• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJ"

Copied!
282
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS 6 DI SDN GEJAYAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Agusta Patriana

NIM : 111134025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan bangga karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang menjadi sumber doa, sumber kekuatan, dan sumber

inspirasi bagiku serta selalu memberkati, melindungi, dan menolong di setiap gerak dan

langkahku.

Kedua orangtua tersayang yang sudah memberikan semangat, inspirasi, dan doa yang tulus.

Kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material selama saya

menjalani studi.

Bapak Agus Mariyanto dan Bruder Kirjo yang berkenan memberikan bantuan financial tanpa

pamrih.

Teman-teman sesama payung yang berkenan untuk memberikan masukan yang sangat berguna

dalam meyusun skripsi ini.

Suster Chayetien Kustiyati A.K. yang berkenan membantu untuk mengobservasi pada saat

penelitian.

Keluarga besar SDN Gejayan yang mengijinkan saya untuk melakukan penelitian di sekolah

tersebut.

Teman-teman PGSD angkatan 2011, terutama kelas B atas persahabatan dan perjuangan

kita selama ini.

Teman-teman satu kontrakan yang mendukung dan member semangat lewat doa.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah menuntunku untuk menjadi calon

(5)

v

MOTTO

“DOA ADALAH SUMBER KEKUATAN”

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu

sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu maka Ia akan meluruskan jalanMu” (Amsal 3: 5-6)

“Mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka

pintu akan dibukakan bagimu” (Matius7: 7)

“ Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4: 13)

“Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan

untuk manusia” (Kolose 3: 23)

Tuhan akan memberikan apa yang kita harapkan pada waktu yang tepat dan semuaNya akan

indah pada waktunya

Bercita-citalah sampai setinggi langit, karena apabila engkau jatuh, paling tidak engkau akan

jatuh ke bintang-bintang

Kerjakan apa yang harus kamu kerjakan

Kesalahan di masa lalu itu hanya dapat kamu gunakan sebagai pengalaman agar hal serupa

takterulang kembali di hari ini.

Milikilah impian, apapun itu. Yakinlah semua tercapai karena tidak ada yang mustahil jika

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS 6 DI SDN GEJAYAN YOGYAKARTA AgustaPatriana

UniversitasSanata Dharma 2014

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn pada siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 30 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pengamatan, wawancara, dan tes objektif. Analisis data yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil sebelum diberi tindakan dan sesudah diberi tindakan yang berkaitan dengan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Keaktifan siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 30 % menjadi 80% pada siklus 1, dan meningkat kembali menjadi 100% pada siklus 2. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 41,94% dengan rata-rata kelas 67,4 menjadi 83,59% dengan rata-rata kelas 75,17 pada siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 92,87% dengan rata-rata kelas 79.5 pada siklus 2.

Kata Kunci: keaktifan belajar siswa, prestasi belajar siswa, mata pelajaran PKn,

(9)

ix ABSTRACT

INCREASING ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT OF CIVIC EDUCATION THROUGH COOPERATIVE TYPE JIGSAW FOR GRADE 6

STUDENTS OF GEJAYAN ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA Agusta Patriana

Sanata Dharma University 2014

The purpose of this study was to determine the increase in activity and achievement in grade Civics 6 Elementary school Gejayan school year 2014/2015 through the use of cooperative learning models jigsaw type. Type of research is a class act. Subjects were students in elementary school classroom 6 Gejayan Yogyakarta year 2014/2015 which consisted of 30 students. The experiment was conducted in two cycles. Data collection techniques in this study using observation, interview, and objective test. Data analysis is to compare the result before and after the given action given the actions related to the activity and student achievement.

The results of research shows that the implementation of cooperative kind of class 6 primary Gejayan Yogyakarta the academic year 2014/2015. Liveliness students has increased in number from the initial conditions by up to 30 percent to 80% in the cycle of 1 and 88,94 into 100% in the cycle of 2. Student learning achievements has risen from the initial conditions of 41,94% with an average in the class 75,17 cycle 1 and become inflated again 92,87% with an average in the class 79,5 cycle 2

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini dan

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi

Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas

6 Di SDN Gejayan Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak,

oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan yang Maha Esa yang selalu menyertai peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. G. Ari Nugrahanta, S. J., S. S., BST., M. A. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.

4. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.

5. Drs. Paulus Wahana, M. Hum selaku dosen pembimbing 1 yang memberikan arahan, masukan, bimbingan, dan kritikan yang membangun.

6. Andri Anugrahana, S. Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing 2 yang membantu dan memberikan masukan yang membangun.

(11)

xi

8. Bapak Bambang Purwaka, S.Pd selaku Kepala sekolah SDN Gejayan Yogyakarta dan Ibu Wahyuni selaku guru kelas 6 yang mengijinkan dan membantu saya

dalam penelitian.

9. Segenap guru dan karyawan SDN Gejayan Yogyakarta yang telah banyak membantu selama penulis melakukan penelitian.

10.Siswa-siswi kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

11.Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan, memberikan terbaik, kasih dan sayang bagi penulis.

12.Kakak-kakakku tersayang yang senantiasa mendukung dan menjadi motivator.

13.Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas B yang selalu membantu dan memberikan semangat.

14. Suster Chayetien yang membantu penulis dalam penelitian.

Penulis menyadaribahwamasihbanyakkekurangandalamskripsiini, oleh karena

itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi peningkatan dan

perbaikan dalam skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan

pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 27 Januari 2015

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Pemecahan Masalah ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

1.7 Batasan Pengertian ... 9

BAB IILANDASAN TEORI ... 10

(13)

xiii

2.1.2 Belajar ... 12

2.1.3 Prestasi Belajar ... 15

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 27

2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 29

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

2.3 Kerangka Berpikir ... 34

2.4 Hipotesis Tindakan... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Setting Penelitian ... 40

3.2.1 Tempat Penelitian ... 40

3.2.2 Subjek Penelitian ... 40

3.2.3 Obyek Penelitian ... 40

3.2.4 Waktu Penelitian ... 41

3.3 Rencana Tindakan ... 41

3.3.1 Persiapan... 41

3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.4.1 Observasi ... 52

3.4.2 Wawancara (Interviev) ... 52

3.4.3 Dokumen ... 53

3.4.4 Tes ... 53

3.5 Instrumen Penelitian... 54

(14)

xiv

3.5.3 Tes tertulis ... 57

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 59

3.5.1 Validitas ... 59

3.5.1.1 Validitas Keaktifan ... 61

3.5.1.2 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 63

3.5.1.3 Validitas Instrumen Soal ... 68

3.5.1.5 Tingkat Kesukaran... 73

3.5.2 Reliabilitas ... 77

3.6 Teknik Analisis Data ... 79

3.6.1 Kriteria Keberhasilan ... 80

3.6.2 Cara Mengukur Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar ... 81

3.7 Jadwal Penelitian ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85

4.1 Hasil Penelitian ... 85

4.1.1 Kondisi Awal Keaktifan Siswa dan Prestasi Belajar Siswa ... 85

4.1.2 Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 88

4.2 Pembahasan ... 107

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 115

5.1 Kesimpulan ... 115

5.2 Keterbatasan ... 116

5.3 Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(15)

xv

Lampiran 1 Surat-Surat ... 123

Lampiran 2 Kisi-kisi Soal Siklus 1 Sebelum Validasi ... 128

Lampiran 3 Soal Siklus 1 Sebelum Validasi ... 131

Lampiran 4 Kunci Jawaban Siklus 1 ... 136

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Siklus 2 Sebelum Validasi ... 137

Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Siklus 1 Sebelum Validasi ... 140

Lampiran 7 Kunci jawaban soal evaluasi siklus 2 ... 144

Lampiran 8 Silabus ... 145

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 148

Lampiran 9 Materi Siklus 1 ... 175

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2... 189

Lampiran 11 Materi Siklus 2 ... 216

Lampiran 12 Hasil Validasi Lembar Observasi Keaktifan ... 222

Lampiran 13 Hasil Validasi Lembar Observasi Perangkat Pembelajaran ... 226

Lampiran 14 Kondisi Awal Keaktifan Siswa ... 239

Lampiran 15 Nilai PKn Semester Gasal SDN Gejayan Tahun 2013/2014 ... 242

Lampiran 16 Pedoman Wawancara Guru ... 244

Lampiran 17 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 245

Lampiran 18 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus 1 ... 247

Lampiran 19 Soal Evaluasi Siklus 2 ... 248

Lampiran 20 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus 2 ... 251

Lampiran 21 Hasil Pegamatan Keaktifan Siklus 1 ... 253

Lampiran 22 Hasil Pegamatan Keaktifan Siklus 2 ... 255

Lampiran 23 Tabulasi Data Sikklus 1... 258

Lampiran 24 Tabulasi Data Sikklus 2... 260

Lampiran 25 Tabel product... 263

Lampiran 26 Hasil Penelitian ... 265

(16)

xvi

Tabel 3.1 Peubah dan Instrumen Penelitian... 59

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Keaktifan ... 60

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Guru ... 61

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I sebelum divalidasi... 62

Tabel.3.5 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Sebelum Divalidasi ... 63

Tabel 3.6 Validitas Lembar Pengamatan Keaktifan ... 66

Tabel 3.7 Hasil Penilaian Validasi Silabus ... 67

Tabel 3.8 Hasil Penilaian Validasi RPP... 69

Tabel 3.9 Hasil Penilaian Validasi LKS ... 70

Tabel 3.10 Hasil Penilaian Validasi Bahan Ajar ... 71

Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Validitas Soal Evaluasi Siklus 1 ... 74

Tabel 3.12 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 1 Setelah Validasi... 76

Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Validitas Soal Evaluasi Siklus 2 ... 76

Tabel 3.14 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Setelah Validitas ... 78

Tabel 3.15 Kriteria Tingkat Kesukaran Suatu Item ... 79

Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Siklus 1 ... 79

Tabel 3.18 Koefisien Reliabilitas... 83

Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Siklus 1 ... 83

Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Siklus 2 ... 84

Tabel 3.21 Kriteria Keberhasilan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa ... 86

Tabel 3.22 Kriteria Keaktifan ... 88

Tabel 4.1 Kondisi Awal Keaktifan Siswa ... 91

Tabel 4.2 Kondisi Awal Prestasi Belajar PKn Siswa tahun 2013/2014 ... 93

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Skor Keaktifan Akhir Siklus 1 ... 99

Tabel 4.4 Nilai Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1... 101

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Skor Keaktifan Akhir Siklus 2 ... 109

Tabel 4.6 Nilai Hasil Evaluasi Pada Siklus 2. ... 110

(17)

xvii

Gambar 2.1 Literatur Map Dalam Penelitian Yang Relevan ... 34

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis & Mc. Taggart ... 38

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 112

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Lulus KKM ... 113

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian.

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses kegiatan interaksi antara guru dengan siswa

yang bertujuan meningkatkan perkembangan siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009:

5-7). Pendidikan mempunyai peran penting dalam pengembangan potensi diri

pada setiap individu. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2013 Bab

1 pasal 1 yang menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya (BSNP, 2006).

Proses pembelajaran di sekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa

sebagai peserta didik. Proses pembelajaran dikatakan baik jika kegiatannya dapat

merangsang siswa dalam mengembangkan segala potensi dirinya untuk meraih

prestasi. Kegiatan belajar tersebut dapat terwujud dengan menerapkan

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Utami

(2010: 23) menjelaskan PAKEM adalah satu pendekatan dalam pembelajaran

yang dianggap efektif, karena dapat membentuk otonomi diri siswa. Proses

pembelajaran adalah suatu kegiatan interaksi antara pendidik yang melaksanakan

(19)

mengajar ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran saja,

melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.

PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak hanya mengajarkan

tentang pengetahuan saja tetapi juga dapat membentuk karakter siswa. Utami

(2010: 66-68) mengemukakan tujuan pelajaran PKn adalah agar peserta didik

memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan; berpartisipasi secara aktif dan bertanggung

jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, serta anti korupsi; berkembang secara positif dan demokratis untuk

membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa lainnya; dan berinteraksi dengan

bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi. Seorang siswa tidak hanya dibimbing untuk

memiliki kualitas intelektual tetapi juga memiliki karakter-karakter masyarakat

Indonesia yang demokratis dan dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa

lainnya (Utami, 2010: 67).

Pelajaran PKn juga menuntut peran aktif siswa, karena pada dasarnya siswa

memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan kuat. Hal ini ditunjukkan oleh

kecenderungan heran dan kagum pada hal-hal yang baru dan menantang

(Purnomo, 2006: 2). Keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn dapat diwujudkan

dengan menerapkan pendekatan, model, atau metode belajar yang menarik dan

inovatif dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar siswa dalam proses

(20)

akan berpengaruh dalam proses pembelajaran. Slameto (2010: 180),

mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki minat yang tinggi dalam proses

pembelajaran akan cenderung termotivasi dari dalam dirinya untuk mengikuti

proses pembelajaran dengan baik dan antusias, sebaliknya apabila minat siswa

dalam proses pembelajaran rendah akan ditunjukkan dengan perilaku yang

mengarah pada hal-hal yang negatif, misalnya melamun, berbicara dengan teman,

bercanda dengan teman, dan tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar.

Keaktifan merupakan modal awal untuk mendorong siswa melakukan suatu

kegiatan belajar.

Silberman (Widharyanto, 2002: 63) menjelaskan bahwa pembelajaran yang

berorientasi pada siswa (student centered learning) adalah pembelajaran yang

mengaktifkan siswa dan siswa banyak melakukan aktivitas, siswa menggunakan

otaknya untuk mengkaji ide-ide, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang

mereka pelajari. Ada beberapa jenis model pembelajaran kooperatif yang dapat

digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa antara lain,

model Group Investigation(GI), model jigsaw, dan model Cooperatif Integrated

reading and Compostion (CIRC). Model Group Investigation(GI) merupakan

model pembelajaran yang memerlukan norma dan struktur kelas yang yang

mengajarkan siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang benar

(Uno dan Mohamad, 2012: 109). Model jigsaw adalah model pembelajaran yang

menghendaki siswa belajar melalui kelompok, yang didesain untuk meningkatkan

rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

(21)

diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi

tersebut kepada kelompoknya, sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun

sosial siswa sangat diperlukan(Uno dan Mohamad, 2012: 98).Model Cooperatif

Integrated reading and Compostion (CIRC) merupakan model pembelajaran yang

dikembangkan untuk meningkatkan kesempatan siswa untuk membaca dengan

keras dan menerima umpan balik dari kegiatan membaca mereka, dengan

membuat para siswa membaca untuk teman satu tim dan saling membantu untuk

tujuan bersama (Uno dan Mohamad, 2012: 115).

Masalah kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran menyebabkan

rendahnya prestasi belajar siswa. Hal tersebut menjadi dasar dalam menentukan

tindakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Solihatin

(2007: 23) mengungkapkan dengan siswa aktif maka siswa akan berusaha untuk

menggali informasi lebih dalam agar informasi yang mereka peroleh itu dapat

benar-benar mereka pahami sehingga tujuan dari proses belajar dapat tercapai

dengan baik.

Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 8 September 2014 dengan guru

kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta untuk mengetahui keaktifan siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran PKn. Guru dalam wawancara mengatakan

adanya beberapa kesulitan yang ditemui dalam pembelajaran PKn kelas 6. Guru

kesulitan dalam mencari metode yang tepat, agar pembelajaran di kelas menjadi

tidak membosankan dan siswa tidak cenderung menghafal saja. Hal ini sesuai

dengan pernyataan guru sebagai berikut: “Saya masih bingung untuk mencari

(22)

dijelaskan hanya diam, kalaupun aktif, bukan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Mereka malah ngomong sendiri.” (komunikasi pribadi, 8 September 2014).

Peneliti melakukan observasi di kelas 6 pada tanggal 27 Agustus 2014

adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan pada tanggal 19 Oktober 2014

untuk melihat kondisi awal keaktifan siswa. Hasil observasi pada tanggal 27

Agustus 2014 menunjukkan bahwa saat guru masuk kelas jam pelajaran PKn

siswa banyak yang lari-lari dalam kelas atau teriak-teriak, ngobrol dengan

temannya, dan saling lempar-lemparan kertas. Observasi juga menunjukkan

bahwa siswa yang menjawab atau memberi tanggapan dari pertanyaan guru hanya

siswa tertentu saja. Siswa juga tidak berinisiatif untuk mencatat materi, apabila

guru tidak menyuruh. Hasil observasi pada tanggal 19 Oktober 2014 dilakukan

peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh dari hasil

perhitungan lembar observasi presentasesiswa yang aktif adalah sebesar 30% dari

30 siswa.

Peneliti juga meminjam dokumen nilai PKn siswa pada semester gasal

tahun 2013/2014 untuk melihat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh guru adalah 71.

Dokumen nilai ulangan harian mata pelajaran PKn semester gasal tahun

2013/2014 yang diberikan oleh guru menunjukkan pada bahasan

lembaga-lembaga negara dari 31 siswa yang dapat mencapai KKM hanya 13 siswa yang

apabila dipresentasekan adalah 41, 94 %. Jadi, siswa yang masih di bawah KKM

(23)

Tindakan peneliti untuk mengatasi masalah keaktifan dan prestasi belajar

PKn adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena

dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dan telah dibuktikan oleh

penelitian yang dilakukan oleh Utami (2010) dan Sari Astuti (2013).

Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar PKn pada siswa 6 SDN Gejayan

Yogyakarta pada tahun ajaran 2014/2015. Model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dipilih karena di dalam pembelajaran dengan menggunakan tipe jigsaw,

dapat meningkatkan hasil belajar, meningkatkan daya ingat, mendorong

tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu), meningkatkan hubungan antar

manusia yang heterogen, meningkatkan sikap anak yang positif terhadap guru,

meningkatkan harga diri anak, meningkatkan penyesuaian sosial yang positif, dan

meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong (Rusman, 2011: 219). Model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran diharapkan dapat

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Peneliti melakukan penelitian

tindakan kelas untuk menjawab masalah ini dengan judul “Peningkatan Keaktifan

Dan Prestasi Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pada Siswa Kelas 6 Di SDN Gejayan Yogyakarta.”

1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya akan membahas mengenai peningkatan keaktifan dan

prestasi belajar siswa kelas 6 mata pelajaran PKn pada KD 2.2 Mendeskripsikan

(24)

Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintah pusat dan daerah menggunakan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawsebagai

usaha untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015?

1.3.2 Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawdapat

meningkatkan keaktifan belajar PKn pada siswa kelas 6 SDN Gejayan

Yogyakarta tahun 2014/2015?

1.3.3 Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawdapat

meningkatkan prestasi belajar PKn pada siswa kelas 6 SDN Gejayan

Yogyakarta tahun 2014/2015?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Mengetahui bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsawuntuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran

PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015.

1.4.2 Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran

PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015.

1.4.3 Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn

(25)

1.5 Pemecahan Masalah

Rendahnya tingkat keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa terhadap mata

pelajaran PKN kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 akan

diatasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas

khususnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa terhadap mata

pelajaran PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

1.6.2 Bagi guru

Memperoleh wawasan baru bahwa melalui model pembelajaran koopertif

tipe jigsaw dapat memperbaiki strategi pembelajaran yang digunakan, sehingga

mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan

menantang.

1.6.3 Bagi siswa

Memperoleh pengalaman belajar pada materi lembaga-lembaga negara baik

pusat maupun daerah dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

1.6.4 Bagi Pihak Sekolah

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sekolah untuk menambah kualitas

(26)

1.6.5 Bagi Pihak Prodi

Menambah bahan bacaan terkait dengan pelakasanaan penelitian tindakan

kelas terutama dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn

kelas 6.

1.7 Batasan Pengertian

1.7.1 Keaktifan adalah kegiatan siswa dalam proses pembelajaran dengan ikut

terlibat dalam pembelajaran, mau mengemukakan pendapat, dan juga

bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru.

1.7.2 Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan

seorang siswa dalam bidang akademik yang bersifat kognitif, setelah

melakukan kegiatan belajar dan hasilnya ditunjukan dalam bentuk nilai.

1.7.3 Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw adalah pembelajaran yang

mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk

memecahkan masalah dengan adanya pertukaran antar kelompok.

1.7.4 PKn adalah mata pelajaran yang yang diajarkan agar siswa berpartisipasi

aktif dalam sekolah, masyarakat, dan keluarga, serta mengarahkan siswa

menjadi warga negara yang baik, demokratis, menghargai perbedaan, dan

kritis dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

1.7.5 Siswa SD adalah siswa-siswi kelas 6 SDN Gejayan yang berjumlah 30

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II memaparkan mengenai kajian pustaka, penelitian-penelitian yang

relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Keaktifan Belajar

2.1.1.1Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan berasal dari kata aktif yang dalam KBBI (2008: 31) mengandung

arti giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan merupakan kegiatan atau

kesibukan. Jadi, keaktifan siswa dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang

dilakukan oleh siswa untuk memahami materi pelajaran. Sardiman (2001: 98)

mengungkapkan bahwa keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun

mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat

dipisahkan. Thorndike (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 45) mengemukakan

keaktifan belajar siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya

berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan

“manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu”.

Keaktifan siswa akan terlihat bila metode pembelajaran yang digunakan

berpusat pada siswa, pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, pembelajaran

mendorong anak untuk dapat berpikir tingkat tinggi, pembelajaran melayani gaya

belajar anak yang berbeda-beda, pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi

(28)

media untuk membantu anak menjelaskan materi, dan pembelajaran mampu

memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa (Uno & Mohamad, 2011: 76).

Seorang guru hendaknya menyajikan pembelajaran yang mengaktifkan

siswa agar pembelajaran menjadi semakin bermakna. Pembelajaran dapat

bermakna jika pengetahuan baru kita kaitkan dengan pengetahuan yang sudah

dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus memfasilitasi siswa agar dapat

aktif berproses membangun pengetahuannya sendiri. Uraian pengertian dari

beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa keaktifan merupakan kegiatan yang

bersifat fisik maupun mental yang bertujuan untuk menunjukan keingintahuannya

terhadap sesuatu.

2.1.1.2Indikator Keaktifan Belajar

Uno dan Mohamad (2011: 33) menyebutkan ciri atau kadar dari proses

pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa yaitu: 1) siswa aktif mencari atau

memberikan informasi, bertanya bahkan dalam membuat kesimpulan, 2) adanya

interaksi aktif secara terstruktur dengan siswa, 3) adanya kesempatan bagi siswa

untuk menilai hasil karyanya sendiri, 4) adanya pemanfaatan sumber belajar

secara optimal.

Dimyati dan Mudjiono (2009: 45) menjelaskan bahwa indikator keaktifan

meliputi: 1) mencatat atau sekedar mendengarkan pemberitahuan, 2)

memperhatikan hal-hal yang dijelaskan guru, 3) mencatat tugas yang diberikan

dan mengerjakan tugas rumah, 4) berdiskusi dalam kelompok, 5) melibatkan diri

(29)

Rosdijati (2010: 9) mengemukakan bahwa pembelajaran yang dapat

mengaktifkan siswa yaitu: 1) memberikan motivasi dalam diri peserta didik, 2)

siswa aktif dalam bertanya dan mempertanyakan, 3) siswa mengemukakan

gagasan, 4) siswa berinteraksi dengan lingkungan, 5) keterlibatan guru dalam

merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran.

Peneliti berdasarkan indikator-indikator yang telah dijelaskan oleh para ahli

merumuskan indikator keaktifan dengan mempertimbangkan indikator yang dapat

diamati selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator-indikor di atas dapat

dikategorikan menjadi 3 indikator pokok yaitu 1) mengemukakan pendapat, 2)

keterlibatan dalam pembelajaran, 3) tanggung jawab terhadap tugas. Setiap

masing-masing indikator memiliki penjelasan/penjabaran untuk memudahkan

dalam proses pengamatan/observasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan

penelitian.

2.1.2 Belajar

2.1.2.1Pengertian Belajar

Belajar adalah key term, “istilah kunci” yang paling vital dalam setiap usaha

pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan

(Syah, 2003: 59). Belajar merupakan serangkaian aktivitas yang dapat

menimbulkan adanya perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut dihasilkan

karena adanya respon yang diperkuat (Suparno, 2001: 2). Bloom (Suparno, 2001:

6) membagi belajar ke dalam tingkatan-tingkatan yang disebut sebagai ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembagian tingkatan-tingkatan dalam belajar

(30)

kegiatan individu yang menggunakan ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Akibat belajar tersebut kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif semakin

bertambah.

Slameto (2010: 2) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam inetraksi dengan

lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut yaitu: terjadi secara

sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan sementara,

bertujuan dan terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2010:

2).

Belajar menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 14) merupakan

proses kegiatan kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar

seseorang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya

kapabilitas, berasal dari stimulasi yang berasal dari lingkungannya dan proses

kognitif yang dilakukan oleh siswa. Maka, belajar merupakan seperangkat proses

kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melalui pengolahan informasi

menjadi kapasitas baru. Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

oleh peneliti bahwa belajar merupakan suatu proses dimana pembelajar (siswa)

harus mengalami, berbuat, mereaksi, dan melalui berbagai mata pelajaran yang

berpusat pada tujuan tertentu yang bermakna dan dipengaruhi oleh pembawaan

serta lingkungan, kemudian menghasilkan sikap, perilaku, pengetahuan,

(31)

ada pada diri siswa. Perubahan tersebut terjadi secara sadar serta berkelanjutan

yang bersifat aktif, positif, dan menetap.

2.1.2.2Pembelajaran

Pembelajaran menurut Jihad (20012: 18) adalah suatu proses yang

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal

balik yang berlangsung dalam situasi edukasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu

belajar, yang berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai

pemberi pelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses komunikasi

antara peserta didik dan pendidik dalam rangka perubahan sikap. Komunikasi di

sini didefinisikan sebagai proses dimana para siswa menciptakan dan saling

berbagi informasi satu sama lain guna mencapai pertimbangan timbal balik.

Pembelajaran yang efektif menurut Bloom (Suparno, 2001: 102) memiliki 4

komponen, yaitu adanya orientasi yang jelas dan menggugah, adanya keterlibatan

siswa secara aktif, adanya proses penguatan, serta adanya umpan balik dan

perbaikan.

2.1.2.3Cara Merancang Strategi Pembelajaran Aktif

Panduan DBE2 melalui program ALIS (Uno & Muhamad, 2012: 77)

memuat beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru agar tercipta pembelajaran

yang aktif meliputi (1) membuat rencana secara hati-hati dengan memperhatikan

detail berdasarkan atas sejumlah tujuan yang jelas yang dapat dicapai, (2)

memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan

(32)

dengan konteks kehidupan nyata siswa, (3) secara aktif mengelola lingkungan

belajar agar tercipta suasana yang nyaman, tidak bersifat mengancam, berfokus

pada pembelajaran serta membangkitkan ide yang pada gilirannya dapat

memaksimalkan waktu, sumber-sumber yang menjamin pembelajaran aktif

berjalan, dan (4) menilai siswa dengan cara-cara yang dapat mendorong siswa

untuk menggunakan apa yang telah mereka pelajari di kehidupan nyata, dalam hal

ini disebut penilaian otentik.

2.1.3 Prestasi Belajar

2.1.3.1Pengertian Prestasi Belajar

Istilah prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar”. Prestasi

belajar menurut KBBI (2008: 895) memiliki dua makna yaitu: 1) penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru dan 2)

kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau dapat diamati (actual ability) dan

yang dapat diukur langsung dengan tes tertentu. Sudjana (2010: 34) merumuskan

prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya.

Djamarah (2011: 73) mengatakan prestasi belajar adalah hasil yang telah

dicapai oleh individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan

dalam mempelajari sebagian mata pelajaran. Hasil pencapaiannya berwujud anak

didik yang secara bertahap terbentuk wataknya, kemampuan berpikir, dan

keterampilan teknologinya (Djamarah, 2011: 26). Berdasarkan berbagai uraian

(33)

ini adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan siswa dalam suatu mata

pelajaran secara mendalam, dan hasil pencapaiannya dapat berupa anak didik

yang akan terbentuk watak dan kemampuan berpikirnya.

2.1.3.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Mulyasa

(2013: 190) menggolongkan faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

menjadi empat, yaitu: (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c)

faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik.

Syah (2003: 132) mengemukakan secara global faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu

faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor

internal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

a. Bakat, merupakan kemampuan untuk belajar.

b. Kecerdasan, yaitu potensi dasar yang dimiliki oleh setiap siswa.

c. Minat, yaitu suatu ketertarikan atau perhatian pada suatu obyek yang

cenderung bersifat menetap yang di dalamnya ada unsur rasa senang.

d. Motivasi, yaitu suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau

berbuat untuk tujuan tertentu.

2. Faktor eskternal

Faktor eksternal siswa yakni terdiri atas dua macam yaitu faktor lingkungan

(34)

berpengaruh yaitu orangtua dan keluarga siswa sendiri, sedangkan faktor

lingkungan non sosial antara lain gedung sekolah dan letaknya; rumah tempat

tinggal keluarga dan letaknya; alat-alat belajar; keadaan cuaca; dan waktu belajar

yang digunakan siswa.

Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

dipengaruhi oleh faktor internal yang ada pada diri siswa dan faktor eksternal

yang ada di luar diri siswa atau lingkungan sekitar siswa, dan faktor pendekatan

belajar yang merupakan strategi dan metode belajar.

2.1.3.3Pengaruh Keaktifan Dalam Prestasi Belajar

Proses untuk mencapai suatu prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah keaktifan. Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta

didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Solihatin (2007: 23)

mengungkapkan dengan siswa aktif maka siswa akan berusaha untuk menggali

informasi lebih dalam agar informasi yang mereka peroleh itu dapat benar-benar

mereka pahami sehingga tujuan dari proses belajar akan tercapai dengan baik.

Siswa ketika hanya mendengar dan menerima pelajaran dari guru ada

kecenderungan untuk melupakan pelajaran tersebut. Hal ini dikarenakan belajar

yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai kelemahan lebih cepat

lupa. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara dari seorang filosof Cina

yang bernama Konfius yang mengatakan: “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa

yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham” (Zaini, 2008:

(35)

pendapat, mengerjakan tugas, dan mencari informasi sendiri dalam pembelajaran

diperlukan agar materi yang dipelajari dapat mudah dipahami.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.4.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006: 240) merupakan model

pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau sistem kecil,

yaitu antara 4 sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sugiyanto

(2010: 37) mengemukakan pengertian pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Pembelajaran kooperatif menurut Scott (Lie, 2007: 18) adalah suatu

proses penciptaan lingkungan pembelajaran kelas yang memungkinkan

siswa-siswa dapat bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dalam

mengerjakan tugas.

Pembelajaran kooperatif menurut Solihatin (2007: 7) adalah suatu sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur

kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua atau lebih anggota,

dimana keberhasilan kerjasama dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota

kelompok sendiri. Peneliti dapat menyimpulkan dari beberapa pengertian di atas

bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan

(36)

2.1.4.2Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2010: 206) menjelaskan karakteristik pembelajaran kooperatif

sebagai berikut.

1. Pembelajaran secara tim.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim

merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu

membuat siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif.

` Manajemen yang telah kita pelajari mempunyai 3 fungsi, yaitu:

• Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan

langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.

• Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran

berjalan dengan efektif.

• Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes

maupun non tes.

3. Kemauan untuk bekerjasama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara

(37)

dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran

kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4. Keterampilan bekerjasama.

Kemampuan kerjasama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk

mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari

pembelajaran kooperatif dilakukan secara tim atau kelompok, dengan berdasarkan

pada manajemen kooperatif, yaitu yang pertama dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan, kedua

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang

matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif, yang ketiga

pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes

maupun non tes, pembelajaran kooperatif berprinsip pada kebersamaan atau

kerjasama, pembelajaran kooperatif menekankan keterampilan bekerjasama untuk

mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam

rangkan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2.1.4.3Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif menurut Faridi & Harmianto (2011: 211),

pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi

(38)

bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam

tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama

untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran

kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang

apa yang telah mereka pelajari.

2.1.4.4Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

Keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006: 247-248)

yaitu:

1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada

guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,

menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan

ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya

dengan ide-ide orang lain.

3. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain

dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memperdayakan setiap siswa untuk

lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk

meningkatkan prestasi akademi sekaligus kemampuan sosial, termasuk

mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan

yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif

(39)

6. Melalui Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa

untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa

dapat berpraktek memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan,

karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa

menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil)

8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan

memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses

pendidikan jangka panjang.

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

2.1.5.1Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot

Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas pada tahun 1978

(Hamdayama, 2014: 87). Arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan

ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki

menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini

mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zig zag), yaitu siswa melakukan

suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk

mencapai tujuan bersama (Rusman, 2011: 217).

Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab

siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa

tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

(40)

baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa sangat diperlukan. Model

pembelajaran tipe jigsaw ini dilandasi oleh teori belajar humanistik, karena teori

belajar humanistik menjelaskan bahwa pada hakikatnya setiap manusia adalah

unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan

menentukan perilakunya (Hamdayama, 2014: 87).

Model pembelajaran tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal.

Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri atas beberapa anggota

kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar

belakang, sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri atas

anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik

tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Di sini, peran

guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar

mudah untuk memahami materi yang diberikan. Kunci tipe jigsaw adalah

interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi

yang diperlukan. Artinya, para siswa harus memiliki tanggung jawab dan

kerjasama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi

dan memecahkan masalah yang diberikan (Hamdayama, 2014: 88).

Model Jigsaw dipakai bila materi dikaji dalam bentuk narasi tertulis,

misalnya pelajaran kajian-kajian sosial, sastra, dan beberapa bagian sains yang

bertujuan untuk memperoleh konsep dan bukan keterampilan (Uno &Mohamad,

2012: 110). Pada dasarnya dalam model ini guru membagi satuan informasi yang

besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Model pembelajaran

(41)

menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Model

kooperatif tipe jigsaw membuat siswa memiliki banyak kesempatan untuk

mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat

meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung

jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang

dipelajari dan dapat menyamakan informasinya kepada kelompok lain

(Hamdayama, 2014: 88).

2.1.5.2Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw

Hamdayama (2014: 88-89) menuliskan langkah-langkah pembelajaran

jigsaw sebagai berikut.

a. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang.

b. Tiap orang dalam kelompok membaca dan mendiskusikan subtopik

masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok

ahli.

c. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan subtopik masing-masing dan

menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.

d. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan

semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.

e. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling

membantu untuk menguasai topik tersebut.

f. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.

g. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang

(42)

h. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua

topik.

Hal ini senada dengan pendapat Trianto (2009: 73) yang mengemukakan

langkah-langkah pembelajaran tipe jigsaw, sebagai berikut.

1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-6 orang).

2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah

dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung

jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan

mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok

mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya

mempelajari tentang paru-paru, begitupun siswa yang lain mempelajari

tentang kulit, dan lainnya lagi mempelajari tentang hati.

4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama

bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.

5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas

mengajar ke teman-temannya.

6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan

berupa kuis individu.

Jadi, dari langkah yang dikemukakan para ahli di atas,

langkah-langkah yang akan dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan

membentuk kelompok asal yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan yang

(43)

yang akan menjadi keahliannya, dan masing-masing mengerjakan tugasnya secara

individual; masing-masing ahli sub materi yang sama dari kelompok yang berbeda

bergabung untuk membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli; anggota

kelompok ahli mempelajari materi pelajaran yang menyangkut sub materi yang

menjadi tanggung jawabnya; anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal

masing-masing dan menjelaskan kepada semua anggota kelompok asal serta

menjawab pertanyaan-pertanyan serta yang mungkin muncul dari kelompok asal

(hal ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal

mendapat giliran); yang terakhir adalah pemberian kuis yang dikerjakan secara

individu.

2.1.5.3Kelebihan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Pengaruh positif tersebut menurut Rusman (2011: 219) adalah

meningkatkan hasil belajar; meningkatkan daya ingat; dapat digunakan untuk

mencapai tarap penalaran tingkat tinggi; mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik

(kesadaran individu); meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen;

meningkatkan sikap anak yang positif terhadap guru; meningkatkan harga diri

anak; meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan meningkatkan

keterampilan hidup bergotong royong.

Model pembelajaran tipe jigsaw bila dibandingkan dengan metode

pembelajaran tradisional menurut Hamdayama (2014: 89) memiliki beberapa

kelebihan sebagai berikut.

a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok

(44)

b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.

c. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam

berbicara dan berpendapat.

2.1.5.4Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Model pembelajaran tipe jigsaw menurut Roy Killen (Hamdayama, 2014:

89-90) adalah sebagai berikut.

a. Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajaran oleh

teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam

memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain.

b. Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi

menyampaikan materi pada teman.

c. Record siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki

oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali

tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.

d. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model

pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

e. Aplikasimodel ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa sangatlah

sulit.

2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

2.1.5.1Pengertian PKn

Darmadi (2010: 7) mengemukakan bahwa kewarganegaraan dalam bahasa

latin disebut “civis”, selanjutnya dari kata “civis” artinya mengenai warga negara

(45)

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajiban dirinya yang beragam dari segi agama,

sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara

Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila

dan UUD 1945 (Indratno, 2009: Vii). Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti

dapat menyimpulkan pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan

agar dapat menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter

yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

2.1.5.2Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Wahab dan Supriya (2011: 315) menyatakan sistem pengembangan

kurikulum tingkat satuan pendidikan saat ini, tujuan PKn mengacu pada standar

isi mata pelajaran PKn sebagaimana yang tercantum dalam peraturan menteri

pendidikan nasional nomor 22/2006. Sunarso, dkk (2006: 5) mengemukakan

tujuan mata pelajaran kewarganegaraan memberikan kompetensi sebagai berikut:

berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan; berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

bangsa-bangsa lain; berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

(46)

2.1.5.3Ruang Lingkup PKn

Sunarso, dkk (2006: 7) mengemukakan ruang lingkup mata pelajaran PKn

sebagai berikut: aspek sistem berbangsa dan bernegara yang dikelompokkan

dalam sub aspek persatuan bangsa dan negara, nilai dan norma (agama,

kesusilaan, kesopanan, dan hukum), hak asasi manusia, kebutuhan hidup warga

negara, kekuasaan dan politik, masyarakat demokratis, pancasila dan konstitusi

negara, globalisasi.

2.1.5.4Kompetensi Dasar Yang Diteliti

Kompetensi dasar mata pelajaran PKn kelas 6 semester I pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (KTSP 2006), yaitu 1.1 Mendeskripsikan

nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara; 1.2

Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila

sebagai Dasar Negara; 1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan

dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan

sehari-hari; 2.1 Menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada; 2.2 Mendeskripsikan

lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen; 2.3 Mendeskripsikan tugas

dan fungsi pemerintahan pusat dan daerah. Penelitian ini akan dibatasi dan fokus

hanya pada KD 2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945

hasil amandemen; 2.3 Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintahan pusat dan

daerah.

2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Nasution (Djamarah, 2011: 123) mengungkapkan bahwa masa sekolah usia

(47)

hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun, yang ditandai dengan siswa masuk

ke sekolah dasar. Masa usia sekolah dianggap oleh Suyobroto (Djamarah, 2011:

124) sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah, yang dapat

diperinci menjadi dua fase, yaitu:

a. Masa kelas rendah sekolah dasar (kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau

10 tahun)

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah:

• Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan

jasmani dengan prestasi sekolah.

• Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan

yang tradisional.

• Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

• Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu

dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

• Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya

tidak penting.

• Pada masa usia ini (terutama umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapor)

yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai

baik atau tidak.

b. Masa kelas tinggi sekolah dasar (kira-kira umur 9 sampai 12 atau 13)

(48)

• Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini

menimbulkan adanya kecenderungan untuk membanding-bandingkan

pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

• Amat realistis,ingin tahu, dan ingin belajar.

• Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran

khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya

faktor-faktor.

• Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa

lainnya.

• Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya

untuk dapat bermain bersama-sama tanpa terikat dengan aturan tradisional

tetapi dengan peraturannya sendiri.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa peneliti telah melaksanakan penelitian yang terkait dengan

peningkatan prestasi belajar siswa. Peneliti yang telah mengadakan penelitian

meningkatkan prestasi belajar siswa antara lain adalah sebagai berikut.

Rahayu (2010) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk

Meningkatkan Hasil Belajar PKn bagi Siswa kelas IV SDN Pisang III Kabupaten

Nganjuk. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV mata pelajaran PKn

Kompetensi Dasar Globalisasi di SDN Pisang III Kecamatan Patianrowo

Kabupaten Nganjuk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode

deskriptif kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK dengan 2 siklus.

(49)

meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pisang III Kecamatan

Patianrowo Kabupaten Nganjuk. Ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil

belajar secara kelompok pada siklus I ke siklus II naik 10%. Peningkatan hasil

belajar siswa secara individu pada siklus I ke siklus II juga naik sebesar 60%.

Masriyah (2012) dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Pelajaran IPA.

Subjek penelitian ini yaitu 19 orang siswa kelas IV MI Ishlabul Anan Cakung

Jakarta Timur tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV

pada pelajaran IPA materi energi dan penggunaannya yang ditandai dengan

meningkatnya hasil belajar siswa pada tiap siklus, siklus I hasil belajar siswa

mencapai 6,42 (47,36%) siswa yang mencapai KKM dan meningkat pada siklus II

menjadi 8,78 (94,73%) siswa yang mencapai KKM Mengalami peningkatan

N-gain yaitu 0,33 yang berkategori sedang pada siklus I menjadi 0,73 yang

berkategori tinggi pada siklus II.

Astuti (2013) dengan judul penelitian Upaya Meningkatkan Keaktifan

Siswa Melalui Cooperative Learning Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII

SMP Negeri 1 Puring Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah

siswa kelas VIII A yang berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data

menggunakan teknik deskriptif. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa melalui

(50)

siswa. Data awal menunjukkan jumlah presentase keaktifan belajar siswa sebelum

diadakan penelitian adalah sebesar 60,00 %, jumlah tersebut dinilai belum

memenuhi indikator keberhasilan. Pada siklus 1 presentase keaktifan siswa

meningkat menjadi 73,125 %, dan pada siklus 2 meningkat menjadi 93, 125 %.

Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, data yang diperoleh

menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan adalah

73,25 dengan ketuntasan belajar sebesar 59,375. Pada siklus 1 dan 2 mengalami

peningkatan yakni pada siklus 1 rata-rata meningkat menjadi 76,56 dengan

ketuntasan belajar sebesar 71,875 %, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi

85,94 dengan ketuntasan belajar sebesar 87,50 %.

Utami (2010) yang berjudul Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas IV A

Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Teknik Jigsaw Di SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang Tahun 2009/2010. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV A di

SDN Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. Setelah peneliti

menggunakan pendekatan kooperatif teknik jigsaw maka keaktifan siswa dalam

pembelajaran IPS mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada

masing-masing siklus menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam

pembelajaran IPS secara keseluruhan sebesar 75 %, apabila dibandingkan kondisi

awal sebesar 20,8 % terjadi peningkatan sebesar 54,2 %.

Keempat hasil penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti. Penelitian yang relevan tersebut memiliki variabel yang sama

Gambar

Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Berdasarkan Rata-rata Kelas .. 114
Gambar 2.1 Literatur Map Dalam Penelitian Yang Relevan
Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis & Mc. Taggart
Tabel 3.1 Peubah dan Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada hasil pengujian dan perancangan prototype secara umum telah didapatkan kontruksi sebuah unit kontrol yang mampu mengolah sinyal keluaran dari sensor,

2 Mampu menunjukan interaksi positif antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru saat pembelajaran?. 1 Siswa tidak mampu menunjukan interaksi

Pentransferan energi dari stator ke rotor dari satu motor induksi adalah besaran induksi elektromagnetik, karenanya motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan

2) Actual Product atau a) perilaku tertentu yang kita promosikan, seperti sikat gigi 2 x per hari,penggunaan pasta gigi dan sikat gigi sudah benar seperti yang disarankan

This paper addresses the author’s struggles as the student -teacher in Satya Wacana Christian University, Salatiga, Indonesia in bringing English as the

My name is Maria Alina Putri Rejeki, a student from the English Language Education Study Program of Sanata Dharma University batch 2012. This module which is en

• Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan atau pada waktu hamil lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati, tetapi jarang

Berdasarkan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran dan Evaluasi Dokumen Kualifikasi dengan ini POKJA II Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Bangka Tengah mengundang Saudara