BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dalam proses kehidupan
dan kemajuan umat manusia. Adanya perkembangan peradaban manusia,
berkembang pula isi, bentuk, dan proses penyelenggaraan pendidikan.
Permasalahan yang timbul dalam pendidikan pun semakin kompleks sehingga
menuntut kemajuan manusia pada umumnya dan pendidik pada khususnya untuk
berpikir sistematik untuk menanggulangi masalah yang timbul. Pendidik dirasa
perlu untuk senantiasa mengembangkan pemahaman mengenai pendidikan dan
pembelajarannya. Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang
didalamnya terdapat transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life
long process), dari generasi ke generasi (Dwi Siswoyo, 2011: 61).
Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi
Kurikulum 2013 perlu diperhatikan oleh para pendidik di Indonesia. Perubahan
kurikulum ini bertujuan untuk memperbaiki penyelenggaran pendidikan di
Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 36 bahwa
pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ada beberapa elemen
perubahan yang ditetapkan di Kurikulum 2013, salah satunya adalah standar
penilaian dalam penentuan kelulusan siswa dari satuan pendidikan ini mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses pembelajaran di kelas melibatkan siswa yang memiliki karakteristik
berbeda antara satu dengan yang lain. Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika
pembelajaran tersebut dapat merespons kebutuhan khusus siswa. Perbedaan
individual (individual differences) menjelaskan bagaimana orang-orang berbeda
dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak (Sugihartono dkk, 2007: 29).
Faktor-faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual meliputi Faktor-faktor bawaan dan
faktor lingkungan. Selain itu ada beberapa perbedaan yang tampak pada siswa yaitu
perbedaan jenis kelamin dan gender, perbedaan kemampuan, perbedaan
kepribadian, dan perbedaan gaya belajar.
Untuk mencapai kompetensi sesuai profil kemampuan tamatan pada
Kurikulum 2013 diperlukan kemampuan guru untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran yang menunjang proses belajar siswa di kelas. Keberagaman
karakteristik siswa menuntut guru untuk lebih kreatif dalam menentukan strategi
dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan sehingga siswa dapat menguasai
materi yang diajarkan. Perangkat pembelajaran sudah selayaknya dikembangkan
oleh setiap guru. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran, maka dikhawatirkan guru akan terjebak pada situasi
pembelajaran yang monoton sehingga membuat siswa bosan dan jenuh.
Salah satu penentu keberhasilan belajar siswa adalah guru. Sebagai seorang
pendidik, guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar dimana siswa hanya
Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan yang tertuang
pada pasal 19 mengisyaratkan bahwa guru dirasa perlu menciptakan proses
pembelajaran yang memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
siswa. Pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan (Permendikbud) No. 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah,
perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan
skenario pembelajaran. Hal ini mendorong setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran dapat berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis siswa.
Perangkat pembelajaran lain yang perlu dikembangkan adalah lembar
kegiatan siswa (LKS). Beberapa alasan yang mendorong adanya pengembangan
perangkat pembelajaran antara lain ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,
karakteristik, sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah (Depdiknas, 2008: 8). LKS
merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas (Abdul Majid, 2008: 176). Tugas yang diperintahkan dalam lembar
petunjuk-petunjuk untuk menyelesaikan masalah dapat memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran dan dapat membantu siswa dalam memahami materi
yang sedang dipelajari. Untuk itu pendidik perlu mengembangkan perangkat
pembelajaran yang dapat membantu siswa lebih tertarik dan termotivasi untuk
belajar, khususnya matematika.
Hasil observasi dan wawancara dengan beberapa guru matematika di SMP
Negeri 15 Yogyakarta menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan di
sekolah tersebut kurang bervariasi. Hampir seluruh materi matematika disampaikan
dengan metode ceramah. Guru lebih sering memberikan ceramah dan siswa
mendengarkan apa yang disampaikan guru. Namun tidak semua siswa
mendengarkan dengan seksama, beberapa siswa ada yang sibuk sendiri dan tidak
mendengarkan penjelasan dari guru. Padahal setiap materi dapat dipelajari
menggunakan berbagai variasi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi.
Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher centered). Selain
itu beberapa pendidik belum mengembangkan perangkat pembelajaran secara
mandiri, baik RPP, LKS, maupun lembar evaluasi. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, salah satunya kesibukan mereka dalam mengajar. Pembelajaran
matematika di SMP Negeri 15 Yogyakarta juga belum disertai bahan ajar yang
memadai. Guru hanya sesekali memberikan latihan soal atau tugas berkaitan
dengan materi yang dipelajari. Pembelajaran matematika yang baik seharusnya juga
memiliki variasi pendekatan pembelajaran yang beragam sesuai dengan materi
menggunakan metode pembelajaran. Apalagi jika harus menyusun bahan ajar yang
sesuai dengan RPP.
Pada Kurikulum 2013, seorang pendidik sepatutnya bisa mengembangkan
perangkat pembelajaran secara mandiri yang dapat membangun kreativitas siswa.
Baik kreativitas dalam membangun pengetahuan sendiri atau dalam menyelesaikan
suatu persoalan. Sebagai fasilitator, pendidik dituntut untuk dapat membuat
perangkat pembalajaran yang kreatif, inovatif, dan dapat menyesuaikan
karakteristik siswa.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang digunakan di berbagai bidang. Di
semua jenjang pendidikan, baik SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi pasti tidak
lepas dari matematika. Matematika erat kaitannya dengan fisika, kimia, biologi, dan
ilmu lainnya. Belajar matematika merupakan suatu hal yang penting karena pada
kenyataannya aplikasi dari matematika banyak ditemui dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan belajar matematika, siswa akan terbiasa untuk
berpikir kritis, sistematis, dan banyak manfaat lainnya.
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa SMP kelas VIII adalah
materi lingkaran. Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa pada materi lingkaran
adalah memahami unsur, keliling, dan luas lingkaran; dan memahami hubungan
sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. Dengan menguasai kompetensi dasar
tersebut diharapkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan nyata terkait
penerapan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. Siswa terkadang
Hal ini disebabkan proses pembelajaran yang belum memfasilitasi siswa dalam
belajar.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa melalui
empat tahap, yaitu (1) sensori motor, (2) pra-operasional, (3) operasional konkret,
dan (4) operasional formal. Siswa pada jenjang SMP termasuk ke dalam tahap
operasional formal (11 tahun ke atas). Pada tahap ini kemampuan menalar secara
abstrak mulai meningkat (Muhammad Thobroni dan Arif Musthofa, 2011: 97).
Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan
mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak, misalnya lingkaran. Untuk itu perlu
adanya pendekatan pembelajaran yang digunakan agar dapat meningkatkan
kemampuan abstraksi siswa pada tahap ini.
Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di
kelas adalah pendekatan penemuan terbimbing (guided discovery). Dalam
pembelajaran, siswa melakukan penemuan, sedangkan pendidik membimbing
mereka ke arah yang tepat/benar (Oemar Hamalik, 2010:188). Dalam praktik,
pendekatan penemuan terbimbing dapat dituangkan ke dalam LKS. Beberapa
manfaat dari pendekatan penemuan terbimbing antara lain dapat meningkatkan
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran matematika, menumbuhkan sikap
menemukan, dan meningkatkan pemahaman konsep siswa.
Berawal dari permasalahan tersebut, dipandang perlu dikembangkan suatu
perangkat pembelajaran dalam suatu penelitian “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Materi Lingkaran dengan Pendekatan Guided Discovery
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat identifikasi permasalahan
sebagai berikut:
1. LKS yang digunakan di SMP kelas VIII belum mencukupi semua materi dan
belum ada yang menggunakan pendekatan penemuan terbimbing.
2. Pendidik belum banyak mengembangkan perangkat pembelajaran, salah satunya
perangkat pembelajaran materi lingkaran.
3. Siswa kurang berpartisipasi aktif dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
matematika.
C. Pembatasan Masalah
Masalah pada pembelajaran matematika sangat banyak. Untuk itu perlu ada
batasan bahwa perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian
ini adalah RPP dan LKS materi lingkaran dengan pendekatan guided discovery
untuk siswa SMP kelas VIII. Selain itu hasil belajar dalam penelitian ini dibatasi
pada kemampuan kognitif siswa yang dapat dilihat dari nilai post-test di akhir
proses pembelajaran.
D. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran matematika materi
lingkaran dengan pendekatan guided discovery hingga mencapai kualifikasi
2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran matematika materi lingkaran
dengan pendekatan guided discovery yang telah disusun ditinjau dari segi
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh perangkat pembelajaran matematika materi lingkaran dengan
pendekatan guided discovery yang berkualitas ditinjau dari segi kevalidan,
kepraktisan, dan keefektifan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa
a. Dapat memfasilitasi siswa dalam belajar matematika materi lingkaran.
b. Dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep lingkaran dan
memperkaya pengalaman belajar.
2. Bagi guru
a. Sebagai wacana untuk meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan
perangkat pembelajaran matematika.
3. Bagi peneliti
a. Sebagai bahan referensi dalam menulis tugas akhir dan mengembangkan
keterampilan dalam penelitian sebagai calon guru matematika.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Beberapa teori yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian
pengembangan ini adalah (1) pembelajaran matematika; (2) perangkat
pembelajaran; (3) pendekatan guided discovery; (4) materi lingkaran SMP Kelas
VIII; (5) kriteria kualitas perangkat pembelajaran; (6) perangkat pembelajaran
materi lingkaran dengan pendekatan guided discovery.
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Matematika
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan pembelajaran berasal
dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya
diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran diartikan sebagai proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran memiliki
makna bahwa siswa sebagai subjek belajar harus dibelajarkan. Dalam kegiatan
belajar, siswa dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis,
merumuskan, menyelesaikan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.
Pembelajaran merupakan suatu hal yang erat kaitannya dengan proses belajar.
Dalam suatu proses belajar diperlukan pengkondisian suasana belajar bagi siswa.
Guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang baik, nyaman, dan
menyenangkan agar kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik dan dapat
meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran
tumbuh dan berkembang secara optimal (Erman Suherman dkk., 2003: 7).
Lingkungan belajar yang baik sangat diperlukan untuk menunjang keberlangsungan
pembelajaran.
Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh guru
untuk menciptakan suasana belajar yang baik dan memberikan pelayanan agar
siswa dapat belajar. Pembelajaran dapat dimodifikasi dengan berbagai strategi,
metode, maupun pendekatan supaya siswa dapat melakukan kegiatan belajar
dengan nyaman hingga mendapatkan hasil yang optimal. The teacher need to
develop various methods of teaching, various learning resources, and various interaction/communication (Marsigit, 2011). Artinya guru harus mampu mengembangkan berbagai metode pembelajaran, sumber belajar, dan
bermacam-macam cara berkomunikasi dalam pembelajaran.
Menurut Sugihartono dkk (2007: 114), ada beberapa ciri-ciri pembelajaran:
a. Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa,
b. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar,
c. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan
dengan melibatkan pengalaman konkret,
d. Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi
sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain atau
dengan lingkungannya,
f. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga siswa menjadi menarik
dan mau belajar.
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris, menyusun rancangan pembelajaran
perlu memperhatikan hal-hal berikut (2009:13):
a. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik,
b. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa,
c. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan,
d. Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai
diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan
dalam bingkai belajar sepanjang hayat (life long continuing education).
Pembelajaran matematika di sekolah memiliki peranan dalam pembentukan
sifat yaitu pola berpikir kritis dan kreatif. Untuk mengembangkan hal tersebut, guru
perlu memperhatikan daya imajinasi dan rasa ingin tahu siswa. Siswa dapat
dibiasakan untuk mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi yang diajarkan,
berpendapat, sehingga siswa dapat memaknai pembelajaran matematika. Selain itu
perlu adanya strategi, pendekatan, metode, atau model pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa aktif belajar, baik secara fisik, mental, maupun sosial.
Menurut Erman Suherman dkk (2003: 62), penerapan strategi yang dipilih
dalam pembelajaran matematika haruslah bertumpu pada dua hal, yaitu optimalisasi
interaksi semua unsur pembelajaran, serta optimalisasi keterlibatan seluruh indra
siswa. Dengan demikian guru dituntut untuk dapat mengolah perangkat
Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standar Isi,
disebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika antara lain agar siswa memiliki
berbagai kemampuan seperti:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat degeneralisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah.
Upaya untuk mencapai berbagai kemampuan tersebut dapat dilakukan dengan
menerapkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran
matematika yang berpusat pada siswa dapat mendorong motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, serta semangat belajar bagi siswa.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan perlu disesuaikan dengan tahap
dilalui siswa melalui empat tahap, yaitu tahap sensori motor, pra-operasional,
operasional konkret, dan operasional formal. Siswa pada jenjang SMP berada pada
tahap operasional formal. Pada tahap ini kegiatan kognitif seseorang tidak mesti
menggunakan benda nyata. Kemampuan menalar secara abstrak mulai meningkat
sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara deduktif. Pada tahap ini pula
seseorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara
bersama-sama (Muhammad Thobroni dan Arif Musthofa, 2011: 97).
Berdasarkan penjabaran di atas, proses pembelajaran matematika di SMP
disesuikan dengan karakteristik dan tahap perkembangan kognitif siswa. Proses
pembelajaran ini diterapkan dengan tujuan agar dapat mengembangkan
keterampilan dan kemampuan berpikir dalam matematika.
2. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran menurut KBBI adalah alat perlengkapan yang
digunakan dalam proses atau cara yang dapat menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Perangkat pembelajaran merupakan hal-hal yang disiapkan oleh pendidik
untuk melakukan suatu proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran dapat
meliputi: program tahunan, program semester, silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan instrumen penilaian.
Dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 mengenai Standar Proses,
perangkat pembelajaran pada Kurikulum 2013 ditekankan pada pendekatan
2013 dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada Standar Isi.
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran, penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian
pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Manfaat pengembangan perangkat pembelajaran bagi pendidik antara lain :
(1) diperoleh perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013
dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa; (2) tidak tergantung dengan buku teks
yang terkadang persoalannya kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri; (3) menambah pengalaman dan pengetahuan
guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran; (4) memperkaya ilmu karena
perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan beberapa referensi; (5)
membangun komunikasi efektif dengan siswa; dan (6) menambah angka kredit bagi
pendidik jika dikumpulkan dapat menjadi buku kemudian diterbitkan.
Adapun manfaat adanya pengembangan perangkat pembelajaran bagi siswa
yaitu memberikan kesempatan siswa untuk belajar mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri tanpa bergantung sepenuhnya pada pendidik, pembelajaran
menjadi lebih bermakna sehingga siswa mendapat kemudahan dalam mempelajari
setiap kompetensi yang harus dikuasai.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Menurut Masnur Muslich (2007: 45), RPP adalah rancangan pembelajaran
mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
Pendidik sebaiknya membuat sendiri rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan
kondisi suatu kelas. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 Pasal
20 mengenai Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa perencanaan
pembelajaran merupakan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk
setiap muatan pembelajaran. Menurut Kunandar (2011: 264) tujuan penyusunan
RPP antara lain: (1) mempermudah dan memperlancar proses pembelajaran, serta
meningkatkan hasil belajar mengajar, dan (2) guru akan mampu melihat,
mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai
kerangka kerja yang logis dan terencana dengan penyusunan RPP secara
profesional, sistematis, dan berdaya guna. Dari uraian tersebut menunjukkan betapa
pentingnya rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai acuan keberlangsungan
pembelajaran di kelas agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien.
Menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 mengenai Standar Proses, RPP
dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam
upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). RPP merupakan rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka yang dapat digunakan untuk satu pertemuan atau lebih.
Jelas bahwa RPP mengendalikan waktu kegiatan belajar mengajar di suatu kelas.
Dengan adanya RPP, diharapkan proses pembelajaran dapat terlaksana sesuai
dengan alokasi waktu yang telah direncanakan sehingga jadwal yang telah
dirancang dalam program tahunan (prota) atau program semester (prosem)
misalnya, dapat berjalan dengan baik. Setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar tercapai
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
Berdasarkan uraian di atas, RPP merupakan suatu perangkat pembelajaran
yang penting dan harus dipersiapkan oleh pendidik demi kelangsungan proses
pembelajaran yang efektif. RPP adalah rencana pembelajaran yang akan diterapkan
atau dijalankan pendidik dalam pembelajaran di kelas. Tanpa adanya perencanaan
yang matang, mustahil pembelajaran akan berjalan dengan baik dan mendapat hasil
yang baik pula. RPP yang akan dikembangkan pendidik sebaiknya disesuaikan
dengan karakteristik siswa di kelas. Untuk itu RPP dirancang sendiri oleh pendidik
yang akan melaksanakan proses pembelajaran di kelas tersebut karena hanya
pendidik tersebut yang tahu situasi, kondisi, dan karakteristik siswa di kelas.
Komponen-komponen RPP menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013
meliputi:
1)Identitas sekolah
Yaitu nama satuan pendidikan.
2)Identitas mata pelajaran
Yaitu program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran.
3)Kelas/Semester
Kelas/semester menunjukkan jenjang dalam satuan pendidikan.
4)Materi pokok
Materi pokok mencantumkan materi umum atau topik yang akan dipelajari.
5)Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD
dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
6)Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
7)Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
Kompetensi Dasar (KD) merupakan sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai perserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai acuan
penyusunan indikator dalam suatu pelajaran. Sedangkan indikator
merupakan hal yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian KD tertentu yang menjadi acuan penilaian.
8)Materi pembelajaran
Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi.
9)Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan pendidik untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD yang disesuaikan
karakteristik siswa dan KD yang akan dicapai.
10) Media pembelajaran
Media pembelajaran berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
11) Sumber belajar
Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,
atau sumber belajar lain yang relevan.
12) Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu
pendahuluan, inti, dan penutup. Berikut penjabaran dari tahapan-tahapan
tersebut:
a) Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru perlu menyiapkan siswa secara fisik
dan psikis, memberikan motivasi belajar pada siswa, mengajukan
pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang hendak dipelajari (apersepsi), menjelaskan tujuan pembelajaran,
dan menyampaikan cakupan materi.
b)Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik siswa dan mata pelajaran.
c) Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual
maupun kelompok melakukan refleksi dan evaluasi mengenai seluruh
rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh,
menginformasikan rencana kegiatan pembelajara untuk pertemuan
selanjutnya.
13) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan
dengan indikator yang mengacu pada standar penilaian.
Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, penyusunan RPP hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1)Perbedaan individual siswa antara lain kemampuan awal, tingkat
intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.
2)Partisipasi aktif siswa.
3)Berpusat pada siswa untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian.
4)Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5)Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6)Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
7)Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
8)Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan mengenai RPP, maka yang dimaksud RPP
adalah rencana yang digunakan guru dalam mengorganisasikan pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar atau lebih yang disusun dengan memperhatikan
komponen-komponen pembelajaran seperti identitas sekolah, identitas mata
pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, KD
dan indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, pendekatan dan metode
pembelajaran, media, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian
hasil belajar.
b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
LKS merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang dapat dibuat sendiri
oleh pendidik dan digunakan dalam pembelajaran. LKS adalah lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan siswa dan biasanya berupa petunjuk
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Depdiknas, 2008: 13).
Menurut Made Wena (2009: 234) lembar kegiatan siswa memuat: (1)
rasional, yaitu pentingnya materi yang bersangkutan; (2) waktu, yaitu berapa lama
mempelajari modul dan mengerjakan soal-soal latihan bersangkutan; (3) tujuan
belajar secara umum; (4) petunjuk umum dan petunjuk khusus mempelajari modul;
penggalan modul, yaitu materi yang harus dikuasai oleh siswa yang disesuaikan
dengan tujuan khusus belajar; (8) tujuan belajar secara khusus; (9) waktu yang
diperlukan untuk setiap penggalan; (10) uraian dan contoh, yaitu materi pelajaran
yang disusun secara teratur langkah demi langkah supaya dapat diikuti dengan
mudah oleh siswa; (11) ringkasan isi, yaitu pernyataan-pernyataan singkat atau
pengulangan singkat dari materi yang diuraikan setiap penggalan, (12) lembaran
soal; dan (13) lembaran tugas.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan
panduan kegiatan siswa yang dipersiapkan oleh pendidik untuk mempermudah
kegiatan belajar siswa. Dalam LKS terdapat sekumpulan kegiatan mendasar yang
harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman tentang
indikator-indikator yang harus dicapai siswa.
Penggunaan LKS memberikan pengaruh besar dalam kegiatan belajar
mengajar. Untuk itu, penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan.
Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1993: 41-46), persyaratan yang
harus terpenuhi yaitu syarat didaktik, konstruksi, dan teknis.
1)Syarat didaktik
Syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal
dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai.
LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang
terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan
kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pengembangan
belajar yang dialami siswa ditentukan oleh pengembangan pribadi siswa.
Kisi-kisi penilaian berdasarkan syarat didaktik antara lain:
a) Memperhatikan adanya perbedaan individu.
b)Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep.
c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa.
d)Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional,
moral, dan estetika pada diri anak.
e) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa.
2)Syarat konstruksi
Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan
kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS. Kisi-kisi
penilaian berdasarkan syarat konstruksi antara lain:
a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak.
b)Menggunakan struktur kalimat yang jelas.
c) Memiliki tata urutan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
d)Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka.
e) Tidak mengacu pada buku sumber di luar kemampuan siswa.
f) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasan pada siswa
untuk menulis maupun menggambar pada LKS.
g)Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.
h)Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.
j) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat.
k)Memiliki identitas untuk memudahkan administrasinya.
3)Syarat teknis
Syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, penampilan dalam LKS.
Berikut kisi-kisi penilaian berdasarkan syarat teknik:
a) Tulisan menggunakan huruf cetak, tidak menggunakan huruf
latin/romawi.
b)Tulisan menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan
huruf biasa yang diberi garis bawah.
c) Menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris.
d)Keberadaan gambar dapat menyampaikan pesan.
e) Kombinasi antar gambar dan tulisan adalah menarik.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan mengenai LKS, maka dapat disimpulkan
bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar yang memuat sekumpulan kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dan memenuhi
syarat dikatik, konstruksi, dan teknis.
3. Pendekatan Guided Discovery
Pembelajaran yang baik di suatu kelas adalah pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pemikirannya. Siswa dapat berlatih
untuk membangun sendiri pengetahuan mereka, sehingga siswa memiliki
mempunyai tugas untuk menumbuhkan budaya belajar matematika seperti ini.
Pembudayaan matematika berkontribusi pada keunggulan bangsa melalui inovasi
pembelajaran matematika yang dilakukan secara terus menerus (Marsigit, 2009:
14).
Pembelajaran yang berlangsung selain memberi kesempatan pada siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, juga memberi siswa pengalaman
menyelesaikan suatu masalah. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
menciptakan pembelajaran yang dimaksud adalah menggunakan pendekatan yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran. Ada banyak macam pendekatan
pembelajaran, salah satunya adalah pendekatan penemuan terbimbing (guided
discovery).
Pada metode penemuan terbimbing ini, siswa tidak sedang menemukan
sesuatu yang sama sekali baru, mereka menemukan sesuatu bagi diri mereka
sendiri; proses penemuan inilah (discovery) yang diikuti oleh penjelasan perihal apa
yang telah mereka temukan, menghasilkan pemahaman yang mandalam (Mike,
2010: 82). Ketika siswa telah meraih pemahaman mendalam mengenai sesuatu,
mereka semakin mungkin mempertahankan pengetahuan tersebut. Tidak hanya
mempertahankan, namun juga mentransfer, menggunakan, dan menerapkan ke
Menurut Markaban (2006: 16) pelaksanaan pendekatan penemuan terbimbing
dapat berjalan dengan efektif dengan melakukan beberapa langkah berikut:
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
secukupnya. Perumusan harus jelas, menghindari pernyataan salah tafsir
sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b. Siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data yang
diberikan guru. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang
diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk
melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau
LKS.
c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut
diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran
prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka
verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk
menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak
menjamin 100% kebenaran konjektur.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan
soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu
Pendekatan penemuan terbimbing dapat ditempuh dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Guru memberikan permasalahan dan data yang dibutuhkan oleh siswa.
b. Siswa menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis data tersebut
untuk menyelesaikan masalah.
c. Guru membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
d. Menyajikan/mempresentasikan hasil kegiatan.
e. Menyimpulkan hasil yang telah ditemukan dengan bimbingan guru.
f. Guru perlu memberikan soal latihan untuk lebih mengasah kemampuan siswa.
Kelebihan pembelajaran dengan penemuan terbimbing menurut Markaban
(2006: 16) adalah sebagai berikut:
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap mencari-temukan.
c. Mendukung kemampuan pemecahan masalah siswa.
d. Mendorong interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru.
e. Materi lebih lama membekas pada diri siswa karena siswa dilibatkan dalam
proses menemukannya.
Kekurangan pendekatan penemuan terbimbing adalah:
a. Untuk materi tertentu memerlukan waktu yang relatif lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran ini dengan baik.
c. Tidak semua materi dapat disampaikan dengan penemuan terbimbing.
Pembelajaran dengan pendekatan guided discovery memposisikan guru
mengkonstruksi pengetahuan matematika secara mandiri. Menurut O’connel (2005:
44) “The teacher, as the facilitator of discussions, works to pull ideas from students
and poses questions to stimulate reflection, build connections, and encourage reasoning and conjecture.”
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan
penemuan terbimbing tepat untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Pendekatan ini mengutamakan kegiatan siswa sebagai pembelajar untuk
menggunakan proses mental. Tujuan dari pendekatan penemuan terbimbing ini
adalah agar siswa dapat menemukan konsep materi yang dipelajari dalam proses
belajar mengajar.
4. Materi Lingkaran SMP Kelas VIII
Salah satu materi matematika yang dipelajari oleh siswa pada jenjang SMP
adalah materi lingkaran. Pada kurikulum 2013 materi lingkaran dipelajari oleh
siswa SMP ketika mereka berada di kelas VIII, tepatnya pada semester dua. Dalam
pokok bahasan materi lingkaran ini terdapat beberapa materi pokok yang dipelajari.
Pada ranah pengetahuan, siswa diharapkan dapat memahami unsur, keliling, dan
luas dari lingkaran. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat memahami hubungan
sudut pusat, panjang busur, dan luas juring (Kemendikbud, 2013: 44). Pada ranah
keterampilan, siswa diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan nyata yang
terkait penerapan hubungan sudut pusat, panjang bususr, dan luas juring
Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Lingkaran
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
3.Memahami dan menerapkan
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
3.6 Memahami unsur, keliling, dan luas dari lingkaran
3.7 Memahami hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring
4.Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
4.6 Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring
Dalam pembelajaran, siswa diharapkan dapat berlatih mengkonstruksi sendiri
pemahaman matematika mereka. Setelah mempelajari materi lingkaran yang
tertuang pada kompetensi dasar kurikulum 2013, siswa diharapkan dapat
memahami materi lingkaran dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Kriteria Kualitas Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran
di kelas. Kegiatan pembelajaran yang diharapkan adalah kegiatan pembelajaran
yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta memotivasi siswa
untuk dapat berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis siswa. Oleh karena itu, perangkat pembelajaran yang
perangkat pembelajaran yang baik, maka diperlukan beberapa kriteria yang dapat
dijadikan acuan konsep berkualitas yang diharapkan.
Menurut Nieveen (1999 : 127), kualitas produk dalam pendidikan, dalam
penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan, dapat dilihat dari
tiga aspek, yaitu kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Berikut penjelasan dari
ketiga aspek tersebut:
a. Kevalidan
Aspek kevalidan merupakan suatu kriteria kualitas perangkat pembelajaran
dilihat dari materi yang terdapat di dalam perangkat pembelajaran. Perangkat
pembelajaran termasuk dalam kategori valid jika materi yang terdapat dalam
perangkat pembelajaran sesuai dengan pengetahuan state-of-the-art dan semua
komponen dalam perangkat pembelajaran terhubung secara konsisten (Nieveen,
1999: 127).
Tingkat kevalidan pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan
ditentukan dari pendapat para ahli. Para ahli dalam hal ini adalah dosen FMIPA
UNY dan guru matematika yang akan memberikan saran dan penilaian terkait
dengan aspek kevalidan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
b. Kepraktisan
Aspek kepraktisan merupakan kriteria kualitas perangkat pembelajaran
ditinjau dari tingkat kemudahan guru dan siswa dalam menggunakan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan (Nieveen, 1999: 127). Oleh karena itu, dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran sebaiknya dapat disesuaikan dengan
Tingkat kepraktisan pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat
ditentukan melalui angket respons. Angket respons ini digunakan untuk mengetahui
tanggapan pengguna perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Angket tersebut
mencakup respons mengenai seberapa cocok dan mudah perangkat pembelajaran
tersebut diterapkan. Selain itu, kepraktisan perangkat pembelajaran juga dapat
ditentukan dari lembar observasi kegiatan pembelajaran yang berfungsi untuk
mengetahui keterlaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran
yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika hasil dari
pengisian angket respons siswa berada pada kriteria minimal baik.
c. Keefektifan
Hamzah B. Uno (2008: 138) menyatakan bahwa keefektifan proses
pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian siswa pada tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan
pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan suatu kriteria tertentu. Perangkat
pembelajaran efektif jika dapat mempengaruhi ketuntasan belajar siswa sesuai
dengan harapan atau lebih dari sama dengan KKM yang ditetapkan.
6. Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Guided Discovery pada Materi Lingkaran Kelas VIII SMP
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya, yang dimaksud
perangkat pembelajaran dengan pendekatan guided discovery pada materi lingkaran
adalah suatu perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP yang disesuaikan
dengan komponen-komponen RPP, dan LKS yang disesuaikan dengan
penemuan terbimbing. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui materi
lingkaran yang diajarkan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan pengembangan yang dilakukan yaitu
penelitian pada tahun 2013 yang dilakukan oleh Dwi Istanto dengan judul penelitian
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pada Materi Bangun Ruang untuk
Siswa Kelas VIII dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing”. Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS
bangun ruang untuk siswa kelas VIII dengan pendekatan penemuan terbimbing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dapat dikategorikan layak berdasarkan aspek kevalidan yaitu RPP memenuhi
kriteria kelayakan “sangat baik” dengan skor 4,23 dari skor maksimal 5. LKS
memenuhi kriteria kelayakan “sangat baik” dengan skor 4,09 dari skor maksimal 5.
Perangkat pembelajaran layak dari aspek kepraktisan berdasarkan lembar
pengamatan pengelolaan pembelajaran dan angket respons siswa. RPP memenuhi
kriteria kelayakan “sangat baik” dengan skor 98%. LKS memenuhi kriteria
kelayakan “sangat baik” dengan skor 4,37 dari skor maksimal 5. Berdasarkan hasil
tes hasil belajar diketahui bahwa persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar
82,14% dengan kriterian “sangat baik” sehingga perangkat pembelajaran dapat
Penelitian lain juga dilakukan oleh Siti Nurrochmah Dani (2014) dengan judul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Penemuan
Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Transformasi Kelas VII SMP”. Hasil penelitian menunjukkan kualitas perangkat pembelajaran ditinjau dari aspek kevalidan dikategorikan sangat baik dengan
perolehan skor rata-rata 4,46 dari skor maksimal 5 untuk RPP dan 4,38 dari skor
maksimal 5 untuk LKS. Aspek kepraktisan dikategorikan baik dengan perolehan
skor rata-rata 2,95 dari skor maksimal 4. Aspek keefektifan dikategorikan sangat
baik dengan persentase ketuntasan siswa pada hasil pretest adalah 0%, sedangkan
posttest adalah 80,66% yang artinya perangkat pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan mata pelajaran yang terdapat di semua jenjang
pendidikan. Mulai dari TK, SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi pasti
terdapat mata pelajaran matematika. Hal ini menunjukkan betapa matematika
merupakan suatu dasar dari ilmu-ilmu lain yang dipelajari. Menelaah pembelajaran
di kelas, sebagian siswa ada yang merasa kesulitan dalam belajar matematika. Hal
ini menjadi salah satu penyebab prestasi belajar matematika rendah. Untuk itu perlu
ada perbaikan yang diterapkan pada proses pembelajaran.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya prestasi matematika siswa,
salah satunya adalah pemilihan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar
matematika. Ketika siswa memiliki motivasi belajar, diharapkan siswa dapat
dengan mudah menerima materi yang diajarkan. Peran pendidik sebagai fasilitator
salah satunya dapat dengan membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas atau
memecahkan masalah. Namun, pembelajaran tidak semua berasal dari bimbingan
pendidik. Pendidik sebaiknya memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka. Dengan begitu siswa lebih
memahami konsep dari materi yang diajarkan.
Pendidik adalah orang yang paling mengerti situasi dan kondisi kelas berikut
siswanya. Untuk itu pendidik bertugas untuk mengkondisikan kelas dengan
memilih pendekatan yang tepat untuk diterapkan di kelas tersebut. Salah satu
pendekatan yang dapat diterapkan untuk siswa pada jenjang SMP adalah guided
discovery dimana pendidik berperan sebagai pembimbing dan pengawas, sedangkan siswa dilatih untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika
mereka.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah RPP
dan LKS menggunakan pendekatan guided discovery pada materi lingkaran untuk
siswa kelas VIII SMP. Dengan begitu siswa diharapkan dapat berpartisipasi aktif
saat pembelajaran dan dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika
mereka. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kualitas RPP dan LKS
Gambar 1. Kerangka Berpikir Guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran
dengan pendekatan tertentu
Siswa mengalami kesulitan dalam belajar
Siswa tidak berpartisipasi aktif dalam menemukan konsep matematika
Prestasi belajar rendah
Materi Lingkaran
Pendekatan guided discovery
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and
Development (R&D). Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS matematika materi lingkaran dengan
pendekatan guided discovery untuk siswa kelas VIII SMP yang berkualifikasi valid,
praktis, dan efektif.
B. Desain Penelitian
Untuk menghasilkan produk yang baik, perlu adanya rancangan
pengembangan yang cermat. Oleh karena itu, dalam pengembangan perangkat
pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan guided discovery ini
mengacu pada ADDIE. Model ADDIE terdiri dari lima tahap yaitu analisis
(analysis), perancangan (design), pengembangan (development), implementasi
(implementation), dan evaluasi (evaluation).
Komponen-komponen pada model pengembangan ADDIE dapat dijabarkan
Tabel 2. Model ADDIE
A Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan masalah dan solusi yang tepat dan menentukan kompetensi siswa
D Menentukan dan merancang RPP dan LKS yang akan dikembangkan
D Memproduksi RPP dan LKS yang akan digunakan dalam penelitian sesuai dengan rancangan pada tahap design
I Melaksanakan uji coba terhadap RPP dan LKS yang telah dikembangkan
E Melakukan evaluasi dari segi kualitas dan kepraktisan modul yang telah dikembangkan
1. Tahap Analisis (Analysis)
Tahap analisis dibagi menjadi tiga komponen yaitu analisis kurikulum,
analisis kebutuhan, dan analisis karakteristik siswa.
a. Analisis kurikulum
Pada tahap analisis kurikulum dikaji kompetensi inti (KI) dan kompetensi
dasar (KD) yang harus dikuasai siswa dalam materi lingkaran berdasarkan
kurikulum 2013.
b. Analisis kebutuhan
Pada tahap analisis kebutuhan dilakukan pendataan terhadap ketersediaan,
kesesuaian, dan keterbacaan perangkat pembelajaran materi lingkaran.
c. Analisis karakteristik siswa
Pada tahap analisis karakteristik siswa, dilakukan pengkajian teori tentang
tahap perkembangan kognitif siswa. Sesuai dengan klasifikasi menurut Piaget,
operasional formal. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran di kelas. Hasil analisis ini digunakan sebagai acuan untuk
mengembangkan RPP dan LKS pada materi lingkaran untuk siswa SMP kelas VIII
dengan pendekatan guided discovery.
2. Tahap Perancangan (Design)
Tahap perancangan terdiri atas pembuatan rancangan produk perangkat
pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan guided discovery pada
materi lingkaran serta instrumen penilaian kualitas produk yang meninjau aspek
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Langkah-langkah perancangan perangkat
pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan rancangan RPP
Penyusunan rancangan RPP didahului dengan penentuan indikator yang
diturunkan dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Komponen-komponen RPP dikembangkan sesuai Permendikbud No. 65 Tahun 2013. Selain
itu, lembar penilaian RPP juga dikembangkan.
b. Penyusunan peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS diperlukan untuk mengetahui banyak LKS yang harus
ditulis dan pembagian LKS sesuai dengan subtopik materi. Prioritas penulisan LKS
disesuaikan dengan urutan materi pada RPP.
c. Penyusunan kerangka LKS
Rancangan penyusunan kerangka LKS ini meliputi perumusan KD dan
perancangan dari syarat teknis atau tampilan, dan penyusunan lembar penilaian
LKS. LKS disusun menggunakan pendekatan guided discovery.
d. Perencaan alat evaluasi
Alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi latihan dan tugas
yang akan digunakan di LKS. Evaluasi yang digunakan berupa tes essay.
e. Validasi instrumen
Instrumen penilaian perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam
penelitian ini terdiri dari lembar penilaian perangkat pembelajaran, angket respons
siswa, lembar observasi kegiatan pembelajaran, dan post-test. Instrumen yang
disusun adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data terkait dengan
nilai kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan.
3. Tahap Pengembangan (Development)
Pada tahap development (pengembangan), peneliti terlebih dahulu mencari
referensi yang sesuai dengan materi penelitian sebagai bahan perencanaan produk,
misalnya dari buku atau internet. Kemudian perangkat pembelajaran dikembangkan
sesuai rancangan pada tahap design. Setelah itu RPP dan LKS dievaluasi oleh ahli
menggunakan instrumen penilaian. Ahli dalam hal ini adalah ahli materi, ahli
media, dan guru matematika. Hasil penilaian ahli tersebut dijadikan acuan apakah
ada perbaikan atau revisi pada perangkat pembelajaran tersebut. Jika penilaian dari
ahli menunjukkan masih ada beberapa hal yang termasuk dalam kategori rendah,
Setelah hasil validasi dari ahli dan guru menunjukkan bahwa perangkat
pembelajaran layak digunakan, selanjutnya uji coba terbatas terlebih dahulu kepada
siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respons kepraktisan dan keefektifan
terhadap penggunaan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan.
4. Tahap Implementasi (implementation)
Penyampaian materi saat implementasi produk dilakukan oleh guru atau
mahasiswa/peneliti kepada siswa. Tujuannya adalah untuk memperoleh tanggapan
atau masukan dari siswa serta mengetahui kepraktisan dan keefektifan RPP dan
LKS yang dikembangkan dapat dilihat dari pengisian angket respons siswa dan
hasil pengerjaan siswa pada LKS.
5. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui kualitas RPP dan LKS dari segi
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Pada tahap ini dilakukan revisi terhadap
perangkat pembelajaran berdasarkan saran dan komentar dari angket respons atau
lembar observasi kegiatan pembelajaran. Selanjutnya perangkat pembelajaran
diproduksi dan digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah peneliti, guru mata pelajaran
matematika, dan siswa-siswi kelas VIII D SMP Negeri 15 Yogyakarta tahun ajaran
2014/2015 sebanyak 35 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 22 siswa
D. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperoleh dalam tahap uji coba berfungsi untuk memberikan
masukan dalam merevisi dan menilai kualitas perangkat pembelajaran berupa RPP
dan LKS dengan pendekatan guided discovery yang telah dikembangkan. Jenis data
yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian para ahli (ahli materi dan ahli
media), hasil penilaian angket respons siswa sebagai subjek uji coba, dan hasil
post-test siswa. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari tanggapan, kritik, saran dan perbaikan dari validator, guru, dan siswa terhadap perangkat pembelajaran
matematika materi lingkaran dengan pendekatan guided discovery.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
antara lain instrumen penilaian perangkat pembelajaran dari validator, angket
respons siswa, lembar observasi kegiatan pembelajaran, dan soal post-test.
1. Lembar Penilaian Perangkat Pembelajaran
Lembar penilaian perangkat pembelajaran merupakan instrumen penilaian
yang digunakan untuk mengukur kevalidan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan. Lembar penilaian ini terdiri dari lembar penilaian RPP dan lembar
penilaian LKS.
Lembar penilaian RPP disusun dengan memperhatikan komponen-komponen
yang harus ada dalam RPP sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013.
pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan, kompetensi dasar
dan rumusan indikator, kesesuaian materi, pemilihan metode dan pendekatan,
sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, serta penilaian hasil belajar.
Sedangkan lembar penilaian LKS disusun berdasarkan syarat-syarat didaktik,
konstruksi, dan teknis menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1993:
41-46) ditinjau dengan kesesuaian pendekatan guided discovery serta materi yang
dipilih.
Pada proses penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika
materi lingkaran dengan pendekatan guided discovery ini menggunakan metode
pengumpulan data melalui angket pada lembar penilaian produk (RPP dan LKS)
untuk menilai kevalidan. Validator dalam penelitian ini adalah dua dosen yang
berkompeten dalam bidang ini dan seorang guru matematika. Dalam penilaian,
validator memberikan tanda (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat
atas pernyataan yang diajukan dalam lembar penilaian tersebut. Skor yang
digunakan yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5 untuk penilaian sangat kurang, kurang, cukup, baik,
dan sangat baik. Selain itu, validator juga diharapkan memberikan kritik dan saran
pada lembar penilaian sebagai bahan revisi produk.
2. Lembar Angket Respons Siswa
Lembar angket respons siswa merupakan instrumen yang digunakan untuk
melihat kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan respons siswa yang
mengikuti proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan. Angket respons siswa disusun berdasarkan aspek kemudahan dan
yang memungkinkan siswa memberikan tanda (√) pada alternatif pilihan jawaban
yang sesuai dengan pendapat dan kondisi siswa. Terdapat lima alternatif pilihan
jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
3. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
Lembar observasi ini merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur
kepraktisan perangkat pembelajaran ditinjau dari kemudahan penggunaan yang
dapat mempengaruhi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi ini
diisi oleh observer sebagai pengamat kegiatan pembelajaran di kelas. Lembar
observasi ini berisi pernyataan-pernyataan yang memungkinkan observer
memberikan tanda (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Terdapat lima alternatif pilihan jawaban
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS).
4. Soal Post-test
Soal post-test merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur
keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan setelah digunakan oleh
siswa. Keefektifan perangkat pembelajaran dapat ditinjau dari hasil post-test siswa.
F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Kuantitatif
a. Analisis Data Hasil Angket Penilaian Ahli
Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penilaian ahli materi, ahli
media, dan guru disusun berdasarkan skala Likert (interval 1-5) yang
[image:44.595.188.469.252.352.2]memiliki aturan pembobotan sebagai berikut :
Tabel 3. Aturan Pembobotan Skor Butir Penilaian Ahli
Skor Kriteria
5 Sangat baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang baik
1 Sangat kurang baik
Hasil angket validasi tersebut kemudian dianalisis dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menghitung rata-rata perolehan skor masing-masing aspek yang meliputi
kesesuaian dengan komponen RPP pada Permendibud No. 65 Tahun
2013, dan kesesuaian dengan pendekatan guided discovery, materi, aspek
didaktik, konstruksi, dan teknis untuk penilaian LKS menggunakan
rumus:
̅ =∑��= � Keterangan :
̅ = rerata skor
�= skor keterangan ke-i
= banyaknya keterangan pertanyaan
2) Skor rata-rata tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif
Tabel 4. Pedoman Konversi Skor Kualitatif
Interval skor Kriteria
̅ > � + , � Sangat baik
� + ,6 � < ̅ ≤ � + , � Baik
� − ,6 � < ̅ ≤ � + ,6 � Cukup
� − , � < ̅ < � − ,6 � Kurang
̅ ≤ � − , � Sangat kurang
Keterangan:
� = rerata ideal = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
� = simpangan baku =
6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal) Skor maksimal ideal = skor tertinggi
Skor minimal ideal = skor terendah
Skor maksimal ideal pada angket validasi adalah 5, sedangkan skor
minimal ideal adalah 1. Merujuk pada tabel 4, hasil penilaian perangkat
[image:45.595.184.487.375.476.2]pembelajaran oleh ahli dapat dikategorikan menjadi:
Tabel 5. Interval Kriteria Penilaian Perangkat Pembelajaran
Rentang Skor Kriteria
̅ > , Sangat baik
, < ̅ ≤ , Baik
,6 < ̅ ≤ , Cukup
, < ̅ ≤ ,6 Kurang
̅ ≤ , Sangat kurang
Berdasarkan perhitungan dalam tabel kriteria penilaian perangkat
pembelajaran di atas, maka didapatkan interval kriteria kevalidan
perangkat pembelajaran pada Tabel 6.
Tabel 6. Kriteria Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Rentang Skor Kriteria
̅ > , Sangat valid
, < ̅ ≤ , Valid
,6 < ̅ ≤ , Cukup valid
, < ̅ ≤ ,6 Kurang valid
[image:45.595.199.473.574.679.2]b. Analisis Data Hasil Angket Respons Siswa
Angket respons siswa bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa yang
dapat dijadikan tolak ukur kualitas perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan dari aspek kepraktisan. Dalam angket respons ini terdapat
[image:46.595.168.486.212.453.2]lima pilihan jawaban dengan kriteria penilaian sebagai berikut.
Tabel 7. Skala Penilaian Pernyataan yang Bersifat Positif
Kategori Skor
(SS) sangat setuju 5
(S) setuju 4
(KS) kurang setuju 3 (TS) tidak setuju 2 (STS) sangat tidak setuju 1
Tabel 8. Skala Penilaian Pernyataan yang Bersifat Negatif
Kategori Skor
(SS) sangat setuju 1
(S) setuju 2
(KS) kurang setuju 3 (TS) tidak setuju 4 (STS) sangat tidak setuju 5
Analisis kepraktisan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama
dengan analisis kevalidan. Interval kriteria kepraktisan ditinjau dari angket
[image:46.595.182.475.225.342.2]respons siswa dijelaskan pada Tabel 9.
Tabel 9. Kriteria Kepraktisan Perangkat Pembelajaran dari Angket Respons Siswa
Rentang Skor Kriteria
̅ > , Sangat praktis
, < ̅ ≤ , Praktis
,6 < ̅ ≤ , Cukup praktis
, < ̅ ≤ ,6 Kurang praktis
[image:46.595.189.468.537.651.2]c. Analisis Data Hasil Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
Lembar observasi kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mengetahui
keterlaksanaan pembelajaran yang dapat dijadikan tolak ukur kualitas
perangkat pembelajaran dari aspek kepraktisan. Pada lembar observasi ini
terdapat lima pilihan jawaban dan kriteria penilaian sama seperti analisis
[image:47.595.183.475.252.371.2]kepraktisan dari angket respons siswa, sehingga diperoleh:
Tabel 10. Kriteria Kepraktisan Perangkat Pembelajaran dari Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
Rentang Skor Kriteria
̅ > , Sangat praktis
, < ̅ ≤ , Praktis
,6 < ̅ ≤ , Cukup praktis
, < ̅ ≤ ,6 Kurang praktis
̅ ≤ , Sangat kurang praktis
a. Analisis Data Post-test Siswa
Soal post-test siswa berbentuk soal uraian, dimana bobot penilaian
didasarkan pada rubrik penilaian yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini,
rubrik yang digunakan disesuaikan dengan tingkat kesukaran item soal.
Pengolahan skor hasil post-test siswa menggunakan Penilaian Acuan
Patokan (PAP). Pada penilaian ini acuan tercapainya ketuntasan telah
ditetapkan. Ketuntasan pada penelitian ini didasarkan pada Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75 untuk
mata pelajaran matematika.
Data yang diperoleh dari nilai post-test siswa kemudian dianalisis untuk
lingkaran. Nilai ini juga digunakan untuk mengetahui keefektifan LKS.
Persentase ketuntasan belajar pada saat post-test dihitung dengan cara:
= � × %
Selanjutnya penentuan kriteria persentase ketuntasan belajar siswa
[image:48.595.202.454.231.341.2]mengacu pada tabel berikut (S. Eko Putro Widoyoko, 2009: 242) :
Tabel 11. IntervalPersentase Ketuntasan Belajar Persentase ketuntasan Kriteria kualitatif
> Sangat baik
6 < ≤ Baik
< ≤ 6 Cukup
< ≤ Kurang
≤ Sangat kurang
Keterangan:
= persentase ketuntasan siswa
Analisis kefektifan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama
dengan analisis kevalidan. Interval kriteria keefektifan ditinjau dari
ketuntasan belajar pada post-test dijelaskan pada Tabel 12.
Tabel 12. Kriteria Keefektifan Perangkat Pembelajaran Persentase ketuntasan Kriteria kualitatif
> Sangat efektif
6 < ≤ Efektif
< ≤ 6 Cukup efektif
< ≤ Kurang efektif
≤ Sangat kurang efektif
2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari tanggapan, kritik, dan saran dari validator dan
guru. Data-data tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif. Tanggapan, kritik,
[image:48.595.189.471.480.585.2]DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. (2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Rosdakarya Offsett.
Asep Jihad dan Abdul Haris. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Presindo.
Benny A. Pribadi. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Dian Rakyat.
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.
Dwi Istanto. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pada Materi Bangun Ruang untuk Siswa Kelas VIII dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Skripsi. FMIPA UNY.
Dwi Siswoyo, dkk. (2011). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Eko Putro Widoyoko S. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Edisi Revisi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (JICA).
Hamzah B. Uno. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis.