• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) BERBASIS MASALAH UNTUK KELAS VIII SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) BERBASIS MASALAH UNTUK KELAS VIII SMP."

Copied!
289
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV)

BERBASIS MASALAH UNTUK KELAS VIII SMP

HALAMAN JUDUL

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Herwati Dian Saputri NIM 12313244004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

(Q.S. Ar-Rahman)

Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.

(Andrea Hirata, Sang Pemimpi)

Tertawalah, seisi dunia akan tertawa bersamamu. Jangan bersedih, karena

kau hanya akan bersedih sendirian.

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirrabbil’alamiin, dengan penuh cinta skripsi ini saya persembahkan untuk :

o Ibu dan Bapak tersayang, terimakasih atas doa dan kasih sayang untukku selama ini,

o Seanona dan Seanoni, malaikat-malaikat kecil dalam hidupku,

o Kakak-kakak dan adikku, yang selalu mendoakan untuk kesuksesanku,

o Mas Tangguh Yudho Pamungkas, yang selalu memberikan doa, motivasi, semangat, dan menemani lembur sampai pagi, terimakasih. o Sahabatku Rofiah dan Naja, yang selalu ada saat suka dan duka, o Arif, teman seperjuangan tugas akhir skripsi,

o Gincu, Kiki, Ceria, Faqih, Puso, Winda, Kindi, Roni, yang memberiku arti persahabatan,

(7)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) BERBASIS MASALAH UNTUK KELAS VIII SMP

Oleh :

Herwati Dian Saputri NIM. 12313244004

ABSTRAK

Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS pada materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas VIII SMP yang valid, praktis, dan efektif.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Produk yang dikembangkan berupa 4 RPP dan 2 LKS matematika pada materi SPLDV untuk kelas VIII SMP dengan metode pembelajaran problem based learning. Penelitian pengambangan ini dirancang dengan mengikuti tahap-tahap model pengembangan ADDIE, yaitu analisis (analysis), desain (design), pengembangan (development), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian RPP dan LKS oleh dosen ahli untuk aspek kevalidan, lembar penilaian siswa dan lembar penilaian guru untuk aspek kepraktisan, serta lembar penilaian observasi kegiatan guru dan siswa dan juga tes hasil belajar berupa 5 soal uraian untuk aspek keefektifan.

Hasil penelitian menunjukkan kualitas produk yang dihasilkan valid karena RPP memenuhi kriteria sangat baik sedangkan LKS memenuhi kriteria baik. Produk yang dihasilkan praktis berdasarkan berdasarkan hasil penilaian guru yang memenuhi kriteria sangat baik sedangkan hasil penilaian siswa memenuhi kriteria baik, dan berdasarkan penilaian observasi pembelajaran guru dan siswa yang memenuhi kriteria baik. Sementara itu, persentase ketuntasan belajar adalah 90,62%, sehingga produk yang dihasilkan efektif.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, Tugas

Akhir Skripsi dalam rangka untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan

judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel (SPLDV) Berbasis Masalah untuk Kelas VIII SMP” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari

bantuan dan kerja sama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak

memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas

Akhir Skripsi ini.

2. Ibu Eminugroho Ratna Sari, M.Sc., Ibu Nila Mareta Murdiyani, S.Pd., M.Sc.,

dan Bapak Nur Hadi Waryanto, S.Si., M.Eng., selaku Validator instrumen

penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga

penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Bapak Dr. Hartono, Bapak Dr. Jailani, Ibu Nila Mareta Murdiyani, S.Pd.,

M.Sc., dan Bapak Nur Hadi Waryanto, S.Si., M.Eng. selaku Ketua Penguji,

Sekretaris, dan Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara

komprehensif terhadap TAS ini.

4. Bapak Dr. Ali Mahmudi selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika beserta dosen dan staf yang telah

(9)

5. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Yogyakarta yang memberikan persetujuan

pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

6. Bapak Drs. H. Abdul Hadi, S.Pd., M.Pd.I. selaku Kepala MTs Negeri

Yogyakarta 1 yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan

penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Para guru dan staf MTs Negeri Yogyakarta 1 yang telah memberi bantuan

memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi

ini.

8. Semua pihak, secara langsung dan tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan

di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi

ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas

menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkanbalasan dari Allah SWT dan

Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak

lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, April 2017

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 14

1. Perangkat Pembelajaran ... 14

(11)

3. Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah ... 45

4. Penelitian Pengembangan Perangkat ... 49

B. Penelitian yang Relevan ... 59

C. Kerangka Berpikir ... 60

D. Pertanyaan Penelitian ... 63

BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 64

B. Prosedur Penelitian ... 64

1. Analysis (Analisis) ... 65

2. Design (Desain) ... 66

3. Development (Pengembangan) ... 69

4. Implementation (Implementasi) ... 70

5. Evaluation (Evaluasi)... 70

C. Subjek Penelitian ... 71

D. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 71

E. Jenis Data ... 71

F. Teknik Pengumpulan Data ... 72

1. Observasi... 72

2. Lembar Penilaian ... 72

G. Teknik Analisis Data... 75

1. Analisis Kevalidan RPP ... 75

2. Analisis Kevalidan LKS ... 77

3. Analisis Kepraktisan LKS... 78

(12)

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 81

1. Hasil Pengembangan Produk ... 81

a. Hasil Tahap Analysis (Analisis) ... 81

b. Hasil Tahap Design (Perancangan) ... 84

c. Hasil Tahap Development (Pengembangan) ... 94

d. Hasil Tahap Implementation (Implementasi)... 118

e. Hasil Tahap Evaluation (Evaluasi) ... 120

2. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 122

a. Analisis Kevalidan Perangkat Pembelajaran ... 122

b. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ... 124

c. Keefektifan Perangkat Pembelajaran ... 127

B. Pembahasan... 128

C. Keterbatasan Penelitian ... 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 137

B. Saran ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 139

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kualifikasi Kompetensi Lulusan SMP/MTs ... 26

Tabel 2 Deskripsi Kompetensi Lulusan SMP/MTs ... 28

Tabel 3 Fase Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33

Tabel 4 Daftar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 42

Tabel 5 Pedoman Penskoran Lembar Penilaian RPP untuk Ahli ... 76

Tabel 6 Konversi Skor Data Kuantitatif menjadi Data Kualitatif ... 77

Tabel 7 Kriteria Hasil Belajar siswa ... 79

Tabel 8 Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal ... 80

Tabel 9 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 82

Tabel 10 Judul-judul LKS ... 87

Tabel 11 Struktur LKS ... 89

Tabel 12 Revisi RPP ... 114

Tabel 13 Kategori Revisi ... 114

Tabel 14 Revisi LKS ... 116

Tabel 15 Kategori Revisi ... 116

Tabel 16 Pelaksanaan Uji Coba Produk ... 119

Tabel 17 Hasil Penilaian Validator terhadap RPP dan LKS ... 122

(14)

Tabel 19 Kriteria Penilaian LKS oleh Ahli Materi ... 123

Tabel 20 Kriteria Penilaian LKS oleh Ahli Media... 123

Tabel 21 Kriteria Penilaian LKS ... 124

Tabel 22 Hasil Penilaian LKS oleh Guru dan Siswa ... 124

Tabel 23 Kriteria Penilaian LKS oleh Guru ... 124

Tabel 24 Kriteria Penilaian LKS oleh Siswa ... 125

Tabel 25 Hasil Penilaian Kegiatan Guru oleh Observer ... 125

Tabel 26 Kriteria Penilaian Kegiatan Guru ... 126

Tabel 27 Hasil Penilaian Kegiatan Siswa oleh Observer ... 126

Tabel 28 Kriteria Penilaian Kegiatan Siswa ... 127

Tabel 29 Hasil Tes Hasil Belajar ... 127

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik Penyelesaian... 39

Gambar 2 Cover LKS... 96

Gambar 3 Halaman Identitas LKS ... 97

Gambar 4 Kata Pengantar ... 98

Gambar 5 Daftar Isi ... 98

Gambar 6 Judul Materi... 100

Gambar 7 Kompetensi Inti ... 100

Gambar 8 Kompetensi Dasar ... 101

Gambar 9 Motivasi Belajar ... 101

Gambar 10 Indikator ... 102

Gambar 11 Halaman LKS ... 102

Gambar 12 Judul LKS ... 103

Gambar 13 Petunjuk Belajar ... 103

Gambar 14 Kompetensi Dasar ... 104

Gambar 15 Indikator Pencapaian ... 104

Gambar 16 Ilustrasi ... 104

Gambar 17 Informasi Penting ... 105

(16)

Gambar 19 Kegiatan Pemecahan Masalah ... 106

Gambar 20 Kesimpulan... 106

Gambar 21 Perintah Presentasi ... 107

Gambar 22 Penutup ... 107

Gambar 23 Kegiatan inti dalam RPP sebelum revisi ... 108

Gambar 24 Kegiatan inti dalam RPP setelah revisi ... 109

Gambar 25 Indikator dan Tujuan Pembelajaran dalam LKS Sebelum Revisi .... 109

Gambar 26 Indikator dan Tujuan Pembelajaran dalam LKS Setelah Revisi ... 110

Gambar 27 Cover LKS Sebelum Revisi ... 117

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A ...144

A1. Analisis Kurikulum ...145

A2. Peta Kebutuhan LKS ...147

Lampiran B...148

B1. Kisi-Kisi Lembar Penilaian RPP Berbasis Masalah ...149

B2. Deskripsi Lembar Penilaian RPP Berbasis Masalah ...150

B3. Lembar Penilaian RPP Berbasis Masalah ...154

B4. Kisi-Kisi Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah ...160

B5. Deskripsi Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah ...161

B6. Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah ...164

B7. Kisi-Kisi Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah ...168

B8. Deskripsi Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah ...169

B9. Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah ...171

B10. Kisi-Kisi Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah ...174

B11. Deskripsi Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah ...175

B12. Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah ...177

B13. Kisi-kisi Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah ...179

B14. Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah ...180

B15. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Pendekatan Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ...182

(18)

B17. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ...188

B18. Lembar Penilaian Instrumen Post-Test ...189

Lampiran C...192

C1. Pengisian Lembar Penilaian RPP...193

C2. Pengisian Lembar Penilaian LKS oleh Ahli Materi ...199

C3. Pengisian Lembar Penilaian LKS oleh Ahli Media ...203

C4. Pengisian Lembar Penilaian LKS oleh Guru ...206

C5. Pengisian Lembar Penilaian LKS oleh Siswa ...208

C6. Pengisian Lembar Observasi Kegiatan Guru oleh Observer ...210

C7. Pengisian Lembar Observasi Kegiatan Siswa oleh Observer ...213

C8. Pengisian Lembar Penilaian Tes Hasil Belajar ...216

C8. Tes Hasil Belajar ...218

Lampiran D ...221

D1. Hasil Analisis Lembar Penilaian RPP Berbasis Masalah Pada Materi SPLDV ...222

D2. Hasil Analisis Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah oleh Ahli Materi ...227

D3. Hasil Analisis Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah oleh Ahli Media ...230

D4. Hasil Analisis Lembar Penilaian LKS oleh Ahli Materi dan Ahli Media ...233

D5. Hasil Analisis Lembar Penilaian LKS Berbasis Masalah oleh Guru ....234

D6. Hasil Analisis Lembar Penilaian LKS oleh Siswa ...238

(19)

D8. Hasil Analisis Lembar Observasi Penggunaan LKS (Kegiatan Siswa dan

Guru) ...247

D9. Hasil Analisis Lembar Observasi Penggunaan LKS Berbasis Masalah (Kegiatan Siswa) ...249

D10. Hasil Analisis Tes Hasil Belajar ...253

Lampiran E ...255

E1. Surat Permohonan Validasi Instrumen ...256

E2. Surat Keterangan Validasi Instrumen ...257

E3. Surat Permohonan Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli Materi ...258

E4. Surat Keterangan Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli Materi .259 E5. Surat Permohonan Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli Media260 E6. Surat Keterangan Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli Media .261 E7. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari MIPA UNY ...262

E8. Surat Ijin Penelitian dari Bapeda Sleman ...263

E9. Surat Keterangan Penelitian dari MTs Negeri Yogyakarta 1 ...264

Lampiran F ...265

F1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berbasis Masalah untuk Kelas VIII SMP ...266

F2. Lembar Kerja Siswa Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berbasis Masalah untuk Kelas VIII SMP Pegangan Guru ...267

(20)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang memiliki peran penting

dalam berbagai disiplin ilmu. Matematika juga merupakan ilmu yang wajib

dipelajari di Indonesia, mulai dari tingkat SD, SMP/MTs, dan SMA/SMK. Seiring

dengan perkembangan zaman, upaya peningkatan mutu harus ditingkatkan secara

menyeluruh, mencakup perkembangan dimensi kehidupan pada masyarakat. Salah

satu upaya tersebut adalah dengan mengembangkan perangkat pembelajaran yang

berkualitas untuk pembelajaran matematika.

Pembelajaran merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan materi

matematika terhadap siswa. Oleh karena itu, dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran ini harus dilakukan dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Dalam kegiatan pembelajaran, materi matematika tentu menjadi salah

satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Terdapat banyak materi dalam pembelajaran

matematika, diantaranya adalah materi sistem persamaaan linear dua variabel

(SPLDV).

Materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) merupakan salah

satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa kelas VIII sekolah menengah

pertama (SMP) dalam Kurikulum 2013. Materi tersebut merupakan materi yang

sangat erat hubungannya dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan banyak hal-hal

yang kita temui menggunakan prinsip SPLDV seperti menghitung harga suatu

(21)

beberapa barang tanpa tahut pasti harga satuan barang yang dibeli. Materi SPLDV

memiliki beberapa kegiatan dalam pembelajarannya, diantaranya: membuat

bentuk persamaan linear dua variabel (PLDV), membuat model masalah dari

persamaan linear dua variabel (PLDV), membuat model masalah dari sistem

persamaan linear dua variabel (SPLDV), dan menuliskan penyelesaian masalah

yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dalam

kehidupan sehari-hari.

Kedudukan materi SPLDV yang tertera pada kurikulum 2013 pada kelas

VIII SMP semester genap adalah sebagai pengetahuan awal untuk mempelajari

materi berikutnya. Diantaranya materi program linear dan persamaan linear tiga

variabel pada jenjang SMA. Apabila mereka tidak dapat menguasai materi

SPLDV pada kelas VIII dengan baik, maka pada jenjang selanjutnya pun mereka

akan mengalami kendala yang lebih besar dalam menguasai materi yang

menempatkan materi SPLDV sebagai pasyaratnya. Oleh karena itu, penguasaan

materi SPLDV bagi siswa kelas VIII SMP adalah sesuatu yang wajib.

Berdasarkan data daya serap ujian nasional SMP tahun 2014/2015,

persentase penguasaan kemampuan yang diuji pada mata pelajaran matematika

antara lain Bangun Geometris sebesar 52,04%, Operasi Aljabar sebesar 57,28%,

Operasi Bilangan sebesar 60,64%, dan Statistika dan Peluang sebesar 60,78%.

Sedangkan berdasarkan daya serap ujian nasional SMP tahun 2015/2016,

persentase penguasaan kemampuan yang diuji pada mata pelajaran matematika

antara lain Bangun Geometris sebesar 47,19%, Operasi Aljabar sebesar 52,97%,

(22)

Dari data tersebut, persentase penguasaan Operasi Aljabar hanya mencapai

57,28% dan pada tahun berikutnya mengalami penurunan menjadi 52,97%. Data

ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa dalam Operasi Aljabar belum baik.

Operasi Aljabar memiliki beberapa materi di dalamnya, salah satunya adalah

SPLDV.

Siswa SMP secara umum masuk pada tahap operasional formal yaitu

mulai umur 12 tahun ke atas, mereka sudah dapat berpikir secara konseptual dan

hipotesis, menurut J. Piaget (Rita Eka I., dkk., 2008: 35). Pada tahap ini berarti

siswa SMP telah memiliki kemampuan mengidentifikasi termasuk

mengidentifikasi permasalahan kemudian membuat dugaan sementara.

Terdapat beberapa hal yang mengharuskan siswa untuk menentukan nilai

variabel persamaan linear dua variabel dalam konteks nyata dan siswa dapat

membuat serta menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang

berkaitan dengan persamaan linear dua variabel. Kegiatan ini tepat dilakukan

karena kemampuan siswa pada tahap ini sudah dapat berpikir konseptual dan

hipotesis. Namun demikian, meskipun siswa sudah memiliki kemampuan

tersebut, dalam pembelajaran SPLDV harus didukung dengan hal-hal lain, seperti

perangkat yang digunakan serta model pendekatannya.

Perangkat pembelajaran yang digunakan akan mendukung kegiatan

pembelajaran agar lebih bermakna. Perangkat pembelajaran yang dapat diterapkan

dalam proses pembalajaran materi SPLDV untuk siswa kelas VIII SMP

bermacam-macam, di antaranya: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(23)

(THB), media pembelajaran, dan buku ajar siswa (Trianto, 2010: 96). Tiap

perangkat pembelajaran memiliki sifat dan fungsi yang berbeda-beda beserta

kelehihan dan kekurangannya masing-masing. Namun demikian, dari beberapa

perangkat pembelajaran yang ada, semua berperan dalam mencapai tujuan

kegiatan pembelajaran.

Kegiatan yang sudah tersusun dan terencana dengan baik akan

memaksimalkan ketercapaian tujuan kegiatan. Perangkat pembelajaran yang dapat

memfasilitasi dalam penyususnan langkah-langkah pembelajaran yang sistematis

adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Trianto (2010: 108)

mengungkapkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah panduan

langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran

yang disusun dalam skenario kegiatan. Artinya, RPP merupakan hal utama yang

harus ada dalam semua pembelajaran yang akan dilaksanakan dan sebagai

pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran. Perlunya perangkat

pembelajaran berupa RPP ini diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2015 pasal 19 yang mengisyaratkan bahwa seorang guru yang hendak

mengajarkan materi kepada siswa, harus memiliki strategi yang tepat dimulai dari

membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

RPP dalam pembelajaran adalah hal pertama yang harus ada untuk

mendukung tercapainya pembelajaran yang baik karena pembelajaran yang akan

dilakukan telah dirancang sebaik-baiknya. Dalam kegiatan perencanaan ini akan

dituliskan hal-hal yang realistis untuk dilakukan siswa maupun guru. Selain itu,

(24)

menyelesaikan permasalahan nyata. Penyelesaian permasalahan nyata diawali

dengan suatu masalah yang akan ditemukan penyelesaiannya kemudian diberikan

langkah-langkah dalam penyelesaiannya. Langkah-langkah tersebut perlu ditulis

secara rinci dalam suatu perencanaan beserta alokasi waktunya.

Berdasarkan observasi dan analisis di beberapa sekolah dan hasil dari

beberapa penelusuran di internet (https://www.slideshare.net/Muhammad

Hifni1/rpp-spldv), perangkat pembelajaran yang ada saat ini menunjukkan bahwa

terdapat beberapa hal yang kurang mendukung terlaksananya pembelajaran yang

baik. Di antaranya adalah tidak ada alokasi waktu yang diberikan oleh guru dalam

kegiatan inti di RPP untuk membahas suatu permasalahan secara open-ended.

Permasalahan pada matematika umumnya dapat diselesaikan dengan open-ended,

yaitu penyelesaian yang terbuka dengan bermacam versi tergantung dengan

kemampuan siswa. Suatu permasalahan yang disajikan oleh guru kadang

mempunyai satu solusi, kadang mempunyai banyak solusi untuk penyelesaiannya.

Dalam hal ini, dibutuhkan alokasi waktu untuk membahasnya, mana suatu

penyelesaian yang paling tepat digunakan. Siswa akan mengemukakan pendapat

untuk suatu penyelesaian permasalahan, yang kemudian akan dibahas bersama

dengan guru, yang kemudian akan ditemukan penyelesaian yang tepat. Guru

penting melakukan tahap konfirmasi ini agar siswa lebih kreatif dan berpikir

secara kritis dalam kegiatan pembelajaran.

Peran perangkat pembelajaran berupa RPP dalam membelajarkan materi

SPLDV kepada siswa untuk mengatasi permasalahan yang telah disebutkan di

(25)

membantu proses kegiatan pembelajaran materi SPLDV apabila dikolaborasikan

dengan perangkat pembelajaran lain. Sebelum memilih perangkat yang dapat

membantu pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran yang terdapat dalam RPP,

kita perlu memperhatikan kebutuhan perangkat yang sejalan dengan karakteristik

siswa dan tipe materi SPLDV. Dari segi karakteristik siswa telah disebutkan

bahwa: (1) siswa yang sudah mulai dapat berpikir hipotesis di usianya dituntut

dapat membuat dugaan sementara, sebagai contoh adalah menentukan nilai

variabel yang ada adalah SPLDV, berarti kita membutuhkan perangkat yang dapat

memfasilitasi dengan memberikan langkah-langkah sederhana untuk

menemukannya; (2) siswa yang sudah dapat berpikir konseptual, berarti siswa

perlu dihadapkan permasalahan-permasalahan yang dapat menantang siswa untuk

menyelesaikannya; (3) perlunya penyajian materi yang menarik untuk mendukung

berpikir hipotesis dan konseptual, keuntungan lain dari penyajian yang menarik

adalah dapat memancing minat belajar siswa. Sedangkan dari segi tipe materi

telah disebutkan bahwa siswa diwajibkan untuk dapat: (1) membuat bentuk

persamaan linear dua variabel (PLDV), (2) membuat model masalah dari

persamaan linear dua variabel (PLDV), (3) membuat model masalah dari sistem

persamaan linear dua variabel (SPLDV), dan (3) menuliskan penyelesaian

masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)

dalam kehidupan sehari-hari. Keempat hal ini dapat dituangkan ke dalam sebuah

perangkat pembelajaran yang dapat membantu dalam menyelesaikan

(26)

Dari kebutuhan yang telah diuraikan di atas, perangkat pembelajaran yang

akan diterapkan harus sesuai dan memungkinkan untuk diterapkan untuk siswa

kelas VIII SMP. Dari sekian banyak perangkat pembelajaran, yang paling sesuai

dan memungkinkan untuk membantu proses pembelajaran dalam proses

penyelidikan adalah lembar kerja siswa (LKS). Hal ini diperkuat oleh Trianto

(2009: 222-223) yang menyatakan LKS adlah panduan siswa yang digunakan

untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.

Hasil observasi dan analisis terhadap LKS yang ada di beberapa sekolah

saat ini juga menunjukkan bahwa LKS kurang memfasilitasi pemahaman konsep

SPLDV untuk siswa. Pengenalan konsep pun terkesan instan tanpa melalui

tahapan-tahapan yang runtut. Selain itu, LKS tersebut tidak berorientasi pada

masalah. Dalam menyelesaikan soal-soal yang ada pada LKS, siswa hanya perlu

menghafal rumus yang sudah diberikan di LKS. Mereka tidak dituntut untuk

menemukan maupun mengemukakan ide dalam penyelesaian suatu permasalahan

yang akan membuat siswa tidak aktif sehingga pemikiran siswa sulit

berkembang. Pada soal yang terdapat dalam LKS pun kurang bervariasi sehingga

dapat dimungkinkan siswa kurang termotivasi untuk belajar. Tampilan yang

terdapat dalam LKS kurang menarik, sehingga dapat memungkinkan

kekurangtertarikan minat siswa untuk belajar.

Perangkat pembelajaran yang hendak dikembangkan harus memiliki

kualitas yang baik. Menurut Nieveen (1999: 126), suatu produk pengembangan

material kegiatan pembelajaran haruslah memenuhi kriteria valid, praktis, dan

(27)

ketentuan yang seharusnya. Selain valid, produk tersebut harus praktis agar dapat

digunakan dengan mudah. Sedangkan produk harus efektif agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Selain menggunakan perangkat pembelajaran yang sesuai, pendekatan

dalam menyampaikan materi SPLDV dalam kegiatan pembelajaran kepada siswa

pun harus tepat sesuai dengan karakteristik materi SPLDV dan karakteristik

siswa. Terdapat banyak pendekatan yang dapat diterapkan pada RPP dan LKS

untuk membelajarkan siswa kelas VIII SMP pada materi SPLDV. Secara umum,

materi SPLDV memiliki beberapa karakteristik antara lain: (1) SPLDV erat

hubungannya dengan hal-hal yang ada di kehidupan sehari-hari diantaranya

adalah kegiatan jual beli, sehingga dalam mengaitkan hal yang dikenal tersebut

dengan materi mudah dilakukan; (2) dikarenakan SPLDV erat dengan kehidupan

sehari-hari, permasalahan tentang materi SPLDV pun menantang untuk

diselesaikan oleh siswa dengan cara yang beraneka ragam. Sedangkan dari segi

karakteristik siswa, siswa akan dapat berhipotesis dengan baik apabila

langkah-langkah yang diterapkan dimulai suatu permasalahan yang menantang siswa dan

terdapat langkah-langkah dalam tahap penyelidikan untuk memperoleh suatu

penyelesaian.

Pendekatan pembelajaran yang paling memenuhi dengan

karakteristik-karakteristik tersebut adalah pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Hal ini

diperkuat oleh Fogarty (Made Wena, 2009: 91) yang menyatakan bahwa strategi

belajar berbasis masalah (problem based learning) merupakan suatu pendekatan

(28)

permasalahan-permasalahan praktis, berbentuk ill-structured atau open-ended. Sedangkan

pembelajaran berbasis masalah mempunyai lima fase, yaitu memberikan orientasi

tentang permasalahan kepada siswa, mengorganisasikan siswa untuk meneliti,

membantu investigasi mandiri dan kelompok, mengembangkan dan

mempresentasikan, dan mengevaluasi proses mengatasi masalah (Arends, 2007:

57). Dikarenakan berbentuk ill-structured atau open-ended, berarti sangat

diperlukan langkah pembelajaran untuk mengevaluasi cara-cara yang dilakukan

oleh siswa. Hal ini terdapat dalam fase terakhir pembelajaran berbasis masalah

yaitu fase evaluasi. Fase pertama pembelajaran berbasis masalah juga menjadi hal

yang sangat penting karena guru memberikan masalah yang menantang siswa.

Artinya, pembelajaran dimulai dengan suatu masalah nyata yang dimungkinkan

dapat memancing siswa untuk menyelesaikannya.

Pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah diawali dengan

penyajian masalah yang dirancang relevan dengan materi yang akan dipelajari

oleh siswa. Selain itu, pendekatan berbasis masalah memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran yang lain, yakni terjadi

pembelajaran yang bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah

akan membuat mereka menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha

mengetahui pengetahuan yang diperlukannya. Artinya belajar tersebut ada pada

konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas

ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana konsep tersebut diterapkan. Selain

itu, melalui pendekatan berbasis masalah ini siswa dapat mengintegrasikan

(29)

dalam konteks yang relevan. Apa yang mereka lakukan sesuai dengan aplikasi

suatu konsep atau teori yang mereka temukan selama pembelajaran berlangsung.

Pendekatan berbasis masalah juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk

belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja

kelompok.

Pengembangan bahan ajar ini dilakukan dengan prosedur ADDIE

(analysis, design, development, implementation, dan evaluation) yang dirasa

sistematis sehingga mempermudah peneliti dalam menghasilkan LKS.

Penyusunan bahan ajar dengan pendekatan berbasis masalah berawal dari

pemberian masalah yang berhubungan dengan kehidupan dehari-hari,

penyelesaian masalah oleh siswa, pengkomunikasikan hasil kerja siswa,

pengarahan kepada konsep materi, kemudian pemberian evaluasi hasil kerja siswa

dan pengambilan kesimpulan.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2016 mencantumkan bahwa siswa

perlu memiliki keterampilan berpikir dan bertindak yang kreatif, produktif, kritis,

mandiri, kolaboratif, dan komunikatif dalam penyelesaian masalah saat

pembelajaran. Sehingga materi SPLDV akan sesuai bila diajarkan dengan

pendekatan berbasis masalah karena pada pendekatan berbasis masalah, siswa

secara tidak langsung dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir dan bertindak

tersebut. Selain itu, kesesuaian materi SPLDV bila diajarkan dengan pendekatan

berbasis masalah antara lain; (1) SPLDV erat hubungannya dengan masalah yang

(30)

yang dikenal dengan materi; (2) permasalahan yang dibuat menantang

pengetahuan yang dimiliki siswa dalam materi SPLDV.

Hasil dari penelitian ini diharapkan perangkat pembelajaran yang tercipta

berupa RPP dan LKS dapat membantu proses kegiatan pembelajaran untuk siswa

kelas VIII SMP yaitu guru dimudahkan dalam penyampaian materi dan siswa

dimudahkan dalam menangkap materi dalam materi SPLDV sesuai dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 dalam mata

pelajaran matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas dapat

diidentifikasi masalah – masalah sebagai berikut :

1. Penguasaan materi SPLDV oleh siswa masih rendah.

2. Berdasarkan observasi di sekolah, perangkat pembelajaran berupa RPP dan

LKS berbasis masalah untuk membantu membelajarkan siswa pada materi

SPLDV masih kurang.

3. Berdasarkan observasi di sekolah, siswa kurang diberikan kesempatan untuk

berpikir secara kreatif dan kritis dalam pembelajaran sehingga diperlukan

pendekatan berbasis masalah.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran berupa

RPP dan LKS pada materi SPLDV dengan pendekatan pembelajaran berbasis

(31)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis masalah pada

materi SPLDV?

2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran berbasis masalah pada materi

SPLDV ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan perangkat

pembelajaran berupa RPP dan LKS pada materi SPLDV dengan pendekatan

pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas VIII SMP yang memiliki

kualifikasi valid, praktis, dan efektif.

F. Manfaat Penelitian

Mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS pada

materi SPLDV dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah untuk siswa

kelas VIII SMP semester 2 ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Dengan menggunakan perangkat pembelajaran berupa LKS sebagai

sumber belajar matematika diharapkan siswa dapat:.

a. Menemukan konsep secara aktif dan mandiri dengan guru membimbing siswa

(32)

b. Mendapatkan tambahan fasilitas belajar dalam memahami materi SPLDV,

baik saat belajar mandiri di rumah maupun dalam kegiatan belajar mengajar

di sekolah.

2. Bagi guru

Perangkat pembelajaran ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran

matematika pada materi SPLDV. Selain itu, perangkat pembelajaran ini dapat

memotivasi guru untuk mengembangkan perangkat serupa pada materi lain.

3. Bagi dunia pendidikan

Melalui penggunaan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS ini

diharapkan dapat terciptanya pembelajaran yang berpusat pada siswa dan

mengarahkan pada kegiatan pemecahan masalah sehingga pembelajaran akan

menjadi lebih bermakna.

4. Bagi peneliti

a. Menambah wawasan peneliti mengenai pengembangan perangkat

pembelajaran berupa RPP dan LKS.

b. Melatih peneliti sebagai calon guru untuk mampu mengembangkan

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Perangkat Pembelajaran

a. Pengertian Perangkat Pembelajaran

Penyampaian materi matematika akan berlangsung dengan lancar

apabila didukung dengan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran

dikatakan baik bila perangkat tersebut bersifat efektif dan efisien. Oleh karena

itu, perangkat pembelajaran memiliki kedudukan yang penting dalam

menyampaikan materi matematika kepada siswa.

Bahan ajar merupakan seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang

berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi

yang di desain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan

yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan

segala kompleksitasnya (Chomsin S.Widodo dan Jasmadi, 2008:40). Eka

Cahyani (2014: 18) mendefinisikan media pembelajaran sebagai sejumlah

media yang digunakan guru dan siswa untuk melakukan proses pembelajaran

di kelas, dan perangkat pembelajaran diharapkan dapat membantu guru dan

siswa menciptakan pembelajaran yang efektif guna mencapai tujuan yang

diinginkan. Dari dua pendapat tersebut, perangkat pembelajaran adalah hal-hal

yang dapat digunakan dalam pembelajaran berupa materi, metode, batasan dan

(34)

b. Jenis-jenis Perangkat Pembelajaran

Menurut Abdul Majid (2006:174), bentuk bahan ajar dapat

dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu bahan ajar cetak (printed), bahan

ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar (audio visual) dan bahan ajar

multimedia interaktif (interactive teaching material). Dari empat jenis bahan

ajar tersebut, hal yang paling sederhana untuk dikembangkan dalam materi

SPLDV untuk siswa kelas VIII SMP adalah bahan ajar cetak, antara lain

berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa

(LKS).

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk

satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan

kegiatan pembelajaran dalam upaya mencapai KD. Setiap guru berkewajiban

menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi

siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP disusun berdasarkan KD atau

sub tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen

yang harus ada di dalam RPP yaitu:

a) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;

(35)

c) kelas/semester;

d) materi pokok;

e) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD

dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang

tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;

f) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

g) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

h) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator ketercapaian kompetensi;

i) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD yang

disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD yang akan dicapai;

j) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran;

k) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;

l) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan,

inti, dan penutup;

(36)

Berikut adalah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan

RPP menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

a) Perbedaan individual siswa antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual,

bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya

belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma,

nilai, dan/atau lingkungan siswa.

b) Partisipasi aktif siswa.

c) Berpusat pada siswa untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,

kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.

d) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk

mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan

berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

e) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program

pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

f) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

g) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata

pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

h) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,

(37)

Menurut Mulyasa (2009: 222), perumusan kegiatan pembelajaran dalam

RPP terdiri dari tiga kegiatan utama, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan

penutup, penjelasannya sebagai berikut.

1) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan

perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pada

tahap ini guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran,

dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi sebelumnya yang

akan digunakan untuk menemukan konsep atau pengetahuan terkait materi yang

akan dipelajari.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi

Dasar (KD). Kegiatan inti pembelajaran hendaknya dilakukan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, dan menantang sehingga dapat memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam perumusan

kegiatan inti hendaknya juga harus diusahakan untuk memberikan ruang yang

cukup bagi kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis siswa.

3) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

(38)

penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut terhadap proses

pembelajaran yang telah dilakukan.

2) Lembar Kegiatan Siswa ( LKS)

Depdiknas (Anita Mayasari, 2012: 2), LKS diartikan sebagai lembar

kegiatan yang berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaiakan tugas.

Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi

dasar yang akan dicapainya.

Menurut Trianto (2009: 222-223) LKS adalah panduan siswa yang

digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.

Sedangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) menurut Abdul Majid (2007: 176)

adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar

kegiatan berupa petunjuk-petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan

suatu tugas. Tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan siswa harus

memiliki tujuan yang jelas sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

Dari pendapat-pendapat di atas, LKS merupakan langkah-langkah dalam

kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai

indikator-indikator yang harus dikuasai.

Dalam menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS), dapat dilakukan beberapa

langkah sebagai berikut (Depdiknas, 2008:23):

a) Analisis kurikulum

b) Menyusun peta kebutuhan lembar kerja siswa (LKS)

c) Menentukan judul lembar kerja siswa (LKS)

(39)

Selanjutnya dalam Depdiknas (2008:23) dijelaskan langkah-langkah

penulisan LKS adalah sebagai berikut:

a) Perumusan KD dari standar isi

b) Menentukan bentuk penilaian

c) Penyusunan materi

d) Struktur lembar kerja siswa (LKS)

Beberapa hal yang menjadi bagian dari struktur LKS adalah sebagai berikut

(Depdiknas 2008: 23-24):

a) Judul

b) Petunjuk belajar (petunjuk siswa)

c) Kompetensi yang akan dicapai

d) Informasi penting

e) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja

f) Penilaian

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan alat pembelajaran tertulis yang

dapat membantu guru untuk memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. LKS yang

baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Hendro Darmojo dan Jenny R.

E. Kaligis, 1993: 41-46) :

a) Syarat didaktik

Syarat ini mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal yaitu

dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban, sedang, maupun yang

pandai. LKS yang baik lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep.

(40)

(1) Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran

(2) Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep

(3) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai

dengan ciri kurikulum yang digunakan

(4) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral,

dan estetika pada diri siswa

(5) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.

b) Syarat konstruksi

Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan

penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan,

yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti dengan mudah

oleh siswa. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu :

(1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan atau

perkembangan siswa.

(2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

(3) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

(4) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka atau kalimat yang dapat

menimbulkan multitafsir.

(5) Tidak mengacu pada buku atau sumber belajar yang di luar kemampuan

keterbacaan siswa.

(6) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa

untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS.

(41)

(8) Menggunakan lebih banyak ilustrasi dari pada kata-kata.

(9) Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban, sedang, maupun yang

cepat.

(10)Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi.

(11)Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.

c) Syarat teknis

Syarat ini menekankan pada penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar

atau ilustrasi, grafis, dan penampilannya dalam LKS. Syarat teknis penyusunan

LKS adalah sebagai berikut:

(1) Tulisan

(a) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau

romawi.

(b) Menggunakan huruf tebal yang lebih besar untuk topik, bukan huruf

biasa yang diberi garis bawah.

(c) Menggunakan kalimat pendek, hendaknya tidak boleh lebih dari 10 kata

dalam satu baris.

(d) Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan

jawaban siswa.

(e) Mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya

gambar serasi.

(f) Gambar

(42)

(2) Penampilan

LKS hendaknya didesain dengan tampilan yang menarik. Penampilan LKS

yang menarik akan membuat siswa tertarik untuk belajar menggunakan LKS.

2. Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah pada Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP

a. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (PP

nomor 32 tahun 2013). Interaksi yang dihubungkan dengan matematika berarti

interaksi tersebut berada dalam lingkup matematika. Interaksi dalam lingkup

matematika merupakan pembelajaran matematika. Sedangkan pembelajaran

matematika menurut Soedjadi (2000: 6) merupakan upaya yang dilakukan oleh

guru dalam membuat siswa belajar matematika secara optimal. Dari dua

pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah

kegiatan guru yang membuat peserta didik dapat berinteraksi dengan peserta

didik lain, pendidik, dan sumber belajar dalam lingkup matematika.

Setiap pembelajaran pasti memiliki tujuan di dalamnya. Oleh karena

itu, pencapaian tujuan pembelajaran harus sesuai dengan pilar pendidikan.

Erman Suherman (2003:3) menyatakan bahwa agar tujuan pembelajaran

matematika tercapai dengan baik, maka pembelajaran yang diterapkan

hendaknya memenuhi empat pilar pendidikan, yaitu: (1) learning to know; (2)

(43)

Learning to know (belajar untuk mengetahui) berarti belajar memahami

pengetahuan matematika (konsep, prinsip, idea, teorema). Sedangkan learning

to do (belajar untuk bisa melakukan sesuatu) berarti belajar melaksanakan

proses matematika sesuai dengan kemampuan dasar matematika jenjang

sekolah yang bersangkutan. Pilar ketiga yaitu learning to be (belajar menjiwai)

artinya belajar menjadi dirinya sendiri, belajar memahami dan menghargai

proses matematika dengan cara menunjukkan sikap kerja keras, ulet, disiplin,

jujur, dan mempunyai motif berprestasi. Serta learning to live together (belajar

bersosialisasi dengan sesama teman) artinya belajar memahami orang lain,

bekerja sama, menghargai dan memahami pendapat yang berbeda, serta saling

menyumbang pendapat.

As’ari (Rahmawati, 2011:11) menjelaskan bahwa pembelajaran

matematika yang baik hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pemberian informasi, perintah, dan pertanyaan oleh guru hendaknya hanya

sekitar 10% sampai dengan 30%, selebihnya hendaknya berasal dari siswa.

2) Siswa mencari informasi sendiri dengan melakukan kegiatan mencari,

memilih, dan menggunakan berbagai sumber informasi.

3) Siswa mengambil inisiatif lebih banyak dalam kegiatan pembelajaran.

4) Siswa mengajukan pertanyaan.

5) Siswa berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran.

(44)

Pembelajaran matematika harus memenuhi standar minimal yang telah

ditentukan oleh pemerintah. Dalam kajian teori ini akan dibahas standar

kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian terkait

pembelajaran matematika pada tingkat satuan pendidikan menengah.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah

menyebutkan bahwa kompetensi lulusan SMP/MTs memiliki tiga dimensi

yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud nomor 20 tahun

2016). Beberapa kualifikasi kemampuan yang harus dicapai dari ketiga dimensi

tersebut dapat dicermati dalam tabel 1.

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. Berkarakter, jujur, dan peduli,

3. Bertanggungjawab,

4. Pembelajar sejati sepanjang hayat, dan

(45)

Pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berkenaan dengan:

1. Ilmu pengetahuan, 2. Teknologi,

3. Seni, dan 4. Budaya.

Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.

Keterampilan

Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. kreatif,

2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri,

5. kolaboratif, dan 6. komunikatif

melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri

Tabel 1 Kualifikasi Kompetensi Lulusan SMP/MTs

Dalam Permendikbud nomor 21 tahun 2016 tentang standar isi

pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa dalam upaya mewujudkan

tujuan pendidikan nasional tersebut telah ditetapkan SKL yang merupakan

kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Untuk mencapai kompetensi lulusan tersebut

perlu ditetapkan standar isi yang merupakan kriteria mengenai ruang lingkup

(46)

jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Deskripsi tentang tingkat kompetensi

tersebut dapat dideskripsikan dalam Tabel 2.

Kompetensi Deskripsi Kompetensi

Sikap Spiritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

Sikap Sosial 2. Menghargai dan menghayati perilaku: a. jujur,

b. disiplin, c. santun, d. percaya diri, e. peduli, dan

f. bertanggung jawab

dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.

Pengetahuan 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang:

a. ilmu pengetahuan, b. teknologi,

c. seni, d. budaya

dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegara

Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara:

(47)

c. kritis, d. mandiri,

e. kolaboratif, dan f. komunikatif,

Tabel 2 Deskripsi Kompetensi Lulusan SMP/MTs

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa, proses pembelajran pada

suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Prinsip pembelajaran

yang digunakan sebagai berikut.

1) Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu.

2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis

aneka sumber belajar.

3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan

pengunaan.pendekatan ilmiah

4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis

kompetensi.

5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.

6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju

pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.

(48)

8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskill) dan

keterampilan mental (softskills).

9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa

sebagai pembelajar sepanjang hayat.

10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan,

membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam

proses pembelajaran.

11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.

12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,

siapa saja adalah, dan dimana saja adalah kelas.

13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

efisiensi siswa dan efektivitas pembelajaran.

14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa.

Penilaian proses pembelajaran menggunakan penilaian otentik

(authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil

belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan

menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik. Hasil

penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses

pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.

Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,

prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian

pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

(49)

penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan

tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu

tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Dalam

penelitian ini hanya terbatas pada penilaian ulangan harian.

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian yng

menyatakan bahwa hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan dilaporkan

dalam bentuk angka skala 0-100 dan penilaian sikap dilakukan oleh pendidik

untuk mendapatkan informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik.

Dengan mengetahui pembelajaran matematika SMP, dalam

mengembangkan perangkat pembelajaran dapat lebih terarah. Selain itu, peran

perangkat pembelajaran dapat menyesuaikan dengan pembelajaran matematika

SMP secara umum.

b. Pembelajaran Berbasis Masalah 1) Pengertian

Djamilah Bondan Widjajanti (2011: 3) menyatakan bahwa

pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran

yang menggunakan masalah sebagai dasar atau titik awal dari pembelajaran.

Menurut Fogarty (Made Wena, 2009: 91) strategi belajar berbasis masalah

(problem based learning) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

membuat suatu konfrontasi untuk siswa dengan permasalahan-permasalahan

praktis, berbentuk open-ended.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis

(50)

permasalahan nyata sebagai awal dari proses pembelajaran yang memberikan

kesempatan bagi siswa untuk melakukan penyelidikan, melakukan komunikasi

berupa diskusi, mengajukan ide-ide, dan melakukan demonstrasi dari

penyelesaian masalah tersebut.

Pembelajaran menggunakan pendekatan berbasis masalah merupakan

rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian

masalah yang dihadapi secara ilmiah. Ketika pembelajaran berlangsung,

diharapkan siswa tidak hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian

menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa dapat aktif berpikir,

berkomunikasi, mencari, dan mengolah data hingga menyimpulkan. Selain itu

pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah juga menekankan pada

pemecahan masalah, sehingga masalah merupakan komponen pertama dan

utama dalam pembelajaran. Masalah yang dihadirkan di setiap pembelajaran

diharapkan dapat merangsang siswa untuk mengikuti pembelajaran dan

menantang siswa untuk menyelesaikan masalah yang ada.

c. Karakteristik dan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Wina Sanjaya (2011: 214), pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan problem based learning mempunyai tiga ciri utama, yaitu:

1) Terdapat rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam penerapannya

problem based learning menuntut adanya sejumlah kegiatan yang dilakukan

oleh siswa, sehingga siswa cenderung dituntut untuk aktif berperan dalam

(51)

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena

itu, masalah merupakan kunci dari proses pembelajaran yang dilakukan.

Tanpa masalah tidak akan mungkin proses pembelajaran dengan pendekatan

PBL berjalan.

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir

secara ilmiah. Artinya dikembangkan proses berpikir deduktif dan induktif

yang dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir

ilmiah dengan menggunakan tahap-tahap tertentu, sedangkan empiris artinya

proses penyelesaian masalah didasarkan pada fakta dan data yang jelas.

Sementara itu menurut Savoie dan Hughes (Made Wena, 2009: 91-92)

menyatakan bahwa strategi berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik

yaitu :

a) belajar dimulai dengan suatu permasalahan, permasalahan yang diajukan

harus berhubungan dengan dunia nyata,

b) mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan,

c) memberikan tanggung jawab dalam membentuk dan menjalankan proses

belajar kepada siswa,

d) menggunakan kelompok kecil,

e) menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang dipelajari.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, PBL mempunyai

karakteristik antara lain adalah pembelajaran dimulai dari suatu permasalahan

yang menantang bagi siswa, permasalahan yang diajukan berhubungan dengan

(52)

menyelesaikan masalah yang diajukan dalam bentuk penyelidikan individu

ataupun diskusi, guru berperan sebagai fasilitator dan siswa diberikan tanggung

jawab besar untuk belajar mandiri, dan siswa dituntut untuk melakukan presentasi

untuk mendemonstrasikan atau menjelaskan gagasan mereka.

Arends (2007: 57) menguraikan lima fase dalam pembelajaran PBL,

perilaku guru pada setiap fase dapat dilihat pada tebel berikut:

Fase Proses Pembelajaran

Fase 1

Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa.

Guru membahas tujuan pembelajaran, mendiskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.

Fase 2

Mengorganisasikan siswa untuk meneliti.

Guru membatu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya.

Fase 3

Membantu investigasi mandiri dan kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.

Fase 4

Mengembangkan dan mempresentasikan.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan alat-alat yang tepat seperti laporan dan rekaman video untuk membantu mereka untuk menyampaikan kepada orang lain.

Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Guru membatu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasi dan proses-proses yang mereka gunakan.

Tabel 3 Fase Pembelajaran Berbasis Masalah

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, PBL mempunyai

langkah-langkah antara lain adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran dimulai dari suatu

permasalahan yang menantang bagi siswa (orientasi pada masalah); (2)

(53)

penyajian hasil karya; (5) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah; (5)

Pengerjaan soal sebagai penguat konsep

d. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Sanjaya (2011), sebagai suatu model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) memiliki beberapa kelebihan diantaranya :

1) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan

pengetahuan baru bagi siswa.

2) Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.

3) Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami

masalah dunia nyata.

4) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu,

PBL dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri terhadap hasil

maupun proses belajarnya.

5) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan

mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru.

6) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan

yang mereka miliki dalam dunia nyata.

7) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun

pada pendidikan formal telah berakhir.

8) Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna

(54)

Berdasarkan Permendikbud tahun 2013, model pembelajaran PBL

memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar

memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan

yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.

Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan

dengan situasi dimana konsep diterapkan.

2) Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasi pengetahuan dan keterampilan

secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif

siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat

mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Dari beberapa kelebihan yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran PBL memiliki kelebihan sebagai berikut:

1) Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.

2) Pembelajaran yang dilakukan dapat memberikan kesempatan bagi siswa

untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

3) Dapat melatih rasa tanggung jawab siswa dalam pembelajaran yang mereka

lakukan.

4) PBL dapat meningkatkan kemampuan siswa pada aspek berpikir kritis dan

mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

(55)

Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang

dipilih berdasarkan kesesuaian dengan karakteristik materi dan karakteristik siswa

SMP. Oleh karena itu, fase-fase yang terdapat dalam pendekatan ini akan

dijadikan kegiatan dalam RPP dan LKS.

e. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) 1) Pengertian Persamaan Linear Dua Variabel

Persamaan linear dua variabel adalah sebuah bentuk relasi sama dengan

pada bentuk aljabar yang memiliki dua variabel dan keduanya berpangkat satu

(Dwi Nuharini : 2008).

Contoh :

Ada tiga persamaan, yaitu y = x + 5, a + 2b = 4, dan 3m + 6n = 9

Variabel pada persamaan y = x + 5 adalah x dan y, sedangkan variabel

pada persamaan a + 2b = 4 adalah a dan b. Adapun variabel pada persamaan

3m + 6n = 9 adalah m dan n. Perhatikan bahwa pada setiap contoh persamaan

di atas, banyaknya variabel ada dua dan masing-masing berpangkat satu.

2) Selesaian Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV)

Selesaian persamaan linear dua variabel (PLDV) didapatkan dari

diagram perpaduan. Perhatikan contoh berikut.

Bondan membayar untuk penggaris dan pensil Rp 11.000,00. Diketahui

harga penggaris Rp 3.000,00 dan harga pensil Rp 2.000,00. Kira-kira, berapa

banyak penggaris dan pensil yang Bondan beli?

(56)

Diagram Perpaduan Harga Penggaris dan Pensil

6 12.000

5 10.000

4 8.000 11.000

3 6.000 9.000 12.000

2 4.000 7.000 10.000

1 2.000 5.000 8.000 11.000

0 0 3.000 6.000 9.000 12.000

0 1 2 3 4

Harga Penggaris

Dapat ditulis dengan himpunan pasangan berurutan (3,1) dan (1,4)

Persamaan dengan memisalkan penggaris x dan pensil y

3x + y = 11.000

x + 4y = 11.000

Persamaan linear dua variabel tersebut memiliki dua penyelesaian.

Yaitu (3,1) dan (1,4), dalam artian dengan uang Rp 11.000,00 Bondan dapat

membeli 3 penggaris dan 1 pensil atau 1 penggaris dan 4 pensil.

3) Membuat Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Sistem persamaan linear dua variabel adalah kumpulan persamaan linaer

dua variabel yang terdiri lebih dari satu persamaan. Perhatikan contoh berikut.

Suatu siang, Ika membeli buah di pasar. Ia membeli 2 kg mangga dan 3 kg

jeruk dan harus membayar Rp 65.000,00. Karena dirasa murah, Ika membeli lagi

di hari berikutnya 3 kg mangga dan 4 kg jeruk, Ia harus membayar Rp 85.000,00.

Misal

Ha

rg

a P

Gambar

Tabel 1 Kualifikasi Kompetensi Lulusan SMP/MTs
Gambar 1 Grafik Penyelesaian
Tabel 4 Daftar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Tabel 5 Pedoman Penskoran Lembar Penilaian RPP untuk Ahli
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tuti, Orang Tua Tika Dwi Astuti, Wawancara , Natar 30 November 2015.. Sehingga akhirnya manfaat peran dan perhatian orang tua, terutama ibu, hubungannya dengan

Namun belakangan hari analogi ini dikenal dalam birokrasi, dengan makna agar birokrasi pemerintahan mampu menghadapi berbagai tantangan yang mungkin timbul, baik

tentang arah pengembangan kompetensi auditor intern pemerintah kepada Kepala Instansi Pembina JFA, dengan uraian tata kerja sebagaimana diatur dalam Lampiran II yang

Untuk Jembatan Genit dimana permukaan air terletak dibawah bangunan atas luas benda hanyutan yang bekerja pada pilar dihitung dengan menganggap bahwa kedalaman minimum dari

Hasil analisis korelasi ganda dapat dilihat pada output Model Summary dari hasil analisis regresi linier berganda di atas R square adalah 0,316 , R square dapat

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kepala Desa Jatirunggo, Kepala Desa Rowoboni, dan Kepala Desa Popongan menerapkan gaya kepemimpinan transformasional dan

Nilai kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2018 di KPH Kubu Raya, KPH Ketapang Selatan, dan KPH Ketapang Utara dengan perhitungan berdasarkan