BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Radikal bebas sebagai pengganggu sistem kekebalan tubuh, merupakan pemicu beberapa penyakit degeneratif seperti kanker, katarak, aterosklerosis, diabetes mellitus dan penyakit jantung koroner. Data WHO (World Health Organization) tahun 2005 menunjukkan bahwa, penyakit degeneratif telah menyebabkan kematian hampir 17 juta orang di seluruh dunia. Data WHO menyatakan sekitar satu milyar orang di seluruh dunia, saat ini menderita resiko penyakit degeneratif dan diperkirakan akan naik menjadi 1,5 milyar pada tahun 2015 (Anonim, 2010). Salah satu penyakit degeneratif yang cukup banyak diderita manusia adalah kanker.
Menurut laporan terbaru oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini terdapat lebih dari 10 juta kasus kanker per tahun di seluruh dunia (Surh, 2003). Hingga tahun 2012, WHO International Agency for Research on Cancer (IARC) telah mengidentifikasi lebih dari 100 jenis penyebab kanker (karsinogen) berasal dari unsur kimia, fisika dan biologis. Data statistik kanker dunia tahun 2012 yang dikeluarkan oleh International Agency for Research on Cancer GLOBOCAN menyatakan bahwa pada tahun 2012 terdapat 14,1 juta kasus kanker di seluruh dunia. Bahkan, kasus baru kejadian kanker akan diprediksi lebih dari 19,3 juta kasus pada tahun 2023. Hal ini merupakan suatu jumlah kenaikan yang cukup besar (Anonim, 2014).
lainnya. Pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh. Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, sehingga pembelahan sel tidak normal (Sutanto, 2009).
Mutasi yang terjadi pada beberapa gen disebabkan oleh induksi suatu mutagen, seperti bahan kimia, radiasi, radikal bebas maupun infeksi dari beberapa jenis virus (Sudiana, 2008). Sedangkan mutasi yang terjadi akibat adanya radikal bebas berawal dari teroksidasinya asam lemak tak jenuh pada lapisan lipid membran sel, reaksi ini mengawali terjadinya oksidasi lipid berantai yang menyebabkan kerusakan membran sel, oksidasi lebih jauh akan terjadi pada protein yang berakibat fatal dengan kerusakan DNA (Cook dan Samman, 1996).
Salah satu indikator terjadinya mutasi adalah adanya mikronukleus. Mikronukleus merupakan hasil mutasi dari kromosom utuh yang patah dan kemudian tampak sebagai nukleus berukuran kecil di dalam suatu sel (Schmid, 1975). Uji mikronukleus dikembangkan oleh Schmid (1975) dan Heddle (1973), merupakan suatu metode pemeriksaan yang secara luas digunakan untuk mendeteksi efek genotoksik dalam waktu singkat secara in vivo dan in vitro (Saleh dan Ahmad, 2010).
Dalam beberapa tahun ini, upaya mengatasi pembentukan radikal bebas dengan produk farmasi dan bahan pangan diatasi oleh antioksidan dari bahan alami (Campanella, et al., 2006). Beberapa laporan juga menyebutkan bahwa senyawa antioksidan dapat menetralkan radikal bebas dan selanjutnya dapat menghalangi terjadinya mutasi sel (Ghaskadbi, 1992; Shiraki, 1994; Rompelberg, 1995).
Salah satu tumbuhan bahan pangan yang telah diketahui memiliki khasiat sebagai antioksidan adalah petai (Parkia speciosa Hassk.), baik pada biji maupun kulit bagian luar dan dalamnya sehingga tergolong sebagai antioksidan kuat. Petai berasal dari suku Fabaceae yang banyak ditemukan di Asia Tenggara. Bijinya sering dikonsumsi masyarakat, baik dalam kondisi segar maupun diolah bersama bahan pangan lainnya. Biji petai memiliki khasiat untuk mengobati penyakit lever (hepatalgia), edema (oedema), radang ginjal (nefritis), diabetes, kanker, kolera dan cacingan (Jamaluddin, et al., 1995; Orwa, et al., 2009; Rahman, et al., 2011; Aisha, et al., 2012).
Menurut hasil penelitian Vimala (1999), petai merupakan salah satu tumbuhan bahan pangan yang terbukti kaya antioksidan dan memiliki aktivitas superoksida tinggi, yakni di atas 70%. Hasil penelitian lain menyatakan kandungan klorofil b dalam biji-biji petai berfungsi sebagai agen antioksidan yang baik untuk kulit, memastikan kesegaran tubuh, dan memperbaiki sistem peredaman radikal bebas.
bagian biji dari tanaman petai. Di dalam biji petai mengandung alkaloid, terpenoid, fenol dan flavonoid. Selain itu biji petai mengandung vitamin C dan �-tokoferol (vitamin E). Senyawa fenol ada hampir di semua bagian tanaman
petai. Senyawa lainnya yang terkandung pada biji petai antara lain lektin, sisteina, stigmast-4-en-on, polisulfida siklik (heksationana, tetratiana, tritiolana, tiazolidina-4-karboksilat) (Suvachittanont dan Peutpaiboon 1992; Jamaluddin, et al., 1995; Rahman, et al., 2011).
Menurut Kamisah, et al., (2013), telah dilakukan uji antimutagenik pada ekstrak metanol biji petai dengan menggunakan metode Ames, hasilnya negatif terhadap mutagen, yang artinya biji petai memiliki khasiat sebagai antimutagenik. Hal ini karena adanya senyawa lupeol yang ditemukan sebagai antikanker, antinyeri dan antiinflamasi.
1.2Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah karakteristik simplisia dan ekstrak etanol biji petai yang diteliti memenuhi persyaratan mutu simplisia dan ekstrak?
b. Apakah golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia biji petai?
c. Apakah ekstrak etanol biji petai memiliki aktivitas sebagai antimutagenik? 1.3Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis:
a. Karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol biji petai dapat ketahui dan memenuhi standar.
b. Golongan senyawa yang terkandung dalam simplisia biji petai yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, glikosida, saponin dan steroid/triterpenoid.
c. Ekstrak etanol biji petai memiliki efek antimutagenik pada mencit yang diinduksi oleh siklofosfamid sebagai mutagen.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh hasil karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol biji petai.
b. Untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam simplisia biji petai.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi ilmiah tentang tumbuhan bahan pangan berkhasiat antioksidan tinggi yakni biji petai.
b. Pengembangan biji petai menjadi suatu sediaan herbal yang berfungsi sebagai antimutagenik yang dapat mencegah terjadinya penyakit kanker.
1.6Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut terdapat Gambar 1.1 di bawah ini:
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian
1. Makroskopik 6. Kadar sari larut
dalam air 7. Kadar sari larut