• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI LINGKARAN DENGAN PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY UNTUK SISWA KELAS VIII SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI LINGKARAN DENGAN PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY UNTUK SISWA KELAS VIII SMP."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dalam proses kehidupan

dan kemajuan umat manusia. Adanya perkembangan peradaban manusia,

berkembang pula isi, bentuk, dan proses penyelenggaraan pendidikan.

Permasalahan yang timbul dalam pendidikan pun semakin kompleks sehingga

menuntut kemajuan manusia pada umumnya dan pendidik pada khususnya untuk

berpikir sistematik untuk menanggulangi masalah yang timbul. Pendidik dirasa

perlu untuk senantiasa mengembangkan pemahaman mengenai pendidikan dan

pembelajarannya. Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang

didalamnya terdapat transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan

keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life

long process), dari generasi ke generasi (Dwi Siswoyo, 2011: 61).

Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi

Kurikulum 2013 perlu diperhatikan oleh para pendidik di Indonesia. Perubahan

kurikulum ini bertujuan untuk memperbaiki penyelenggaran pendidikan di

Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 36 bahwa

pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional

pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ada beberapa elemen

perubahan yang ditetapkan di Kurikulum 2013, salah satunya adalah standar

(2)

penilaian dalam penentuan kelulusan siswa dari satuan pendidikan ini mencakup

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Proses pembelajaran di kelas melibatkan siswa yang memiliki karakteristik

berbeda antara satu dengan yang lain. Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika

pembelajaran tersebut dapat merespons kebutuhan khusus siswa. Perbedaan

individual (individual differences) menjelaskan bagaimana orang-orang berbeda

dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak (Sugihartono dkk, 2007: 29).

Faktor-faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual meliputi Faktor-faktor bawaan dan

faktor lingkungan. Selain itu ada beberapa perbedaan yang tampak pada siswa yaitu

perbedaan jenis kelamin dan gender, perbedaan kemampuan, perbedaan

kepribadian, dan perbedaan gaya belajar.

Untuk mencapai kompetensi sesuai profil kemampuan tamatan pada

Kurikulum 2013 diperlukan kemampuan guru untuk mengembangkan perangkat

pembelajaran yang menunjang proses belajar siswa di kelas. Keberagaman

karakteristik siswa menuntut guru untuk lebih kreatif dalam menentukan strategi

dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan sehingga siswa dapat menguasai

materi yang diajarkan. Perangkat pembelajaran sudah selayaknya dikembangkan

oleh setiap guru. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan

perangkat pembelajaran, maka dikhawatirkan guru akan terjebak pada situasi

pembelajaran yang monoton sehingga membuat siswa bosan dan jenuh.

Salah satu penentu keberhasilan belajar siswa adalah guru. Sebagai seorang

pendidik, guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar dimana siswa hanya

(3)

Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan yang tertuang

pada pasal 19 mengisyaratkan bahwa guru dirasa perlu menciptakan proses

pembelajaran yang memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

siswa. Pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan (Permendikbud) No. 65

Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah,

perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan

skenario pembelajaran. Hal ini mendorong setiap pendidik pada satuan pendidikan

berkewajiban untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran dapat berlangsung secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis siswa.

Perangkat pembelajaran lain yang perlu dikembangkan adalah lembar

kegiatan siswa (LKS). Beberapa alasan yang mendorong adanya pengembangan

perangkat pembelajaran antara lain ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,

karakteristik, sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah (Depdiknas, 2008: 8). LKS

merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan

suatu tugas (Abdul Majid, 2008: 176). Tugas yang diperintahkan dalam lembar

(4)

petunjuk-petunjuk untuk menyelesaikan masalah dapat memudahkan guru dalam

melaksanakan pembelajaran dan dapat membantu siswa dalam memahami materi

yang sedang dipelajari. Untuk itu pendidik perlu mengembangkan perangkat

pembelajaran yang dapat membantu siswa lebih tertarik dan termotivasi untuk

belajar, khususnya matematika.

Hasil observasi dan wawancara dengan beberapa guru matematika di SMP

Negeri 15 Yogyakarta menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan di

sekolah tersebut kurang bervariasi. Hampir seluruh materi matematika disampaikan

dengan metode ceramah. Guru lebih sering memberikan ceramah dan siswa

mendengarkan apa yang disampaikan guru. Namun tidak semua siswa

mendengarkan dengan seksama, beberapa siswa ada yang sibuk sendiri dan tidak

mendengarkan penjelasan dari guru. Padahal setiap materi dapat dipelajari

menggunakan berbagai variasi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi.

Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher centered). Selain

itu beberapa pendidik belum mengembangkan perangkat pembelajaran secara

mandiri, baik RPP, LKS, maupun lembar evaluasi. Hal ini disebabkan oleh

beberapa hal, salah satunya kesibukan mereka dalam mengajar. Pembelajaran

matematika di SMP Negeri 15 Yogyakarta juga belum disertai bahan ajar yang

memadai. Guru hanya sesekali memberikan latihan soal atau tugas berkaitan

dengan materi yang dipelajari. Pembelajaran matematika yang baik seharusnya juga

memiliki variasi pendekatan pembelajaran yang beragam sesuai dengan materi

(5)

menggunakan metode pembelajaran. Apalagi jika harus menyusun bahan ajar yang

sesuai dengan RPP.

Pada Kurikulum 2013, seorang pendidik sepatutnya bisa mengembangkan

perangkat pembelajaran secara mandiri yang dapat membangun kreativitas siswa.

Baik kreativitas dalam membangun pengetahuan sendiri atau dalam menyelesaikan

suatu persoalan. Sebagai fasilitator, pendidik dituntut untuk dapat membuat

perangkat pembalajaran yang kreatif, inovatif, dan dapat menyesuaikan

karakteristik siswa.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang digunakan di berbagai bidang. Di

semua jenjang pendidikan, baik SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi pasti tidak

lepas dari matematika. Matematika erat kaitannya dengan fisika, kimia, biologi, dan

ilmu lainnya. Belajar matematika merupakan suatu hal yang penting karena pada

kenyataannya aplikasi dari matematika banyak ditemui dan digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan belajar matematika, siswa akan terbiasa untuk

berpikir kritis, sistematis, dan banyak manfaat lainnya.

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa SMP kelas VIII adalah

materi lingkaran. Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa pada materi lingkaran

adalah memahami unsur, keliling, dan luas lingkaran; dan memahami hubungan

sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. Dengan menguasai kompetensi dasar

tersebut diharapkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan nyata terkait

penerapan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. Siswa terkadang

(6)

Hal ini disebabkan proses pembelajaran yang belum memfasilitasi siswa dalam

belajar.

Piaget membagi tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa melalui

empat tahap, yaitu (1) sensori motor, (2) pra-operasional, (3) operasional konkret,

dan (4) operasional formal. Siswa pada jenjang SMP termasuk ke dalam tahap

operasional formal (11 tahun ke atas). Pada tahap ini kemampuan menalar secara

abstrak mulai meningkat (Muhammad Thobroni dan Arif Musthofa, 2011: 97).

Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan

mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak, misalnya lingkaran. Untuk itu perlu

adanya pendekatan pembelajaran yang digunakan agar dapat meningkatkan

kemampuan abstraksi siswa pada tahap ini.

Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di

kelas adalah pendekatan penemuan terbimbing (guided discovery). Dalam

pembelajaran, siswa melakukan penemuan, sedangkan pendidik membimbing

mereka ke arah yang tepat/benar (Oemar Hamalik, 2010:188). Dalam praktik,

pendekatan penemuan terbimbing dapat dituangkan ke dalam LKS. Beberapa

manfaat dari pendekatan penemuan terbimbing antara lain dapat meningkatkan

partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran matematika, menumbuhkan sikap

menemukan, dan meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Berawal dari permasalahan tersebut, dipandang perlu dikembangkan suatu

perangkat pembelajaran dalam suatu penelitian “Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Matematika Materi Lingkaran dengan Pendekatan Guided Discovery

(7)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat identifikasi permasalahan

sebagai berikut:

1. LKS yang digunakan di SMP kelas VIII belum mencukupi semua materi dan

belum ada yang menggunakan pendekatan penemuan terbimbing.

2. Pendidik belum banyak mengembangkan perangkat pembelajaran, salah satunya

perangkat pembelajaran materi lingkaran.

3. Siswa kurang berpartisipasi aktif dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran

matematika.

C. Pembatasan Masalah

Masalah pada pembelajaran matematika sangat banyak. Untuk itu perlu ada

batasan bahwa perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian

ini adalah RPP dan LKS materi lingkaran dengan pendekatan guided discovery

untuk siswa SMP kelas VIII. Selain itu hasil belajar dalam penelitian ini dibatasi

pada kemampuan kognitif siswa yang dapat dilihat dari nilai post-test di akhir

proses pembelajaran.

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran matematika materi

lingkaran dengan pendekatan guided discovery hingga mencapai kualifikasi

(8)

2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran matematika materi lingkaran

dengan pendekatan guided discovery yang telah disusun ditinjau dari segi

kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh perangkat pembelajaran matematika materi lingkaran dengan

pendekatan guided discovery yang berkualitas ditinjau dari segi kevalidan,

kepraktisan, dan keefektifan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi siswa

a. Dapat memfasilitasi siswa dalam belajar matematika materi lingkaran.

b. Dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep lingkaran dan

memperkaya pengalaman belajar.

2. Bagi guru

a. Sebagai wacana untuk meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan

perangkat pembelajaran matematika.

(9)

3. Bagi peneliti

a. Sebagai bahan referensi dalam menulis tugas akhir dan mengembangkan

keterampilan dalam penelitian sebagai calon guru matematika.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian

(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Beberapa teori yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian

pengembangan ini adalah (1) pembelajaran matematika; (2) perangkat

pembelajaran; (3) pendekatan guided discovery; (4) materi lingkaran SMP Kelas

VIII; (5) kriteria kualitas perangkat pembelajaran; (6) perangkat pembelajaran

materi lingkaran dengan pendekatan guided discovery.

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan pembelajaran berasal

dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya

diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran diartikan sebagai proses, cara,

perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran memiliki

makna bahwa siswa sebagai subjek belajar harus dibelajarkan. Dalam kegiatan

belajar, siswa dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis,

merumuskan, menyelesaikan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.

Pembelajaran merupakan suatu hal yang erat kaitannya dengan proses belajar.

Dalam suatu proses belajar diperlukan pengkondisian suasana belajar bagi siswa.

Guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang baik, nyaman, dan

menyenangkan agar kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik dan dapat

meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran

(11)

tumbuh dan berkembang secara optimal (Erman Suherman dkk., 2003: 7).

Lingkungan belajar yang baik sangat diperlukan untuk menunjang keberlangsungan

pembelajaran.

Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh guru

untuk menciptakan suasana belajar yang baik dan memberikan pelayanan agar

siswa dapat belajar. Pembelajaran dapat dimodifikasi dengan berbagai strategi,

metode, maupun pendekatan supaya siswa dapat melakukan kegiatan belajar

dengan nyaman hingga mendapatkan hasil yang optimal. The teacher need to

develop various methods of teaching, various learning resources, and various interaction/communication (Marsigit, 2011). Artinya guru harus mampu mengembangkan berbagai metode pembelajaran, sumber belajar, dan

bermacam-macam cara berkomunikasi dalam pembelajaran.

Menurut Sugihartono dkk (2007: 114), ada beberapa ciri-ciri pembelajaran:

a. Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah

dimiliki siswa,

b. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar,

c. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan

dengan melibatkan pengalaman konkret,

d. Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi

sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain atau

dengan lingkungannya,

(12)

f. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga siswa menjadi menarik

dan mau belajar.

Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris, menyusun rancangan pembelajaran

perlu memperhatikan hal-hal berikut (2009:13):

a. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik,

b. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa,

c. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan,

d. Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai

diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan

dalam bingkai belajar sepanjang hayat (life long continuing education).

Pembelajaran matematika di sekolah memiliki peranan dalam pembentukan

sifat yaitu pola berpikir kritis dan kreatif. Untuk mengembangkan hal tersebut, guru

perlu memperhatikan daya imajinasi dan rasa ingin tahu siswa. Siswa dapat

dibiasakan untuk mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi yang diajarkan,

berpendapat, sehingga siswa dapat memaknai pembelajaran matematika. Selain itu

perlu adanya strategi, pendekatan, metode, atau model pembelajaran yang dapat

melibatkan siswa aktif belajar, baik secara fisik, mental, maupun sosial.

Menurut Erman Suherman dkk (2003: 62), penerapan strategi yang dipilih

dalam pembelajaran matematika haruslah bertumpu pada dua hal, yaitu optimalisasi

interaksi semua unsur pembelajaran, serta optimalisasi keterlibatan seluruh indra

siswa. Dengan demikian guru dituntut untuk dapat mengolah perangkat

(13)

Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standar Isi,

disebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika antara lain agar siswa memiliki

berbagai kemampuan seperti:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat degeneralisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah.

Upaya untuk mencapai berbagai kemampuan tersebut dapat dilakukan dengan

menerapkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran

matematika yang berpusat pada siswa dapat mendorong motivasi, minat,

kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, serta semangat belajar bagi siswa.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan perlu disesuaikan dengan tahap

(14)

dilalui siswa melalui empat tahap, yaitu tahap sensori motor, pra-operasional,

operasional konkret, dan operasional formal. Siswa pada jenjang SMP berada pada

tahap operasional formal. Pada tahap ini kegiatan kognitif seseorang tidak mesti

menggunakan benda nyata. Kemampuan menalar secara abstrak mulai meningkat

sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara deduktif. Pada tahap ini pula

seseorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara

bersama-sama (Muhammad Thobroni dan Arif Musthofa, 2011: 97).

Berdasarkan penjabaran di atas, proses pembelajaran matematika di SMP

disesuikan dengan karakteristik dan tahap perkembangan kognitif siswa. Proses

pembelajaran ini diterapkan dengan tujuan agar dapat mengembangkan

keterampilan dan kemampuan berpikir dalam matematika.

2. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran menurut KBBI adalah alat perlengkapan yang

digunakan dalam proses atau cara yang dapat menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar. Perangkat pembelajaran merupakan hal-hal yang disiapkan oleh pendidik

untuk melakukan suatu proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran dapat

meliputi: program tahunan, program semester, silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan instrumen penilaian.

Dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 mengenai Standar Proses,

perangkat pembelajaran pada Kurikulum 2013 ditekankan pada pendekatan

(15)

2013 dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada Standar Isi.

Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran, penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian

pembelajaran, dan skenario pembelajaran.

Manfaat pengembangan perangkat pembelajaran bagi pendidik antara lain :

(1) diperoleh perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013

dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa; (2) tidak tergantung dengan buku teks

yang terkadang persoalannya kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk

membangun pengetahuannya sendiri; (3) menambah pengalaman dan pengetahuan

guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran; (4) memperkaya ilmu karena

perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan beberapa referensi; (5)

membangun komunikasi efektif dengan siswa; dan (6) menambah angka kredit bagi

pendidik jika dikumpulkan dapat menjadi buku kemudian diterbitkan.

Adapun manfaat adanya pengembangan perangkat pembelajaran bagi siswa

yaitu memberikan kesempatan siswa untuk belajar mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri tanpa bergantung sepenuhnya pada pendidik, pembelajaran

menjadi lebih bermakna sehingga siswa mendapat kemudahan dalam mempelajari

setiap kompetensi yang harus dikuasai.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Masnur Muslich (2007: 45), RPP adalah rancangan pembelajaran

mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.

Pendidik sebaiknya membuat sendiri rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan

(16)

kondisi suatu kelas. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 Pasal

20 mengenai Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa perencanaan

pembelajaran merupakan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk

setiap muatan pembelajaran. Menurut Kunandar (2011: 264) tujuan penyusunan

RPP antara lain: (1) mempermudah dan memperlancar proses pembelajaran, serta

meningkatkan hasil belajar mengajar, dan (2) guru akan mampu melihat,

mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai

kerangka kerja yang logis dan terencana dengan penyusunan RPP secara

profesional, sistematis, dan berdaya guna. Dari uraian tersebut menunjukkan betapa

pentingnya rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai acuan keberlangsungan

pembelajaran di kelas agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien.

Menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 mengenai Standar Proses, RPP

dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam

upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). RPP merupakan rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka yang dapat digunakan untuk satu pertemuan atau lebih.

Jelas bahwa RPP mengendalikan waktu kegiatan belajar mengajar di suatu kelas.

Dengan adanya RPP, diharapkan proses pembelajaran dapat terlaksana sesuai

dengan alokasi waktu yang telah direncanakan sehingga jadwal yang telah

dirancang dalam program tahunan (prota) atau program semester (prosem)

misalnya, dapat berjalan dengan baik. Setiap pendidik pada satuan pendidikan

berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar tercapai

pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,

(17)

Berdasarkan uraian di atas, RPP merupakan suatu perangkat pembelajaran

yang penting dan harus dipersiapkan oleh pendidik demi kelangsungan proses

pembelajaran yang efektif. RPP adalah rencana pembelajaran yang akan diterapkan

atau dijalankan pendidik dalam pembelajaran di kelas. Tanpa adanya perencanaan

yang matang, mustahil pembelajaran akan berjalan dengan baik dan mendapat hasil

yang baik pula. RPP yang akan dikembangkan pendidik sebaiknya disesuaikan

dengan karakteristik siswa di kelas. Untuk itu RPP dirancang sendiri oleh pendidik

yang akan melaksanakan proses pembelajaran di kelas tersebut karena hanya

pendidik tersebut yang tahu situasi, kondisi, dan karakteristik siswa di kelas.

Komponen-komponen RPP menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013

meliputi:

1)Identitas sekolah

Yaitu nama satuan pendidikan.

2)Identitas mata pelajaran

Yaitu program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran.

3)Kelas/Semester

Kelas/semester menunjukkan jenjang dalam satuan pendidikan.

4)Materi pokok

Materi pokok mencantumkan materi umum atau topik yang akan dipelajari.

5)Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD

dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang

(18)

6)Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan

kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

7)Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi

Kompetensi Dasar (KD) merupakan sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai perserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai acuan

penyusunan indikator dalam suatu pelajaran. Sedangkan indikator

merupakan hal yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan

ketercapaian KD tertentu yang menjadi acuan penilaian.

8)Materi pembelajaran

Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator ketercapaian kompetensi.

9)Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan pendidik untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD yang disesuaikan

karakteristik siswa dan KD yang akan dicapai.

10) Media pembelajaran

Media pembelajaran berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

(19)

11) Sumber belajar

Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,

atau sumber belajar lain yang relevan.

12) Langkah-langkah pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu

pendahuluan, inti, dan penutup. Berikut penjabaran dari tahapan-tahapan

tersebut:

a) Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru perlu menyiapkan siswa secara fisik

dan psikis, memberikan motivasi belajar pada siswa, mengajukan

pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi

yang hendak dipelajari (apersepsi), menjelaskan tujuan pembelajaran,

dan menyampaikan cakupan materi.

b)Inti

Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,

media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan

karakteristik siswa dan mata pelajaran.

c) Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual

maupun kelompok melakukan refleksi dan evaluasi mengenai seluruh

rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh,

(20)

menginformasikan rencana kegiatan pembelajara untuk pertemuan

selanjutnya.

13) Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan

dengan indikator yang mengacu pada standar penilaian.

Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, penyusunan RPP hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1)Perbedaan individual siswa antara lain kemampuan awal, tingkat

intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial,

emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang

budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.

2)Partisipasi aktif siswa.

3)Berpusat pada siswa untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,

kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian.

4)Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk

mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan

berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

5)Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program

pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

6)Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

(21)

7)Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata

pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

8)Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,

sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan mengenai RPP, maka yang dimaksud RPP

adalah rencana yang digunakan guru dalam mengorganisasikan pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar atau lebih yang disusun dengan memperhatikan

komponen-komponen pembelajaran seperti identitas sekolah, identitas mata

pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, KD

dan indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, pendekatan dan metode

pembelajaran, media, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian

hasil belajar.

b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang dapat dibuat sendiri

oleh pendidik dan digunakan dalam pembelajaran. LKS adalah lembaran-lembaran

berisi tugas yang harus dikerjakan siswa dan biasanya berupa petunjuk

langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Depdiknas, 2008: 13).

Menurut Made Wena (2009: 234) lembar kegiatan siswa memuat: (1)

rasional, yaitu pentingnya materi yang bersangkutan; (2) waktu, yaitu berapa lama

mempelajari modul dan mengerjakan soal-soal latihan bersangkutan; (3) tujuan

belajar secara umum; (4) petunjuk umum dan petunjuk khusus mempelajari modul;

(22)

penggalan modul, yaitu materi yang harus dikuasai oleh siswa yang disesuaikan

dengan tujuan khusus belajar; (8) tujuan belajar secara khusus; (9) waktu yang

diperlukan untuk setiap penggalan; (10) uraian dan contoh, yaitu materi pelajaran

yang disusun secara teratur langkah demi langkah supaya dapat diikuti dengan

mudah oleh siswa; (11) ringkasan isi, yaitu pernyataan-pernyataan singkat atau

pengulangan singkat dari materi yang diuraikan setiap penggalan, (12) lembaran

soal; dan (13) lembaran tugas.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan

panduan kegiatan siswa yang dipersiapkan oleh pendidik untuk mempermudah

kegiatan belajar siswa. Dalam LKS terdapat sekumpulan kegiatan mendasar yang

harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman tentang

indikator-indikator yang harus dicapai siswa.

Penggunaan LKS memberikan pengaruh besar dalam kegiatan belajar

mengajar. Untuk itu, penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan.

Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1993: 41-46), persyaratan yang

harus terpenuhi yaitu syarat didaktik, konstruksi, dan teknis.

1)Syarat didaktik

Syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal

dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai.

LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang

terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan

kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pengembangan

(23)

belajar yang dialami siswa ditentukan oleh pengembangan pribadi siswa.

Kisi-kisi penilaian berdasarkan syarat didaktik antara lain:

a) Memperhatikan adanya perbedaan individu.

b)Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep.

c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa.

d)Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional,

moral, dan estetika pada diri anak.

e) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa.

2)Syarat konstruksi

Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan

kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS. Kisi-kisi

penilaian berdasarkan syarat konstruksi antara lain:

a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak.

b)Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

c) Memiliki tata urutan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan anak.

d)Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka.

e) Tidak mengacu pada buku sumber di luar kemampuan siswa.

f) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasan pada siswa

untuk menulis maupun menggambar pada LKS.

g)Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.

h)Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.

(24)

j) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat.

k)Memiliki identitas untuk memudahkan administrasinya.

3)Syarat teknis

Syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, penampilan dalam LKS.

Berikut kisi-kisi penilaian berdasarkan syarat teknik:

a) Tulisan menggunakan huruf cetak, tidak menggunakan huruf

latin/romawi.

b)Tulisan menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan

huruf biasa yang diberi garis bawah.

c) Menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris.

d)Keberadaan gambar dapat menyampaikan pesan.

e) Kombinasi antar gambar dan tulisan adalah menarik.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan mengenai LKS, maka dapat disimpulkan

bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar yang memuat sekumpulan kegiatan yang

harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dan memenuhi

syarat dikatik, konstruksi, dan teknis.

3. Pendekatan Guided Discovery

Pembelajaran yang baik di suatu kelas adalah pembelajaran yang memberikan

kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pemikirannya. Siswa dapat berlatih

untuk membangun sendiri pengetahuan mereka, sehingga siswa memiliki

(25)

mempunyai tugas untuk menumbuhkan budaya belajar matematika seperti ini.

Pembudayaan matematika berkontribusi pada keunggulan bangsa melalui inovasi

pembelajaran matematika yang dilakukan secara terus menerus (Marsigit, 2009:

14).

Pembelajaran yang berlangsung selain memberi kesempatan pada siswa untuk

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, juga memberi siswa pengalaman

menyelesaikan suatu masalah. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk

menciptakan pembelajaran yang dimaksud adalah menggunakan pendekatan yang

akan digunakan dalam proses pembelajaran. Ada banyak macam pendekatan

pembelajaran, salah satunya adalah pendekatan penemuan terbimbing (guided

discovery).

Pada metode penemuan terbimbing ini, siswa tidak sedang menemukan

sesuatu yang sama sekali baru, mereka menemukan sesuatu bagi diri mereka

sendiri; proses penemuan inilah (discovery) yang diikuti oleh penjelasan perihal apa

yang telah mereka temukan, menghasilkan pemahaman yang mandalam (Mike,

2010: 82). Ketika siswa telah meraih pemahaman mendalam mengenai sesuatu,

mereka semakin mungkin mempertahankan pengetahuan tersebut. Tidak hanya

mempertahankan, namun juga mentransfer, menggunakan, dan menerapkan ke

(26)

Menurut Markaban (2006: 16) pelaksanaan pendekatan penemuan terbimbing

dapat berjalan dengan efektif dengan melakukan beberapa langkah berikut:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data

secukupnya. Perumusan harus jelas, menghindari pernyataan salah tafsir

sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

b. Siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data yang

diberikan guru. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang

diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk

melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau

LKS.

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut

diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran

prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka

verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk

menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak

menjamin 100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan

soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu

(27)

Pendekatan penemuan terbimbing dapat ditempuh dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Guru memberikan permasalahan dan data yang dibutuhkan oleh siswa.

b. Siswa menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis data tersebut

untuk menyelesaikan masalah.

c. Guru membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

d. Menyajikan/mempresentasikan hasil kegiatan.

e. Menyimpulkan hasil yang telah ditemukan dengan bimbingan guru.

f. Guru perlu memberikan soal latihan untuk lebih mengasah kemampuan siswa.

Kelebihan pembelajaran dengan penemuan terbimbing menurut Markaban

(2006: 16) adalah sebagai berikut:

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.

b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap mencari-temukan.

c. Mendukung kemampuan pemecahan masalah siswa.

d. Mendorong interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru.

e. Materi lebih lama membekas pada diri siswa karena siswa dilibatkan dalam

proses menemukannya.

Kekurangan pendekatan penemuan terbimbing adalah:

a. Untuk materi tertentu memerlukan waktu yang relatif lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran ini dengan baik.

c. Tidak semua materi dapat disampaikan dengan penemuan terbimbing.

Pembelajaran dengan pendekatan guided discovery memposisikan guru

(28)

mengkonstruksi pengetahuan matematika secara mandiri. Menurut O’connel (2005:

44) “The teacher, as the facilitator of discussions, works to pull ideas from students

and poses questions to stimulate reflection, build connections, and encourage reasoning and conjecture.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan

penemuan terbimbing tepat untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.

Pendekatan ini mengutamakan kegiatan siswa sebagai pembelajar untuk

menggunakan proses mental. Tujuan dari pendekatan penemuan terbimbing ini

adalah agar siswa dapat menemukan konsep materi yang dipelajari dalam proses

belajar mengajar.

4. Materi Lingkaran SMP Kelas VIII

Salah satu materi matematika yang dipelajari oleh siswa pada jenjang SMP

adalah materi lingkaran. Pada kurikulum 2013 materi lingkaran dipelajari oleh

siswa SMP ketika mereka berada di kelas VIII, tepatnya pada semester dua. Dalam

pokok bahasan materi lingkaran ini terdapat beberapa materi pokok yang dipelajari.

Pada ranah pengetahuan, siswa diharapkan dapat memahami unsur, keliling, dan

luas dari lingkaran. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat memahami hubungan

sudut pusat, panjang busur, dan luas juring (Kemendikbud, 2013: 44). Pada ranah

keterampilan, siswa diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan nyata yang

terkait penerapan hubungan sudut pusat, panjang bususr, dan luas juring

(29)

Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Lingkaran

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3.Memahami dan menerapkan

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian tampak mata.

3.6 Memahami unsur, keliling, dan luas dari lingkaran

3.7 Memahami hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring

4.Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

4.6 Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring

Dalam pembelajaran, siswa diharapkan dapat berlatih mengkonstruksi sendiri

pemahaman matematika mereka. Setelah mempelajari materi lingkaran yang

tertuang pada kompetensi dasar kurikulum 2013, siswa diharapkan dapat

memahami materi lingkaran dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari.

5. Kriteria Kualitas Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran

di kelas. Kegiatan pembelajaran yang diharapkan adalah kegiatan pembelajaran

yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta memotivasi siswa

untuk dapat berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis siswa. Oleh karena itu, perangkat pembelajaran yang

(30)

perangkat pembelajaran yang baik, maka diperlukan beberapa kriteria yang dapat

dijadikan acuan konsep berkualitas yang diharapkan.

Menurut Nieveen (1999 : 127), kualitas produk dalam pendidikan, dalam

penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan, dapat dilihat dari

tiga aspek, yaitu kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Berikut penjelasan dari

ketiga aspek tersebut:

a. Kevalidan

Aspek kevalidan merupakan suatu kriteria kualitas perangkat pembelajaran

dilihat dari materi yang terdapat di dalam perangkat pembelajaran. Perangkat

pembelajaran termasuk dalam kategori valid jika materi yang terdapat dalam

perangkat pembelajaran sesuai dengan pengetahuan state-of-the-art dan semua

komponen dalam perangkat pembelajaran terhubung secara konsisten (Nieveen,

1999: 127).

Tingkat kevalidan pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan

ditentukan dari pendapat para ahli. Para ahli dalam hal ini adalah dosen FMIPA

UNY dan guru matematika yang akan memberikan saran dan penilaian terkait

dengan aspek kevalidan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

b. Kepraktisan

Aspek kepraktisan merupakan kriteria kualitas perangkat pembelajaran

ditinjau dari tingkat kemudahan guru dan siswa dalam menggunakan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan (Nieveen, 1999: 127). Oleh karena itu, dalam

mengembangkan perangkat pembelajaran sebaiknya dapat disesuaikan dengan

(31)

Tingkat kepraktisan pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat

ditentukan melalui angket respons. Angket respons ini digunakan untuk mengetahui

tanggapan pengguna perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Angket tersebut

mencakup respons mengenai seberapa cocok dan mudah perangkat pembelajaran

tersebut diterapkan. Selain itu, kepraktisan perangkat pembelajaran juga dapat

ditentukan dari lembar observasi kegiatan pembelajaran yang berfungsi untuk

mengetahui keterlaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran

yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika hasil dari

pengisian angket respons siswa berada pada kriteria minimal baik.

c. Keefektifan

Hamzah B. Uno (2008: 138) menyatakan bahwa keefektifan proses

pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian siswa pada tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan

pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan suatu kriteria tertentu. Perangkat

pembelajaran efektif jika dapat mempengaruhi ketuntasan belajar siswa sesuai

dengan harapan atau lebih dari sama dengan KKM yang ditetapkan.

6. Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Guided Discovery pada Materi Lingkaran Kelas VIII SMP

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya, yang dimaksud

perangkat pembelajaran dengan pendekatan guided discovery pada materi lingkaran

adalah suatu perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP yang disesuaikan

dengan komponen-komponen RPP, dan LKS yang disesuaikan dengan

(32)

penemuan terbimbing. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan diharapkan

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui materi

lingkaran yang diajarkan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan pengembangan yang dilakukan yaitu

penelitian pada tahun 2013 yang dilakukan oleh Dwi Istanto dengan judul penelitian

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pada Materi Bangun Ruang untuk

Siswa Kelas VIII dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing”. Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS

bangun ruang untuk siswa kelas VIII dengan pendekatan penemuan terbimbing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan

dapat dikategorikan layak berdasarkan aspek kevalidan yaitu RPP memenuhi

kriteria kelayakan “sangat baik” dengan skor 4,23 dari skor maksimal 5. LKS

memenuhi kriteria kelayakan “sangat baik” dengan skor 4,09 dari skor maksimal 5.

Perangkat pembelajaran layak dari aspek kepraktisan berdasarkan lembar

pengamatan pengelolaan pembelajaran dan angket respons siswa. RPP memenuhi

kriteria kelayakan “sangat baik” dengan skor 98%. LKS memenuhi kriteria

kelayakan “sangat baik” dengan skor 4,37 dari skor maksimal 5. Berdasarkan hasil

tes hasil belajar diketahui bahwa persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar

82,14% dengan kriterian “sangat baik” sehingga perangkat pembelajaran dapat

(33)

Penelitian lain juga dilakukan oleh Siti Nurrochmah Dani (2014) dengan judul

Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Penemuan

Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Transformasi Kelas VII SMP”. Hasil penelitian menunjukkan kualitas perangkat pembelajaran ditinjau dari aspek kevalidan dikategorikan sangat baik dengan

perolehan skor rata-rata 4,46 dari skor maksimal 5 untuk RPP dan 4,38 dari skor

maksimal 5 untuk LKS. Aspek kepraktisan dikategorikan baik dengan perolehan

skor rata-rata 2,95 dari skor maksimal 4. Aspek keefektifan dikategorikan sangat

baik dengan persentase ketuntasan siswa pada hasil pretest adalah 0%, sedangkan

posttest adalah 80,66% yang artinya perangkat pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

C. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan mata pelajaran yang terdapat di semua jenjang

pendidikan. Mulai dari TK, SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi pasti

terdapat mata pelajaran matematika. Hal ini menunjukkan betapa matematika

merupakan suatu dasar dari ilmu-ilmu lain yang dipelajari. Menelaah pembelajaran

di kelas, sebagian siswa ada yang merasa kesulitan dalam belajar matematika. Hal

ini menjadi salah satu penyebab prestasi belajar matematika rendah. Untuk itu perlu

ada perbaikan yang diterapkan pada proses pembelajaran.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya prestasi matematika siswa,

salah satunya adalah pemilihan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh

(34)

menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar

matematika. Ketika siswa memiliki motivasi belajar, diharapkan siswa dapat

dengan mudah menerima materi yang diajarkan. Peran pendidik sebagai fasilitator

salah satunya dapat dengan membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas atau

memecahkan masalah. Namun, pembelajaran tidak semua berasal dari bimbingan

pendidik. Pendidik sebaiknya memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka. Dengan begitu siswa lebih

memahami konsep dari materi yang diajarkan.

Pendidik adalah orang yang paling mengerti situasi dan kondisi kelas berikut

siswanya. Untuk itu pendidik bertugas untuk mengkondisikan kelas dengan

memilih pendekatan yang tepat untuk diterapkan di kelas tersebut. Salah satu

pendekatan yang dapat diterapkan untuk siswa pada jenjang SMP adalah guided

discovery dimana pendidik berperan sebagai pembimbing dan pengawas, sedangkan siswa dilatih untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika

mereka.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah RPP

dan LKS menggunakan pendekatan guided discovery pada materi lingkaran untuk

siswa kelas VIII SMP. Dengan begitu siswa diharapkan dapat berpartisipasi aktif

saat pembelajaran dan dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika

mereka. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kualitas RPP dan LKS

(35)

Gambar 1. Kerangka Berpikir Guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran

dengan pendekatan tertentu

Siswa mengalami kesulitan dalam belajar

Siswa tidak berpartisipasi aktif dalam menemukan konsep matematika

Prestasi belajar rendah

Materi Lingkaran

Pendekatan guided discovery

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and

Development (R&D). Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS matematika materi lingkaran dengan

pendekatan guided discovery untuk siswa kelas VIII SMP yang berkualifikasi valid,

praktis, dan efektif.

B. Desain Penelitian

Untuk menghasilkan produk yang baik, perlu adanya rancangan

pengembangan yang cermat. Oleh karena itu, dalam pengembangan perangkat

pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan guided discovery ini

mengacu pada ADDIE. Model ADDIE terdiri dari lima tahap yaitu analisis

(analysis), perancangan (design), pengembangan (development), implementasi

(implementation), dan evaluasi (evaluation).

Komponen-komponen pada model pengembangan ADDIE dapat dijabarkan

(37)
[image:37.595.111.511.90.308.2]

Tabel 2. Model ADDIE

A Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan masalah dan solusi yang tepat dan menentukan kompetensi siswa

D Menentukan dan merancang RPP dan LKS yang akan dikembangkan

D Memproduksi RPP dan LKS yang akan digunakan dalam penelitian sesuai dengan rancangan pada tahap design

I Melaksanakan uji coba terhadap RPP dan LKS yang telah dikembangkan

E Melakukan evaluasi dari segi kualitas dan kepraktisan modul yang telah dikembangkan

1. Tahap Analisis (Analysis)

Tahap analisis dibagi menjadi tiga komponen yaitu analisis kurikulum,

analisis kebutuhan, dan analisis karakteristik siswa.

a. Analisis kurikulum

Pada tahap analisis kurikulum dikaji kompetensi inti (KI) dan kompetensi

dasar (KD) yang harus dikuasai siswa dalam materi lingkaran berdasarkan

kurikulum 2013.

b. Analisis kebutuhan

Pada tahap analisis kebutuhan dilakukan pendataan terhadap ketersediaan,

kesesuaian, dan keterbacaan perangkat pembelajaran materi lingkaran.

c. Analisis karakteristik siswa

Pada tahap analisis karakteristik siswa, dilakukan pengkajian teori tentang

tahap perkembangan kognitif siswa. Sesuai dengan klasifikasi menurut Piaget,

(38)

operasional formal. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap proses

pembelajaran di kelas. Hasil analisis ini digunakan sebagai acuan untuk

mengembangkan RPP dan LKS pada materi lingkaran untuk siswa SMP kelas VIII

dengan pendekatan guided discovery.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap perancangan terdiri atas pembuatan rancangan produk perangkat

pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan guided discovery pada

materi lingkaran serta instrumen penilaian kualitas produk yang meninjau aspek

kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Langkah-langkah perancangan perangkat

pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Penyusunan rancangan RPP

Penyusunan rancangan RPP didahului dengan penentuan indikator yang

diturunkan dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Komponen-komponen RPP dikembangkan sesuai Permendikbud No. 65 Tahun 2013. Selain

itu, lembar penilaian RPP juga dikembangkan.

b. Penyusunan peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS diperlukan untuk mengetahui banyak LKS yang harus

ditulis dan pembagian LKS sesuai dengan subtopik materi. Prioritas penulisan LKS

disesuaikan dengan urutan materi pada RPP.

c. Penyusunan kerangka LKS

Rancangan penyusunan kerangka LKS ini meliputi perumusan KD dan

(39)

perancangan dari syarat teknis atau tampilan, dan penyusunan lembar penilaian

LKS. LKS disusun menggunakan pendekatan guided discovery.

d. Perencaan alat evaluasi

Alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi latihan dan tugas

yang akan digunakan di LKS. Evaluasi yang digunakan berupa tes essay.

e. Validasi instrumen

Instrumen penilaian perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam

penelitian ini terdiri dari lembar penilaian perangkat pembelajaran, angket respons

siswa, lembar observasi kegiatan pembelajaran, dan post-test. Instrumen yang

disusun adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data terkait dengan

nilai kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan perangkat pembelajaran yang

dikembangkan.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Pada tahap development (pengembangan), peneliti terlebih dahulu mencari

referensi yang sesuai dengan materi penelitian sebagai bahan perencanaan produk,

misalnya dari buku atau internet. Kemudian perangkat pembelajaran dikembangkan

sesuai rancangan pada tahap design. Setelah itu RPP dan LKS dievaluasi oleh ahli

menggunakan instrumen penilaian. Ahli dalam hal ini adalah ahli materi, ahli

media, dan guru matematika. Hasil penilaian ahli tersebut dijadikan acuan apakah

ada perbaikan atau revisi pada perangkat pembelajaran tersebut. Jika penilaian dari

ahli menunjukkan masih ada beberapa hal yang termasuk dalam kategori rendah,

(40)

Setelah hasil validasi dari ahli dan guru menunjukkan bahwa perangkat

pembelajaran layak digunakan, selanjutnya uji coba terbatas terlebih dahulu kepada

siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respons kepraktisan dan keefektifan

terhadap penggunaan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan.

4. Tahap Implementasi (implementation)

Penyampaian materi saat implementasi produk dilakukan oleh guru atau

mahasiswa/peneliti kepada siswa. Tujuannya adalah untuk memperoleh tanggapan

atau masukan dari siswa serta mengetahui kepraktisan dan keefektifan RPP dan

LKS yang dikembangkan dapat dilihat dari pengisian angket respons siswa dan

hasil pengerjaan siswa pada LKS.

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui kualitas RPP dan LKS dari segi

kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Pada tahap ini dilakukan revisi terhadap

perangkat pembelajaran berdasarkan saran dan komentar dari angket respons atau

lembar observasi kegiatan pembelajaran. Selanjutnya perangkat pembelajaran

diproduksi dan digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah peneliti, guru mata pelajaran

matematika, dan siswa-siswi kelas VIII D SMP Negeri 15 Yogyakarta tahun ajaran

2014/2015 sebanyak 35 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 22 siswa

(41)

D. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam tahap uji coba berfungsi untuk memberikan

masukan dalam merevisi dan menilai kualitas perangkat pembelajaran berupa RPP

dan LKS dengan pendekatan guided discovery yang telah dikembangkan. Jenis data

yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif.

Data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian para ahli (ahli materi dan ahli

media), hasil penilaian angket respons siswa sebagai subjek uji coba, dan hasil

post-test siswa. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari tanggapan, kritik, saran dan perbaikan dari validator, guru, dan siswa terhadap perangkat pembelajaran

matematika materi lingkaran dengan pendekatan guided discovery.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

antara lain instrumen penilaian perangkat pembelajaran dari validator, angket

respons siswa, lembar observasi kegiatan pembelajaran, dan soal post-test.

1. Lembar Penilaian Perangkat Pembelajaran

Lembar penilaian perangkat pembelajaran merupakan instrumen penilaian

yang digunakan untuk mengukur kevalidan perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan. Lembar penilaian ini terdiri dari lembar penilaian RPP dan lembar

penilaian LKS.

Lembar penilaian RPP disusun dengan memperhatikan komponen-komponen

yang harus ada dalam RPP sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013.

(42)

pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan, kompetensi dasar

dan rumusan indikator, kesesuaian materi, pemilihan metode dan pendekatan,

sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, serta penilaian hasil belajar.

Sedangkan lembar penilaian LKS disusun berdasarkan syarat-syarat didaktik,

konstruksi, dan teknis menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1993:

41-46) ditinjau dengan kesesuaian pendekatan guided discovery serta materi yang

dipilih.

Pada proses penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika

materi lingkaran dengan pendekatan guided discovery ini menggunakan metode

pengumpulan data melalui angket pada lembar penilaian produk (RPP dan LKS)

untuk menilai kevalidan. Validator dalam penelitian ini adalah dua dosen yang

berkompeten dalam bidang ini dan seorang guru matematika. Dalam penilaian,

validator memberikan tanda (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat

atas pernyataan yang diajukan dalam lembar penilaian tersebut. Skor yang

digunakan yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5 untuk penilaian sangat kurang, kurang, cukup, baik,

dan sangat baik. Selain itu, validator juga diharapkan memberikan kritik dan saran

pada lembar penilaian sebagai bahan revisi produk.

2. Lembar Angket Respons Siswa

Lembar angket respons siswa merupakan instrumen yang digunakan untuk

melihat kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan respons siswa yang

mengikuti proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan. Angket respons siswa disusun berdasarkan aspek kemudahan dan

(43)

yang memungkinkan siswa memberikan tanda (√) pada alternatif pilihan jawaban

yang sesuai dengan pendapat dan kondisi siswa. Terdapat lima alternatif pilihan

jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju

(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

3. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

Lembar observasi ini merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur

kepraktisan perangkat pembelajaran ditinjau dari kemudahan penggunaan yang

dapat mempengaruhi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi ini

diisi oleh observer sebagai pengamat kegiatan pembelajaran di kelas. Lembar

observasi ini berisi pernyataan-pernyataan yang memungkinkan observer

memberikan tanda (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan kegiatan

pembelajaran yang sedang berlangsung. Terdapat lima alternatif pilihan jawaban

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan

Sangat Tidak Setuju (STS).

4. Soal Post-test

Soal post-test merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur

keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan setelah digunakan oleh

siswa. Keefektifan perangkat pembelajaran dapat ditinjau dari hasil post-test siswa.

(44)

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Kuantitatif

a. Analisis Data Hasil Angket Penilaian Ahli

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penilaian ahli materi, ahli

media, dan guru disusun berdasarkan skala Likert (interval 1-5) yang

[image:44.595.188.469.252.352.2]

memiliki aturan pembobotan sebagai berikut :

Tabel 3. Aturan Pembobotan Skor Butir Penilaian Ahli

Skor Kriteria

5 Sangat baik

4 Baik

3 Cukup

2 Kurang baik

1 Sangat kurang baik

Hasil angket validasi tersebut kemudian dianalisis dengan

langkah-langkah sebagai berikut.

1) Menghitung rata-rata perolehan skor masing-masing aspek yang meliputi

kesesuaian dengan komponen RPP pada Permendibud No. 65 Tahun

2013, dan kesesuaian dengan pendekatan guided discovery, materi, aspek

didaktik, konstruksi, dan teknis untuk penilaian LKS menggunakan

rumus:

̅ =∑��= � Keterangan :

̅ = rerata skor

= skor keterangan ke-i

= banyaknya keterangan pertanyaan

2) Skor rata-rata tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif

(45)
[image:45.595.172.490.90.225.2]

Tabel 4. Pedoman Konversi Skor Kualitatif

Interval skor Kriteria

̅ > � + , � Sangat baik

� + ,6 � < ̅ ≤ � + , � Baik

� − ,6 � < ̅ ≤ � + ,6 � Cukup

� − , � < ̅ < � − ,6 � Kurang

̅ ≤ � − , � Sangat kurang

Keterangan:

� = rerata ideal = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

� = simpangan baku =

6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal) Skor maksimal ideal = skor tertinggi

Skor minimal ideal = skor terendah

Skor maksimal ideal pada angket validasi adalah 5, sedangkan skor

minimal ideal adalah 1. Merujuk pada tabel 4, hasil penilaian perangkat

[image:45.595.184.487.375.476.2]

pembelajaran oleh ahli dapat dikategorikan menjadi:

Tabel 5. Interval Kriteria Penilaian Perangkat Pembelajaran

Rentang Skor Kriteria

̅ > , Sangat baik

, < ̅ ≤ , Baik

,6 < ̅ ≤ , Cukup

, < ̅ ≤ ,6 Kurang

̅ ≤ , Sangat kurang

Berdasarkan perhitungan dalam tabel kriteria penilaian perangkat

pembelajaran di atas, maka didapatkan interval kriteria kevalidan

perangkat pembelajaran pada Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Kevalidan Perangkat Pembelajaran

Rentang Skor Kriteria

̅ > , Sangat valid

, < ̅ ≤ , Valid

,6 < ̅ ≤ , Cukup valid

, < ̅ ≤ ,6 Kurang valid

[image:45.595.199.473.574.679.2]
(46)

b. Analisis Data Hasil Angket Respons Siswa

Angket respons siswa bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa yang

dapat dijadikan tolak ukur kualitas perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan dari aspek kepraktisan. Dalam angket respons ini terdapat

[image:46.595.168.486.212.453.2]

lima pilihan jawaban dengan kriteria penilaian sebagai berikut.

Tabel 7. Skala Penilaian Pernyataan yang Bersifat Positif

Kategori Skor

(SS) sangat setuju 5

(S) setuju 4

(KS) kurang setuju 3 (TS) tidak setuju 2 (STS) sangat tidak setuju 1

Tabel 8. Skala Penilaian Pernyataan yang Bersifat Negatif

Kategori Skor

(SS) sangat setuju 1

(S) setuju 2

(KS) kurang setuju 3 (TS) tidak setuju 4 (STS) sangat tidak setuju 5

Analisis kepraktisan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama

dengan analisis kevalidan. Interval kriteria kepraktisan ditinjau dari angket

[image:46.595.182.475.225.342.2]

respons siswa dijelaskan pada Tabel 9.

Tabel 9. Kriteria Kepraktisan Perangkat Pembelajaran dari Angket Respons Siswa

Rentang Skor Kriteria

̅ > , Sangat praktis

, < ̅ ≤ , Praktis

,6 < ̅ ≤ , Cukup praktis

, < ̅ ≤ ,6 Kurang praktis

[image:46.595.189.468.537.651.2]
(47)

c. Analisis Data Hasil Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

Lembar observasi kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mengetahui

keterlaksanaan pembelajaran yang dapat dijadikan tolak ukur kualitas

perangkat pembelajaran dari aspek kepraktisan. Pada lembar observasi ini

terdapat lima pilihan jawaban dan kriteria penilaian sama seperti analisis

[image:47.595.183.475.252.371.2]

kepraktisan dari angket respons siswa, sehingga diperoleh:

Tabel 10. Kriteria Kepraktisan Perangkat Pembelajaran dari Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

Rentang Skor Kriteria

̅ > , Sangat praktis

, < ̅ ≤ , Praktis

,6 < ̅ ≤ , Cukup praktis

, < ̅ ≤ ,6 Kurang praktis

̅ ≤ , Sangat kurang praktis

a. Analisis Data Post-test Siswa

Soal post-test siswa berbentuk soal uraian, dimana bobot penilaian

didasarkan pada rubrik penilaian yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini,

rubrik yang digunakan disesuaikan dengan tingkat kesukaran item soal.

Pengolahan skor hasil post-test siswa menggunakan Penilaian Acuan

Patokan (PAP). Pada penilaian ini acuan tercapainya ketuntasan telah

ditetapkan. Ketuntasan pada penelitian ini didasarkan pada Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75 untuk

mata pelajaran matematika.

Data yang diperoleh dari nilai post-test siswa kemudian dianalisis untuk

(48)

lingkaran. Nilai ini juga digunakan untuk mengetahui keefektifan LKS.

Persentase ketuntasan belajar pada saat post-test dihitung dengan cara:

= � × %

Selanjutnya penentuan kriteria persentase ketuntasan belajar siswa

[image:48.595.202.454.231.341.2]

mengacu pada tabel berikut (S. Eko Putro Widoyoko, 2009: 242) :

Tabel 11. IntervalPersentase Ketuntasan Belajar Persentase ketuntasan Kriteria kualitatif

> Sangat baik

6 < ≤ Baik

< ≤ 6 Cukup

< ≤ Kurang

≤ Sangat kurang

Keterangan:

= persentase ketuntasan siswa

Analisis kefektifan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama

dengan analisis kevalidan. Interval kriteria keefektifan ditinjau dari

ketuntasan belajar pada post-test dijelaskan pada Tabel 12.

Tabel 12. Kriteria Keefektifan Perangkat Pembelajaran Persentase ketuntasan Kriteria kualitatif

> Sangat efektif

6 < ≤ Efektif

< ≤ 6 Cukup efektif

< ≤ Kurang efektif

≤ Sangat kurang efektif

2. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari tanggapan, kritik, dan saran dari validator dan

guru. Data-data tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif. Tanggapan, kritik,

[image:48.595.189.471.480.585.2]
(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Rosdakarya Offsett.

Asep Jihad dan Abdul Haris. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Presindo.

Benny A. Pribadi. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Dian Rakyat.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.

Dwi Istanto. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pada Materi Bangun Ruang untuk Siswa Kelas VIII dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Skripsi. FMIPA UNY.

Dwi Siswoyo, dkk. (2011). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Eko Putro Widoyoko S. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Edisi Revisi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (JICA).

Hamzah B. Uno. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis.

Gambar

Tabel 1.Kompetensi Inti  Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi LingkaranMemahami dan menerapkan
Tabel 2. Model ADDIE Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan masalah
Tabel 3. Aturan Pembobotan Skor Butir Penilaian Ahli Skor Kriteria
Tabel 4. Pedoman Konversi Skor Kualitatif Interval skor Kriteria
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kepala Desa Jatirunggo, Kepala Desa Rowoboni, dan Kepala Desa Popongan menerapkan gaya kepemimpinan transformasional dan

Penulisan tugas akhir berjudul “Pengaruh Burnout Terhadap Intention To Leave melalui Organizational Justice sebagai variabel Moderasi Pada Karyawan PT.. Stanley

Aithal (2011), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa bahwa metode penemuan terbimbing menawarkan kesempatan untuk memberikan pengalaman baru kepada siswa dalam

Penyusunmengharapkansetelah para pembacaselesaimembacamakalahini, Penyusunsangatmengharapkansebuah saran yang mendukungdanmembangun agar makalahinibisalebihbaiklagi.

• Pohon biner adalah struktur yang rekursif, sebab setiap simpul mempunyai cabang yang juga berupa pohon. Setiap cabang disebut upapohon (

ALAMAT EMAIL TELEPON KELAS DANA NPSN PD-ID KODE CABANG REKENING ATASNAMA REKENING.

Untuk Jembatan Genit dimana permukaan air terletak dibawah bangunan atas luas benda hanyutan yang bekerja pada pilar dihitung dengan menganggap bahwa kedalaman minimum dari

Bagi Peserta dengan jumlah yang ditentukan pada Pasal 1 Pengaturan ini, pihak penyelenggara pelatihan akan menanggung biaya pelatihan dan akomodasi.. Pihak pengirim