i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS 6 DI SDN GEJAYAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Agusta Patriana
NIM : 111134025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan bangga karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang menjadi sumber doa, sumber kekuatan, dan sumber
inspirasi bagiku serta selalu memberkati, melindungi, dan menolong di setiap gerak dan
langkahku.
Kedua orangtua tersayang yang sudah memberikan semangat, inspirasi, dan doa yang tulus.
Kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material selama saya
menjalani studi.
Bapak Agus Mariyanto dan Bruder Kirjo yang berkenan memberikan bantuan financial tanpa
pamrih.
Teman-teman sesama payung yang berkenan untuk memberikan masukan yang sangat berguna
dalam meyusun skripsi ini.
Suster Chayetien Kustiyati A.K. yang berkenan membantu untuk mengobservasi pada saat
penelitian.
Keluarga besar SDN Gejayan yang mengijinkan saya untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut.
Teman-teman PGSD angkatan 2011, terutama kelas B atas persahabatan dan perjuangan
kita selama ini.
Teman-teman satu kontrakan yang mendukung dan member semangat lewat doa.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah menuntunku untuk menjadi calon
v
MOTTO
“DOA ADALAH SUMBER KEKUATAN”
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu maka Ia akan meluruskan jalanMu” (Amsal 3: 5-6)
“Mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka
pintu akan dibukakan bagimu” (Matius7: 7)
“ Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4: 13)
“Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia” (Kolose 3: 23)
Tuhan akan memberikan apa yang kita harapkan pada waktu yang tepat dan semuaNya akan
indah pada waktunya
Bercita-citalah sampai setinggi langit, karena apabila engkau jatuh, paling tidak engkau akan
jatuh ke bintang-bintang
Kerjakan apa yang harus kamu kerjakan
Kesalahan di masa lalu itu hanya dapat kamu gunakan sebagai pengalaman agar hal serupa
takterulang kembali di hari ini.
Milikilah impian, apapun itu. Yakinlah semua tercapai karena tidak ada yang mustahil jika
viii ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS 6 DI SDN GEJAYAN YOGYAKARTA AgustaPatriana
UniversitasSanata Dharma 2014
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn pada siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 30 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pengamatan, wawancara, dan tes objektif. Analisis data yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil sebelum diberi tindakan dan sesudah diberi tindakan yang berkaitan dengan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Keaktifan siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 30 % menjadi 80% pada siklus 1, dan meningkat kembali menjadi 100% pada siklus 2. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 41,94% dengan rata-rata kelas 67,4 menjadi 83,59% dengan rata-rata kelas 75,17 pada siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 92,87% dengan rata-rata kelas 79.5 pada siklus 2.
Kata Kunci: keaktifan belajar siswa, prestasi belajar siswa, mata pelajaran PKn,
ix ABSTRACT
INCREASING ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT OF CIVIC EDUCATION THROUGH COOPERATIVE TYPE JIGSAW FOR GRADE 6
STUDENTS OF GEJAYAN ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA Agusta Patriana
Sanata Dharma University 2014
The purpose of this study was to determine the increase in activity and achievement in grade Civics 6 Elementary school Gejayan school year 2014/2015 through the use of cooperative learning models jigsaw type. Type of research is a class act. Subjects were students in elementary school classroom 6 Gejayan Yogyakarta year 2014/2015 which consisted of 30 students. The experiment was conducted in two cycles. Data collection techniques in this study using observation, interview, and objective test. Data analysis is to compare the result before and after the given action given the actions related to the activity and student achievement.
The results of research shows that the implementation of cooperative kind of class 6 primary Gejayan Yogyakarta the academic year 2014/2015. Liveliness students has increased in number from the initial conditions by up to 30 percent to 80% in the cycle of 1 and 88,94 into 100% in the cycle of 2. Student learning achievements has risen from the initial conditions of 41,94% with an average in the class 75,17 cycle 1 and become inflated again 92,87% with an average in the class 79,5 cycle 2
x
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini dan
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi
Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas
6 Di SDN Gejayan Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan yang Maha Esa yang selalu menyertai peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
3. G. Ari Nugrahanta, S. J., S. S., BST., M. A. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.
4. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.
5. Drs. Paulus Wahana, M. Hum selaku dosen pembimbing 1 yang memberikan arahan, masukan, bimbingan, dan kritikan yang membangun.
6. Andri Anugrahana, S. Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing 2 yang membantu dan memberikan masukan yang membangun.
xi
8. Bapak Bambang Purwaka, S.Pd selaku Kepala sekolah SDN Gejayan Yogyakarta dan Ibu Wahyuni selaku guru kelas 6 yang mengijinkan dan membantu saya
dalam penelitian.
9. Segenap guru dan karyawan SDN Gejayan Yogyakarta yang telah banyak membantu selama penulis melakukan penelitian.
10.Siswa-siswi kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
11.Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan, memberikan terbaik, kasih dan sayang bagi penulis.
12.Kakak-kakakku tersayang yang senantiasa mendukung dan menjadi motivator.
13.Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas B yang selalu membantu dan memberikan semangat.
14. Suster Chayetien yang membantu penulis dalam penelitian.
Penulis menyadaribahwamasihbanyakkekurangandalamskripsiini, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi peningkatan dan
perbaikan dalam skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 27 Januari 2015
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Batasan Masalah... 6
1.3 Rumusan Masalah ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Pemecahan Masalah ... 8
1.6 Manfaat Penelitian ... 8
1.7 Batasan Pengertian ... 9
BAB IILANDASAN TEORI ... 10
xiii
2.1.2 Belajar ... 12
2.1.3 Prestasi Belajar ... 15
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif ... 17
2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 27
2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 29
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 31
2.3 Kerangka Berpikir ... 34
2.4 Hipotesis Tindakan... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Jenis Penelitian ... 37
3.2 Setting Penelitian ... 40
3.2.1 Tempat Penelitian ... 40
3.2.2 Subjek Penelitian ... 40
3.2.3 Obyek Penelitian ... 40
3.2.4 Waktu Penelitian ... 41
3.3 Rencana Tindakan ... 41
3.3.1 Persiapan... 41
3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 42
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.4.1 Observasi ... 52
3.4.2 Wawancara (Interviev) ... 52
3.4.3 Dokumen ... 53
3.4.4 Tes ... 53
3.5 Instrumen Penelitian... 54
xiv
3.5.3 Tes tertulis ... 57
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 59
3.5.1 Validitas ... 59
3.5.1.1 Validitas Keaktifan ... 61
3.5.1.2 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 63
3.5.1.3 Validitas Instrumen Soal ... 68
3.5.1.5 Tingkat Kesukaran... 73
3.5.2 Reliabilitas ... 77
3.6 Teknik Analisis Data ... 79
3.6.1 Kriteria Keberhasilan ... 80
3.6.2 Cara Mengukur Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar ... 81
3.7 Jadwal Penelitian ... 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85
4.1 Hasil Penelitian ... 85
4.1.1 Kondisi Awal Keaktifan Siswa dan Prestasi Belajar Siswa ... 85
4.1.2 Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 88
4.2 Pembahasan ... 107
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 115
5.1 Kesimpulan ... 115
5.2 Keterbatasan ... 116
5.3 Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 118
xv
Lampiran 1 Surat-Surat ... 123
Lampiran 2 Kisi-kisi Soal Siklus 1 Sebelum Validasi ... 128
Lampiran 3 Soal Siklus 1 Sebelum Validasi ... 131
Lampiran 4 Kunci Jawaban Siklus 1 ... 136
Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Siklus 2 Sebelum Validasi ... 137
Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Siklus 1 Sebelum Validasi ... 140
Lampiran 7 Kunci jawaban soal evaluasi siklus 2 ... 144
Lampiran 8 Silabus ... 145
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 148
Lampiran 9 Materi Siklus 1 ... 175
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2... 189
Lampiran 11 Materi Siklus 2 ... 216
Lampiran 12 Hasil Validasi Lembar Observasi Keaktifan ... 222
Lampiran 13 Hasil Validasi Lembar Observasi Perangkat Pembelajaran ... 226
Lampiran 14 Kondisi Awal Keaktifan Siswa ... 239
Lampiran 15 Nilai PKn Semester Gasal SDN Gejayan Tahun 2013/2014 ... 242
Lampiran 16 Pedoman Wawancara Guru ... 244
Lampiran 17 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 245
Lampiran 18 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus 1 ... 247
Lampiran 19 Soal Evaluasi Siklus 2 ... 248
Lampiran 20 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus 2 ... 251
Lampiran 21 Hasil Pegamatan Keaktifan Siklus 1 ... 253
Lampiran 22 Hasil Pegamatan Keaktifan Siklus 2 ... 255
Lampiran 23 Tabulasi Data Sikklus 1... 258
Lampiran 24 Tabulasi Data Sikklus 2... 260
Lampiran 25 Tabel product... 263
Lampiran 26 Hasil Penelitian ... 265
xvi
Tabel 3.1 Peubah dan Instrumen Penelitian... 59
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Keaktifan ... 60
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Guru ... 61
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I sebelum divalidasi... 62
Tabel.3.5 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Sebelum Divalidasi ... 63
Tabel 3.6 Validitas Lembar Pengamatan Keaktifan ... 66
Tabel 3.7 Hasil Penilaian Validasi Silabus ... 67
Tabel 3.8 Hasil Penilaian Validasi RPP... 69
Tabel 3.9 Hasil Penilaian Validasi LKS ... 70
Tabel 3.10 Hasil Penilaian Validasi Bahan Ajar ... 71
Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Validitas Soal Evaluasi Siklus 1 ... 74
Tabel 3.12 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 1 Setelah Validasi... 76
Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Validitas Soal Evaluasi Siklus 2 ... 76
Tabel 3.14 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Setelah Validitas ... 78
Tabel 3.15 Kriteria Tingkat Kesukaran Suatu Item ... 79
Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Siklus 1 ... 79
Tabel 3.18 Koefisien Reliabilitas... 83
Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Siklus 1 ... 83
Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Siklus 2 ... 84
Tabel 3.21 Kriteria Keberhasilan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa ... 86
Tabel 3.22 Kriteria Keaktifan ... 88
Tabel 4.1 Kondisi Awal Keaktifan Siswa ... 91
Tabel 4.2 Kondisi Awal Prestasi Belajar PKn Siswa tahun 2013/2014 ... 93
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Skor Keaktifan Akhir Siklus 1 ... 99
Tabel 4.4 Nilai Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1... 101
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Skor Keaktifan Akhir Siklus 2 ... 109
Tabel 4.6 Nilai Hasil Evaluasi Pada Siklus 2. ... 110
xvii
Gambar 2.1 Literatur Map Dalam Penelitian Yang Relevan ... 34
Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis & Mc. Taggart ... 38
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 112
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Lulus KKM ... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian.
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses kegiatan interaksi antara guru dengan siswa
yang bertujuan meningkatkan perkembangan siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009:
5-7). Pendidikan mempunyai peran penting dalam pengembangan potensi diri
pada setiap individu. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2013 Bab
1 pasal 1 yang menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya (BSNP, 2006).
Proses pembelajaran di sekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa
sebagai peserta didik. Proses pembelajaran dikatakan baik jika kegiatannya dapat
merangsang siswa dalam mengembangkan segala potensi dirinya untuk meraih
prestasi. Kegiatan belajar tersebut dapat terwujud dengan menerapkan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Utami
(2010: 23) menjelaskan PAKEM adalah satu pendekatan dalam pembelajaran
yang dianggap efektif, karena dapat membentuk otonomi diri siswa. Proses
pembelajaran adalah suatu kegiatan interaksi antara pendidik yang melaksanakan
mengajar ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran saja,
melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak hanya mengajarkan
tentang pengetahuan saja tetapi juga dapat membentuk karakter siswa. Utami
(2010: 66-68) mengemukakan tujuan pelajaran PKn adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan; berpartisipasi secara aktif dan bertanggung
jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta anti korupsi; berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa lainnya; dan berinteraksi dengan
bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi. Seorang siswa tidak hanya dibimbing untuk
memiliki kualitas intelektual tetapi juga memiliki karakter-karakter masyarakat
Indonesia yang demokratis dan dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa
lainnya (Utami, 2010: 67).
Pelajaran PKn juga menuntut peran aktif siswa, karena pada dasarnya siswa
memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan kuat. Hal ini ditunjukkan oleh
kecenderungan heran dan kagum pada hal-hal yang baru dan menantang
(Purnomo, 2006: 2). Keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn dapat diwujudkan
dengan menerapkan pendekatan, model, atau metode belajar yang menarik dan
inovatif dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar siswa dalam proses
akan berpengaruh dalam proses pembelajaran. Slameto (2010: 180),
mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki minat yang tinggi dalam proses
pembelajaran akan cenderung termotivasi dari dalam dirinya untuk mengikuti
proses pembelajaran dengan baik dan antusias, sebaliknya apabila minat siswa
dalam proses pembelajaran rendah akan ditunjukkan dengan perilaku yang
mengarah pada hal-hal yang negatif, misalnya melamun, berbicara dengan teman,
bercanda dengan teman, dan tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar.
Keaktifan merupakan modal awal untuk mendorong siswa melakukan suatu
kegiatan belajar.
Silberman (Widharyanto, 2002: 63) menjelaskan bahwa pembelajaran yang
berorientasi pada siswa (student centered learning) adalah pembelajaran yang
mengaktifkan siswa dan siswa banyak melakukan aktivitas, siswa menggunakan
otaknya untuk mengkaji ide-ide, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang
mereka pelajari. Ada beberapa jenis model pembelajaran kooperatif yang dapat
digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa antara lain,
model Group Investigation(GI), model jigsaw, dan model Cooperatif Integrated
reading and Compostion (CIRC). Model Group Investigation(GI) merupakan
model pembelajaran yang memerlukan norma dan struktur kelas yang yang
mengajarkan siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang benar
(Uno dan Mohamad, 2012: 109). Model jigsaw adalah model pembelajaran yang
menghendaki siswa belajar melalui kelompok, yang didesain untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya, sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun
sosial siswa sangat diperlukan(Uno dan Mohamad, 2012: 98).Model Cooperatif
Integrated reading and Compostion (CIRC) merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan untuk meningkatkan kesempatan siswa untuk membaca dengan
keras dan menerima umpan balik dari kegiatan membaca mereka, dengan
membuat para siswa membaca untuk teman satu tim dan saling membantu untuk
tujuan bersama (Uno dan Mohamad, 2012: 115).
Masalah kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran menyebabkan
rendahnya prestasi belajar siswa. Hal tersebut menjadi dasar dalam menentukan
tindakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Solihatin
(2007: 23) mengungkapkan dengan siswa aktif maka siswa akan berusaha untuk
menggali informasi lebih dalam agar informasi yang mereka peroleh itu dapat
benar-benar mereka pahami sehingga tujuan dari proses belajar dapat tercapai
dengan baik.
Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 8 September 2014 dengan guru
kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta untuk mengetahui keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran PKn. Guru dalam wawancara mengatakan
adanya beberapa kesulitan yang ditemui dalam pembelajaran PKn kelas 6. Guru
kesulitan dalam mencari metode yang tepat, agar pembelajaran di kelas menjadi
tidak membosankan dan siswa tidak cenderung menghafal saja. Hal ini sesuai
dengan pernyataan guru sebagai berikut: “Saya masih bingung untuk mencari
dijelaskan hanya diam, kalaupun aktif, bukan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Mereka malah ngomong sendiri.” (komunikasi pribadi, 8 September 2014).
Peneliti melakukan observasi di kelas 6 pada tanggal 27 Agustus 2014
adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan pada tanggal 19 Oktober 2014
untuk melihat kondisi awal keaktifan siswa. Hasil observasi pada tanggal 27
Agustus 2014 menunjukkan bahwa saat guru masuk kelas jam pelajaran PKn
siswa banyak yang lari-lari dalam kelas atau teriak-teriak, ngobrol dengan
temannya, dan saling lempar-lemparan kertas. Observasi juga menunjukkan
bahwa siswa yang menjawab atau memberi tanggapan dari pertanyaan guru hanya
siswa tertentu saja. Siswa juga tidak berinisiatif untuk mencatat materi, apabila
guru tidak menyuruh. Hasil observasi pada tanggal 19 Oktober 2014 dilakukan
peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh dari hasil
perhitungan lembar observasi presentasesiswa yang aktif adalah sebesar 30% dari
30 siswa.
Peneliti juga meminjam dokumen nilai PKn siswa pada semester gasal
tahun 2013/2014 untuk melihat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh guru adalah 71.
Dokumen nilai ulangan harian mata pelajaran PKn semester gasal tahun
2013/2014 yang diberikan oleh guru menunjukkan pada bahasan
lembaga-lembaga negara dari 31 siswa yang dapat mencapai KKM hanya 13 siswa yang
apabila dipresentasekan adalah 41, 94 %. Jadi, siswa yang masih di bawah KKM
Tindakan peneliti untuk mengatasi masalah keaktifan dan prestasi belajar
PKn adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena
dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dan telah dibuktikan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Utami (2010) dan Sari Astuti (2013).
Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar PKn pada siswa 6 SDN Gejayan
Yogyakarta pada tahun ajaran 2014/2015. Model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dipilih karena di dalam pembelajaran dengan menggunakan tipe jigsaw,
dapat meningkatkan hasil belajar, meningkatkan daya ingat, mendorong
tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu), meningkatkan hubungan antar
manusia yang heterogen, meningkatkan sikap anak yang positif terhadap guru,
meningkatkan harga diri anak, meningkatkan penyesuaian sosial yang positif, dan
meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong (Rusman, 2011: 219). Model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Peneliti melakukan penelitian
tindakan kelas untuk menjawab masalah ini dengan judul “Peningkatan Keaktifan
Dan Prestasi Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pada Siswa Kelas 6 Di SDN Gejayan Yogyakarta.”
1.2 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya akan membahas mengenai peningkatan keaktifan dan
prestasi belajar siswa kelas 6 mata pelajaran PKn pada KD 2.2 Mendeskripsikan
Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintah pusat dan daerah menggunakan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawsebagai
usaha untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015?
1.3.2 Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawdapat
meningkatkan keaktifan belajar PKn pada siswa kelas 6 SDN Gejayan
Yogyakarta tahun 2014/2015?
1.3.3 Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawdapat
meningkatkan prestasi belajar PKn pada siswa kelas 6 SDN Gejayan
Yogyakarta tahun 2014/2015?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Mengetahui bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsawuntuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran
PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015.
1.4.2 Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran
PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015.
1.4.3 Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn
1.5 Pemecahan Masalah
Rendahnya tingkat keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa terhadap mata
pelajaran PKN kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 akan
diatasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas
khususnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa terhadap mata
pelajaran PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.
1.6.2 Bagi guru
Memperoleh wawasan baru bahwa melalui model pembelajaran koopertif
tipe jigsaw dapat memperbaiki strategi pembelajaran yang digunakan, sehingga
mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan
menantang.
1.6.3 Bagi siswa
Memperoleh pengalaman belajar pada materi lembaga-lembaga negara baik
pusat maupun daerah dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.
1.6.4 Bagi Pihak Sekolah
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sekolah untuk menambah kualitas
1.6.5 Bagi Pihak Prodi
Menambah bahan bacaan terkait dengan pelakasanaan penelitian tindakan
kelas terutama dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn
kelas 6.
1.7 Batasan Pengertian
1.7.1 Keaktifan adalah kegiatan siswa dalam proses pembelajaran dengan ikut
terlibat dalam pembelajaran, mau mengemukakan pendapat, dan juga
bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru.
1.7.2 Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan
seorang siswa dalam bidang akademik yang bersifat kognitif, setelah
melakukan kegiatan belajar dan hasilnya ditunjukan dalam bentuk nilai.
1.7.3 Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw adalah pembelajaran yang
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk
memecahkan masalah dengan adanya pertukaran antar kelompok.
1.7.4 PKn adalah mata pelajaran yang yang diajarkan agar siswa berpartisipasi
aktif dalam sekolah, masyarakat, dan keluarga, serta mengarahkan siswa
menjadi warga negara yang baik, demokratis, menghargai perbedaan, dan
kritis dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
1.7.5 Siswa SD adalah siswa-siswi kelas 6 SDN Gejayan yang berjumlah 30
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II memaparkan mengenai kajian pustaka, penelitian-penelitian yang
relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
2.1Kajian Pustaka
2.1.1 Keaktifan Belajar
2.1.1.1Pengertian Keaktifan Belajar
Keaktifan berasal dari kata aktif yang dalam KBBI (2008: 31) mengandung
arti giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan merupakan kegiatan atau
kesibukan. Jadi, keaktifan siswa dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh siswa untuk memahami materi pelajaran. Sardiman (2001: 98)
mengungkapkan bahwa keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun
mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan. Thorndike (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 45) mengemukakan
keaktifan belajar siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya
berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan
“manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu”.
Keaktifan siswa akan terlihat bila metode pembelajaran yang digunakan
berpusat pada siswa, pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, pembelajaran
mendorong anak untuk dapat berpikir tingkat tinggi, pembelajaran melayani gaya
belajar anak yang berbeda-beda, pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi
media untuk membantu anak menjelaskan materi, dan pembelajaran mampu
memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa (Uno & Mohamad, 2011: 76).
Seorang guru hendaknya menyajikan pembelajaran yang mengaktifkan
siswa agar pembelajaran menjadi semakin bermakna. Pembelajaran dapat
bermakna jika pengetahuan baru kita kaitkan dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus memfasilitasi siswa agar dapat
aktif berproses membangun pengetahuannya sendiri. Uraian pengertian dari
beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa keaktifan merupakan kegiatan yang
bersifat fisik maupun mental yang bertujuan untuk menunjukan keingintahuannya
terhadap sesuatu.
2.1.1.2Indikator Keaktifan Belajar
Uno dan Mohamad (2011: 33) menyebutkan ciri atau kadar dari proses
pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa yaitu: 1) siswa aktif mencari atau
memberikan informasi, bertanya bahkan dalam membuat kesimpulan, 2) adanya
interaksi aktif secara terstruktur dengan siswa, 3) adanya kesempatan bagi siswa
untuk menilai hasil karyanya sendiri, 4) adanya pemanfaatan sumber belajar
secara optimal.
Dimyati dan Mudjiono (2009: 45) menjelaskan bahwa indikator keaktifan
meliputi: 1) mencatat atau sekedar mendengarkan pemberitahuan, 2)
memperhatikan hal-hal yang dijelaskan guru, 3) mencatat tugas yang diberikan
dan mengerjakan tugas rumah, 4) berdiskusi dalam kelompok, 5) melibatkan diri
Rosdijati (2010: 9) mengemukakan bahwa pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa yaitu: 1) memberikan motivasi dalam diri peserta didik, 2)
siswa aktif dalam bertanya dan mempertanyakan, 3) siswa mengemukakan
gagasan, 4) siswa berinteraksi dengan lingkungan, 5) keterlibatan guru dalam
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran.
Peneliti berdasarkan indikator-indikator yang telah dijelaskan oleh para ahli
merumuskan indikator keaktifan dengan mempertimbangkan indikator yang dapat
diamati selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator-indikor di atas dapat
dikategorikan menjadi 3 indikator pokok yaitu 1) mengemukakan pendapat, 2)
keterlibatan dalam pembelajaran, 3) tanggung jawab terhadap tugas. Setiap
masing-masing indikator memiliki penjelasan/penjabaran untuk memudahkan
dalam proses pengamatan/observasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan
penelitian.
2.1.2 Belajar
2.1.2.1Pengertian Belajar
Belajar adalah key term, “istilah kunci” yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan
(Syah, 2003: 59). Belajar merupakan serangkaian aktivitas yang dapat
menimbulkan adanya perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut dihasilkan
karena adanya respon yang diperkuat (Suparno, 2001: 2). Bloom (Suparno, 2001:
6) membagi belajar ke dalam tingkatan-tingkatan yang disebut sebagai ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembagian tingkatan-tingkatan dalam belajar
kegiatan individu yang menggunakan ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Akibat belajar tersebut kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif semakin
bertambah.
Slameto (2010: 2) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam inetraksi dengan
lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut yaitu: terjadi secara
sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan sementara,
bertujuan dan terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2010:
2).
Belajar menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 14) merupakan
proses kegiatan kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar
seseorang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
kapabilitas, berasal dari stimulasi yang berasal dari lingkungannya dan proses
kognitif yang dilakukan oleh siswa. Maka, belajar merupakan seperangkat proses
kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melalui pengolahan informasi
menjadi kapasitas baru. Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
oleh peneliti bahwa belajar merupakan suatu proses dimana pembelajar (siswa)
harus mengalami, berbuat, mereaksi, dan melalui berbagai mata pelajaran yang
berpusat pada tujuan tertentu yang bermakna dan dipengaruhi oleh pembawaan
serta lingkungan, kemudian menghasilkan sikap, perilaku, pengetahuan,
ada pada diri siswa. Perubahan tersebut terjadi secara sadar serta berkelanjutan
yang bersifat aktif, positif, dan menetap.
2.1.2.2Pembelajaran
Pembelajaran menurut Jihad (20012: 18) adalah suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu
belajar, yang berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pemberi pelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses komunikasi
antara peserta didik dan pendidik dalam rangka perubahan sikap. Komunikasi di
sini didefinisikan sebagai proses dimana para siswa menciptakan dan saling
berbagi informasi satu sama lain guna mencapai pertimbangan timbal balik.
Pembelajaran yang efektif menurut Bloom (Suparno, 2001: 102) memiliki 4
komponen, yaitu adanya orientasi yang jelas dan menggugah, adanya keterlibatan
siswa secara aktif, adanya proses penguatan, serta adanya umpan balik dan
perbaikan.
2.1.2.3Cara Merancang Strategi Pembelajaran Aktif
Panduan DBE2 melalui program ALIS (Uno & Muhamad, 2012: 77)
memuat beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru agar tercipta pembelajaran
yang aktif meliputi (1) membuat rencana secara hati-hati dengan memperhatikan
detail berdasarkan atas sejumlah tujuan yang jelas yang dapat dicapai, (2)
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan
dengan konteks kehidupan nyata siswa, (3) secara aktif mengelola lingkungan
belajar agar tercipta suasana yang nyaman, tidak bersifat mengancam, berfokus
pada pembelajaran serta membangkitkan ide yang pada gilirannya dapat
memaksimalkan waktu, sumber-sumber yang menjamin pembelajaran aktif
berjalan, dan (4) menilai siswa dengan cara-cara yang dapat mendorong siswa
untuk menggunakan apa yang telah mereka pelajari di kehidupan nyata, dalam hal
ini disebut penilaian otentik.
2.1.3 Prestasi Belajar
2.1.3.1Pengertian Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar”. Prestasi
belajar menurut KBBI (2008: 895) memiliki dua makna yaitu: 1) penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru dan 2)
kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau dapat diamati (actual ability) dan
yang dapat diukur langsung dengan tes tertentu. Sudjana (2010: 34) merumuskan
prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya.
Djamarah (2011: 73) mengatakan prestasi belajar adalah hasil yang telah
dicapai oleh individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan
dalam mempelajari sebagian mata pelajaran. Hasil pencapaiannya berwujud anak
didik yang secara bertahap terbentuk wataknya, kemampuan berpikir, dan
keterampilan teknologinya (Djamarah, 2011: 26). Berdasarkan berbagai uraian
ini adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan siswa dalam suatu mata
pelajaran secara mendalam, dan hasil pencapaiannya dapat berupa anak didik
yang akan terbentuk watak dan kemampuan berpikirnya.
2.1.3.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Mulyasa
(2013: 190) menggolongkan faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
menjadi empat, yaitu: (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c)
faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik.
Syah (2003: 132) mengemukakan secara global faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor
internal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
a. Bakat, merupakan kemampuan untuk belajar.
b. Kecerdasan, yaitu potensi dasar yang dimiliki oleh setiap siswa.
c. Minat, yaitu suatu ketertarikan atau perhatian pada suatu obyek yang
cenderung bersifat menetap yang di dalamnya ada unsur rasa senang.
d. Motivasi, yaitu suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau
berbuat untuk tujuan tertentu.
2. Faktor eskternal
Faktor eksternal siswa yakni terdiri atas dua macam yaitu faktor lingkungan
berpengaruh yaitu orangtua dan keluarga siswa sendiri, sedangkan faktor
lingkungan non sosial antara lain gedung sekolah dan letaknya; rumah tempat
tinggal keluarga dan letaknya; alat-alat belajar; keadaan cuaca; dan waktu belajar
yang digunakan siswa.
Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
dipengaruhi oleh faktor internal yang ada pada diri siswa dan faktor eksternal
yang ada di luar diri siswa atau lingkungan sekitar siswa, dan faktor pendekatan
belajar yang merupakan strategi dan metode belajar.
2.1.3.3Pengaruh Keaktifan Dalam Prestasi Belajar
Proses untuk mencapai suatu prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah keaktifan. Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta
didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Solihatin (2007: 23)
mengungkapkan dengan siswa aktif maka siswa akan berusaha untuk menggali
informasi lebih dalam agar informasi yang mereka peroleh itu dapat benar-benar
mereka pahami sehingga tujuan dari proses belajar akan tercapai dengan baik.
Siswa ketika hanya mendengar dan menerima pelajaran dari guru ada
kecenderungan untuk melupakan pelajaran tersebut. Hal ini dikarenakan belajar
yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai kelemahan lebih cepat
lupa. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara dari seorang filosof Cina
yang bernama Konfius yang mengatakan: “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa
yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham” (Zaini, 2008:
pendapat, mengerjakan tugas, dan mencari informasi sendiri dalam pembelajaran
diperlukan agar materi yang dipelajari dapat mudah dipahami.
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.4.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006: 240) merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau sistem kecil,
yaitu antara 4 sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sugiyanto
(2010: 37) mengemukakan pengertian pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Pembelajaran kooperatif menurut Scott (Lie, 2007: 18) adalah suatu
proses penciptaan lingkungan pembelajaran kelas yang memungkinkan
siswa-siswa dapat bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dalam
mengerjakan tugas.
Pembelajaran kooperatif menurut Solihatin (2007: 7) adalah suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua atau lebih anggota,
dimana keberhasilan kerjasama dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok sendiri. Peneliti dapat menyimpulkan dari beberapa pengertian di atas
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan
2.1.4.2Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2010: 206) menjelaskan karakteristik pembelajaran kooperatif
sebagai berikut.
1. Pembelajaran secara tim.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif.
` Manajemen yang telah kita pelajari mempunyai 3 fungsi, yaitu:
• Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.
• Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran
berjalan dengan efektif.
• Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes
maupun non tes.
3. Kemauan untuk bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran
kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
4. Keterampilan bekerjasama.
Kemampuan kerjasama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk
mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari
pembelajaran kooperatif dilakukan secara tim atau kelompok, dengan berdasarkan
pada manajemen kooperatif, yaitu yang pertama dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan, kedua
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang
matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif, yang ketiga
pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes
maupun non tes, pembelajaran kooperatif berprinsip pada kebersamaan atau
kerjasama, pembelajaran kooperatif menekankan keterampilan bekerjasama untuk
mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
rangkan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2.1.4.3Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif menurut Faridi & Harmianto (2011: 211),
pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi
bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam
tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama
untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran
kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang
apa yang telah mereka pelajari.
2.1.4.4Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006: 247-248)
yaitu:
1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
3. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memperdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademi sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan
yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif
6. Melalui Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa
dapat berpraktek memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan,
karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil)
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang.
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.1.5.1Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot
Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas pada tahun 1978
(Hamdayama, 2014: 87). Arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan
ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki
menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini
mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zig zag), yaitu siswa melakukan
suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk
mencapai tujuan bersama (Rusman, 2011: 217).
Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa sangat diperlukan. Model
pembelajaran tipe jigsaw ini dilandasi oleh teori belajar humanistik, karena teori
belajar humanistik menjelaskan bahwa pada hakikatnya setiap manusia adalah
unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan
menentukan perilakunya (Hamdayama, 2014: 87).
Model pembelajaran tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal.
Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri atas beberapa anggota
kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar
belakang, sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri atas
anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik
tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Di sini, peran
guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar
mudah untuk memahami materi yang diberikan. Kunci tipe jigsaw adalah
interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi
yang diperlukan. Artinya, para siswa harus memiliki tanggung jawab dan
kerjasama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi
dan memecahkan masalah yang diberikan (Hamdayama, 2014: 88).
Model Jigsaw dipakai bila materi dikaji dalam bentuk narasi tertulis,
misalnya pelajaran kajian-kajian sosial, sastra, dan beberapa bagian sains yang
bertujuan untuk memperoleh konsep dan bukan keterampilan (Uno &Mohamad,
2012: 110). Pada dasarnya dalam model ini guru membagi satuan informasi yang
besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Model pembelajaran
menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Model
kooperatif tipe jigsaw membuat siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung
jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang
dipelajari dan dapat menyamakan informasinya kepada kelompok lain
(Hamdayama, 2014: 88).
2.1.5.2Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Hamdayama (2014: 88-89) menuliskan langkah-langkah pembelajaran
jigsaw sebagai berikut.
a. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang.
b. Tiap orang dalam kelompok membaca dan mendiskusikan subtopik
masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok
ahli.
c. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan subtopik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
d. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan
semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
e. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling
membantu untuk menguasai topik tersebut.
f. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
g. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang
h. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua
topik.
Hal ini senada dengan pendapat Trianto (2009: 73) yang mengemukakan
langkah-langkah pembelajaran tipe jigsaw, sebagai berikut.
1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-6 orang).
2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung
jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan
mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok
mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya
mempelajari tentang paru-paru, begitupun siswa yang lain mempelajari
tentang kulit, dan lainnya lagi mempelajari tentang hati.
4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar ke teman-temannya.
6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan
berupa kuis individu.
Jadi, dari langkah yang dikemukakan para ahli di atas,
langkah-langkah yang akan dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan
membentuk kelompok asal yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan yang
yang akan menjadi keahliannya, dan masing-masing mengerjakan tugasnya secara
individual; masing-masing ahli sub materi yang sama dari kelompok yang berbeda
bergabung untuk membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli; anggota
kelompok ahli mempelajari materi pelajaran yang menyangkut sub materi yang
menjadi tanggung jawabnya; anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal
masing-masing dan menjelaskan kepada semua anggota kelompok asal serta
menjawab pertanyaan-pertanyan serta yang mungkin muncul dari kelompok asal
(hal ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal
mendapat giliran); yang terakhir adalah pemberian kuis yang dikerjakan secara
individu.
2.1.5.3Kelebihan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Pengaruh positif tersebut menurut Rusman (2011: 219) adalah
meningkatkan hasil belajar; meningkatkan daya ingat; dapat digunakan untuk
mencapai tarap penalaran tingkat tinggi; mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik
(kesadaran individu); meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen;
meningkatkan sikap anak yang positif terhadap guru; meningkatkan harga diri
anak; meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan meningkatkan
keterampilan hidup bergotong royong.
Model pembelajaran tipe jigsaw bila dibandingkan dengan metode
pembelajaran tradisional menurut Hamdayama (2014: 89) memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut.
a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok
b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
c. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
2.1.5.4Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Model pembelajaran tipe jigsaw menurut Roy Killen (Hamdayama, 2014:
89-90) adalah sebagai berikut.
a. Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajaran oleh
teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam
memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain.
b. Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi
menyampaikan materi pada teman.
c. Record siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki
oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali
tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
d. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model
pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
e. Aplikasimodel ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa sangatlah
sulit.
2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
2.1.5.1Pengertian PKn
Darmadi (2010: 7) mengemukakan bahwa kewarganegaraan dalam bahasa
latin disebut “civis”, selanjutnya dari kata “civis” artinya mengenai warga negara
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajiban dirinya yang beragam dari segi agama,
sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan UUD 1945 (Indratno, 2009: Vii). Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti
dapat menyimpulkan pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan
agar dapat menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
2.1.5.2Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Wahab dan Supriya (2011: 315) menyatakan sistem pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan saat ini, tujuan PKn mengacu pada standar
isi mata pelajaran PKn sebagaimana yang tercantum dalam peraturan menteri
pendidikan nasional nomor 22/2006. Sunarso, dkk (2006: 5) mengemukakan
tujuan mata pelajaran kewarganegaraan memberikan kompetensi sebagai berikut:
berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan; berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lain; berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
2.1.5.3Ruang Lingkup PKn
Sunarso, dkk (2006: 7) mengemukakan ruang lingkup mata pelajaran PKn
sebagai berikut: aspek sistem berbangsa dan bernegara yang dikelompokkan
dalam sub aspek persatuan bangsa dan negara, nilai dan norma (agama,
kesusilaan, kesopanan, dan hukum), hak asasi manusia, kebutuhan hidup warga
negara, kekuasaan dan politik, masyarakat demokratis, pancasila dan konstitusi
negara, globalisasi.
2.1.5.4Kompetensi Dasar Yang Diteliti
Kompetensi dasar mata pelajaran PKn kelas 6 semester I pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (KTSP 2006), yaitu 1.1 Mendeskripsikan
nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara; 1.2
Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara; 1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan
dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan
sehari-hari; 2.1 Menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada; 2.2 Mendeskripsikan
lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen; 2.3 Mendeskripsikan tugas
dan fungsi pemerintahan pusat dan daerah. Penelitian ini akan dibatasi dan fokus
hanya pada KD 2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945
hasil amandemen; 2.3 Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintahan pusat dan
daerah.
2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Nasution (Djamarah, 2011: 123) mengungkapkan bahwa masa sekolah usia
hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun, yang ditandai dengan siswa masuk
ke sekolah dasar. Masa usia sekolah dianggap oleh Suyobroto (Djamarah, 2011:
124) sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah, yang dapat
diperinci menjadi dua fase, yaitu:
a. Masa kelas rendah sekolah dasar (kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau
10 tahun)
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah:
• Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan
jasmani dengan prestasi sekolah.
• Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan
yang tradisional.
• Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
• Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu
dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
• Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya
tidak penting.
• Pada masa usia ini (terutama umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapor)
yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai
baik atau tidak.
b. Masa kelas tinggi sekolah dasar (kira-kira umur 9 sampai 12 atau 13)
• Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini
menimbulkan adanya kecenderungan untuk membanding-bandingkan
pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
• Amat realistis,ingin tahu, dan ingin belajar.
• Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran
khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya
faktor-faktor.
• Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa
lainnya.
• Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya
untuk dapat bermain bersama-sama tanpa terikat dengan aturan tradisional
tetapi dengan peraturannya sendiri.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa peneliti telah melaksanakan penelitian yang terkait dengan
peningkatan prestasi belajar siswa. Peneliti yang telah mengadakan penelitian
meningkatkan prestasi belajar siswa antara lain adalah sebagai berikut.
Rahayu (2010) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk
Meningkatkan Hasil Belajar PKn bagi Siswa kelas IV SDN Pisang III Kabupaten
Nganjuk. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV mata pelajaran PKn
Kompetensi Dasar Globalisasi di SDN Pisang III Kecamatan Patianrowo
Kabupaten Nganjuk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode
deskriptif kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK dengan 2 siklus.
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pisang III Kecamatan
Patianrowo Kabupaten Nganjuk. Ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil
belajar secara kelompok pada siklus I ke siklus II naik 10%. Peningkatan hasil
belajar siswa secara individu pada siklus I ke siklus II juga naik sebesar 60%.
Masriyah (2012) dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Pelajaran IPA.
Subjek penelitian ini yaitu 19 orang siswa kelas IV MI Ishlabul Anan Cakung
Jakarta Timur tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
pada pelajaran IPA materi energi dan penggunaannya yang ditandai dengan
meningkatnya hasil belajar siswa pada tiap siklus, siklus I hasil belajar siswa
mencapai 6,42 (47,36%) siswa yang mencapai KKM dan meningkat pada siklus II
menjadi 8,78 (94,73%) siswa yang mencapai KKM Mengalami peningkatan
N-gain yaitu 0,33 yang berkategori sedang pada siklus I menjadi 0,73 yang
berkategori tinggi pada siklus II.
Astuti (2013) dengan judul penelitian Upaya Meningkatkan Keaktifan
Siswa Melalui Cooperative Learning Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII
SMP Negeri 1 Puring Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah
siswa kelas VIII A yang berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data
menggunakan teknik deskriptif. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa melalui
siswa. Data awal menunjukkan jumlah presentase keaktifan belajar siswa sebelum
diadakan penelitian adalah sebesar 60,00 %, jumlah tersebut dinilai belum
memenuhi indikator keberhasilan. Pada siklus 1 presentase keaktifan siswa
meningkat menjadi 73,125 %, dan pada siklus 2 meningkat menjadi 93, 125 %.
Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, data yang diperoleh
menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan adalah
73,25 dengan ketuntasan belajar sebesar 59,375. Pada siklus 1 dan 2 mengalami
peningkatan yakni pada siklus 1 rata-rata meningkat menjadi 76,56 dengan
ketuntasan belajar sebesar 71,875 %, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi
85,94 dengan ketuntasan belajar sebesar 87,50 %.
Utami (2010) yang berjudul Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas IV A
Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Jigsaw Di SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten
Magelang Tahun 2009/2010. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV A di
SDN Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. Setelah peneliti
menggunakan pendekatan kooperatif teknik jigsaw maka keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPS mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada
masing-masing siklus menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPS secara keseluruhan sebesar 75 %, apabila dibandingkan kondisi
awal sebesar 20,8 % terjadi peningkatan sebesar 54,2 %.
Keempat hasil penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. Penelitian yang relevan tersebut memiliki variabel yang sama