• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran kooperatif. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran kooperatif. docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

”Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournaments Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Simpang Tiga Tahun

Pelajaran 2014/2015”.

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263).

Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses pendidikan. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal dan nonformal. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus- menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode atau strategi mengajar, buku-buku pelajaran, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Matematika diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung didalam matematika itu sendiri, tetapi matematika diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk membantu melatih pola pikir semua siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis dan tepat (Djamarah,2005:46).

Kondisi pengajaran matematika sendiri saat ini masih menunjukkan adanya peluang yang luas bagi diadakannya upaya-upaya perbaikan ke arah yang lebih baik lagi. Hal ini mengingat perkembangan ilmu matematika yang sangat pesat dewsa ini. Di sisi lain, kritikan dan sorotan masih sering dikemukakan, terutama dalam hal masih rendahnya nilai mata pelajaran matematika peserta didik bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain, apabila saat ini kesan matematika itu salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti siswa masih terasa sangat kental. Dengan demikian dibutuhkan upaya-upaya atau langkah-langkah yang strategis secara efektif untuk mencapai kwalitas pendidikan khususnya pada mata pelajaran matematika sebagaimana harapan kita bersama. Soleh(2008:3) menyatakan bahwa :

(2)

Tetapi mentransfer kosep melalui media informasi atau ceramah belum tentu dapat menghasilkan konsep yang jelas secara keseluruhan, bahkan sebaiknya mungkin akan menghasilkan konsep yang salah. Untuk itu diperlukan interaksi belajar yang baik antara guru dengan para siswa dalam suatu proses belajar mengajar. Agar terjalin komunikasi dan interaksi yang baik antara guru dengan para siswa, maka seorang guru terlebih dahulu memperhatikan kesiapan dan tingkat intelektualitas peserta didiknya serta menentukan model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai penerima pelajaran (siswa), sedangkan mengajarkan menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses pengajaran. Proses pengajaran akan berhasil selain di tentukan oleh kemampuan guru dalam menentukan metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran, juga ditentukan oleh minat belajar siswa.

Menurut Ibrahim (2005:7), pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan, yaitu ”hasil belajar akademik, penerimaan tehadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial”. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan.

Berdasarkan hasil pengamatan di SMP Negeri 2 Simpang Tiga kelas VII, masalah pembelajaran timbul dikarenakan penggunaan model yang monoton, minat belajar siswa untuk terlibat aktif karena dalam pembelajaran dominasi guru sangat tinggi, Sehingga pencapaian hasil belajar siswa tidak seperti yang diharapkan, banyak siswa yang berada di titik kritis (tidak memenuhi KKM). Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan guru bidang studi matematika untuk kelas VII SMP Negeri 2 Simpang Tiga adalah 65. Ada beberapa tipe yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Teams games Tournaments (TGT). Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan model pembelajaran TGT

untuk membantu para siswa dalam mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar khususnya pada pelajaran matematika.

(3)

tingkat keberhasilan pembelajaran matematika. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika yang dicapai siswa rendah. Ini berarti tinggi rendahnya hasil belajar matematika disebabkan oleh beberapa faktor, yang salah satunya faktor adalah perbedaan penggunaan pendekatan pembelajaran dalam menyampaikan materi matematika.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Penerapan Model Pembelajara kooperatif Tipe Teams Games Tournaments Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Simpang Tiga Tahun Pelajaran 2014/2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Segi Empat di kelas VII SMP Negeri 2 Simpang

Tiga tahun pelajaran 2014/2015? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dalam peneltian ini adalah : ”untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model Teams Geams Tournaments (TGT) dalam materi segi empat di kelas VII di SMP Negeri 2 Simpang Tiga tahun ajaran 2014/2015”.

1.4 Manfaat Penelitian

Berpijak pada latar belakang yang telah dirumuskan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Bagi guru, sebagai bahan masukan mengetahui metode TGT sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi Siswa, manfaatkan penelitian ini bagi siswa adalah meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan pengetahuan baru kepada siswa bagaimana cara belajar yang lebih baik dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir untuk meningkatkan pretasi belajar siswa.

(4)

d. Bagi Peneliti, manfaatkan penelitian bagi peneliti adalah hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak dalam rangka menindaklanjuti penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi.

1.5 Definisi Operasional

a. Belajar adalah proses menekankan pada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan.

b. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai akibat proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Makin tinggi proses belajar yang dilakukan siswa harus makin tinggi pula hasil belajar yang dicapainya.

c. Model pembelajaran adalah suatu bentuk pola aktivitas yang merupakan dasar pijakan guru dalam mengorganisasikan kegiata belajar mengajar yang dapat menuntun guru dalam menetapkan prosedur dan langkah-langkah pembelajaran yang dapat mengantarkan aktivitas anak didik terlibat secara optima. Model merupakan cara-cara mengorperasikan suatu kegiatan pembelajaran perubahan konseptual.

d. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang diatur untuk memungkinkan siswa bekerjasama dalam kelompok kecil.

e. Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dimana setelah peserta didik belajar dan berlatih dalam kelompok, masing-masing anggota kelompok akan mengadakaan turnamen atau lomba dengan anggota kelompok lain. f. Metode konvensional adalah cara atau penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada

siswa di dalam kelas dengan cara berbicara diawal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab.

1.6 Anggapan Dasar dan Hipotesis

Menurut Arikunto (2006:65) menyatakan bahwa: “anggapan dasar atau asumsi adalah sesuatu hal di yakini sebenarnya oleh peneliti harus dirumuskan secara jelas. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil peneliti nanti”.

Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :

(5)

Hipotesis adalah dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya (sudyana, 2005:219). Berdasarkan anggapan dasar tersebut yang menjadi hipotesis yaitu: “ Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Gemes Tournaments lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Gemes Tournaments di kelas VII SMP Negeri 2 Simpang Tiga”.

2. LANDASAN TEORITIS

2.1. Hakikat belajar Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat-sifat khas jika dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

Johnson dan Myklebust dalam Mulyono (2003: 252) menyatakan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktiknya untuk mengekspreksikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah un tuk memudahkan berpikir.

Matematika Menurut Gagne (dalam Ansari, 2009:32) ”Belajar adalah proses yang memungkinkan individu untuk mengubah tingkah laku secara permanen sehingga perubahan yang sama tidak akan terjadi pada keadaan yang baru”.

Dalam meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan, berbagai upaya telah dilakukan, diantaranya dengan meningkatkan profesionalisme guru dan menyempurnakan kurikulam serta pedoman proses pembelajaran . Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

(6)

istilah tersebut sangat relevan dalam sistem persekolahan, yakni untuk membelajarkan peserta didik.

Dari pengertian pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi belajar mengajar dengan melibatkan komponen pembelajaran yang meliput: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, teknik mengajar, siswa, media, guru dan evaluasi hasil belajar.

Dalam belajar matematika itu sendiri, masih banyak siswa yang kesulitan belajar. Untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan belajar, hendaknya guru mengetahui beberapa karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar matematika.

Menurut Lerner (dalam Mulyono Abdurrahman ,2003: 259) menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik anak kesulitan matematika, yaitu:

1. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan

8. Performance IQ jauh lebih rendah dari pada Skor verbal IQ.

Dengan mengetahui beberapa karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar matematika, hendaknya guru mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siwa dalam belajar matematika. Kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam belajar matematika dapat di atasi dengan cara mengkaji kesulitan-kesulitan yang terjadi dengan menentukan langkah-langkah atau cara yang tepat sebagai upaya perbaikan dalam peningkatan prestasi belajar matematika siswa (Maimun,2010:12).

Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam pembelajaran maka harus ada konsep dasar strategi dalam pembelajaran. (Sabri, 2007:16) mengemukakan konsep dasar strategi belajar mengajar meliputi:

1. Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar dan memilih prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar.

2. Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

(7)

Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah.

Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang diatur untuk memungkinkan para siswa saling bekerja sama dalam sebuah kelompok kecil. Nurhadi dalam Johar (2006:32) mengatakan bahwa:

Agar pembelajaran kooperatif ini dapat lebih efektif, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan:

a. Saling ketergantungan positif. b. Interaksi tatap muka.

c. Akuntabilitasindividu.

d. Kemampuan menjalin hubungan antar pribadi.

e. Dalam pembelajaran kooperatif, tenggang rasa, saling menghargai, bersikap sopan, tidak mendominasi orang lain, mengkritik ide dan bukan mengkritik pribadi teamn. Guru mengajarkan dan mendorong timbulnya ketrampilan sosial tersebut agar kerja kelompok dalam pembelajaran kooperatif efektif.

Sementara menurut Slavin dengan pembelajaran kooperatif, para peserta didik diharapkan dapat aktif bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap satu tim untuk mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya (Slavin, 2005:10).

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Martinis dan Bansu (2009:75) adalah sebagai berikut:

1. Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan belajar, 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi , sedang

dan rendah

3. Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras, 4. budaya dan jenis kelamin yang berbeda.

5. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada individu. 2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournaments (TGT)

Menurut Soca dalam Suhadinet (2008) dalam model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) siswa dapat memainkan permainan-permainan dengan anggota dari

(8)

dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kadang-kadang juga dapat diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).

Menurut Slavi dalam Ratumanan (2004:138) pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) terdiri dari sintak aktivitas pembelajaran sebagai berikut:

a. Mengajar. Guru menyajikan pelajaran.

b. Belajar kelompok. Siswa mengerjakan lembar kerja dalam kelompok masing-masing untuk menguasai materi pelajaran.

c. Turnamen. Siswa-siswa melakukan permainan akademis pada setiap meja turnamen, yang terdiri dari 3 orang dengan tingkatan kemampuan yang homogen.

d. Penghargaan kelompok. Skor kelompok dihitung berdasarkan pada skor turnamen anggota kelompok, dan tim dihargai jika mereka tercapai kriteria yang ditetapkan.

2.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diantaranya: 1. Kelompok (Team)

a. Membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang anggotanya heterogen b. Memberitahu siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok 2. Presentasi kelas (class Presentasi)

a. Menyampaikan tujuan pemmbelajaran yang hendak dicapai

b. Menghimbau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna ada saat game dan menentukan skor kelompok

c. Memberikan / mempresentasukan materi pelajaran didalam kelas 3. Permainan (games)

a. Membrikan games dalam bentuk pertanyan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian materi

b. Memberikan materi games dalam dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kartu indek

c. Memberikan dan mengumpulkan skor kepada siswa yang menjawab benar 4. kompetisi (turnamen)

a. Membagi siswa kedalam beberapa meja turnamen.tiga siswa tertinggi presentasinya pada meja 1,tiga siswa selanjutnya pada meja kedua dan seterusnya

b. Mengkoordinasikan jalannya turnamen dengan prosedur pelaksanaan 5. Penghargaan (Team mengenali)

a. Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpulan skor turnamen

b. Memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok.

(9)

2.5.1 Kelebihan model pembelajaran tipe TGT

1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.

2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.

3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.

4. Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini. 2.5.2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama.

2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.

3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah.

Berdasarkan uraian diatas pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments disolusikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Karena pada model ini akan menciptakan suasana suasana yang tidak membosankan dimana siswa bermain sambil belajar yang tujuan akhirnya adalah sebagai dongkrak untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Slavin (2010:166) TGT terdiri atas lima komponen utama yaitu: 1) Presentasi Kelas

Materi dalam TGT pertama di perkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi palajaran yang dipimpin oleh guru atau presentasi audio visual. Dengan cara ini para siswa harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu dalam game dan skor game mereka menentukan skor tim mereka.

(10)

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnik. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk memberi kontribusi dalam game. Tim adalah fitur yang penting dalam TGT.

Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberi perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa percaya diri, penerimaan terhadap siswa main stream.

3) Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontenya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, masing-masing mewakili tim yang berbeda. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomer yang tertera pada kartu tersebut.

4) Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya berlangsung akhir minggu atau setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen- tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya berada pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2 dan seterusnya. Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu bernomor yang tersedia pada meja turnamen dan mencoba menjawab pertanyaan yang muncul. Apabila tiap anggota dalam suatu tim tidak bisa menjawab pertanyaannya, maka pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam.

Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan mendapat skor yang telah tertera dibalik kartu tersebut. Skor ini yang nantinya dikumpulkan tim untuk menentukan skor akhir tim. Pemilihan kartu bernomor akan digilir pada tiap-tiap tim secara bergantian searah jarum jam, sampai habis jatah nomornya atau waktu turnamen habis.

(11)

5) Rekognisi Tim

Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula hadiah (reward) sebagai motivasi belajar.

2.6. Bangun Datar Segi Empat

Segi empat adalah suatu bidang datar yang dibentuk/dibatasi oleh empat garis lurus sebagai isinya. Bangun datar segi empat yang akan dibahas meliputi persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.

1. Persegi Panjang

Persegi panjang adalah segi empat (bangun yang di batasi oleh empat buah sisi) yang memiliki sepasang sisi yang sama panjang dan saling sejajar. Keempat sudutnya berbentuk siku-siku.

 Sifat-sifat dari persegi panjang:

(12)

2) Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut siku-siku (900).

3) Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan membagi dua sama besar.

4) Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara.

Rumus :

Keliling (K) = 2 (panjag+lebar)

= 2 (AB+BD)

Luas (L) = Panjang x lebar

2. Belah Ketupat

Belah ketupat adalah segi empat yang semua sisinya sama panjang. Sudut-sudut bersebrangannya sama besar. Dua garis diagonal pada belah ketupat saling berpotongan tegak lurus.

Sifat-sifat belah ketupat:

1) Semua sisi pada belah ketupat sama panjang.

2) Kedua diagonal pada belah ketupat merupakan sumbu simetri.

3) Kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama panjang dansaling berpotongan tegak lurus.

4) Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonany

Rumus belah ketupat :

Kelilig (K) = AB + BC + CD + DA

Luas (L) = 1/2(d1 x d2)

(13)

Persegi adalah bangun segi empat yang semua sisinya sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku.

 Sifat-sifat dari persegi:

1) Semua sifat persegipanjang merupakan sifat persegi.

2) Suatu persegi dapat menempati bingkainya dengan delapan cara.

3) Semua sisi persegi adalah sama panjang.

4) Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.

5) Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan sama panjang membentuk sudut siku-siku.

Rumus persegi :

Keliling (K) = 4 x sisi atau K = 4s

Luas (L) = sisi x sisi atau S2.

4. Jajaran Genjang

Jajaran genjang adalah segi empat yang memiliki dua pasang sisi yang saling sejajar. Perhatikan bahwa sudut-sudut yang bersebrangan pada jajaran genjang besarnya sama.

 Sifat-sifat jajar genjang:

1) Sisi-sisi yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama panjang dan sejajar. 2) Sudut-sudut yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama besar.

(14)

Rumus jajargenjang :

Keliling (K) = jumlah sisinya = AB + BC + CD + DA

Luas (L) = alas x tinggi

5. Trapesium

Trapesium adalah segi empat yang memiliki sepasang sisi sejajar. Jika dua sisi tidak sejajarnya memiliki panjang yang sama, dan kedua sudut alasnya sama besar, maka di namakan trapesium sama kaki. Trapesium bukan jajaran genjang, karena hanya memiliki sepasang sisi sejajar.

 Sifat-sifat trapesium:

1) Sepasang sisi yang berhadapan sejajar.

2) Sudut antara sisi-sisi sejajar yang memiliki kaki sekutu salah satu sisi tegaknya berjumlah 1800.

3) Diagonal-diagonal trapesium sama kaki adalah sama panjang. Rumus trapesium :

Keliling (K) = jumlah sisi-sisinya = AB + BC + CD + DA

Luas (L) = (jumlah sisi sejajar x tinggi)

6. Layang-layang

Sebuah layang memiliki sepasang-sepasang sisi yang sama panjang. Sebuah layang-layang di buat dari dua buah segi tiga sama kaki yang saling tegak berimpit di sisi alasnya.

 Sifat-sifat layang-layang:

1) Sepasang sisinya sama panjang.

(15)

4) Salah satu diagonal layang-layang membagi diagonal lainnya menjdi dua bagian sama panjang dan kedua diagonal itu saling tegak lurus.

Rumus layang-layang :

Keliling (K) = jumlah sisi-sisinya = AB + BC + CD +DA

Luas (L) = ½ (d1 x d2)

Itulah sekilas pengertian dari berbagai macam bentuk segi empat beraturan. Materi pokok segi empat yang di maksudkan dalam penelitian ini adalah salah satu materi pokok yang di ajarkan di kelas Vll SMP Negeri 2 Simpang Tiga.

3.METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat penerapan model pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada SMP Negeri 2 Simpang Tiga

tahun pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini yang penulis lakukan menggunakan penelitian kuantitatif dan jenis penelitian eksperimen. Kuantitatif adalah suatu pembahasan yang berupaya untuk memecahkan segala persoalan yang akan diperlukan saat ini. Sedangkan eksperimen adalah suatu metode penelitian yang diamati dan tujuannya untuk mendemonstrasikan adanya hubungan sebab-akibat antara variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas).

Untuk memperoleh data tentang perbedaan hasil belajar siswa dalam menguasai materi segi empat. Maka dalam penelitian ini penulis memberikan tes tertulis pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol dengan soal yang sama, soal tes yang penulis buat berupa essay, tentang bahasan segi empat yang telah dipelajari siswa tes diberikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku, maka nilai yang diambil dari tes penyajian materinya dengan matode Teams Games Tournaments (TGT) dan pembelajaran metode konvensional, itulah yang diambil sebagai data.

3.2. Desain Penelitian

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Eksperimen

Kelompok Tes awal Perlakuan Tes akhir

Eksperimen

Kontrol

-Keterangan :

: Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams Games Tournament

(16)

dan : Tes Akhir

3.3. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada SMP Negeri 2 Simpang Tiga Kabupaten Pidie. Dan dilakukan pada bulan Mei semester genap Tahun ajaran 2014-2015.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan oblek yang akan diteliti dalam suatu penelitian. Penerapan objek penelitian sangatlah penting diperhatikan kerena penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengambil kesimpulan tentang objek secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Simpang Tiga Kelas VII semester II (genap) tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 2 kelas.

Sampel adalah pembagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang ada. Peneliti meneliti dua kelas dari populasi yaitu sebagai sampel penelitian. Dikarenakan populasi kecil maka peneliti mengambil sampel dengan teknik sampling purposif. Sampling Purposif adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:68). Teknik ini paling cocok digunakan untuk penelitian kualitatif yang tidak melakukan generalisasi.

Dalam memilih sampel, Peneliti mengadakan observasi dan wawancara dengan guru yang mengajar di kelas VIIa dan VIIb, dari dua kelas sampel yang peneliti dapatkan, satu kelas akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dimana rangkaian proses belajar dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Teams Geams Tournaments (TGT), Sedangkan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.

3.5 Instrumen penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu Soal Tes. Soal tes merupakan jenis soal yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman diakhir putaran pembelajaran berlangsung. Soal tes terdiri dari soal pre tes dan soal post tes.

(17)

kepada kedua kelas sample adalah sama. Dan dalam penelitian ini materi yang disajikan adalah Segi empat.

Soal post-test (tes-akhir) dilakukan sesudah pelajaran diberikan dan dilaksanakan di dalam kelas sesuai dengan jam pelajaran masing-masing.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung ke lokasi penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh data dan hasil yang akurat dan tepat.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti memberikan soal tes. Tes yang penulis buat berupa tes awal dan tes akhir. Jumlah soal untuk tes adalah 5 butir, soal tersebut berbentuk soal essay dengan skor untuk masing-masing yang berbeda dan skor maksimal 100 dengan alokasi waktu 1x40 menit.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh penulis mengolah data dengan menggunakan SPSS 16.0 sebagai berikut:

3.7.1 Uji Normalitas Data

Menurut Santoso (2000) untuk menguji normalitas data dengan SPSS, dilakukan langkah-langkah seperti berikut ini:

1. Entry data atau buka file data yang akan dianalisis 2. Pilih menu berikut ini

Analyze - Descriptives Statistics - Explore 3. Selanjutnya:

- Pilih y sebagai dependent list

- Pilih x sebagai factor list, apabila ada lebih dari 1 kelompok data - Klik tombol Plots

- Pilih Normality test with plots - Klik Continue, lalu klik OK

Kriteria pengujian adalah tolak Ho nilai sig. (P-value) < 0,05 dan terima Ho jika nilai sig. (P-value) > 0,05.

3.7.2 Uji Homogenitas Varians

Menurut Santoso (2000) untuk menguji homogenitas varians dengan SPSS, dilakukan langkah-langkah seperti berikut ini:

1. Entry data atau buka file data yang akan dianalisis 2. Pilih menu berikut ini

(18)

3. Selanjutnya:

- Pilih y sebagai dependent list - Pilih x sebagai factor list - Klik tombol Plots

- Pilih Levene test untuk untransormed - Klik Continue, lalu klik OK

Kriteria pengujian adalah tolak Ho nilai sig. (P-value) < 0,05 dan terima Ho jika nilai sig. (P-value) > 0,05.

3.7.3 Tinjauan Terhadap Hipotesis

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Independent Sample T- Test. Menurut Santoso (2000), langkah-langkah melakukan Independent Sample T- Test dengan SPSS adalah sebagai berikut:

1. Entry data atau buka file data yang akan dianalisis 2. Pilih menu berikut ini

Analyze - Compare Means - Independent Sample T Test

3. Masukkan variabel y ke Test Variable, dan group ke Grouping Variable.

4. Klik Define Groups, lalu Setting angka 1 untuk Group 1, dan angka 2 untuk Group 2 5. Klik Continue, lalu klik OK

Kriteria pengujian adalah tolak Ho nilai sig. (P-value) < 0,05 dan terima Ho jika nilai sig. (P-value) > 0,05.

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Bakti Husada

Gambar

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Implementasi Pendidikan Karakter Peduli

Proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Karang Taruna Muda Karya dan Pemerintah desa jatiguwi yang diharapkan membawa perubahan membutuhkan peranan penting dari semua

Peningkatan kadar air akibat penggunaan puree pisang Ambon sebagai fat mimetic tersebut memang diharapkan dapat memodifikasi keempukan, kelembutan dan moistness

The data analysis is based on the transitivity and thematic analysis as the description of the identity of Toba Batak Society and the description is

Perbedaan konsentrasi ekstrak kulit biji pinang Yaki ( Areca vestiaria Giseke) pada sediaan masker gel peel-off mempengaruhi efektivitasnya dalam melembabkan kulit

Dengan dibuatkan formulir seperti ini akan menunjukkan data transaksi yang terjadi pada hari itu yang kemudian digunakan untuk mengelola dan memantau hasil transaksi setiap

Penelitian ini dilakukan di wilayah Pekanbaru dengan objek penelitian yaitu Kawasaki pada dealer PT. Greentech Cakrawala Motorindo Pekanbaru yang berlokasi di jalan

pemerintah akan fokus pada stabilisasi harga enam bahan pangan yang harganya meroket, yaitu cabai rawit, bawang merah, daging ayam telur, beras, dan daging sapi.. (Harga