• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL MIND MAPING UNTUK MENING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL MIND MAPING UNTUK MENING"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL MIND MAPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

MATERI BUMI DAN JAGAT RAYA SISWA KELAS X IPS 4 SMA NEGERI 7 MALANG

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh :

PUTRI SARI HATI, S.Pd NIM 123171003108

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI PENDIDIKAN PROFESI GURU

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan proses internal yang kompleks, sehingga bagi siswa belajar merupakan tindakan dan perilaku yang menunjukkan proses yang kompleks. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia, dan hal-hal yang dijadikan bahan belajar.

Menurut Skinner (dalam Dimyati 1994;8) Pada saat seseorang belajar , maka responnya menjadi lebih baik. Sehingga dalam pembuatan program pembelajaran, seorang guru perlu memperhatikan dua hal, yaitu (i) pemilihan stimulus dan (ii) penggunaan penguatan. Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning juga menjabarkan secara detail mengenai tahapan yang harus dilakukan seorang guru sebelum membuat program pembelajaran, yaitu (i) mempelajari keadaan kelas, mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif dan negatif, (ii) membuat daftar perilaku yang disukai siswa, (iii) memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang yang dipelajari, (iv) membuat program pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 1994;9).

Berdasrkan teori kondisioning diatas, seorang guru dituntut bisa mempelajari dan menciptakan susana emosi positif dalam pembelajarn. Karena pada dasarnya emosi yang positif dapat menghasilkan hasil belajar yang positif, begitu sebaliknya. Fredricson (dalam Ramdhani, 2012;18) menyebutkan bahwa didalam belajarpun sesungguhnya banyak sekali riset yang sudah dilakukan membuktikan bahwa pada saat murid dalam kondisi senang maka kemampuan dalam menyerap materi akan lebih baik.

(3)

dalam pembelajaran tidak akan tercapai bila guru tidak mempelajari kondisi kelas dan melibatkan siswa dalam proses belajar. Masalah inilah yang juga dihadapi oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajran di SMA Negeri 7 Malang.

Berdasarkan hasil Ulangan Harian siswa X SMA Negeri 7 Malang, diketahui bahwa (i) hasil belajar siswa kelas X khususnya pada materi awal tentang Hekikat Geografi menunjukkan hasil yang rendah, (ii) sebagian besar siswa belum bisa menghubungkan konsep geografi. Berdasarkan hasil Ulangan Harian I pada materi Hakikat Geografi nilai rata-rata siswa kelas X IPS 4 adalah 71, nilai rata-rata ini masih jauh dibawah KKM sedangkan Kriterian Ketuntasan Minimum adalah 75. Hasil Ulangan Harian I

menunjukkan sejumlah 11 orang siswa belum tuntas, 42 % dari jumlah total keseluruhan siswa X IPS 4 yang berjumlah 26 siswa. Dilandasi pada alasan tersebut, peneliti memilih alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menggunakan model Mind Maping.

Model Mind Maping dapat mengakomodasi ide-ide siswa yang

berbeda, sehingga siswa dapat secara langsung terlibat dalam proses belajar. Gambaran pemikiran siswa dapat diungkapkan dalam bentuk tulisan, gambar, atau poster. Kelebihan Mind Maping adalah prinsipnya yang disesuaikan dengan prinsip kerja otak, yaitu menghubungkan kemampuan otak kiri dan otak kanan, sehingga siswa lebih mudah memahami dan mengingat suatu informasi (Sumarmi, 2012;76). Diharapkan dengan menggunakan model

Mind Maping masalah belajar yang dihadapi oleh siswa dapat terpecahakan sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Karenanya peneliti menerapkan model Mind Maping untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi materi Bumi dan Jagat Raya siswa kelas X IPS 4 SMA Negeri 7 Malang.

B. Rumusan Masalah

(4)

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi materi Bumi dan Jagat Raya siswa kelas X IPS 4 SMA Negeri 7 Malang?

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Geografi di SMAN 7 Malang pada

khususnya

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pe-nerapan model pembelajaran Geografi di kelas. 3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

salah satu referensi untuk melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran Mind Maping.

D. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah penerapan pembelajaran model

Mind Maping pada mata pelajaran Geografi, pada kompetensi dasar (i) 2.1 Menjelaskan sejarah pembentukan bumi (ii) 2.2 Mendeskripsikan tata surya dan jagat raya . Penelitian akan dilaksanakan di kelas X IPS 4 SMAN 7 Malang pada semester gasal tahun ajaran 2013/2014. Penerapan pembelajaran kooperatif model Mind Maping digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan timbulnya pengertian ganda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini diberikan penegasan beberapa istilah.

1. Hasil belajar adalah nilai evaluasi hasil yang diperoleh siswa kelas X IPS 4 SMA Negeri 7. Evaluasi hasil belajar baik dari ranah kognitif maupun ranah afektif. Hasil belajar diukur dengan menggunakan tes dan nontes.

2. Mind Maping adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan cara mencatat dan menuliskan ide pokok dan ide-ide tambahan materi pelajaran

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

belajar mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan pembelajar-an dalam kelas. Hasil belajar sering kali dikaitkan dengan ketepatan pemilihan dan penerapan model pembelajaran. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator sangat berperan dalam pemilihan model pembelajaran yang digunakan agar hasil belajar yang dicapai siswa meningkat.

1. Pengertian Hasil Belajar

Hamalik (2007:135) menyimpulkan bahwa ”hasil belajar merupakan per-nyataan kemampuan siswa yang diharapkan dalam menguasai sebagian atau selu-ruh kompetensi yang dimaksud”. Hasil belajar yang dimaksud oleh Hamalik terse-but dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pembelajaran dan dampak pengi-ring. Yang dimaksud dengan dampak pembelajaran adalah suatu hasil yang tertu-ang dalam nilai rapor dan angka dalam ijazah yang dapat diukur. Sedangkan yang dimaksud dengan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain. Dimyati dan Mudjiono (1994:13) menyimpulkan bahwa ”hasil belajar mempunyai pe-ngertian yaitu: 1)

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses; 2) kemampu-an aktual yang dapat diukur secara langsung; 3) perubahan tingkah laku yang me-liputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu produk akhir dari proses pembelajaran. Produk akhir tersebut dapat berupa kemampuan intelektual yang dimiliki oleh si belajar, serta kecakapan lain yang langsung terintegrasi dalam sikap dan perilaku si belajar.

(6)

Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diperoleh maka perlu adanya pengukuran terhadap hasil belajar siswa. Bagi siswa, pengukuran hasil belajar dapat digunakan untuk mengetahui kompetensi diri. Se-dangkan bagi guru, hasil belajar sangat berguna untuk melakukan perbaikan tinda-kan pembelajaran di kelas. Dengan tingkat pemahaman anak didik yang berbeda-beda, maka guru dituntut untuk bisa menjadi fasilitator yang dapat mengantarkan pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu alat untuk melakukan pengukuran atau evaluasi hasil belajar adalah dengan menggunakan tes. Arikunto (2003:33) menyatakan bahwa ”tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan”. Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan evaluasi pembelajaran yang dilaku-kan di sekolah, pengukuran hasil belajar dengan menggunakan tes dapat diguna-kan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran.

Dewasa ini penilaian hasil belajar siswa, terutama untuk menentukan kelulusan siswa jenjang pendidikan dasar dan menengah, dilakukan hanya pada saat akhir masa studi. Tentu dalam hal ini hasil belajar siswa selama 6 tahun atau 3 tahun hanya dinilai selama 3 sampai 4 hari saja dengan menggunakan soal-soal Ujian Akhir Nasional. Dengan demikian proses yang telah dilalui siswa selama mengikuti pembelajaran tidak dinilai. Hal ini tentu bertentangan dengan pendapat di atas. Sehingga pada Penelitian ini, penilaian hasil belajar tidak hanya pada hasil akhir saja, tetapi juga penilaian terhadap proses pembelajaran.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pada suatu pembelajaran di kelas tertentu, hasil pembelajaran yang diper-oleh masing-masing siswa beraneka ragam. Perbedaan hasil belajar siswa tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dimyati dan Mudjiono (1994:53), menyimpulkan bahwa ”faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar adalah faktor internal dan eksternal”.

(7)

 Psikologi, meliputi intelegensi, motivasi belajar, minat, perasaan kondisi akibat keadaan sosial, kultural dan ekonomi

 Fisiologi, meliputi kesehatan jasmani b. Faktor eksternal (dari luar)

 Proses belajar di sekolah, meliputi kurikulum pembelajaran, disiplin seko-lah, fasilitas belajar dan pengelompokan siswa

 Kondisi sosial, meliputi sistem sekolah, status sosial sekolah, interaksi pengajar dengan siswa, latar belakang keluarga.

Suatu tanda bahwa hasil belajar siswa telah tercapai adalah dengan adanya perubahan tingkah laku meskipun terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk mencari metode yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang tercermin dari perubah-an tingkah laku siswa. Pada tahun 1956 muncul sebuah prinsip Taksonomi Bloom. Dalam taksonomi tersebut menunjukkan tingkat kesulitan mulai dari yang paling sederhana hingga yang kompleks.

Bloom (dalam Arikunto, 2003:117) menyimpulkan bahwa ”ada 3 ranah atau doMind besar dalam taksonomi yaitu (1) ranah kognitif; (2) ranah afektif; (3) ranah psikomotorik”. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dinilai hanyalah ra-nah kognitif dan afektif, karena ranah psikomotorik yang di dalamnya mengukur keterampilan gerak tubuh siswa, tidak sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini. Maka yang dijabarkan hanya ranah kognitif dan afektif. Penjabaran kedua ranah tersebut sebagai berikut.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif mempunyai enam tingkatan kemampuan, dari kemampuan yang paling sederhana hingga kemampuan yang paling kompleks sebagai berikut.

1) Pengetahuan/Ingatan (C1)

Pengetahuan merupakan ingatan terhadap hal-hal yang telah dipelajari se-belumnya. Contoh kata kerja: menyebutkan, menghafal, mengulang, mengurutkan, mengaitkan dan menyusun.

(8)

Pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami materi atau bahan ajar. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi lain. Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyebab suatu gejala.

3) Penerapan (C3)

Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkret, nyata atau baru. Contoh kata kerja yang digunakan: menerapkan, menggunakan, memilih, menen-tukan, menafsirkan.

4) Analisa (C4)

Analisa merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam ba-gian-bagian yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Contoh kata kerja: membedakan, membandingkan, mengkritik, mengkategorikan. 5) Sintesis (C5)

Sintesis merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Kemampuan sintesis me-nekankan pada perilaku kreatif dengan mengutamakan perumusan perilaku atau struktur baru dan unik.

6) Penilaian/Evaluasi (C6)

Penilaian merupakan tingkat kemampuan kognitif yang paling tinggi ka-rena meliputi unsur-unsur dari semua kategori termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang sarat nilai dan kejelasan kriteria.

b. Ranah Afektif

Menurut Popham (dalam Depdiknas, 2008:4) ”ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal”. Krathwohl (dalam Depdiknas, 2008:4) membagi ranah afektif ke dalam 5 tingkatan.

(9)

1) Tingkat receiving

Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif. 2) Tingkat responding

Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada perolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya: senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya. 3) Tingkat valuing

Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.

4) Tingkat organization

Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau

organisasi sistem nilai. Misal: pengembangan filsafat hidup. 5) Tingkat characterization

(10)

waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.

Pengukuran ranah afektif siswa dapat dilakukan dengan 2 cara. Andersen (dalam Depdiknas, 2008:9) menyatakan bahwa ”metode yang digunakan untuk mengukur ranah afektif adalah metode observasi dan metode laporan diri”.

Metode observasi berasumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Sedangkan metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Metode laporan diri ini membutuhkan kejujuran dalam mengung-kapkan karakteristik afektif diri sendiri.

Depdiknas (2008:10) menyebutkan bahwa ”menurut tujuannya, pengukuran ranah afektif terdiri dari 5 macam instrumen”, yaitu: 1) Instrumen sikap

Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya terhadap kegiatan sekolah, mata pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat.

2) Instrumen minat

Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.

3) Instrumen konsep diri

Instrumen konsep diri digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh.

4) Instrumen nilai

(11)

positif dan yang negatif. Hal-hal yang bersifat positif diperkuat sedangkan hal-hal yang negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan.

5) Instrumen moral

Instrumen moral bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi moral seseorang diperoleh melalui pengamatan terhadap.

Dalam penelitian ini, ranah afektif yang akan dinilai adalah sikap peserta didik. Dalam pengukuran sikap akan digunakan instrumen pengukuran sikap berupa angket. Dengan menggunakan angket diharapkan siswa dapat memberikan informasi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan yang nyata. Instrumen penilaian afektif tersebut akan menggunakan skala Likert.

Berdasarkan penjabaran teori hasil belajar oleh Bloom di atas, maka dalam penelitian ini yang diukur hanyalah ranah kognitif dan afektif. Ranah

psikomotorik yang menuntut adanya gerak terbimbing dan terukur secara rinci tidak terdapat dalam pembelajaran yang membahas materi Pelestarian Lingkungan Hidup ini.

B. Model Pembelajaran Mind Maping

Model pembelajaran Penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat mendukung ketercapaian sebuah proses pembelajran.

1. Pengertian Mind Maping

Mind Maping merupakan teknik pencatatan yang didasarkan pada kerja otak manusia. Teknik pencatatan ini dikembangkan oleh Toni Buzan pada tahun 1970an dan didasarkan pada riset tentang kerja otak yang sebenarnya. DePorter dan Hernacki (1992:26-28) menyatakan bahwa otak manusia terdiri dari tiga bagian yaitu (1) reptilia, memiliki peranan yang berkaitan tentang pertahanan hidup, bernafas, memiliki rasa lapar dan mengembangkan spesies (keturunan); (2) mamalia, memiliki peranan yang berkaitan dengan perasaan, ingatan, sistem kekebalan; (3) neokorteks, memiliki peranan seperti membaca, berbicara, berhitung, kreatifitas, memecahkan masalah.

(12)

daftar atau urutan. Otak kanan dan otak kiri dihubungkan oleh corpus collosum yang mampu menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri. Informasi yang

diperoleh dipilah-pilah oleh otak, jika informasi yang diperoleh berupa kata-kata maka informasi tersebut diterima dan disimpan oleh otak kiri saja. Apabila informasi yang diterima hanya menggunakan kemampuan dari salah satu belahan otak menyebabkan otak tidak bekerja secara maksimal. Otak dapat menyimpan informasi dalam waktu yang lama apabila terjadi keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu keseimbangan otak juga menyebabkan seseorang berpikir kreatif, menumbuhkan ide-ide untuk mengatasi berbagai permasalahan.

Mind Maping menggunakan kekuatan imajinasi yang ada pada diri

seseorang yang dituangkan dalam sebuah kertas. Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan karena imajinasi tidak terbatas. Ketika berimajinasi seseorang mampu memikirkan segala sesuatu secara luas, namun untuk memahami suatu mata pelajaran perlu dilakukan arahan agar imajinasi tersebut tidak menyimpang dari materi pelajaran. Para pemikir dunia seperti Leonardo Da Vinci, Albert Einstein, Galileo Gelilei menggunakan bahasa gambar untuk menyusun,

mengembangkan dan mengingat informasi yang ada dipikirannya(Buzan, 2008:7).

Mind Maping dapat menumbuhkan ide karena menggunakan imajinasi yang tidak terbatas. ”Mind map memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan asosiasinya dengan pola jaringan radial dan jaringan sebagaimana otak dirancang…” (Buzan, 2008:103). Mind Maping menggunakan garis

lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan rangkaian sederhana dan sesuai dengan cara kerja otak. Informasi yang panjang dapat diubah menjadi diagram warna-warni, teratur, mudah diingat karena bekerja secara alami sesuai dengan cara kerja otak.

(13)

saat mengambil informasi ke luar otak mengalami kesulitan atau lupa. DePorter dan Hernacki (1992:153) Mind Maping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan sarana grafis lainnya. Citra visual dan sarana grafis tersebut yaitu dalam bentuk gambar. Pengenalan visual atau gambar lebih sempurna daripada pengenalan kata-kata atau kalimat. Michael Michalko dalam Buzan (2006:2) mind map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linier, mind map menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut.

Mind Maping dapat memudahkan seseorang untuk mengganti dan

menambahkan informasi dari sudut pandang apapun. Apabila seseorang membuat

Mind Maping untuk merencanakan suatu kegiatan, kemudian ada hal baru yang belum tercatat pada Mind Mapingnya maka seseorang tersebut dapat mudah menambahkan informasi ke dalam Mind Mapingnya. Selain itu juga dapat dilihat rancangan kegiatan dari segala sudut sehingga apabila terdapat hal yang kurang dapat ditambahkan dengan mudah. Menurut Widura (2008:16) ”mind map adalah suatu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar”. Bentuk Mind Maping

terlihat seperti coret-coretan dan tidak menyerupai catatan linier yang rapi. Namun Mind Maping lebih dapat diterima oleh otak daripada catatan linier.

(14)

Keseimbangan antara otak kiri dan kanan sangat diperlukan karena dapat menggali potensi otak secara maksimal. Siswa lebih mudah mengingat gambar daripada kata, sedangkan informasi yang diterima hanya berupa kata. Bahasa kata-kata merupakan urutan kedua setelah bahasa gambar. Adanya gambar menyebabkan otak kanan siswa menjadi lebih aktif dan dapat menyeimbangkan diri dengan beban otak kirinya. Apabila informasi tersebut dirubah dalam bentuk

Mind Maping yang merupakan gabungan antara kata dan gambar, warna maka siswa dapat memaksimalkan kinerja otak. Jadi metode Mind Maping sesuai dengan prinsip kerja otak.

Siswa mencatat pelajaran bertujuan untuk menyimpan informasi sehingga pada saat lupa terhadap suatu topik, siswa mencari dan membuka catatan materi pelajaran. Pada saat menjelang ujian siswa menghafalkan materi tersebut dalam waktu semalam.

”…SKS alias ”Sistem Kebut Semalam” adalah hal yang sia-sia dan tidak efektif untuk diterapkan (saat akan menghadapi ujian esok hari, kita sering” menerapkan sistem ini). Informasi yang dipaksakan untuk ipelajari semalam sebelum ujian pada esok hari akan menjadi sulit untuk diingat kembali pada saat ujian berlangsung”

(Harianti:2008:4).

Materi yang dihafalkan siswa tidak akan memberikan keuntungan bagi siswa, siswa akan mudah mengingat dan melupakan. Siswa harus mampu

memahami materi pelajaran yaitu dengan cara belajar sesuai dengan prinsip kerja otak. Cara belajar tersebut yaitu dengan mengubah bentuk catatan yang awalnya linier atau monoton menjadi Mind Maping yang menggunakan keseimbangan otak kanan dan kiri.

DePorter dan Hernacki (1992:150) menyimpulkan:

Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan dengan logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami.

(15)

materi dan memberikan wawasan baru. Catatan Mind Maping membentuk suatu pola dan gagasan yang saling berhubungan antara topik utama yang berada di tengah dengan subtopik yaitu yang terletak pada cabang.

Berdasarkan uraian tersebut, Mind Maping merupakan cara mencatat yang memadukan antara kemampuan verbal dan kemampuan visual yang dapat

menyeimbangkan kerja otak kanan dan otak kiri sehingga siswa mampu menyimpan materi pelajaran dan mengingatnya dalam jangka waktu yang

panjang. Siswa dapat membuat Mind Maping sesuai dengan keinginan, kreatifitas diri sendiri sehingga Mind Maping yang dibuat siswa bervariasi. Mind Maping

yang dibuat siswa bermacam-macam yang dipengaruhi oleh sifat dan emosi, siswa dalam keadaan emosi yang berbeda akan menghasilkan Mind Maping yang berbeda meskipun materi pelajaran yang diterima sama.

2. Pembuatan Mind Maping

Cara pembuatan Mind Maping diperlukan beberapa bahan diantaranya kertas kosong tak bergaris, pena atau spidol berwarna, otak dan imajinasi. Pembuatan Mind Maping itu mudah, namun untuk membuat Mind Maping yang bagus, menarik, lengkap itu memerlukan beberapa kali pembuatan agar tercipta

Mind Maping yang sempurna. Buzan (dalam Sumarmi 2012:79) menjelaskan langkah pembuatan Mind Maping:

a. Memulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan dengan posisi mendatar. Tema pokok dituliskan di tengah karena memberikan kebebasan otak untuk menyebar ke segala arah. Posisi yang terletak di tengah merupakan sumber perhatian utama. b. Menggunakan foto atau gambar untuk ide sentral. Gambar dapat

membantu pembuat Mind Maping berimajinasi dan mengembangkan pemikiran.

c. Menggunakan warna, setiap cabang memiliki warna yang berbeda dengan cabang yang lain. Warna dapat mengaktifkan fungsi otak kanan, warna membuat sesuatu lebih menarik dan menyenangkan. d. Menghubungkan cabang-cabang dari topik utama ke setiap

gagasan-gagasan dan seterusnya. Suatu informasi satu dengan informasi lainnya perlu dihubungkan oleh cabang. Cabang yang semakin jauh dari topik utama semakin menipis.

e. Membuat garis hubung yang melengkung karena garis lurus dapat membosankan otak.

(16)

g. Menggunakan gambar-gambar, untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.

Pembuatan Mind Maping harus memperhatikan cara-cara tersebut, pada awalnya Mind Maping akan terlihat dangkal, namun setelah dilakukan

penyempurnaan dan terbiasa menggunakan Mind Maping maka Mind Maping

sangat mudah digunakan dalam catatan harian, sekolah dan merencanakan suatu kegiatan. Pada proses pembelajaran di sekolah Mind Maping dapat dibuat ketika guru menjelaskan dan siswa langsung mencatat dengan Mind Maping. Selain itu

Mind Maping juga dapat digunakan untuk meringkas mata pelajaran yang menggunakan bahasa verbal, kata-kata dan kalimat yang panjang seperti IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Sejarah, Geografi. De Porter dkk (2003:176) menjelaskan cara pembuatan Mind Maping yang digunakan untuk mencatat materi pelajaran pada saat guru menjelaskan di kelas adalah sebagai berikut.

a. Siapkan selembar kertas kosong tanpa garis dan letakkan dengan posisi mendatar.

b. Tuliskan ide pokok materi yang disampaikan guru di tengah-tengah kertas misalnya guru menjelaskan tentang konsep geografi maka buat gambar atau tulis konsep geografi di bagian tengah kertas.

c. Ketika guru menjelaskan Konsep,Pendekatan,Prinsip Geografi buatlah cabang pertama dengan kata kunci lapisan. Guru menjelaskan konsep-konsep geografi maka buat garis lengkung yang lebih tipis dari cabang pertama sebagai subcabang pertama dengan kata kunci konsep

esesensial geografi.

d. Jika pada masing-masing lapisan memiliki penjelasan maka buat subcabang kedua dengan garis lengkung yang lebih tipis dari subcabang pertama dan sertakan gambar dan kata kunci.

e. Kemudian guru menjelaskan contoh konsep esensial Geografi maka buat cabang baru sebagai cabang kedua dengan warna berbeda dan sertakan kata kunci, simbol atau gambar. Kemudian dibuat subcabang sesuai dengan penjelasan guru tentang manfaat

konsep,pendekatan,prinsip geografi.

f. Pada akhir pelajaran guru akan menyimpulkan materi yang telah dijelaskan, siswa dapat menambahkan materi yang terlewatkan secara mudah pada Mind Maping.

g. Setelah pelajaran berakhir siswa memiliki Mind Maping yang jelas, teratur dan mudah diingat. Di luar pembelajaran siswa masih dapat menggunakan Mind Maping tersebut untuk dibaca ulang, mengingat materi dan menumbuhkan ide.

(17)

yang digunakan siswa juga berbentuk linier. Mind Maping juga dapat digunakan untuk meringkas materi pelajaran yang panjang menjadi jelas dan pendek, Mind Maping dapat meringkas materi yang awalnya lebih dari satu lembar halaman menjadi satu lembar kertas. Widura (2008:47) menjelaskan cara meringkas materi pelajaran menjadi Mind Maping sebagai berikut.

a. Membaca materi seluruhnya dengan tuntas. Hal ini dilakukan untuk memahami struktur materi, memperkirakan banyaknya materi,

mengetahui tingkat kesulitan, memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk membuat Mind Maping dan mencari ide.

b. Memilih kata kunci utama sebagai pusat atau topik utama Mind Maping.

c. Menuliskan cabang-cabang utama pada Mind Maping, cabang utama yang pertama memiliki warna yang berbeda dengan cabang utama yang kedua, demikian seterusnya dengan warna yang berbeda-beda.

d. Mencari kata-kata kunci untuk mengembangkan Mind Maping yang dibuat.

e. Menambahkan gambar atau simbol untuk memudahkan dalam mengingat karena gambar lebih mudah diingat daripada tulisan. Setelah pembuatan Mind Maping selesai maka tahap selanjutnya adalah mengkaji ulang yaitu dengan membaca Mind Mapingnya di rumah dan dilakukan perbaikan agar menjadi sempurna.

3. Manfaat Mind Maping

Mind Maping dapat digunakan dalam bidang apapun seperti metode belajar di sekolah, perencanaan hidup, rancangan pidato, mempersiapkan wawancara kerja ataupun merencanakan suatu kegiatan. Menurut Michael Michalko (dalam Buzan (2008:6) dengan Mind Maping dapat:

a. Mengaktifkan seluruh kerja otak.

b. Membereskan akal dari kekusutan mental.

c. Memungkinkan untuk fokus pada pokok bahasan.

d. Menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang terpisah. e. Memberikan gambaran yang jelas terhadap suatu perincian.

f. Membantu mengelompokkan konsep dan membandingkannya.

g. Mensyaratkan untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

(18)

penafsiran tentang materi pelajaran. De Porter dan Hernacki (1999:172) menyatakan beberapa manfaat Mind Maping diantaranya (1) fleksibel, apabila pembicara teringat untuk menjelaskan suatu hal tentang pemikiran maka dapat dengan mudah menambahkan pemikiran tersebut di tempat yang sesuai dalam

Mind Maping; (2) dapat memusatkan perhatian, pembuatannya tidak perlu menangkap setiap kata yang diucapkan tetapi hanya gagasannya saja; (3)

meningkatkan pemahaman; (3) menyenangkan. Mind Maping yang dibuat siswa dapat dengan mudah ditambahkan materi atau memperbaiki materi pelajaran yang kurang tepat. Setelah siswa membuat Mind Maping dan ketika menemukan materi yang kurang maka dapat dengan mudah ditambahkan cabang, kata kunci dan gambar pada bagian tersebut sehingga tidak terpisah dan dapat dihubungkan dengan materi yang sesuai.

C. Kaitan Model Mind Maping dengan Hasil Belajar Siswa

Model Mind Maping memberikan banyak manfaat seperti mampu mengumpulkan, menyimpan dan mengingat kembali informasi/materi

pelajaran. Menurut Buzan (dalam Sumarmi 2012:77) Mind Map menghemat waktu, memungkinkan untuk menyusun dan menjelaskan pikiran,

menghasilkan ide baru, melacak segala sesuatu, memperbaiki ingatan dan konsentrasi, merangsang otak dan memungkinkan untuk melihat gambaran keseluruhan terhadap suatu informasi. Berdasarkan manfaat tersebut Mind Maping dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada bidang pendidikan Mind Maping dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif, memunculkan ide-ide baru, menyerap fakta serta informasi baru dengan mudah dan mampu menyelesaikan masalah. Siswa dapat memperkuat pemahamannya, bukan ingatan saja. Mind Maping

membantu siswa menyusun kembali materi pelajaran secara terstruktur dan sesuai pancaran pikiran siswa. Catatan pelajaran akan terlihat menyenangkan untuk dibaca, dipahami dan diingat, sehingga dalam penerapannya

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yakni penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki suatu keadaan pembelajaran di kelas dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu. Tindakan yang dilakukan adalah penerapan pembelajaran Mind Maping untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat refleksif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan yang dilakukan itu, serta untuk memperbaiki kondisi di mana praktek pembelajaran itu dilakukan.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arikunto (2008:2) “penelitian

tindakan kelas bukan sekedar mengajar seperti biasanya, tetapi harus mengandung

satu pengertian, bahwa tindakan yang dilakukan didasarkan atas upaya

meningkatkan hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya”. Fokus penelitiannya

terletak pada tindakan-tindakan yang dirancang peneliti, kemudian diuji cobakan

lalu dievaluasi apakah alternatif tersebut dapat digunakan untuk memecahkan

persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi. ELIMINATED

(20)

Diagram 3.1 Alur Pelaksanaan PTK

(Sumber: Arikunto, 2006:93)

B. Kehadiran Peneliti

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) sehingga kehadiran dan keterlibatan peneliti dalam kegiatan pembelajaran sangat

diperlukan sebagai salah satu instrumen utama. Dalam PTK kerja sama antara peneliti dengan guru bidang studi di lapangan sangat dibutuhkan. Maksudnya adalah peneliti sebagai perencanaan, penganalisa data, dan sekaligus membuat laporan hasil penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti dibantu oleh guru, siswa, dan observer lain. Peneliti bertindak sebagai guru sedangkan guru bidang studi dan 2 orang teman yang juga bertindak sebagai observer. Kehadiran siswa sebagai subjek penelitian.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMAN 7 Malang yang berlokasi di Jl. Cengger Ayam 1 / 14, Malang. Penelitian akan dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2013/2014.

SIKLUS 1

SIKLUS 2 Pelaksanaan Tindakan I

Refleksi I Pengamatan I

Perencanaan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II

dan seterusnya Pengamatan II

Refleksi II Refleksi Awal

(21)

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 4 SMAN 7 Malang

sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 14 orang putri 12 orang putra yang mengikuti mata pelajaran Geografi pada materi Bumi dan Jagat Raya.

E. Data, Sumber Data, dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan sumber data primer yang langsung diperoleh dari subjek penelitian. Dalam Tabel 3.1 dapat dilihat data, sumber data, instrumen dan proses pengambilan data.

Tabel 3.1 Data, Sumber Data dan Instrumen Penelitian

No. Data Sumber Data

Instrumen Proses

1.

Hasil belajar siswa

a. Ranah Afektif  Siswa  Angket Hasil

Belajar Ranah Afektif

 Memberik

an angket hasil belajar ranah afektif, yang terdiri dari instrumen sikap b. Ranah Kognitif (Nilai

tes siklus I, II) 

Siswa

 Siswa

 Tes tulis siklus I  Tes tulis siklus II

Memberikan tes akhir siklus I Memberikan tes

akhir siklus II

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu awal:

1. Observasi

Observasi yang dilakukan berupa observasi langsung yang melihat, mengamati sendiri hal-hal atau peristiwa di lapangan serta mengidentifikasi permasalahan pada saat kegiatan pembelajaran.

(22)

Tes adalah bahan tertulis yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

3. Angket

Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa mengenai sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran Geografi. Pengukuran sikap tersebut merupakan pengukuran hasil belajar siswa ranah afektif.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat dan dialami dalam rangka pengumpulan data di lapangan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuanti-latif, karena terdiri dari teknik kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif diguna-kan untuk menganalisis hasil belajar siswa. Sedangdiguna-kan teknik kualitatif digunadiguna-kan pada saat melakukan refleksi pada setiap siklus tindakan. Dalam refleksi tersebut akan dibandingkan hasil belajar siswa antara sebelum dengan setelah dila-kukan tindakan. Sehingga diketahui apakah sudah terjadi peningkatan kualitas

pembelajaran ataukah belum.

Hasil belajar siswa ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh siswa pada ranah kognitif dan afektif. Hasil kognitif siswa ditentukan dari skor perolehan nilai hasil tes pada masing-masing siklus. Sedangkan hasil afektif siswa diperoleh dari angket hasil belajar ranah afektif.

a. Ranah kognitif

Hasil belajar ranah kognitif diukur dengan menggunakan instrumen soal tes. Jawaban yang diberikan oleh siswa akan diskor berdasarkan rubrik hasil belajar ranah kognitif.

Nilai ranah kognitif siswa dapat dihitung menggunakan rumus:

maks n x SMi

B

n  

(23)

n = nilai akhir siswa

∑B = jumlah skor yang diperoleh siswa

SMi = skor maksimal ideal (skor tertinggi apabila semua soal dapat dikerjakan dengan benar)

n maks = nilai maksimum yang digunakan, misalnya 100.

Arikunto (2003:236) menyimpulkan bahwa ketuntasan klasikal ditentukan

dengan rumus:

% 100 75

x siswa

total

nilai memper oleh yang

siswa klasikal

ser ap Daya

 

 

Apabila hasil belajar siswa yang dimiliki siswa lebih besar atau sama dengan

75%, maka siswa dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar. Dan apabila

setidaknya 85% dari keseluruhan jumlah siswa telah mencapai nilai 75, maka

ketuntasan klasikal sudah terpenuhi.

b. Ranah Afektif

Pengukuran hasil belajar ranah afektif dengan menggunakan skala Likert menggunakan 4 pilihan jawaban untuk mengukur sikap siswa, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Angket hasil belajar siswa ranah afektif yang digunakan terdiri dari 10 pernyataan positif. Skor untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut.

Sangat Setuju – Setuju – Tidak Setuju - Sangat Tidak Setuju

(4) (3) (2) (1)

Skor tertinggi instrumen tersebut adalah 10 butir x 4= 40, dan skor

terendah adalah 10 butir x 1 = 10. Penentuan kategori hasil pengukuran sikap atau minat dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Kategorisasi Sikap Siswa Untuk 10 Butir Pertanyaan, Dengan Rentang Skor 10-40 No. Skor Siswa Kategori Sikap

1. > 35 A/ Sangat Baik

2. 28-35 B/ Baik

3. 20-27 C/Kurang

4. <20 D/Sangat Kurang

Keterangan Tabel:

1. Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat baik adalah: 0.80 x 40 = 36, dan batas atasnya 40

2. Skor batas bawah kategori tinggi atau baik adalah: 0.70 x 40 = 28, dan batas atasnya 35 3. Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah: 0.50 x 40 = 20, dan skor batas

(24)

4. Skor batas bawah pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah kurang dari 20

Sumber: Depdiknas (2008:18)

Standar ketuntasan minimum individu pada ranah afektif adalah B (baik). Sedangkan standar ketuntasan klasikal ranah afektif adalah 85%. Hal ini berarti

bahwa ketuntasan siswa dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh skor 28-35 atau dengan nilai B (baik), dan ketuntasan klasikal dapat dicapai apabila jumlah siswa yang memperoleh nilai B (baik) mencapai 85% atau 34 siswa.

H. Tahap-tahap Penelitian

Adapun urutan tahap-tahap dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Kegiatan pratindakan

Kegiatan ini dilakukan sebelum tindakan dilakukan. Observasi awal dilakukan untuk memperoleh informasi tentang model pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru, saat melaksanakan pembelajaran pada materi Hakikat Geografi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan diagram alir Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka tahap pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif model Mind Maping adalah sebagai berikut:

a. Siklus I

1) Perencanaan Tindakan I

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I b) Mempersiapkan alat dan bahan untuk kegiatan penelitian. c) Membuat dan membagikan rangkuman materi kepada siswa. d) Merancang alat evaluasi pembelajaran

e) Membuat lembar observasi 2) Pelaksanaan Tindakan I

a) Guru menjelaskan materi dengan menggunakan peta pikiran. b) Memberikan penjelasan tentang pembuatan peta pikiran.

(25)

d) Guru meminta beberapa siswa mempresentasikan hasil pembuatan peta pikiran dan siswa lain melengkapi

e) Guru memberi tes untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran dilakukan.

f) Kesimpulan. 3) Observasi I

a) Melakukan observasi terhadap proses dan hasil pelaksanaan pembelajaran dengan peta pikiran pada siklus I.

b) Mengamati proses pembelajaran dengan instrumen lembar observasi dan hal yang tidak terekam dalam lembar observasi ditulis pada catatan lapangan sebagai bahan refleksi.

c) Melihat hasil tes sebagai hasil belajar siswa yang dapat digunakan sebagai landasan dalam refleksi

4) Refleksi I

Merefleksi semua kegiatan mulai dari tahap perencanaan sampai observasi, dengan mendata semua kekurangan dan kelebihan di siklus I yang akan dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan pada siklus II.

Kelebihan-kelebihan pada siklus I dipertahankan, sedangkan kekurangan-kekurangan pada siklus I diperbaiki.

b. Siklus II

Pada siklus II persiapan yang dilakukan lebih matang dibandingkan dengan persiapan pada siklus I. Siklus II ini lebih menekankan siswa untuk dapat mencapai kompetensi mendiskripsikan dengan menekankan siswa untuk

(26)

Daftar Rujukan

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Buzan, Toni. 2006. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia.

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, DEPDIKBUD.

DePorter, Bobbi dan Hernacki. 1992. Quantum Learning. Terjemahan Oleh Alwiyah Abdurrahman. Bandung:Kaifa.

De Porter, dkk. 2003. Quantum Teaching. Bandung:Kaifa.

Harianti, Deasy. 2008. Metode Jitu Meningkatkan Daya Ingat. Jakarta: PT Tangga Pustaka.

Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media Publishing

Ramdhani, Neila.2012, Menjadi Guru Inspiratif. Jakarta: Titian foundation. Tim Depdiknas.2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Research) Bahan

Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Proyek Pengembangan Guru Menengah.

Yastama, Windha Puspa. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Map) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Geografi Kelas VII D Semester II di SMP Negeri 17 Malang (Materi Atmosfer dan Hidrosfer).

Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang.

(27)
(28)

Lampiran 1

Daftar Hasil Nilai Ulangan Harian I X IPS 4 Mata Pelajaran Geografi Materi Hakikat Geografi

No Nama KKM Nilai Keterangan

1 Alvino fii ramadhan 75 56 Tidak Tuntas 2 atha firyal semaradhani 75 83 Tuntas 3 Bagas Agung Gumelar 75 67 Tidak Tuntas

4 Clara Shinta P 75 75 Tuntas

5 Dicki Dharmawan 75 76 Tuntas

6 Dini kurnia sari 75 78 Tuntas

7 Festu unggun lestari 75 80 Tuntas

8 Firnanda Imam Ramadhan 75 78 Tuntas 9 Hanny Mariska Fauziah 75 78 Tuntas 10 Himawan setyo Atmaja 75 70 Tidak Tuntas

11 Intan Mutiara sari 75 76 Tuntas

12 Irfan Yusuf Pratama 75 66 Tidak Tuntas 13 Khalilah Daud Isaac Makhmut 75 75 Tuntas 14 Lilla Pranti Mulyani 75 68 Tidak Tuntas 15 Maulana Satrio ishlah nugroho 75 76 Tuntas

16 Miftahul jana 75 85 Tuntas

17 M. Bagus Dwihatmaja 75 65 Tidak Tuntas 18 Muhammad Koko Harianto 75 46 Tidak Tuntas

19 Niza Aviva 75 56 Tidak Tuntas

20 revina widya ayuningtyas 75 79 Tuntas 21 Rizky akbar Setiono 75 68 Tidak Tuntas 22 sakitotun ni'mah 75 71 Tidak Tuntas

23 savira elvani 75 76 Tuntas

24 vincentius vikko supradhana 75 68 Tidak Tuntas 25 yolanda angie diareza 75 76 Tuntas

26 M. Taufiq Hidayat 75 75 Tuntas

Nilai Rata-rata 71 Dibawah KKM

(29)

Lampiran 2

Kisi Kisi Penulisan dan Kartu Soal Siklus I

Satuan Pendidikan : SMAN 7 Malang Mata Pelajaran : Geografi

Kelas/Semester : X/ 1 Jumlah Soal : 10 Alokasi Waktu : 30 menit

No Kompetensi Dasar Materi

pokok Buku Sumber Indikator Soal

Soal No soal

Bentuk

tes Aspek Rumusan Soal Kunci jawaban

3.1menganalisis dinamika planet bumi sebagai ruang kehidupan

 Teori-teori jagat raya

- Bahpari & Mulya. 2010. Geografi untuk SMA//MA kelas X. Jakarta: Erlangga

Membandingkan teori Bing Bang dan teori Keadaan Tetap

2

1 Essay C2

Apakah perbedaan teori Big Bang dan teori Keadaan tetap?

Teori big bang menyatakan bahwa jagat raya tercipta dari sebuah titik tunggal yang mengalami reaksi inti dan mnyebabkan terjadinya sebuah ledakan dasyat, ledasakan ini melontarkan materi yang terlempar ke segala penjuru alam semsta dan kemudian akhirnya membentuk galaksi, bintang , planet, asteroid, meteor dan partikel-partkel lain

Sedangkan teori keadaan tetap menyatakan bahwa jagat raya ini berada dalam keadaan tetao tidak memiliki awal dan akhir tidak berubah dalam waktu dan memiliki ruang yang sama/ tetap

1 Pilihan

Ganda

Teori yang menyatakan bahwa alam semesta terus menerus dalam keadaan tetep tidak berawal dan tidak berakhir...

(30)

No Kompetensi Dasar Materi

pokok Buku Sumber Indikator Soal

Soal No soal

Bentuk

tes Aspek Rumusan Soal Kunci jawaban

a. Teori pemuaian b. Teori big bang c. Teori keadaan

tetap d. Teori

kant-laplace e. Teori bintang

kembar  Galaksi dalam jagat raya Bahpari & Mulya. 2010. Geografi untuk SMA//MA kelas X. Jakarta: Erlangga

Menjelaskan pengertian galaksi

2 2 Essay C1 Apakah yang disebut

dengan galaksi?

Galaksi adalahsuatu sistem bintang atau tatanan bintang, terdiri dari bintang, planet, meteor, dan benda-benda langit lain yang menggerombol, memiliki garvitasi dan memiliki cahaya sendiri

2 Pilihan

ganda CI

Bentuk galaksi bima sakti adalah ...

a. Spiral b. Spiral melingkar c. Elips d. Tidak beraturan e. Spiral berpalang A  Teori pembent ukan tata surya dan pencipta an planet Bahpari & Mulya. 2010. Geografi untuk SMA//MA kelas X. Jakarta:

Menyebutkan teori-teori pembentukan tata surya

1 3 Essay C1

sebutkan teori-teori pembentukan tata surya yang kamu ketahui

Teori nebula Teori plenetesimal Teori pasang surut Teori bintang kembar Teori awan debu

Menyebutkan

anggota tata surya 2

3 Pilihan

ganda CI

Berikut ini yang bukan anggota tata surya adalah ...

(31)

No Kompetensi Dasar Materi

pokok Buku Sumber Indikator Soal

Soal No soal

Bentuk

tes Aspek Rumusan Soal Kunci jawaban

Bumi Erlangga a. Planet bumi

b. Matahari

c. Komet

d. Asteroid e. Rasi virgo

4 Pilihan

ganda CI

Asteroid terletak diantara ....

a. Bumi dan mars b. Mars dan

jupiter c. Jupiter dan

neptunus d. Bumi dan

venus e. Saturnus dan

pluto B Menjelaskan proses terbentuknya tata surya

1 4 essay C2

Jelaskanlah proses pembentukan tatasurya berdasarkan teori Nebula!

(32)

No Kompetensi Dasar Materi

pokok Buku Sumber Indikator Soal

Soal No soal

Bentuk

tes Aspek Rumusan Soal Kunci jawaban

yang disebut matahari.

Menjelaskan proses terjadinya Planet bumi

1 5 Essay C2

Jelaskanlah proses terjadinya planet Bumi!

Terjadinya planet bumi tidak dapat dipisahkan dari teori terbentuknya tatasurya.

Menurut Laplace, tata surya berasal dari bola gas yang bersuhu tinggi dan berputar sangat cepat. Karena

(33)

No Kompetensi Dasar Materi

pokok Buku Sumber Indikator Soal

Soal No soal

Bentuk

tes Aspek Rumusan Soal Kunci jawaban

Menjelaskan pengaruh kedudukan bumi terhadap bidang edar revolusi bumi (bidang ekliptika) miring 23,5 0

1 5 Pilihan

ganda C3

kedudukan bumi terhadap bidang edar revolusi bumi (bidang ekliptika)

mengakibatkan ...

a. Terjadinya siang dan malam b. Gerhana matahari c. Terjadinya gerak

semu tahunan matahari d. Terjadinya gerak

semu harian matahari e. Terjadinya

pasang surut air laut

(34)

Lampiran 3 : Kisi-kisi Angket Hasil Belajar ranah Afektif

KISI-KISI ANGKET HASIL BELAJAR RANAH AFEKTIF

Kisi-kisi Angket Sikap

No. Tingkat Afektif Indikator Nomor Item

Soal 1. Receiving/Attending Membaca buku Geografi 1,2,3

2. Responding Mengajukan pertanyaan 4,5

3. Valuing Menerima untuk membuat peta

pikiran

6,7

Mengaitkan pembelajaran dengan fenomena kehidupan nyata

8

4. Organization Berdiskusi tentang permasalahan Geografi

(35)

Lampiran 3 : Angket Hasil Belajar Ranah Afektif

ANGKET HASIL BELAJAR RANAH AFEKTIF A. Identitas Responden

Nama :

No. Absen :

Kelas :

B. Petunjuk Pengisian Angket

1. Berikanlah salah satu jawaban yang sejujurnya sesuai dengan kondisi yang ada.

2. Instrumen ini terdiri dari kolom pernyataan dan kolom jawaban. Silahkan membubuhkan tanda cek (√) pada jawaban yang sesuai.

3. Terdapat 4 pilihan jawaban, yang masing-masing bermakna sebagai berikut.

SS : SangatSetuju, jika pernyataan Anda sangat sesuai dengan yang dinyatakan

S : Setuju, jika pernyataan Anda sesuai dengan yang dinyatakan TS : Tidak Setuju, jika pernyataan Anda tidak sesuai dengan yang

dinyatakan

STS : Sangat Tidak Setuju, jika pernyataan Anda sangat tidak sesuai dengan yang dinyatakan

C. Pernyataan Angket Skala Sikap

No. Pernyataan Jawaban

SS S TS STS 1. Saya senang membaca buku Geografi

2. Saya rela apabila harus menyisihkan uang jajan untuk melengkapi buku literatur Geografi yang saya miliki 3. Saya berusaha memahami bahan ajar Geografi dengan

membaca buku Geografi

4. Saya merasa senang jika sering bertanya, menjawab, ataupun memberikan tanggapan pada pembelajaran Geografi

5. Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum mengikuti pembelajaran Geografi

6. Saya menerima dengan senang hati guru Geografi yang mengajak siswa membuat peta pikiran

7. Dengan membuat peta pikiran saya merasa semakin tertarik dengan mata pelajaran Geografi

8. Saya senang mengaitkan pelajaran Geografi di sekolah dengan fenomena kehidupan nyata

9. Saya senang berdiskusi tentang Geografi dengan teman sejawat setiap ada waktu luang

(36)

Gambar

Tabel 3.1 Data, Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Tabel 3.2 Kategorisasi Sikap Siswa Untuk 10 Butir Pertanyaan, Dengan Rentang Skor 10-40

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Suzana dan Napole (2010), osilasi sistem pegas merupakan aplikasi prinsip fisika yang menggunakan penyelesaian secara matematis. Dengan menggunakan

Output dari has il pengolahan data dengan menggunakan Algoritma Tabu Search adalah urutan rute pengiriman barang yang baru dengan total jarak tempuh yang lebih

(Temuwicara Etnomusikolgi III di Medan pada tanggal 2 s/d 5 Februari 1987) tahun 1987. Buku tersebut berisi mengenai tahap-tahap menganalisis struktur teks dalam sebuah

Tiga ikatan memiliki panjang yang sama dengan ikatan C-C pada etana, tiga ikatan yang lain memiliki panjang yang sama dengan ikatan C-C pada etena.. Tiga ikatan memiliki panjang

(2015) menyatakan bahwa investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Bali pada tahun 2007 – 2012, investasi yang

Kerangka konseptual yang dibangun dalam penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan tentang penelitian yang akan dilakukan penulis secara keseluruhan, yaitu

Sampel dalam penelitian ini masing-masing 38 orang dari kelompok kasus (hipertensi) dan kelompok kontrol (tidak hipertensi).Analisis data yang dilakukan yaitu

31 mm.. foetida L.) tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan S. typhi diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut seperti proses