• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN INFORMASI POLITIK TERHADAP PARTISI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN INFORMASI POLITIK TERHADAP PARTISI (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN INFORMASI POLITIK

TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PEMULA DALAM PEMILU/ PEMILUKADA

Siska Sasmit a

Dosen Jurusan Administ rasi Negara Universit as Negeri Padang Email ; sis_4150@yahoo. com

ABSTRACT

Pol i t i cal inf ormat i on plays an i mport ant role in shapi ng t he poli t ical part i cipat i on of young vot er s. Young vot er s who are not i nf or med well have a t endency not t o par t icipat e i n elect ions because of conf usion in t heir pol i t i cal orient at i on.

Keyword ; Pol it ical Inf ormat ion, Pol it ical Part icipat ion, Young Vot ers.

PENDAHULUAN

Keberadaan pemilih pemula acap menj adi incaran bagi part ai polit ik unt uk mendulang suara. Para pemilih pemula ini umumnya belum t erinf ormasikan sert a t idak memiliki pendidikan polit ik memadai. Dengan asumsi ini part ai polit ik berupaya memengaruhi pilihan polit ik pemilih pemula melalui berbagai upaya. Dalam kenyat aannya part ai polit ik lebih banyak memberdayakan pemilih pemula melalui kampanye dengan melibat kan polit ik uang.1

Selain rent an dimanfaat kan part ai polit ik, pemilih pemula j uga rent an golput . Kelompok pemilih pemula adalah kelompok yang lebih krit is dibanding kelompok lainnya sehingga berpeluang

1 Ismanto, Ign. Dkk. 2004 (hal 151). Pemilihan

Presiden Secara Langsung 2004 Dokumentasi, Analisis dan Kritik. Jakarta: Kementerian Riset dan Teknologi, dan Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS.

menj adi golput , karena banyak diant ara pemilih pemula bingung unt uk menggunakan hak pilih mereka dalam pemilu.2

Keseriusan pemerint ah dan part ai polit ik dalam menggarap pendidikan polit ik bagi pemilih pemula pat ut dipert anyakan. Hingga saat ini belum banyak part ai polit ik yang melakukan pendidikan polit ik serius t erhadap pemilih pemula. Pemilih pemula menggant ungkan pendidikan polit ik kepada inf ormasi media massa, sesama t eman, orang t ua, at au guru di sekolah.3

INFORMASI POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA

Undang-Undang Nomor 14 t ahun 2008 t ent ang Ket erbukaan Inf ormasi Publik

2 Saifudin. http://erabaru.net.

3 Hasibuan, Muhammad Umar Syadat dan Yohanes

(2)

ADM INISTRATIO ISSN : 2087-0825 menyat akan inf ormasi sebagai

ket erangan, pernyat aan, gagasan, dan t anda-t anda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik dat a, f akt a maupun penj elasannya yang dapat dilihat , didengar, dan dibaca yang disaj ikan dalam perkembangan t eknologi inf ormasi dan komunikasi secara elekt ronik maupun nonelekt ronik. Dengan demikian pemahaman t ent ang inf ormasi polit ik mengacu pada def inisi t ersebut dengan menekankan pada kont en polit ik.

Media massa merupakan sarana paling efekt if digunakan unt uk menyebarkan dan menj aring inf ormasi polit ik. Dalam hal ini media bukan saj a sebagai sumber inf ormasi polit ik melainkan kerap menj adi f akt or pendorong (t r igger ) t erj adinya perubahan polit ik (Suwardi, 2004).4 Disamping it u media memiliki pot ensi ment ransf er dan mengekspos inf ormasi polit ik bagi pembent ukan opini publik.

Keikut sert aan media dalam membent uk opini publik merupakan upaya membangunkan sikap dan t indakan khalayak mengenai sebuah masalah polit ik dan/ at au akt or polit ik. Dalam kerangka ini media menyampaikan pembicaraan-pembicaraan polit ik kepada khalayak. Bent uk pembicaraan polit ik t ersebut dalam media ant ara lain berupa t eks at au berit a polit ik yang di dalamnya t erdapat pilihan simbol polit ik dan f akt a polit ik. Karena kemampuan ini pula media massa sering dij adikan alat propaganda dalam komunikasi polit ik.5

4 Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik

dalam Media Massa.Jakarta: Granit.

5 Sama dengan catatan kaki no.4

Selain menj adi sumber inf ormasi, media massa j uga merupakan saluran komunikasi bagi para akt or polit ik. Cara-cara media menampilkan perist iwa-perist iwa polit ik dapat mempengaruhi persepsi para akt or polit ik dan masyarakat mengenai perkembangan polit ik. Melalui f ungsi kont rol sosialnya, bersama inst it usi sosial lainnya, secara persuasif media massa bisa menggugah part isipasi publik unt uk sert a dalam merombak st rukt ur polit ik.6

Radio merupakan salah sat u media yang dimanf aat kan pemilih pemula unt uk menj aring inf ormasi polit ik,7 dikarenakan akses t erhadap radio yang cenderung mudah dan murah bagi kalangan muda. Part ai-part ai polit ik baru j uga memanfaat kan radio sebagai sarana mempublikasikan diri. Dengan alokasi dana kampanye yang t erbat as, radio dianggap paling ef ekt if unt uk menj angkau semua st rukt ur masyarakat .

Media lain yang dimanfaat kan pemilih pemula t erbat as pada t elevisi dan surat kabar karena dua media inilah yang set iap hari gencar menghadirkan inf ormasi seput ar polit ik dan kenegaraan. Sedangkan pemanf aat an int ernet unt uk menj aring informasi polit ik masih minim. Berbeda dengan negara maj u, di negara berkembang sepert i Indonesia int ernet masih dipahami kaum muda sebat as f ungsi rekreat if . Int ernet t idak

6 Sama dengan catatan kaki no.4

7 Juniarti, Rahmi. 2011. Pendidikan politik bagi

(3)

meningkat kan pemahaman pemilih pemula t erhadap pemilu/ pemilukada, melainkan sebat as media yang dit awarkan kepada pemilih pemula unt uk mengekspresikan part isipasi polit ik mereka.8

Fenomena yang j uga mengemuka dari cara pemilih pemula menj aring inf ormasi polit ik adalah melalui keikut sert aan dalam kampanye. Manakala berkampanye sesungguhnya yang dilakukan akt or polit ik t iada lain mengkonst ruksi realit as polit ik. Para j uru kampanye mencoba mengurut -urut kan realit as sehingga pembicaraan polit iknya menarik massa. Kepiawaian seorang j uru kampanye j ust ru t erlet ak

pada kemampuannya mengemas

pesan/ inf ormasi saat ia berhadapan dengan massa.

Kampanye part ai polit ik menj elang pemilu yang menghadirkan hiburan dari art is-art is ibukot a sangat diminat i. Sebagian dari pemilih pemula memang

memberi perhat ian t erhadap

penyampaian visi misi oleh kader part ai polit ik.9 Namun sebagian lagi cenderung sekedar menikmat i acara hiburan.

Dalam beberapa kasus, keakt ifan pemilih pemula dalam menj aring inf ormasi polit ik berada dalam kat egori cukup baik. Sebagian pemilih pemula memiliki perhat ian unt uk mengikut i debat -debat polit ik baik yang diselenggarakan secara langsung maupun melalui media.10 Debat

8 Buss, Terry F, et al. 2006(hal 297). Modernizing

Democracy: Innovation in Citizen Participation. New York: ME.Sharpe.

9 Sama dengan catatan kaki no.7

10 Fitri Yeni. 2011. Partisipasi Politik Pemilih

Pemula dalam Pemilihan Presiden dan Wakil

polit ik diakui para pemilih pemula sebagai sarana memperoleh gambaran lebih mendalam seput ar part ai polit ik dan kader-kadernya.

Pemilih pemula yang akt if berorganisasi baik di lingkungan sekolah/ kampus maupun dalam organisasi sosial kemasyarakat an cenderung memiliki inf ormasi polit ik lebih memadai. Posisi di organisasi int ra sekolah/ kampus dan organisasi sosial kemasyarakat an membuka peluang bagi mereka unt uk t erlibat dalam beberapa kegiat an yang diselenggarakan part ai polit ik, baik yang berbent uk kampanye maupun kegiat an sosial keagamaan yang diusung part ai polit ik t ert ent u. Dari beragam kegiat an inilah inf ormasi polit ik diperoleh para akt ivis.

Secara keseluruhan pemilih pemula cenderung memperoleh informasi polit ik melalui saluran inf ormal yakni melalui media dan agen sosialisasi di lingkungan t erdekat yakni keluarga dan organisasi sosial kemasyarakat an. Sedangkan inf ormasi polit ik yang diperoleh secara f ormal melalui pembelaj aran di sekolah t erident if ikasi masih t erbat as.

PARTISIPASI PEMILIH PEMULA DALAM PEMILU/ PEMILUKADA

Part isipasi polit ik mengacu pada kegiat an seseorang at au sekelompok orang secara sukarela unt uk ikut sert a akt if dalam kehidupan polit ik yait u dengan j alan mengambil bagian dalam proses

(4)

ADM INISTRATIO ISSN : 2087-0825 pemilihan penguasa at au mempengaruhi

seleksi pej abat -pej abat negara dan/ at au t indakan yang diambil oleh mereka dan secara langsung at au t idak langsung mempengaruhi kebij akan pemerint ah.11 Dengan demikian dalam def inisi di at as, part isipasi polit ik lebih mengarah pada t indakan yang bersif at sukarela.

Pendapat lain mengemukakan bahwa part isipasi polit ik dapat bersif at ot onom maupun dimobilisasi. Part isipasi ot onom meruj uk pada akt ivit as masyarakat dalam berpolit ik yang berdasarkan inisiat if sendiri, spont an dan dilakukan secara sukarela. Sedangkan part isipasi yang dimobilisasi dapat digerakkan dengan imbalan mat eri at au di bawah ancaman t ert ent u.12

Peningkat an part isipasi polit ik pemilih pemula menj adi perhat ian ut ama di beberapa negara maj u. Pemilih pemula yang cenderung rendah t ingkat part isipasinya13 dij aring keakt ifan mereka melalui pelibat an art is-art is idola kaum muda. Hal ini yang mendasari mengapa part ai polit ik memanfaat kan j uru kampanye yang berasal dari kalangan art is. Fenomena ini t ak hanya ada di Indonesia namun j uga t erj adi saat kampanye Part ai Buruh di Inggris.14

Meski berbagai upaya t elah dikerahkan unt uk menj aring part isipasi pemilih pemula dalam pemilu/ pemilukada, st at ist ik t et ap menunj ukkan bahwa

11 Miriam Budiarjo (2005:40).

12 Hutington dan Joan Nelson. 1994 hal. 9-14 13 Furlong, Andy dan Fred Cartmel. 2007 (hal.122).

Young people and social change. McGrawHills Company.

14 Sama dengan catatan kaki no.11

t ingkat part isipasi mereka berada pada kat egori sedang. Pemilih pemula akt if dalam mencari inf ormasi seput ar penyelenggaraan kampanye di daerah t empat mereka bermukim, namun t idak banyak ikut sert a dalam menyukseskan kampanye dan mengkrit isi j alannya kampanye.15 Sebagian dari mereka j uga t idak akt if mengikut i j alannya kampanye via media massa at aupun berdiskusi seput ar kampanye yang berlangsung (Pat t erson, 2001).16

Berbeda dengan part isipasi saat kampanye, pemilih pemula cenderung akt if dalam pemungut an dan perhit ungan suara saat pemilu/ pemilukada. Keakt if an ini t erlihat mulai dari dat ang ke t empat pemungut an suara (TPS) t epat wakt u dan mengaj ak orang lain unt uk t urut sert a. Sedangkan part isipasi pemilih pemula unt uk menj adi saksi salah sat u pasangan calon lebih banyak berbent uk part isipasi yang dimobilisasi.

Secara keseluruhan, part isipasi pemilih pemula dalam t ahapan kampanye dan t ahapan pemungut an sert a penghit ungan suara lebih bersif at part isipasi yang dimobilisasi. Pemilih pemula cenderung akt if j ika diaj ak oleh orang lain, baik unt uk ikut kampanye, menyaksikan debat calon, dan mengkrit isi j alannya pemilu/ pemilukada.

Ada beberapa alasan mengapa para pemilih pemula berpart isipasi dalam pemilu/ pemilukada. Alasan per t ama, sebagian besar pemilih pemula masih menaruh kepercayaan kepada pemerint ah

(5)

unt uk mengubah bangsa ini ke arah lebih baik. Alasan kedua, mereka berpart isipasi karena diaj ak orang lain. Alasan ket iga, karena diiming-imingi honor yang besar, sedangkan alasan keempat hanya sekedar ikut -ikut an.

Sedangkan alasan yang mendasari pemilih pemula t idak ikut berpart isipasi dalam pemilu/ pemilukada at au golput adalah: ket idakpercayaan kepada part ai polit ik dan kandidat yang ada, kesalahan pada administ rasi dat a pemilih, dan kurangnya sosialisasi yang dilakukan KPU. Sebagai cont oh di Kecamat an Padang Ut ara Kot a Padang angka yang t idak menggunakan hak pilih t ergolong besar yakni 35, 16%. Ini diindikasikan t erj adi karena minimnya penget ahuan masyarakat t erhadap t at a cara dan sist em pelaksanaan pemilihan yang bergeser dari si st em pencoblosan ke sist em mencont reng.

PERAN INFORMASI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PEMULA DALAM PEMILU/ PEMILUKADA

Informasi polit ik yang diperoleh pemilih pemula t idak t erbat as pada penget ahuan yang mereka dapat kan dari media massa dan sekolah. Keluarga dan t eman sepermainan j uga t urut memberi andil dalam membent uk pemahaman polit ik mereka.

Downs menyat akan meskipun pemilih t elah memiliki t uj uan t ert ent u namun inf ormasi yang mereka peroleh dari media massa dan orang di seput ar mereka akan dapat mempengaruhi mereka melalui t indakan persuasi.17 Informasi

17 Lihat Grofman, Bernard. 1995 hal.55.

Information, participation, and Choice: An

yang diperoleh dari keluarga adakalanya mempengaruhi orient asi polit ik dan part isipasi polit ik pemilih pemula.18 Ada kecenderungan bahwa pemilih pemula bert ipe emosional dan mengikut i pola yang umum berkembang di lingkungan t erdekat mereka.

Tak dipungkiri j ika sebagian pemilih pemula yang t idak t erinf ormasikan secara baik akan memilih unt uk t idak berpart isipasi dalam pemilu/ pemilukada. Minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh KPU dan inf ormasi dari part ai polit ik menj adi salah sat u alasan keengganan mereka t erlibat dalam pest a demokrasi. Memperoleh inf ormasi polit ik adakalanya memerlukan biaya t ert ent u (cost of inf or mat ion) dan karenanya pemilih pemula t ak hendak mengeluarkan pengorbanan unt uk it u.

Para ahli meyakini bahwa warga negara yang memiliki penget ahuan merupakan prasyarat bagi kondisi berf ungsinya demokrasi di suat u negara (Dahl, 1998: 80: Milner, 2002)19. Lebih lanj ut Kirchgassner, Feld, dan Savioz (1994: 47) menyat akan bahwa inf ormasi level t inggi merupakan kondisi pent ing bagi st abilit as demokrasi, karena bila para pemilih t idak memiliki pemahaman t ent ang apa yang akan mereka pilih akan t erj adi kesenj angan ekspekt asi dari warga negara yang akan mengarah pada erosi kepercayaan dalam demokrasi.20

econoomic Theory of Democracy in Perspective. University of Michigan.

18 Sama dengan catatan kaki no.8.

19 Lutz, George. 2006 Hal 52. Participation,

Information, and Democracy. Rutgers University.

(6)

ADM INISTRATIO ISSN : 2087-0825 Rendahnya part isipasi polit ik pemilih

pemula t ak hanya t erj adi di Indonesia namun hampir di semua belahan dunia t ermasuk di negara maj u. Thomas Jef ferson menekankan bahwa pemilih yang t erinf ormasikan perlu mendapat

penekanan khusus dalam

penyelenggaraan pemerint ahan. Secara umum rendahnya part isipasi polit ik disebabkan rendahnya penget ahuan dan ket ert arikan polit ik yang dimiliki para pemilih ut amanya pemilih pemula.21 Padahal dalam perspekt if normat if , pemilih yang t erinf ormasikan dengan baik merupakan syarat mut lak pemilihan yang

akan mempengaruhi kualit as

represent asi. Dengan demikian besaran j umlah pemilih dapat diraih melalui peningkat an inf ormasi dan ket ert arikan pemilih pemula t erhadap polit ik.

Tidak banyak pemilih pemula yang memiliki inf ormasi polit ik memadai sehingga menj adi pemicu rendahnya part isipasi polit ik mereka. Disamping it u pemilih pemula j uga membat asi dirinya unt uk menj adi konsumer inf ormasi polit ik.22

Langkah yang dit empuh agar pemilih pemula memiliki inf ormasi polit ik diant aranya adalah mendekat kan pemilih dengan proses pemilihan umum. Pemilih dilibat kan dalam pembuat an keput usan yang berhubungan dengan pemilu sehingga pemilih pemula t idak sama sekali but a t erhadap proses polit ik.

21 Tambouris, Efthimios. 2010.Hal 212. Electronic

participation: Second International Conference. E Part 2010.

22 Fahmy, Eldin. 2006.Hal.145. Young citizens:

Young’s people involvement in politics and decision making. Great Britain

Lembaga Swadaya Masyarakat j uga

mengambil alih peran dalam

menyediakan inf ormasi polit ik bagi kaum muda umumnya dan pemilih pemula khususnya. Pada beberapa kasus t anggungj awab penyelenggaraan pendidikan polit ik lebih bergant ung pada LSM. Sebagai cont oh program Civic Engagement in Democr at ic Gover nance (Cived) yang menerj emahkan demokrasi dalam karya f ilm dan f ot o yang dibuat oleh kaum remaj a. Kegiat an yang diusung oleh sebuah organisasi nirlaba ini menj adi salah sat u sarana inf ormasi bagi kaum remaj a dalam memaknai demokrasi sekaligus sebagai wahana sosialisasi polit ik.

Part ai polit ik dapat mengikat pemilih pemula dengan mengusung isu yang menomorsat ukan inisiat if kaum muda. Ini adalah cara unt uk membukt ikan komit men part ai polit ik t erhadap kaum muda. Di negara-negara maj u, pemimpin part ai polit ik akan dit anyai komit mennya t erhadap kaum muda.23 Hal ini pent ing mengingat pemilih pemula merupakan sumber daya ut ama bagi part ai polit ik. Sumber daya t ersebut hanya dapat diperoleh j ika part ai polit ik memiliki komit men t inggi unt uk menggerakkan inisiat if kaum muda.

Akan t et api unt uk kasus Indonesia umumnya dan Kot a Padang khususnya komit men part ai polit ik t erhadap kaum muda masih dipert anyakan. Pendidikan polit ik yang dirancang part ai polit ik selama ini diarahkan pada upaya menarik

23 Youniss, James & Peter Lavine (Ed). 2009.

(7)

simpat i masyarakat agar part ai yang bersangkut an memperoleh banyak suara dalam pemilu.24 Jadi bukan program yang sif at nya berkesinambungan.

Pelibat an kaum muda pada program sosialisasi dan konsolidasi memang t idak kurang kuant it asnya. Akan t et api akt ivit as t ersebut hanya dilakukan insident al menj elang pemilu dan lebih berbent uk kampanye.25 Karena kegiat an t ersebut berbent uk kampanye maka lebih bersif at sat u arah dari part ai polit ik dan diindikasikan lebih bersif at indokt rinasi. Part ai polit ik t idak memanfaat kan momen t ersebut sebagai sarana menj aring aspirasi kaum muda namun lebih unt uk kepent ingan parpol sendiri. Cara ini t ent u t idak efekt if unt uk menumbuhkan loyalit as pemilih pemula t erhadap part ai.

PENUTUP

Pemilih pemula yang t erinf ormasikan dengan baik memiliki kecenderungan berpart isipasi dalam pemilu/ pemilukada kendat i part isipasi t ersebut berbent uk part isipasi yang dimobilisasi. Sebagian besar pemilih pemula memperoleh inf ormasi dari j alur inf ormal sepert i media massa, keluarga, dan organisasi sosial polit ik kemasyarakat an t empat mereka berkecimpung. Inf ormasi yang diperoleh lewat pendidikan polit ik di sekolah disinyalir masih sangat minim.

Meskipun memiliki inf ormasi polit ik memadai, sebagian pemilih pemula masih dipengaruhi ikat an emosional dan komersial dalam menent ukan pilihan

24 Sama dengan catatan kaki no.7 25 Sama dengan catatan kaki no.7

polit iknya. Kecenderungan irrasional dari pemilih pemula ini hendaknya dapat dihindari melalui pendidikan polit ik yang secara int ensif dilakukan pemerint ah dan part ai polit ik. Pemerint ah t idak bisa melepaskan t anggungj awab pelaksanaan pendidikan polit ik kepada LSM. Part ai polit ik pun harus mampu membukt ikan komit mennya kepada pemilih pemula hingga pemilih pemula t idak enggan berpart isipasi dalam kehidupan polit ik dan kenegaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Buss, Terry F, et al. 2006(hal 297). Moder ni zing Democr acy: Innovat ion i n Cit i zen Par t ici pat i on. New York: ME.Sharpe.

Fahmy, Eldin. 2006. Young Cit izens: Young’ s Peopl e Invol vement In Pol it ics And Deci sion Making. Great Brit ain

Furlong, Andy dan Fred Cart mel. 2007. Young People And Social Change. McGrawHills Company.

Grof man, Bernard. 1995. Inf or mat ion, Par t ici pat i on, And Choice: An Econoomic Theor y Of Democr acy In Per spect ive. Universit y of Michigan Hamad, Ibnu. 2004. Konst r uksi Reali t as Pol i t i k dal am Media Massa. Jakart a: Granit

(8)

ADM INISTRATIO ISSN : 2087-0825 Hut ingt on, Samuel & Joan Nelson. 1994.

Par t i si pasi Pol i t ik di Negar a Ber kembang. Rineka Cipt a.

Ismant o, Ign. Dkk. 2004. Pemil ihan Pr esi den Secar a Langsung 2004 Dokument asi, Anal isis dan Kr it ik. Jakart a: Kement erian Riset dan Teknologi, dan Depart emen Polit ik dan Perubahan Sosial CSIS.

Lut z, George. 2006. Par t icipat ion, Inf or mat ion, and Democr acy. Rut gers Universit y.

Miriam Budiardj o. 2005. Dasar -dasar Ilmu Pol i t i k. Jakart a: PT. Gramedia.

Tambouris, Ef t himios. 2010. El ect r onic Par t ici pat i on: Second Int er nat ional Conf er ence. E Par t 2010.

Youniss, James & Pet er Lavine (Ed). 2009. Engaging Young People In

Civic Li f e. Nashville: Vanderbilt Universit y Press.

Fit ri Yeni. 2011. Par t i si pasi Poli t ik Pemi li h Pemul a Dalam Pemil i han Pr esi den Dan Waki l Pr esi den 2009 Di Kecamat an Padang Ut ar a Kot a Padang. Jurusan Ilmu Sosial Polit ik Fakult as Ilmu Sosial Universit as Negeri Padang. Skripsi t idak dipublikasikan.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengelolaan data-data yang berkaitan dengan siswa kursus ini umumnya menggunakan buku-buku catatan manual yang dirasa kurang tertib administrasi, kurang efisien dalam

Nuansa Hijau Utama III/10 Ubung Kaja Denpasar,

[r]

Innovative food companies like Barilla are taking the lead to use the data and analytics to break down information silos across their supply chains and provide consumers with

Demikian pengumuman ini kami sampaikan sebagai bahan untuk diketahui, atas perhatiannya diucapkan banyak terima kasih. Tanggal, 5 September

Maluku Tengah dengan ini mengumumkan pemenang lelang untuk paket pekerjaan tersebut diatas sebagai berikut :. Pemeliharaan Berkala Jalan

berjudul Memahami Penelitian Kualitatif , bahwa : “ Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain. yang