• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan keperawatan pada pasien dengan tr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asuhan keperawatan pada pasien dengan tr"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM

PERNAFASAN PADA PASIEN DENGAN

TRAUMA THORAKS

O L E H

:

TERESIA T SIMARMATA

A.11.041

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

PRODI NERS TAHAP AKADEMIK

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).

Trauma dada menyebabkan hampir 25% dari semua kematian yang berhubungan dengan trauma di amerika serikat dan berkaitan dengan 50% kematian yang berhubungan dengan trauma yang mencakup cedera sistem multiple. Trauma dada diklasifikasikan dengan tumpul atau tembus (penetrasi). Meski trauma tumpul dada lebih umum, pada trauma ini seringtimbul kesulitan dalam mengidentifikasi keluasan kerusakan karena gejala-gejala mungkin umum dan rancu.

Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau lebih mekanisme ptologi berikut:

Hipoksemia akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga, dan otot pernapasan , kolaps paru dan pneumonia.

Hipovolemia akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau hemotoraks.

Gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intra toraks yang meningkat.

(3)

1.2.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa/i keperawatan mengetahui rencana asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan pada pasien dengan trauma toraks secara langsung dan tepat.

1.2.2 Tujuan Khusus

Agar mahasiswa/i keperawatan mampu :

1. Mengkaji pasien gangguan sistem pernafasan dengan trauma toraks

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks

3. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks

4. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks

5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks

BAB 2

(4)

2.1 Konsep Dasar Medik 2.1.1 Pengertian

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.

Kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor adalah mekanisme yangpaling umum dari trauma tumpul dada. Mekanisme yang paling umum untuk trauma tembus dada termasuk luka tembak dan luka tusuk (Brunnar& Suddart, 2001).

(5)

Struktur thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang dada, terdiri atas 12 verthebrathorakalis, 12 pasang tulang iga (costae), dan sternum. Tulang iga dan sternum membentuk susunan sangkar dan menyokong rongga thoraks. Ruang antara tulang-tulang iga disebut ruang interkostalis dan diberi nomor berdasarkan tulang iga diatasnya (contoh: ruang intercostalis kedua berada dibawah tu;ang iga kedua). Diafragma adalah otot yang memisahkan rongga toraks dari abdomen dan digunakan selama inspirasi.

 Dinding dada.

Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Jarinan lunak yang membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna.

 Dasar toraks

Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esofagus

(6)

Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis dan parietalis.Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior.

Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung dengan bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang mengembang dan mengempis tergantung mengembang dan mengecilnya rongga dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan , yaitu m.intercostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar dan paru-paru mengembang sehingga udara terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.

Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil kembali dan udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra abdomen, diafragma akan naik ketika m.intercostalis akan tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini, yaitu kelenturan dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen, menyebabkan ekspirasi jika otot intracostal dan diafragma kendur dan tidak mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian ekspirasi merupakan kegiatan pasif (Sjamsuhidajat, 2004).

2.1.3 Etiologi

1. Tamponade jantung: disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.

2. Hematotoraks: disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan

3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada), iatrogenik (pleural tap, biopsi paru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif). ( http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada)

2.14. Manifestasi klinis

1. Tamponade jantung

Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.  Gelisah.

 Pucat,

 Keringat dingin.

 Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).  Pekak jantung melebar.

(7)

 Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.  ECG terdapat low voltage seluruh lead.

 Perikardiosentesis keluar darah

2. Hematotoraks :

 Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.  Gangguan pernapasan

3. Pneumothoraks :

 Nyeri dada mendadak dan sesak napas.  Gagal pernapasan dengan sianosis.  Kolaps sirkulasi.

Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali. pada auskultasi terdengar bunyi klik. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal. (http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada).

2.1.4 Patofisiologi/ Pathway

Mengenai rongga thorax Terjadi robekan pembuluh darah

sampai rongga pleura,udara intercostal, pembuluh darah jaringan

bila masuk (pneumothorax) paru-paru

karena tekanan negatif intrapleura terjadi perdarahan : (perdarahan

maka udara luar akan terhisap jaringan interstitium, perdarahan

masuk kerongga pleura (sucking intraalveolar, diikuti kolaps kapiler

wound). Kecil-kecil dan ateleksasi)

(8)

 Open pneumothorax tekanan perifer pembuluh paru naik  Close pneumothorax (aliran darah turun).

 Tension pneumothorax - Ringan < 300 cc = di punksi

- Sedang 300-800 cc = di Drain

- Berat > 800 cc = torakotomi

Tekanan pleura meningkat terus

Tekanan pleura meningkat terus

 Sesak napas yang progresif mendesak paru-paru (kompresi &

 Nyeri bernapas dekompresi).

 Bising napas berkurang hilang  Bunyi napas sonor/hipersonor  Photo thorax gambaran udara lebih

¼ dari rongga thorax. pertukaran gas berkurang

 Sesak napas yang progresif  Nyeri bernapas/pernafasan

asimetris/adanya jejas/trauma  Bising napas tak terdengar  Nadi cepat/lemah, anemis/pucat.  Photo thorax 15-35%

WSD (Water Seal Drain)

 Terdapat luka pada WSD - kerusakan integritas kulit  Nyeri pada luka bila bergerak - resiko terhadap infeksi  Perawatan WSD harus diperhatikan - perubahan kenyamanan  Inefektif kebersihan jalan nafas nyeri

- ketidakefektifan pola pernafasan

- gangguan mobilitas fisik

2.1.5 Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada trauma toraks ialah:

1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.

2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema

(9)

3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar; ruptur klep

jantung.

4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.

5. Esofagus : mediastinitis.

6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal

(http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada)

2.1.6 Prognosis

Banyak penderita maninggal setelah sampai dirumah sakit dan banyak kematian ini seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemapuan dignostik dan terpi. Kurang dari 10% dari trauma tumpul toraks dan hanya 15-30% dari trauma tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi. Mayoritas kasus trauma toraks dapat diatasi dengan tindakan teknik prosedur yang akan diperoleh oleh dokter yang mengikuti suatu kursus penyelamatan kasus trauma toraks.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Beberapa pemeriksaan diagnostik awal yang dilakukan, yaitu: 1. Rontgen dada

2. HSD 3. Urinalisis

4. Elektrolit dan osmolalitas 5. Saturasi oksigen

6. Gas darah arteri 7. EKG

8. CT Scan juga dpt dilakukan

(10)

Tujuan pengobatan adalah untuk mengevaluasi kondisi pasien dan melakukan resusitasi agresif. Sebuah jalan nafas segera ditetapkan dengan dukungan oksigen dan pada beberapa kasus, dukungan ventilator. Tetapkan kembali volume cairan, memulihkan seal pleura dalam dada, dan mengalirkan cairan intrapleura serta darah.

Untuk memulihkan dan mempertahankan fungsi jantung paru, jalan nafas yang adekuat dibuatdan dilakukan ventilasi. Tindakan ini termasuk stabilisasi dan menstabilkan kembali intregitas dinding dada, menyumbat setiap lubang pada dada (pneumotoraks terbuka), dan mengalirkan atau membuang setiap udara atau udara atau cairan dari dalam toraks untuk menghilangakan pneumotoraks/hemotoraks serta tamponade jantung. Hipovolemia dan curah jantung yang rendah diperbaiki. (keperawatan medikal bedah, 2001)

2.2 Konsep Dasar Keperawatan 2.2.1 Pengkajian Keperawatan

1. Biodata

 Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnostik medik, alamat.

 Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan  Keluhan utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri pada dada dan gangguan bernafas.

 Riwayat kesehatan sekarang

(11)

untuk mengurangi nyeri dan dapat membuat klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri.

 Riwayat kesehatan yang lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah terdapat riwayat sebelumnya.

3. Pemeriksaan fisik

1. Sistem pernafasan  Sesak napas

 Nyeri, batuk-batuk.

 Terdapat retraksi klavikula/dada.

 Pengambangan paru tidak simetris.

 Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.

 Pada perkusi ditemukan adanya suara sonor/hipersonor/timpani,

hematotraks

 Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.

 Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.

 Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

 Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.

2. Sistem Kardiovaskuler :

 Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.

 Takhikardia, lemah

 Pucat, Hb turun /normal.

 Hipotensi.

3. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.

4. Sistem Perkemihan. Tidak ada kelainan

5. Sistem Pencernaan :  Tidak ada kelainan

(12)

 Kemampuan sendi terbatas.

 Ada luka bekas tusukan benda tajam.

 Terdapat kelemahan.

 Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.

7. Sistem Endokrin :

 Terjadi peningkatan metabolisme.

 Kelemahan.

8. Sistem Sosial / Interaksi.  Tidak ada hambatan.

9. Spiritual :

 Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

4. Pemeriksaan Diagnostik :

 Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.

 Pa Co2 kadang-kadang menurun.

 Pa O2 normal / menurun.

 Saturasi O2 menurun (biasanya).

 Hb mungkin menurun (kehilangan darah).

 Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.

2.2.1. Diagnosa Keperawatan Diagnosa:

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi cairan/udara

2. ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan

3. Perubahan kenyamanan: nyeri akut berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal

4. Resikolaboratif: atelektasis dan penggeseran mesiatinum

(13)

6. Resiko terdapatnya infeksi berhubungan tempat masuknya infeksi sekunder

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan

 Respiratory status : Ventilation

 Respiratory status : Airway patency

 Vital sign Status

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama

………..pasien

menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg

mudah, tidakada

pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas

yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama

NIC:

Membuka jalan napas

Memposisikan pasien untuk mendaptkan ventilasi maksimal Mengeluarkan sekret dengan

batuk efektif atau suction Mengajarkan batuk efektif Auskultasi suara napas

Memonitor status respiratori daan oksigenasi

Terapi oksigen

Memebersihkan sekresi pada mulut, hidung dan trakea

Memelihara kepatenan jalan napas

Memberikan suplemen oksigen Memonitor aliran oksigen

Memonitor kemampuan pasien dalam memelihara oksigen Mengobservasi tanda terjadinya

hipoventilasi

Memonitor kecemasan pasien Mngajarkan pada pasoen dan

keluarga bagaimana

menggunakan oksigen dirumah Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi Pasang mayo bila perlu

(14)

-Penurunan tekanan

inspirasi/ekspirasi -Penurunan

pertukaran udara per menit

Berikan bronkodilator :

-………..

Monitor respirasi dan status O2

Bersihkan mulut, hidung dan

Monitor vital sign

Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas

Ajarkan bagaimana batuk efektif

(15)

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1. Bersihan Jalan Nafas

tidak efektif

berhubungan dengan: - Infeksi, disfungsi

neuromuskular,

adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya

- Penurunan suara nafas - Orthopneu

- Cyanosis

- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)

NOC:

Respiratory status : Ventilation

Respiratory status : Airway patency

Aspiration Control

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama

…………..pasien

menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil :

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum,

bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Mampu mengidentifikasikan

NIC: Bantuan ventilasi

Aktivitas:

 Memelihara kepatenan jalan nafas  Memonitor eek perubahan

oksigenasi

 Membantu bernafas dalam  Mengauskultasi suara nafas  Mengajarkan teknik bernafas

lewat mulut

 Mengajarkan teknik bernafas dengan baik

 Memonitor kelemahan otot respirasi

 Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.

 Berikan O2 ……l/mnt, metode………

 Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam

 Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

 Lakukan fisioterapi dada jika perlu

 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

(16)

- Kesulitan berbicara - Batuk, tidak efekotif atau

tidak ada

- Produksi sputum - Gelisah

- Perubahan frekuensi dan irama nafas

dan mencegah faktor yang penyebab.

Saturasi O2 dalam batas normal

Foto thorak dalam batas normal

adanya suara tambahan

 Berikan bronkodilator :

- ………

- ……….

- ………

 Monitor status hemodinamik

 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

 Berikan antibiotik :

………. ……….

 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

 Monitor respirasi dan status O2

 Pertahankan hidrasi yang adekuat

untuk mengencerkan sekret

 Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

2.2.4 Implementasi Keperawatan Dilakukan sesuai dengan intervensi

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

(17)

2. menunjukkan inefektif bersihan jalan napas 3. Adanya perubahan kenyamanan : Nyeri akut 4. Tidak adanya gangguan mobilitas fisik 5. Tidak adanya kerusakan integritas kulit 2.2.6 Discharge Planning

1. Hilangkan nyeri interkosta yang mungkin terjadi dengan menggunakan pemanasan lokal dan nalgesia oral

2. Selingi berjalan dan aktivitas lain dengan periode istirahat yang sering. Sadari bahwa kelemahan dan keletihan adalah umum untuk 3 minggu pertama.

3. Praktikkanlah latihan pernapasan beberapa kali sehari selama beberapa minggu pertama di rumah

4. Hindari mengangkat beban lebih dari 10 kg sampai terjadi penyembuhan sempurna; otot-otot dada dan insisi mungkin lebih lemah dari normal selama 3 sampai 6 bulan setelah operasi

5. Berjalan dengan jarak sedan, secara bertahap tingkatkan waktu dan jarak berjalan. Jaga tetap persisten.

6. Dengan segera hentikan semua ktifitas yang dapat menyebabkan keletihan, peningkatan sesak nafas, atau nyeri dada

7. Hindari iritan bronkhial (merokok, asap, polusi udara, semprot aerosol) 8. Cegah kedinginan atau infeksi paru

9. Dapatkan vaksin influenza tahunan. Juga bahas vaksinasi terhadap pneumonia dengan dokter

10. Melapor untuk tindak lanjut perawatan oleh ahli bedah atau kllinik sesuai kebutuhan

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax

yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum

(18)

menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan

dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang

mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit

diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu

(Brunner & Suddarth, 2002).

Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau lebih mekanisme ptologi berikut:

Hipoksemia akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga, dan otot pernapasan , kolaps paru dan pneumonia.

Hipovolemia akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau hemotoraks.

Gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intra toraks yang meningkat.

1.2 Saran

Dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks hendaknya mengetahui terlebih dahulu gambaran keadaan pasien dan rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk penanganan yang lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Crowin, Elizabeth. 2009. Patofisiologi . Jakarta : EGC

(19)

Shamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .

Smeltzer, Suzanne C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

KATA PENGANTAR

(20)

Dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak kekurangan baik itu dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini penulis mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah – mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB 1 : PENDAHULUAN...

1.1 Latar Belakang... 1.2 Tujuan...

BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar Medis...

(21)

2.1.3 Etiologi... 2.1.4 Manifestasi klinis... 2.1.5 Pathway... 2.1.6 Komplikasi... 2.1.7 Prognosis... 2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik... 2.1.9 Penatalaksanaan...

2. 2. Konsep Dasar Keperawatan...

2.2.1 Pengkajian... 2.2.2 Diagnose Keperawatan... 2.2.3 Intervensi Keperawatan

2.2.4 Implementasi Keperawatan... 2.2.5 Evaluasi Keperawatan...

BAB 3 : PENUTUP...

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian in adalah lomba gugus SD disini lebih menekankan kepada administrasi sekolah, walaupun ada sedikit unsur untuk dapat meningkatkan

Peran dasar dari agregator sebagai alat pengembangan koleksi perpustakaan adalah untuk menambah koleksi perpustakaan dengan berbagai situs web yang menyediakan sumber

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada PT.Trust Technology, maka dapat disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi oleh perusahaan tersebut adalah penggunaan

Dengan demikian, hipotesis 5 yang menyatakan green marketing strategy berpengaruh positif dan signifikan terhadap intention to stay melalui attitude dan hotel image pada

Hasil uji beban statis untuk muka air tanah di atas dasar fondasi dengan berbagai variasi persentase campuran styrofoam pada lubang uji dengan media tanah lempung

Hasil pengkajian di temukan masalah ketiga klien sama yaitu klien terlihat lessu, sering menyendiri, kontak mata kurang, afek datar, klien tidak konsentrasi.Diagnosa ketiga

Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, , lebih besar dari atau

Agar penelitian ini lebih optimal sebaiknya dalam pengambilan data nitrat dan fosfat dilakukan selama dua bulan pada tiap musimnya, dan perlu dilakukan penelitian