• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah Urus Air Krisis Ekologi Problem Et

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Salah Urus Air Krisis Ekologi Problem Et"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Salah Urus Air

Kita setuju dengan Vandana Shiva, bahwa setiap manusia memiliki hak atas air, karena tanpa air manusia tidak akan bisa hidup. Tetapi pandangan tentang hak asasi atas air itu, tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Di dalam kehidupan sehari-hari sering kita melihat, air yang menjadi salah satu kebutuhan paling mendasar bagi manusia dan mahluk hidup lainnya, tidak ditempatkan sebagaimana mestinya.

Situasi sumber-sumber air, sungai, situ, kolam, dicemari dan racuni limbah industri dan sampah, sumber mata air terus menghilang dan punah, banjir semakin meluas, kelangkaan air bersih, bisnis air terus menjamur, harga air mineral kemasan yang mahal, sengketa pemanfaatan air antar pihak terus terjadi, penggunaan air kotor untuk rumah tangga menjadi tragedi dalam sejarah kehidupan ini.

Peristiwa-peristiwa tersebut sesungguhnya menegaskan keadaan krisis dan salah urus air nyata adanya. Salah urus air terjadi dalam dimensi ekologis, etika, dan politik pengelolaan yang membawa implikasi pada pemenuhan akses dan jaminan keadilan warga atas air yang sehat dan bersih.

Pada tatanan ekologi, air secara kuantitatif dan kualitatif telah mengalami perubahan besar. Secara kuantitatif, meskipun hukum fisika menegaskan bahwa jumlah air tetap, namun degradasi ekologi, daya dukung ekologi yang semakin berkurang telah mengubah keseimbangan layanan alam sekaligus daur hidup air di dalamnya. Keseimbangan alam berubah menyebabkan air melimpah ruah di musim hujan, kelangkaan dan kekurangan air tak terhindarkan di musim kemarau meskipun kita hidup di lumbung dan ladang air.

Secara kualitatif, air tidak lagi sehat, bersih dan terbebas dari bahan-bahan berbahaya dan beracun. Degradasi ekologi tentu menjadi penyebab kualitas air terus berkurang baik diperdesaan dan perkotaan. Produksi sampah dan limbah industri turut memperburuk kualitas sumber-sumber air seperti sungai, kolam, situ, sawah, kali dan mata-mata air.

Degradasi ekologis air tak lepas dari perilaku dan pola kehidupan keseharian manusia itu sendiri. Tradisi manusia untuk merawat sumber-sumber air belum tumbuh subur dalam kehidupa sosial. Praktik hidup masa lalu, peradaban dan sejarah leluhur sebenarnya bisa menjadi nilai kehidupan kita untuk hidup selaras alam, mengubah perilaku buruk merusak alam.

Selain dimensi ekologis dan etis, dimensi politik pengelolaan yang diwujudkan dalam kebijakan negara berkontribusi paling besar pada terjadinya salah urus dan krisis air secara ekologi dan sosial. Kebijakan politik yang salah urus terus memperburuk tatatan ruang hidup dan jaminan keadilan warga atas air.

Politik pengelolaan atas air yang mengabdi pada kepentingan pertumbuhan, pasar dan investasi telah menyebabkan daulat rakyat atas air semakin lemah, akses warga atas air yang sehat dan bersih semakin berkurang, ketidakadilan, bisnis dan monopoli penguasaan air pun semakin nyata.

Kehadiran UU No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air telah menyuburkan privatisasi dan swastanisasi air yang semakin kuat, peran negara makin lemah, investasi dan bisnis sektor air oleh pengusaha dalam dan luar negeri semakin menggurita, pembelian dan penjualan mata-mata air oleh kekuasaan dan uang dan fakta-fakta mengerikan lainnya.

Politik kebijakan negara gagal menjamin perlindungan terhadap sumber-sumber air sebagai barang publik, memastikan akses atas air bersih untuk semua warga negara. Pada situasi tertentu air menjadi barang mahal dan langka, hanya orang kaya yang memiliki uang yang bisa mendapatkan air.

(2)

anak-anak adalah pihak yang paling terkena dampak atas krisis dan salah urus air yang terjadi akibat politik pengelolaan air.

Sebenarnya, jauh sebelum Vandana Shiva menulis tentang Perang Air tahun 2002, Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) sudah menegaskan dengan terang benderang bahwa hak atas air adalah hak guna, tidak ada penguasaan dan pengusahaan atas air. Dalam UUPA, air dan tanah memiliki fungsi sosial, bukan fungsi ekonomi yang melahirkan praktik jual beli.

Bukan hanya gagal menjamin akses dan keadilan atas air, salah urus air juga menimbulkan beragam sengketa atau konflik akses dan pengelolaan air. Sengketa air antar pihak sering terjadi saat musim kemarau. Bahkan di beberapa daerah di Jawa Barat, konflik antar pihak untuk mendapatkan air berujung pertengkaran dan tumbal kematian.

Berangkat dari praktik salah urus air diperlukan berbagai upaya yang bisa menjawab problem ekologis, etika dan kebijakan. Pada ranah ekologis, maka upaya konservasi air sangat mutlak untuk menjaga keseimbangan daur hidup air tetap berlangsung. Pada ranah etis, semua pihak harus memiliki kesadaran ekologis untuk merawat sumber-sumber air dan menumbuhkan tradisi arif dan bijak hidup dengan air.

Secara politik, diperlukan perubahan kebijakan mendasar yang mengembalikan fungsi sosial air, lebih menjamin perlindungan tata kelola air berbasis komunal/komunitas, keadilan ekologi air dan keadilan hak atas air yang harus dijamin negara pada semua warga. Perubahan kebijakan tata kelola air bisa merujuk kembali kepada konstitusi negara UUD 1945, Undang-undang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang-undang Hak Ekonomisi, Sosial dan Budaya.

Akhirnya, semoga momentum hari air di tahun 2014 tidak dimaknai secara seremonial belaka, namun harus menjadi refleksi bersama bahwa kita tidak bisa hidup tanpa air, namun air menjadi barang langka, mahal dan tidak sehat. Hak atas air adalah hak alamiah dan asasi manusia yang harus dijamin oleh negara, dan semua pihak memiliki kewajiban agar hak dan daur hidup air terus berlangsung secara seimbang.

Referensi

Dokumen terkait

unhe nibhana aasan nahin pyar mein dil sabhi jeet lete hain magar dil har ke jeetna aasan nahin zindagi mein to sabhi pyar karlete hain pyaar mein ise qurban karna aasan nahin. teri

Seperti halnya Chu & Choi (2000) dari hasil analisis tersebut yang terlihat pada Tabel 6, maka manajemen dapat mulai melakukan perbaikan atribut yang mempunyai

Deskripsi : Akan dilakukan pembangunan jalan dan jembatan, normalisasi saluran bawah tol, pembangunan tanggul serta pembangunan tendon untuk air hujan.. Waktu : Tahun 2017

Dari proses observasi dan analisis sistem mengenai sistem lama yang diterapkan diruang gudang grocery dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan adanya rancangan sistem

Sedangkan untuk pihak manajemen Rumah Sakit, penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang kepemimpinan, motivasi dan beban kerja di ruangan serta

Aku akan membuat tuan muda Russel Matthew yang terhormat tidak tertarik dengan rumah ini." Brenda mengedipkan sebelah matanya pada

Penelitian ini ingin mengetahui terjadinya manajemen laba yang meningkatkan laba pada saat sebelum pergantian direksi secara rutin, pergantian non rutin yang dilakukan karena

fasilitas olahraga yang paling diminati di Kota Bandung rata-rata fasilitasnya digunakan hingga mencapai batas maksimal pada waktu- waktu tertentu. Namun yang menolak