1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang melimpah akan keanekaragaman hayatinya dan begitu kaya akan sumber daya alam yang potensial. Letak geografisnya yang strategis menunjukkan betapa kayanya Indonesia akan sumber daya alam. Sumber daya alam atau yang akrab disebut dengan singkatan SDA ini adalah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia pada umumnya. Sumber daya alam merupakan anugerah terbesar dari sang pencipta yang harus kita syukuri dengan cara memanfaatkannya secara maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, serta kita lestarikan tanpa merusak lingkungan. Kekayaan akan sumber daya alam di Indonesia sudah tidak ternilai harganya. Berbagai jenis sumber daya alam terkandung di dalam perut bumi Indonesia, seperti tanah, minyak bumi, gas alam, air, berbagai jenis logam, dan masih banyak lagi jenis lainnya. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan hidup manusia. Dengan sumber daya alam tersebut, manusia dapat bertahan hidup dengan mengolah dan memanfaatkannya. Keanekaragaman sumber daya alam yang terkandung memungkinkan Indonesia untuk menjadi negara yang maju dalam bidang perekonomiannya. Tetapi sayangnya, saat ini keberadaannya tidak lagi tersebar secara merata. Jawa Tengah misalnya, Jawa Tengah memiliki sumber daya alam yang cukup kaya dan potensial. Salah satunya adalah hutan. Jawa Tengah memiliki hutan seluas 650 ribu ha atau 19,97% dari total luas daratannya.1Hutan merupakan sumber kekayaan alam pemberian sang pencipta yang memberikan manfaat serba guna yang mutlak dibutuhkan oleh umat manusia sepanjang masa yang harus dilindungi dan dimanfaatkan guna kesejahteraan rakyat secara lestari. Berbagai jenis satwa dan tumbuhan hidup di dalamnya. Seiring berjalannya
1
2
waktu, peningkatan taraf kehidupan manusia pun semakin meningkat dan menuntut mereka untuk melakukan berbagai cara untuk memenuhinya.
Namun akhir-akhir ini, didapati kenyataan bahwa kerusakan sumber daya alam mengalami peningkatan secara terus-menerus. Inovasi teknologi, populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan. Seringkali kita menjumpai adanya kegiatan eksploitasi hutan dan penggalian tanah yang sering dilakukan oleh manusia secara paksa dan tanpa terkendali yang mengakibatkan punahnya tumbuhan dan satwa-satwa tersebut.
Gambar 1
Foto hutan sengon di Desa Kaligawe
Sumber : Foto Pribadi milik Bp. Saptono, warga desa Kaligawe tahun 2011
3
lakukan oleh manusia. Berikut ini adalah beberapa jenis tanah yang tersebar di beberapa pulau di Indonesia2 :
1. Litosol
2. Latosol
3. Aluvial
4. Regosol
5. Grumosol
6. Organosol
7. Andosol
8. Podsolid
Dalam kehidupan ini tidak ada manusia yang tidak membutuhkan tanah, apalagi Negara-negara yang masih agraris. Oleh karena itu, masalah pertanahan masih merupakan masalah yang utama yang masih dihadapi oleh negara yang penghidupan ekonominya masih ditunjang dari sektor pertanian. Di Indonesia, sebagian besar penghidupan masyarakatnya masih mengandalkan ekonomi mereka dari sektor pertanahan. Tanah dipandang sebagai alat produksi pertanian, karena berfungsi sebagai media tumbuh kembangnya tanaman. Bagi sebagian orang di pedesaan, tanah merupakan sumber mata pencaharian utama di bidang pertanian dan kehidupan mereka sehari-hari bergantung dari tanah. Produktivitas tanaman pertanian yang diusahakan banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah yang bersangkutan, baik sifat fisika tanah, kimiawi tanah, maupun biologi tanah yang bersangkutan. Sebagai media tumbuhnya tanaman, tanah mampu berperan sebagai tempat berdirinya tanaman, tempat menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, tempat menyediakan air yang dibutuhkan oleh tanaman, tempat menyediakan udara bagi pernapasan akar tanaman, dan lain-lain.
Namun faktanya akhir-akhir ini pemanfaatannya bergeser sebagai lahan yang diperuntukkan bagi pembangunan, industri, perdagangan, dan lain-lain. Dari waktu ke waktu, seiring dengan pertambahan penduduk, kemajuan teknologi dan
2
4
industri, serta pergeseran budaya, jumlah kebutuhan akan tanah terus meningkat.Dewasa ini, sering terjadi eksploitasi tanah yang berupa penggalian khususnya penggalian tanah merah diberbagai wilayah di Indonesia.
Gambar 2
Peta Penutupan Lahan di Indonesia
Sumber : www.mongabay.co.iddi unduh pada tanggal 11 April 2016 pada pukul 11.00 WIB
Seperti yang terjadi di Desa Kaligawe Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan belakangan ini. Kaligawe merupakan sebuah desa yang kaya akan sumber daya alam, dengan luas wilayah 279 Ha+ 569 m2. Desa Kaligawe memiliki lahan perkebunan dengan luas 35 Ha, lahan persawahan seluas 62,34 Ha, lain-lain (sungai, jalan, makam, dll) seluas 569 Ha+, serta terdapat hutan negara didalamnya dengan luas 50 Ha. Penduduk desa Kaligawe berjumlah 1413 orang per bulan Februari 2016 dengan jumlah laki-laki 707 orang dan jumlah perempuan 706 orang.3 Mata pencaharian mereka sehari-hari adalah bercocok tanam, baik di area persawahan maupun di area perkebunan. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk yang terus meningkat dalam kondisi ekonomi yang lesu mengakibatkan sebagian pemilik tanah merah di wilayah Desa Kaligawe terpaksa menjual tanahnya.
3
5
Dengan alasan untuk kesejahteraan warga, para pembeli melalui calo meyakinkan warga yang awalnya tidak berniat menjual tanah, agar mau menjual tanah tersebut kepada para pembeli. Para calo tersebut mendatangi warga saat warga sedang berada dirumah maupun ditempat warga itu bekerja. Awalnya para warga (pemilik tanah) tidak menyetujui karena tidak ada diskusi resmi dan belum ada kesepakatan, namun karena sebagian tanah yang mereka miliki sudah terlanjur digali,dan ada anak buah yang nakal (Preman), akhirnya warga terpaksa mau menjualnya. Mereka membeli tanah warga seharga Rp 5.000 hingga Rp 9.000 per rit disesuaikan dengan luas tanah dan dijual kepada pengusaha perorangan di kota seharga Rp 300.000 hingga Rp 700.000, dan setiap harinya ada sekitar 15 hingga 20 truk yang bekerja. Data tersebut penulis dapatkan dari Bp. Amin (salah satu penjaga malam lokasi penggalian), dan Bp. Fathur (salah seorang supir truk yang mengangkut tanah galian) saat penulis ajak diskusi.
Gambar 3
Tanah bekas pengerukan di belakang Balai Desa Kaligawe
Sumber : Foto Pribadi milik Penulis
Sumber : Foto Pribadi milik Penulis
6
Menurut Kepala Desa Kaligawe dan Bp. Daniel Panut (warga sekitar), kegiatan penggalian di desa ini sudah berlangsung sejak akhir tahun 2010 di berbagai tempat di kampung, namun sempat terhenti selama tiga tahun karena kekurangan tenaga pengeruk. Dengan alasan tanah tersebut nantinya akan digunakan untuk menutupi lahan persawahan di kota dan rawa-rawa yang sudah tidak berfungsi lagi serta digunakan untuk tata ruang desa.
Gambar 4
Lahan pengerukkan di depan rumah Bp. Amin
Sumber : Foto Pribadi milik Penulis
7
hubungan antar warga menjadi sensitif. Berikut ini adalah Masalah-masalah yang ditimbulkan selama pengerukan tanah :
1. Menghilangkan batas tanah milik pemilik tanah yang satu dengan yang lain, pencemaran udara, merusak akses jalan, jalan menjadi licin saat hujan turun, dsb.
2. Dalam pengadaan perijinan, warga tidak dilibatkan dalam musyawarah sehingga sempat terjadi ketegangan sosial antar warga dan hubungan antar warga menjadi sensitif.
3. Waktu awal pengerukkan, warga sempat bentrok dengan calo (preman) sehingga melibatkan polisi juga.
4. Tidak ada kompensasi yang memadai. Di awal perjanjian, warga yang terkena dampak penggalian diberi kompensasi sebesar Rp 20.000,00 setiap bulannya, namun pada kenyataannya tidak diberi hingga hari ini.
5. Lingkungan mengalami kerusakan
6. Akses jalan menjadi licin dan sering mengakibatkan kecelakaan saat hujan turun.
7. Masyarakat tidak berani komplain karena adanya preman.
Fenomena tersebut menyangkut kepentingan masyarakat luas dan dampaknya mempengaruhi sosial masyarakat terutama yang berada disekitar wilayah area penggalian tanah merah.
1.2 Rumusan Masalah
8
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan pola komunikasi yang terjadi dalam transaksi jual beli tanah merah di Desa Kaligawe Kec. Karangdadap Kab. Pekalongan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dilakukan untuk pengembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai bagaimana pola komunikasi yang terjadi dalamtransaksi jual beli tanah merah di Desa Kaligawe Kec. Karangdadap Kab. Pekalongan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan untuk melatih diri peneliti dalam menganalisis suatu permasalahan yang terjadi dalam ilmu komunikasi khususnya dengan lingkungan sosial.
2. Bagi Fakultas
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Univeritas Kristen Satya Wacana Salatiga.