• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Test IVA Pada Wanita Usia Subur (WUS) dilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Test IVA Pada Wanita Usia Subur (WUS) dilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan pembangunan di Indonesia memberi dampak pada bergesernya pola penyakit.

Selain penyakit infeksi, saat ini Indonesia dihadapkan pada penyakit non infeksi atau penyakit tidak menular, seperti kardiovaskuler, diabetes, gangguan jiwa dan

kanker (Ramli, 2000). Diantara penyakit non infeksi tersebut, kanker merupakan salah satu penyakit yang angka kejadiannya terus meningkat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) setiap tahun terdeteksi lebih dari 270.000 wanita

meninggal karena kanker serviks. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus dan sekitar 8.000 kasus berakhir dengan kematian.

Penyakit kanker merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Kanker dapat menyerang berbagai jaringan di dalam organ tubuh,

termasuk organ reproduksi wanita yaitu serviks atau leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker primer yang berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio) berupa tumbuhnya sel-sel abnormal pada daerah tersebut. Serviks adalah

bagian ujung depan rahim yang menjalar ke vagina (Laras L, 2009).

Studi-studi epidemiologi menunjukkan 90% kanker serviks dihubungkan

(2)

HPV, HPV tipe 16 dan 18 merupakan tipe yang mempunyai risiko tinggi

menyebabkan kanker serviks. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan insidensi yaitu koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (kurang dari 16

tahun), meningginya paritas, jarak persalinan yang terlampau dekat, hygiene seksual yang jelek dan aktivitas seksual yang sering bergonta-ganti pasangan (promiskuitas) (Sarwono, 2010).

Pada kasus kanker serviks, tidak ada gejala awal yang muncul setelah terjadi infeksi HPV. Gejala itu baru kelihatan setelah infeksi sudah parah. Di

antaranya terjadi perdarahan di vagina dan sulit buang air kecil. Gejala juga bisa berupa keputihan, yang bercampur dengan darah. Terkadang ada rasa nyeri pada panggul. HPV bisa menyebar ke daerah lain selain rahim, seperti panggul, ginjal,

hati, bahkan otak. Sebenarnya, tidak seperti kanker lainnya, kanker serviks dapat dicegah dengan memfokuskan pada pencegahan primer infeksi Human Papilloma

Virus (HPV) maupun pencegahan sekunder yang didasarkan pada deteksi awal

dan pengobatan lesi prekanker sebelum menjadi kanker yang invasif (Risasi et al,

2014).

Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang meninggal akibat kanker, dan lebih

dari 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang (WHO dan World Bank,2005). Jenis kanker tertinggi pada perempuan di dunia adalah kanker

(3)

Menurut penelitian Berlian R, Zahroh S, Kusyogo C (2012) kanker serviks

merupakan the silent killer diseases dengan penderita risiko tinggi pada perempuan mulai umur 20 tahun sehingga tindakan pencegahan kanker serviks

dapat dilakukan dari remaja perempuan melalui vaksinasi HPV.

Penggunaan vaksin yang memiliki potensi untuk mengurangi insidens kanker serviks serta lesi pra-kanker lainnya bukan berarti tidak diperlukannya

skrining lagi seumur hidupnya. Hal tersebut karena 30% kanker serviks disebabkan oleh virus HPV tipe lain, sehingga seseorang masih dapat terinfeksi

meskipun sudah divaksinasi. Kombinasi vaksin HPV dan program skrining merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah kanker serviks. Pentingnya penggunaan vaksin sebagai suatu program pencegahan adalah berdasarkan

kenyataan bahwa perempuan di negara berkembang tidak dapat melakukan skrining terhadap kanker serviks karena kurangnya akses terhadap pelayanan

kesehatan. Analisis saat ini memperkirakan bahwa vaksin HPV memiliki potensi untuk mengurangi total beban akibat kanker serviks sebesar 51% setelah 40-50

tahun (Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11 / No. 1, April 2012) .

Di negara maju, angka kejadian kanker serviks sekitar 4% dari seluruh kejadian kanker pada wanita, sedangkan di negara berkembang mencapai diatas

15%. Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, angka insiden kanker serviks telah terjadi penurunan. Hal ini disebabkan oleh alokasi dana kesehatan yang

(4)

Penelitian-penelitian yang sebelumnya menemukan banyak faktor yang

menyebabkan kegagalan deteksi dini kanker leher rahim. Penelitian di luar negeri, dengan pemeriksaan menggunakan dua metode skrining menunjukkan efektivitas

yang baik, daripada dilakukan dengan satu metode pemeriksaan saja. Dengan cara ini dapat dihindari kesalahan hasil pemeriksaan seperti penelitian Uzma Naz dan Sadia Hanif tahun 2013 di Pakistan menggunakan pemeriksaan IVA dan Pap

smear dalam deteksi lesi pra-kanker leher rahim menyatakan ada kesesuaian yang kuat antara metode IVA dan Pap smear dalam deteksi lesi pra-kanker leher rahim

(Naz, 2014).

Penelitian serupa dilakukan di New Delhi oleh Veena, tahun 2009 mengenai adanya hubungan yang signifikan antara riwayat infeksi menular

seksual dengan kejadian kanker leher rahim yaitu 81% wanita yang pernah mengalami infeksi oleh chlamidia, bacterial vaginosis dan HPV memiliki

hubungan dengan lesi pra-kanker leher rahim dan perlu melakukan deteksi dini kanker leher rahim (Veena, 2009).

Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar

0,8‰ dan kanker payudara sebesar 0,5‰. Kanker serviks atau kanker leher rahim

menjadi jenis kanker kedua setelah payudara yang banyak ditemukan di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam

(5)

Maluku Utara, dan Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi kanker serviks

tertinggi yaitu sebesar 1,5‰, sedangkan prevalensi kanker payudara tertinggi

terdapat pada Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4‰. Berdasarkan estimasi

jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah (Riskesdas, 2013).

Yayasan Kanker Indonesia (2014) menyatakan bahwa hingga tahun 2012

jumlah perempuan usia 30-50 tahun yang sudah melakukan deteksi dini kanker serviks yaitu lebih dari 550 ribu orang dengan hasil IVA positif lebih dari 25 ribu

orang atau 4,5%, suspek kanker kanker serviks 1,2 per 1000 dan suspek tumor payudara sebanyak 2,2 per 1000 orang .

Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi jumlah

penderita kanker serviks pada tahun 2010 tercatat 475 kasus, tahun 2011 sebanyak 548 kasus dan tahun 2012 sebanyak 681 kasus. Di rumah sakit pemerintah di kota

Medan khususnya di RSUD. Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011 terdapat 51 kasus dan tahun 2012 terdapat 58 kasus dan RSUP H. Adam Malik Medan pada

tahun 2011 jumlah penderita kanker serviks sebanyak 148 orang dan tahun 2012 jumlah penderita kanker serviks sebanyak 300 orang sedangkan pada tanggal 1 Januari 2013-30 November 2013 sebanyak 318 orang.

Menurut penelitian Artiningsih (2011), bahwa sikap sangat berpengaruh

terhadap perilaku wanita usia subur dalam melakukan deteksi dini kanker serviks. Wanita menolak dilakukan pap smear karena rasa malu dan tidak diizinkan oleh

(6)

smear karena itu merupakan suatu hal yang sangat tabu dan harus mendapat

persetujuan dari keluarga (suami) terlebih dahulu.

Penelitian Wilopo (2010) saat ini diperkirakan baru sekitar 5% (5 orang )

dari 100 wanita yang mau melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks, mengakibatkan banyak kasus ini ditemukan sudah pada stadium lanjut yang sering kali mengakibatkan kematian.

Penelitian yang dilakukan Ni Made Sri Dewi, et al (2013) saat ini hanya 30% (21 wanita) dari 70 wanita yang mau melakukan deteksi dini kanker serviks,

disebabkan kurangnya kesadaran wanita yang sudah menikah atau sudah pernah melakukan hubungan seksual untuk melakukan deteksi dini ( Pap Smear atau Test IVA ). Ada hal lain yang mempengaruhi wanita untuk mendeteksi dini kanker

serviks yaitu kurangnya informasi mengenai pentingnya pemeriksaan Pap Smear atau IVA.

Di Indonesia sudah banyak pelayanan kesehatan yang menyediakan fasilitas deteksi dini seperti di rumah sakit, rumah bersalin, pusat atau klinik

deteksi dini, praktek dokter spesialis kandungan, puskesmas, praktek dokter umum dan bidan yang telah terlatih dan mempunyai peralatan pap smear, tetapi angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker serviks ini masih tinggi.

Hasil studi pendahuluan mengenai papsmer yang diperoleh di Yayasan Kanker Indonesia tahun 2013 (Januari-Desember), yang melakukan papsmear

(7)

Penelitian yang dilakukan oleh Ompusunggu (2012) tentang karakteristik

dan faktor-faktor hambatan wanita usia subur melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor menunjukkan bahwa faktor ekonomi

menjadi salah satu penghambat melakukan pemeriksaan pap smear karena biaya pernah melakukan pemeriksaan Pap smear di wilayah kerja puskesmas Kedai Durian berada pada usia > 30 tahun (61%). Melihat keadaan itu, pemeriksaan IVA

menjadi pilihan untuk mendeteksi dini kanker serviks karena biaya yang relatif murah.

Berdasarkan profil kesehatan kota Medan (2015) dari Dinas Kesehatan Kota Medan ada beberapa wilayah kerja Puskesmas yang Wanita Usia Suburnya (WUS) mengikuti pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA,

diantaranya Puskesmas Medan Selayang sebanyak 118 orang (0,81%), wilayah kerja Puskesmas Glugur Barat hanya 180 orang (1,3%), wilayah kerja Puskesmas

Medan Amplas hanya 131 orang (0,79%), wilayah kerja Puskesmas Terjun Medan Marelan hanya 117 orang (0,7%) dan wilayah kerja Puskesmas Helvetia

hanya 121 orang (0,57%).

Wilayah kerja Puskesmas Helvetia merupakan salah satu dari lima wilayah kerja Puskesmas terendah untuk cakupan wanita usia suburnya melakukan deteksi

dini kanker serviks yaitu hanya 121 orang dari 21.086 orang WUS (0,57%) yang melakukan deteksi dini kanker serviks (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota

(8)

Hasil penelitian sejenis oleh Pasaribu (2013), yang meneliti tentang

gambaran pengetahuan ibu usia 25-40 tentang pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan

Medan Denai, diperoleh bahwa: berdasarkan pengetahuan cukup paling banyak 38 orang (51,36%), berdasarkan umur 25-30 tahun sebanyak 39 orang dengan pengetahuan cukup sebanyak 19 orang (48,71%), berdasarkan pendidikan SMA

sebanyak 41 orang dengan berpengetahuan cukup sebanyak 22 orang (53,66%), berdasarkan pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 67 orang dengan pengetahuan

cukup sebanyak 35 orang (52,23%), berdasarkan paritas multipara sebanyak 35 responden dengan berpengetahuan cukup sebanyak 20 orang (57,14%) dan berdasarkan sumber informasi dari tenaga kesehatn sebanyak 33 orang dengan

berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang (48,48%).

Pada penelitian Fischa Agustina (2014) survei awal yang dilakukan di

Puskesmas Helvetia Medan ditemukan 222 kasus IVA positif dari bulan Januari 2013 sampai Oktober 2013. Dengan tingginya angka kejadian IVA positif,

peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap wanita usia subur tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan sebagai upaya mendeteksi dini kanker leher rahim.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dengan sikap deteksi dini kanker leher rahim dengan

(9)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan pengetahuan, sikap terhadap deteksi dini kanker leher rahim dengan test IVA pada Wanita Usia Subur (WUS) di wilayah kerja

Puskesmas Helvetia kota Medan tahun 2016?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap Wanita Usia

Subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kota Medan terhadap deteksi dini kanker leher rahim dengan test IVA.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui faktor internal responden (pendidikan, pekerjaan, dan jumlah paritas) dalam melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan

metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan 2016.

2. Untuk mengetahui pengetahuan responden dalam melakukan deteksi dini

kanker leher rahim dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan 2016.

3. Untuk mengetahui sikap responden dalam melakukan deteksi dini kanker leher

rahim dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan 2016.

(10)

5. Untuk mengetahui hubungan sikap responden terhadap tindakan melakukan

deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan, agar dapat melakukan upaya preventif berupa promosi kesehatan dan penyuluhan

2. Memberikan informasi bagi Wanita Usia Subur (WUS) khususnya di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kota Medan mengenai kanker serviks, faktor –

Referensi

Dokumen terkait

Data penelitian ini adalah kata-kata atau ungkapan dalam beberapa puisi pada buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono yang mengandung

Dukungan pemerintah dan pemda—termasuk oleh mitra pembangunan—dalam pengembangan sistem data dan informasi harus difokuskan untuk mendukung pelaksanaan kedua kebijakan umum

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 , dengan ini kami

Ibnu Affan Saving Co-Operative Ltd adalah koperasi syariah yang telah berdiri selama 7 tahun dengan mengharapkan bisaterhindar umat Islam dari kemungkinan terjerumusnya

Hasil penelitian pengaruh pemberian berbagai jenis bokashi terhadap pertumbuhan dan hasil bayam giti hijau menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan pada umur 14

[r]

penduduk Kota Palu berada pada kelompok penduduk usia muda.. Dengan

Semakin berkembangnya MAN Tambakberas dan permasalahan yang dihadapi semakin komplek tidak dapat dipungkiri bahwa masih dibutuhkan beberapa perbaikan untuk mencapai