• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah teori Behavioristik . docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah teori Behavioristik . docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI BEHAVIORISTIK

Disusun Oleh:

Nur Arifaizal Basri 14-500-0011 Marcella jeniartiningsih 14-500-0025

Avista Widyana Putri 14-500-0028 Anis Raflisa 14-500-0031 Machmuddi 14-500-0053

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan akal dan pikiran kepada manusia dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berfikir, sehingga kita mampu mengemban misi amanah kekhalifahan di dunia ini, serta menyelamatkan diri dan umat.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Qudwah kita Nabi Muhammad saw yang telah membimbing manusia menuju alam kedamaian, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, keluarga beliau, sahabat-sahabat serta orang yang istiqamah mengikuti jalan mereka dengan ahsan.

Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada bapak mata kuliah Teori-dan praktik konseling yang telah memberikan kami kesempatan untuk memyelesaikan makalah yang berjudul Teori Behavioristik di hadapan teman-teman.

Kami menyadari dalam penyelesaian makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, oleh karenanya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari berbagai pihak, untuk memperbaiki segala kekurangannya.

(3)

DAFTAR ISI

Cover...1

Kata Pengantar... ... ... ...2

Daftar Isi... 3

BAB I Pendahuluan...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan...5

BAB II Pembahasan...6

A. Konsep Dasar Behavioristik... ... ...6

B. Tokoh-tokoh Dan Pemikirannya...8

C. Kelebihan Dan Kekurangan Dalam Teori Pembelajaran Behavioristik.... ...14

BAB III Penutup...17

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Salah satunya adalah teori belajar behavioristik,Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi titik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

Teori Behavioristik:

1. Mementingkan faktor lingkungan 2. Menekankan pada faktor bagian

3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.

4. Sifatnya mekanis

5. Mementingkan masa lalu

(5)

guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.

Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja konsep dasar behavioristik?

2. Bagaimana pendapat dari tokoh-tokoh dan pemikirannya behavioristik? 3. Apa kelebihan dan kekurangan behavioristik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar behavioristik

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori Behavioristik

Konsep dasar teori Behaviorisme adalah Perilaku manusia ditekankan pada aspek-aspek yang lebih mekanistis, perilaku diukur dari hal yang dapat diamati. Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Corey ( 2013: 193) berpendapat bahwa terapi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Sedangkan menurut Hartono ( 2013: 124) menjelaskan bahwa terapi behavioristik adalah mengubah atau menghapus perilaku dengan cara belajar perilaku baru yang lebih dikehendaki.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh panca indera dengan kecendrungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda, dan lain-lain

(7)

maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkah laku yang baru dan Adjuctive.

Steven Jay Lynn dan John P. Garske (1985) menyebutkan bahwa di kalangan konselor/psikolog, teori dan pendekatan behavior sering disebut sebagai modifikasi perilaku (behavior modification) dan terapi perilaku (behavior therapy), sedangkan menurut Carlton E. Beck (1971) istilah ini dikenal dengan behavior therapy, behavior counseling, reinforcement therapy, behavior modification, contingency management.

Marquis, 1974 dalam Corey (2013:205) berpendapat bahwa penggunakan prinsip-prinsip pendekatan behavioral untuk menunjang pengubahan kepribadian yang efektif, memandang perlunya peran aktif clien dalam proses terapi.

Menurut teori ini yang terpenting adalah :

1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.

Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

2. Penguatan (reinforcement)

Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam belajar, begitu juga sebaliknya.

Prinsip-prinsip behaviorisme adalah : 1. Objek psikologi adalah tingkah laku.

(8)

3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan.

f. Pemecahan masalah dengan trial and error.

Menurut Corey (2013:208) menjelaskan bahwa desensititasi sistematik digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu.

Desenstisasi sistematik dimulai dengan suatu analisis tingkah laku atas stimulus-stimulus yang bisa membangkitkan kecemasan dalam suatu wilayah tertentu seperti penolakan, rasa iri, ketidak setujuan, atau suatu phobia. (Corey, 2013:209).

Menurut Hartono (2013:125-131) teknik konseling yang digunakan dalam pendekatan behavioristik sepertti self-management,disensitisasi sistematik, latihan asertif, modeling, RET.

B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik. 1. Edward L.Thorndike : koneksionisme.

Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika. Menurutnya, belajar merupakan proses interaksi antara Stimulus (S) yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan dan Respon (R) yang juga berupa pikiran, perasaan atau gerakan.

Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.

(9)

memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (Error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah Trial and Error learning atau selecting and conecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau asosiasi.

Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika Serikat, menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera dan inplus untuk bertindak atau terjadinya hubungan antara stimulus dan respon disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R Bond. Didalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer dan hukum sekunder.

a. Hukum primer terdiri dari :

1). Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan. 2). Law of Exercise and Repetation, sesuatu itu akan sangat kuat bila sering

dilakukan diklat dan pengulangan.

3). Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan akan dilupakan

b. Hukum sekunder terdiri dari :

1). Law of Multiple Response, yaitu sesuatu yang dilakukan dengan variasi uji coba dalam menghadapi situasi problematis, maka salah satunya akan berhasil juga.

2). Law of Assimilation, yaitu orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru, asal situasi itu ada unsur bersamaan.

3). Law of Partial Activity, seseorang dapat beraksi secara selektif terhadap kemungkinan yang ada di dalam situasi tertentu.

2. John B.Watson : Conditioning

(10)

(observable) dan dapat di ukur. Jadi meskipun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu di perhitungkan karena tidak dapat diamati.

Watson adalah seorang behavioristik murni, karena kajianya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

3. Edwin Guthrie : Conditioning.

Azas belajar guthrie yang utama adalah hukum kontinguity. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.

Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

4. Burrus Frederic Skinner : Operant conditioning

(11)

Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun dari semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berProgram-program, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-fktor penguat merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh skinner.

Skinner menyatakan bahwa kondisi-kondisi tertentu sering kali mengontrol seseornga berperilaku hal ini terjadi baik dirumah, disekolah, dirumah sakit bahkan dipenjara sekalipun (Hartono,2013:118).

Menurut skinner berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung merpati unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif).

Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.

(12)

Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan guthrie bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan menurut skinner :

a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.

b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa terhukum) bila hukuman berlangsung lama.

c. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman.

d. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya dengan apa yang disebut penguatan baik negatif maupun positif.

5. Ivan Pavlov : Classic Conditioning

Dalam pemikiranya Pavlov berasumsi bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Berangkat dari asumsi tersebut Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihanya secara hakiki, manusia berbeda dengan binatang.

(13)

Makanan adalah rangsangan wajar, sedangkan merah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Dari eksperimen tersebut, setelah pengkondisian atau pembiasaan, dapat di ketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat di gantikan oleh sinar merah sebagai stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus). Ketika sinar merah di nyalakan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon-nya. Pavlov berpendapat bahwa kelenjar-kelenjar yang lainpun dapat dilatih sebagaimana tersebut.

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es creem Walls yang berkeliking dari rumah kerumah. Awalnya mingkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual es creem sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

6. Albert Bandura

Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

(14)

penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert Bandura merupakan salah satu peracang teori kognitif social. Meourut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, persnn/kogoitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkuogan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.

Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan penting. Faktor person (kognitif) yaog dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi diri. Reivich dan Shatté (2002) meodefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yaog memiliki efikasi diri yaog tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya.

(15)

C. Kelebihan Dan Kekurangan Dalam Teori Pembelajaran Behavioristik Kelebihan, kekurangan dan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran

Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Menurut Goodstein, 1972 dalam Corey (2013:203) “peran konselor adalah menunjang perkembangan tingkah laku yang secara sosial layak dengan secara sistematis memperkuat jenis tingkah laku clien semacam itu”.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Menurut Corey (2013: 199) tujuan umum terapi bahvioristik adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

Kesalahpahaman umum adalah bahwa tujuan-tujuan client ditentukan dan dipaksakan oleh terapi tingkah laku. Tampaknya ada unsur kebenaran dalam anggapan tersebut, terutama jika menyinggung beberapa situasi, misalnya situasi di rumah sakit jiwa (Corey,2013:200).

1. Kelebihan

Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviouristik terdapat beberapa kelebihan di antaranya :

a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.

(16)

c. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan

d. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

2. Kekurangan

Teori Thorndike terlalu memandang manusia sebagai mekanisme dan otomatisme disamakan hewan.

a. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon. b. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok.

c. Proses belajar berlangsung secara teoritis

Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan teknik pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:

1) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.

2) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.

3) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

(17)

BAB III PENUTUP

Behavioristik merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.

Menurut teori ini, peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Refleks yang bisa meberikan respons kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.

Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik. a. Pavlov : Classic Conditioning

b. Skinner : Operant conditioning c. Edwin Gut hrie : Conditioning d. Watson : Conditioning

(18)

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktik Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Anonim. 2012. Teori Belajar Behavioristik. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik. Diakses pada tanggal 09 Oktober 2015 pukul 08.41 WIB.

Blogroll. 2010. Teori Albert Bandura. [Online]. Tersedia: https://ikhlasia.wordpress.com/materi-kuliah/teori-albert-bandura/ Diakses pada tanggal 09 Oktober 2015 pukul 08.44 WIB.

Hartono. Soedarmadji, Boy. 2013. Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Referensi

Dokumen terkait

Kajian bertujuan untuk melihat perubahan diversiti komuniti semut kanopi dan semut daun sarap di hutan fragmen E, Kalabakan, Tawau dan hutan dara, OG2 di Lembangan Maliau selepas

Gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a merupakan penghasilan teratur yang diterima oleh pegawai negeri pada Polri setiap bulannya yang harus

KEJABAN 03 01 SUBRO INDUSTRI PANDAI BESI GOLOK 2 115 LAS LISTRIK MABHANI KP.KEJABAN 02 01 MABHANI JASA LAS LISTRIK LAS LISTRIK 2 116 HELLER MASLIHAH KP PANJANGAN 05 03

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor agroekosistem (ketinggian tempat) dan tingkat serangan hama Cylas formicarius di tiga ketinggian

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan perlu menyusun mekanisme pembagian manfaat dengan memperhatikan beberapa aspek penting sebagai berikut: adanya tolok ukur berdasar

Adapun manfaat pembelajaran model inkuiri berbasis masalah juga disampaikan oleh Trowbridge dan Bybee (1973:210-212), yang menyatakan bahwa dalam pendekatan inkuiri

mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan terhadap pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi, drainase, serta bangunan pelengkapnya dan tugas lain yang diberikan

Pada penelitian selanjutnya, perlu diketahui pengaruh bawang putih untuk jenis luka bakar yang lain, selain luka bakar derajat II dangkal yang telah digunakan pada