkan latar tempat hanya bergantung pada objek pendukung seperti tanaman, pohon, atau penggunaan warna dasar blok pada tanah. Sebagian besar, latar belakang hanya berwarna putih. Bahkan, deskripsi visual untuk menunjukkan latar waktu digambarkan dengan beberapa objek jam dinding, yang sangat mudah diterjemahkan dengan melihat jarum pendek dan jarum panjang.

(18)

memakai beberapa konsep-konsep yang berasal dari teori bahasa rupa dalam mengilustrasikan buku ceritanya.

f. Terdapat hubungan timbal balik antara teks dan ilustrasi pada buku serial ini, di mana bahasa rupa dengan bahasa teks saling melengkapi dan menyempurnakan melalui kelebihan masing-masing. Ilustrasi menyajikan detail pada suasana, latar tempat, juga sekuens yang menghasilkan flow untuk mendalami konflik dalam cerita. Sedangkan, pesan tekstual berperan untuk menegaskan interaksi antar tokoh sekaligus memberi petunjuk tambahan tentang apa yang digambarkan dikaitkan dengan cerita.

g. Buku Serial Bermain Bersama Nontan dikemas dengan sistem grafis yang cukup baik. Cerita yang sederhana dalam buku ini dapat tersampaikan dengan baik dengan desain layout yang sederhana pula, hanya menerapkan variasi peletakan paragraf di tiap halamannya. Namun, ada sedikit kekurangan di mana terdapat beberapa teks yang tidak dapat diletakkan oleh baik oleh editor, ditengarai karena tidak sesuainya luas area yang disediakan oleh ilustrator untuk teks yang awalnya berbahasa Jepang.

h.

DAFTAR PUSTAKA

Tabrani, Primadi. 2005. Bahasa Rupa. Penerbit Kelir, Bandung

Sihombing, Danton. 2011. Tipografi dalam Desain Grafis. Gramedia Pustaka Utama

Lukman, Chritine. 2009. Bahasa Rupa pada Buku Ilustrasi Anak Indonesia Kontemporer; Studi Kasus Seri Cerita Pelangi Gramedia Pustaka Utama (GPU). Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Tabrani, Primadi. 2009. Wimba, Asal usul dan Peruntukannya. Institut Teknologi Bandung

http://www.kaiseisha.net/backlist/fiction/title/142. htmldiakses pada tanggal 26 Februari 2015, jam 22.45.

http://www.meonbook.com/blog_en/nontan/ diakses pada tanggal 26 Februari 2015, jam 22.50.

http://michalisavraam.org/2009/05/readability-vs-legibility/ diakses pada tanggal 26 Februari 2015, jam 23.11.

(19)

Gambar

Gambar!1.!Spread!1!dalam!Buku!serial!Nontan!‘Wajah!Seram’!Sumber:!dokumentasi!pribadi!
Tabel!12.!Analisis!wimba!pada!spread!12!

Referensi

Dokumen terkait

bagian dalam tubuh dari teripang ), dan identifikasi mikroskopik dengan mengamati bentuk dan komposisi spikula (ossicle) yang diisolasi dari jaringan integumen

• Suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya • Ilmu politik mempelajari negara,.. tujuan negara, lembaga-lembaga

[2.1] Menimbang bahwa Pemohon telah menyampaikan permohonan penyelesaian sengketa informasi publik kepada Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 02

(2) bagaimana pengaruh Primatani terhadap perluasan sumber pendapatan petani, khususnya terkait dengan usahatani integrasi?; (3) bagaimana kontribusi pendapatan

tous myco sis fun goi des and gra nu lo ma tous slack skin: a mul ti cen- ter study of the Cu ta ne ous Lympho ma Hi sto pat ho logy Task For ce Group of the Eu ro pean Or ga ni

– Cairan (air atau cutting fluid yang lain) yang diberikan tekanan tinggi sehingga dapat melakukan pemotongan; biasa dipakai untuk material non-logam. – Ultrasonik: tools

reaksi sitotoksik tipe sik tipe )), reaksi komplek imun tipe )), reaksi komplek imun tipe ))), dan reaksi ))), dan reaksi hipersensitiitas tipe lambat

Jika konteks kalimat di atas penutur bermaksud untuk meminta jawaban kepada lawan tutur, maka kalimat jawaban dari kalimat (1) adalah “Lanjutkan bekerja” atau “Kembalilah ke