• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Pada Pekerja Perparkiran Kendaraan Bermotor Di Basement Plaza Center Point Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Pada Pekerja Perparkiran Kendaraan Bermotor Di Basement Plaza Center Point Medan Tahun 2015"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Panas

2.1.1 Definisi Tekanan Panas

Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,

kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi yang kemudian dipadankan dengan

produksi panas oleh tubuh. Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24-260C

(Suma’mur, 2009). Suhu lingkungan di tempat kerja yang terlalu panas atau terlalu

dingin berbahaya terhadap kesehatan individu pekerja. Pajanan suhu yang terlalu

panas disebut juga heat stress (Harrianto, 2013).

Rentan temperatur dimana manusia merasa nyaman dengan suhu lingkungan

adalah antara 2-3 derajat celcius namun kenyamanan tersebut sangat bervariasi

tergantung pada jenis pakaian yang dipakai dan aktivitas fisik yang ia lakukan

(Nurmianto, 2004).

2.1.2 Lingkungan Kerja Panas

Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar furnaces, peleburan,

boiler, oven, tungku, pemanas atau bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari

dapat mengalami tekanan panas. Selama aktivitas pada lingkungan panas tersebut,

tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas

lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari

(2)

bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu pengaturan

suhu. Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat keseimbangan di antara panas

yang dihasilkan dari metabolism tubuh dan pertukaran panas di antara tubuh dan

lingkungan sekitarnya.

Produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan,

gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam kondisi demam dan lain-lain.

Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh

dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi, panas radiasi,

dan panas penguapan (Tarwaka dkk, 2004).

Suhu nikmat kerja adalah suhu yang diperlukan seseorang agar dapat bekerja

secara nyaman. Suhu nikmat kerja berkisar antara 24°C-26°C bagi orang Indonesia.

Orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya

sekitar 29°C-30°C dengan kelembaban 85%-95%. Aklimatisasi terhadap panas

berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama satu minggu

pertama berada di tempat kerja. Setelah satu minggu pertama berada di tempat panas,

tenaga kerja mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas, hal ini tergantung dari

aklimatisasi setiap individu yang dilihat dari beban kerja sehingga diperlukan variasi

(3)

2.1.3 Fisiologi Pertukaran Panas Tubuh

Faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas menurut Suma’mur (2009)

sebagai berikut :

1. Konduksi

Konduksi adalah pertukaran panas antar tubuh dengan benda-benda sekitar

melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konduksi dapat menghilangkan

panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih rendah suhunya, dan dapat

menambah panas kepada badan apabila suhunya lebih tinggi dari tubuh.

2. Konveksi

Konveksi adalah pertukaran panas dari tubuh dan lingkungan melalui kontak

udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi

melalui kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan

tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan

besarnya peran dalm pertukaran panas antar tubuh dengan lingkungan. Konveksi

dapat mengurangi atau menambah panas kepada tubuh.

3. Radiasi

Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memncarkan gelobang panas.

Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan panas

lewat mekanisme radiasi.

4. Penguapan

Manusia dapat berkeringat dengan penguapan dipermukaan kulit atau melalui

(4)

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas

Menurut Tarwaka, dkk (2004) faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh

tenaga kerja antara lain :

1. Umur

Daya tahan tubuh terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih tua.

Orang yang lebih tua akan lamban keluar keringatnya dibandingkan dengan orang

muda.

2. Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan kecil dalam kapasitas antara laki-laki dan perempuan

untuk berkeringat secara cukup, dalam iklim panas tidak dapat beraklimatisasi secara

baik seperti laki-laki. Seorang wanita lebih tahan terhadap suhu dingin dari pada suhu

panas. Hal tersebut disebabkan karena tubuh wanita mempunyai jaringan dengan

daya konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila dibandingkan dengan laki-laki.

3. Masa Kerja

Lamanya bekerja seseorang dari pertama bekerja hingga dilakukannya

penelitian pada sampel penelitian.

4. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya yang

ditandai dengan penurunan detak nadi dan suhu mulut atau suhu badan sebagai akibat

(5)

2.1.5 Pengukuran Suhu Udara Atmosfer

Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas, yaitu

adalah sebagai berikut (Suma’mur, 2009):

1. Suhu efektif, yaitu indeks sensoris tingkat panas (rasa panas) yang dialami oleh

seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu,

kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhu efektif

ialah tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme tubuh. Untuk

penyempurnaan pemakaian suhu efektif dengan memperhatikan panas radiasi,

dibuat skala Suhu Efektif Yang Dikoreksi (Corrected Effektive Temperature

Scalle). Namun tetap saja ada kelemahan pada suhu efektif yaitu tidak

diperhitungkannya panas hasil metabolisme tubuh.

2. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISSB) (Wet Bulb-Globe Temperature Index),

dengan rumus-rumus sebagai berikut:

ISBB = 0,7 X suhu basah + 0,2 X suhu radiasi + 0,1 suhu kering untuk

bekerja pada pekerjaan dengan adanya paparan sinar matahari).

ISBB = 0,7 X suhu basah + 0,3 suhu radiasi (untuk bekerja pada

pekerjaan tanpa disertai penyinaran sinar matahari).

ISBB adalah cara pengukuran yang paling sederhana karena tidak banyak

membutuhkan keterampilan cara atau metode yang tidak sulit dan besarnya

tekanan panas dapat diukur dengan cepat.

Nilai Ambang Batas untuk Indeks Suhu Basah dan Bola tekanan panas

(6)

keputusan nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola

Menurut Tarwaka (2010) peralatan modern yang digunakan untuk

mengukur ISBB adalah Area Heat Monitor. Dimana alat tersebut dioperasikan

secara digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi dan

ISBB atau WBGT in dan WBGT out yang hasilnya tinggal membaca pada alat

dengan menekan tombol operasional dalam satuan 0C atau 0F. pada waktu pengukuran alat ditempatkan sekitar sumber panas dimana pekerja melakukan

pekerjaannya.

3. Prediksi kecepatan keluar keringat selama 4 jam (predicted – 4 – hour sweat rate

disingkat P4SR), yaitu banyaknya prediksi keringat keluar selama 4 jam sebagai

akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara serta panas

radiasi. Nilai prediksi ini dapat pula dikoreksi untuk bekerja dengan berpakaian

(7)

4. Indeks Belding-Hacth, yaitu kemampuan berkeringat orang standar yaitu orang

muda dengan tinggi 170 cm dan berat badan 154 pon, dalam keadaan sehat

memiliki kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap iklim kerja panas.

Dalam lingkungan panas , efek pendinginan penguapan keringat adalah

mekanisme terpenting untuk mempertahankan keseimbangan termis badan. Maka

dari itu, Belding dan Hacth mendasarkan indeksnya atas perbandingan

banyaknya keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan kapasitas

maksimal tubuh untuk berkeringat untuk menentukan indeks tersebut, diperlukan

pengukuran suhu kering dan suhu basah, suhu bola, kecepatan aliran udara, dan

produksi panas sebagai akibat kegiatan melakukan pekerjaan. Namun Indeks

Belding-Hacth mempunyai kelemahan yaitu:

 Dalam perusahaan dan terutama bagi bangsa (ras) yang berbeda, pengertian

orang standar tidak bisa berlaku untuk keseluruhan.

 Indeks didasarkan atas percobaan orang tanpa pakaian, sedangkan tenaga

kerja melakukan pekerjaannya dengan berpakaian. Untuk itu, perlu koreksi

sekitar 40% terhadap Indeks Belding-Hacth, jika digunakan untuk

orang-orang yang berkerja.

2.1.6 Gangguan Kesehatan Akibat Tekanan Panas

Pekerjaan yang berisiko tinggi menimbulkan gangguan kesehatan dan

(8)

gangguan kesehatan. Penyakit dan gangguan akibat pajanan lingkungan panas

sebagai berikut (Harrianto, 2013) :

1. Kelainan Kulit :

a. Heat edema. Biasanya terjadi pada Para pekerja yang baru bekerja di

lingkungan yang panas tanpa melaksanakan periode aklimatisasi. Paling

sering terlihat di pergelangan kaki. Kembali menjadi normal secara spontan

setelah 1 atau 2 hari berada di lingkungan yang lebih dingin.

b. Erythema igne. Nodul-nodul hyperkeratosis yang berlanjut pada luka bakar.

c. Intertrigo rash. Eritema disekitar ketiak, lipatan siku, lutut dan leher akibat

keringat yang berlebihan.

d. Heat rash (miliaria). Obstruksi saluran kelenjar keringat,sehingga terjadi

retensi keringat yang mengakibatkan timbulnya warna kemerahan dan

papel-papel kecil di permukaan kulit.

2. Heat Cramps. Rasa nyeri tajam di otot yang dapat terjadi sendiri atau

bersama-sama dengan kelainan akibat pajanan lingkungan panas yang lain. Hal ini

diakibatkan oleh kegagalan tubuh mengganti kehilangan NaCl yang hilang

bersama keringat. Heat cramps sering kali terjadi bila banyak minum tanpa

disertai suplementasi NaCl. Paling sering terjadi pada otot-otot fleksor tangan

dan kaki untuk beberapa menit atau jam.

3. Heat Exhaustion. Heat exhaustion diakibatkan oleh kegagalan tubuh untuk

beradaptasi, karena darah mengalir secara serentak ke permukaan kulit akibat

(9)

keringat yang berlebihan, rasa lemah, pusing, penglihatan gelap, rasa sangat

haus, mual, muntah, diare, kram otot, kesemutan, palpitasi, dan kesukaran

bernapas. Penyakit ini akan sembuh setelah beristirahat di tempat yang dingin

dan rehidrasi serta restorasi cairan elektrolit yang cukup.

4. Heat Syncope. Kesadaran menurun secara mendadak akibat kehilangan cairan

yang berlebihan oleh pengeluran keringat dan terjadinya hipotensi serebri, yaitu

insufisiensi aliran darah ke otak untuk sementara pada saat berdiri, akibat

terjadinya vasodilatasi pembuluh darah kulit secara serentak sehingga darah

menumpuk di tungkai. Biasanya terjadi pada para pekerja yang tidak

melaksanakan periode aklimatisasi. Penyakit ini akan sembuh setelah beristirahat

di tempat yang dingin dan rehidrasi serta restorasi cairan elektrolit yang cukup.

5. Heat Stroke dan Hiperpireksia. Meningkatnya suhu tubuh merupakan gangguan

kesehatan akibat bekerja di lingkungan panas yang paling serius. Gejalanya yaitu

kulit memerah, kering karena tubuh tidak mampu lagi menghasilkan keringat,

suhu tubuh mungkin lebih dari 41oC, lemah, sakit kepala, rasa berputar, nadi cepat, kadang-kadang timbul kejang, kesadaran menurun sampai koma. Gejala

hiperpereksia hampir sama dengan heat stroke, tetapi pada hiperpereksia, kulit

masih terasa agak basah. Kedua kondisi ini memerlukan pertolongan secepatnya,

yaitu dengan membuka semua pakaian, menyemprot tubuh korban dengan air

dingin, mendinginkan suhu tubuh, dan meningkatkan proses evaporasi dengan

kipas angin, serta membawa korban sesegera mungkin kerumah sakit. Heat sroke

(10)

kondisi tubuh yang kurang fit, atau adanya gejala demam dan diare yang

meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya kondisi ini.

2.1.7 Pengendalian Pajanan Lingkungan Panas

Resiko gangguan kesehatan akibat bekerja di lingkungan panas yang terlalu

tinggi dapat dikurangi dengan cara (Harrianto, 2013) :

1. Pengendalian administratif

a. Periode aklimasi yang cukup sebelum melaksanakan beban kerja yang penuh

b. Untuk mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat yang pendek

tetapi sering dan rotasi pekerja yang memadai

c. Ruangan dengan penyejuk udara (AC) perlu disediakan untuk memberikan

efek pendinginan pada para pekerja waktu istirahat

d. Penyediaan air minum yang cukup

2. Pengendalian teknik. Pengendalian teknik merupakan usaha yang paling efektif

untuk mengurangi pajanan lingkungan panas yang berlebihan, yaitu dengan cara:

a. Mengurangi produksi panas metabolik tubuh

b. Automatisasi dan mekanisasi beban tugas akan meminimalisasi kebutuhan

kerja fisik para pekerja

c. Mengurangi penyebaran panas radiasi dari permukaan benda-benda yang

panas, dengan cara sebagai berikut:

 Isolasi/penyekat. Melapisi permukaan benda-benda yang panas dengan

(11)

 Perisai. Dua jenis perisai panas radiasi yang dapat digunakan yaitu

dengan baja tahan karat, aluminium, atau benda logam lainnya yang

berwarna putih, sehingga akan memantulkan panas kembali ke

sumbernya, atau perisai absorben, misalnya jas pendingin yang dibuat

dari alumenium yang permukaannya berwarna hitam dapat

mengabsorpsi dan membuang panas

Remote control

d. Mengurangi bertambahnya panas konveksi. Kipas angin untuk

meningkatkan kecepatan gerak udara di ruang kerja yang panas

e. Mengurangi kelembapan. AC, peralatan penarik kelembaban dan upaya lain

untuk mengeliminasi uap panas sehingga dapat mengurangi kelembaban di

lingkungan tempat kerja

3. Alat pelindung diri

a. Untuk berkerja di tempat kerja yang panas dan lembap, perlu disediakan

baju yang tipis dan berwarna terang sehingga pengeluaran panas tubuh

dengan proses evaporasi keringat menjadi lebih efisien

b. Kacamata yang dapat menyerap panas radiasi bila bekerja dekat dengan

benda-benda yang sangat panas, misalnya cairan logam atau oven yang

(12)

2.2 Tekanan Darah

2.2.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi

atau sistem vascular terhadap dinding pembuluh darah (Joyce dkk, 2008). Tekanan

darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Tekanan darah dipengaruhi

oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih

rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari berbeda, paling tinggi di

waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Joyce dkk, 2008).

Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai suatu titik

dimana denyut dapat dirasakan, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan diatas

arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi janyung atau denyut arteri

dengan jelas dapat didengar dan titik dimana bunyi mulai menghasilkan perbedaan

tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50

mmHg (Hull, 1986).

2.2.2 Sistem Sirkulasi Tekanan Darah

Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung

oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh

melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar

bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah lebih kecil hingga berukuran

mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari

pembuluh-pembuluh darah sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke

(13)

dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah, yang sudah tidak beroksigen

kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan di pompa kembali ke

paru-paru untuk mengambil oksigen lagi. Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi

untuk memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal

sebagai tekanan sistolik. Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya,

dan tekanan ini paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan

sistolik dan diastolik ini diukur ketika Anda memeriksakan tekanan darah (Dian,

2011).

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu:

1. Olahraga

Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang

akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan,

sedangkan pada bagian-bagian yang kurang memerlukan oksigen akan terjadi

vasokonstriksi, misal, traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan

mempengaruhi tekanan darah (Ridjab, 2005).

2. Emosi

3. Stress

4. Umur

Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia.

(14)

diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi (Vita,

2004). Semakin tua seseorang tekanan sistoliknya akan semakin tinggi.

5. Jenis Kelamin

Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih

rendah dari pria seumurnya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih

meningkat (Vita, 2004).

6. Obesitas

Jika mempunyai ukuran tubuh yang termasuk kedalam katagori obesitas yaitu

dengan nilai IMT lebih dari 27,5 maka memungkinkan terjadinya peningkatan

tekanan darah.

7. Minum Alkohol

Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan

menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Vita,2004).

8. Merokok

Pada keadaan merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh akan

mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi

supaya darah dapat mengalir ke bagian tubuh dengan jumlah yang tetap (Vita, 2004).

Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan darah pada

(15)

9. Faktor Eksternal

Selain faktor dari pribadi, ada juga faktor yang mempengaruhi perubahan

tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Faktor tersebut adalah faktor yang

berasal dari lingkungan, khususnya lingkungan kerja, seperti:

 Tekanan panas

Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan

keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah tepi dan pembuluh

darah dalam yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah,

sehingga beban kardiovaskular bertambah (Suma’mur, 2009).

 Kebisingan

Efek kebisingan terlihat dari persyarafan otonom yang ditandai dengan

kenaikan tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah

kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan.

Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan

menambah stress (Dian, 2011).

 Masa kerja

Semakin lama masa kerja dapat dikatakan semakin tinggi pula

kemampuan kerja yang dimiliki, semakin efesien badan dan jiwa bekerja,

sehingga beban kerja relatif sedikit. Lamanya bekerja seseorang dari pertama

bekerja hingga dilakukannya penelitian pada sampel penelitian, baik dari hari ke

(16)

 Lama paparan

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk

memelihara keseimbangan panas. Selanjutnya apabila pemaparan terhadap panas

terus berlanjut, maka resiko terjadinya gangguan kesehatan juga akan meningkat

(Dian, 2011).

 Beban kerja

Menurut Meskahati dalam Tarwaka 2010, dapat didefenisikan sebagai

suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan

pekerjaan yang harus dihadapi.

2.2.4 Penggolongan Tekanan darah

1. Tekanan darah normal

Tekanan darah normal bila tekanan sistolik menunjukkan kurang dari 140

mmHg dan diastolik kurang dari 90 mmHg (Guyton dkk, 2008). Menurut WHO –

ISH 1999 tekanan darah normal adalah <130/85 mmHg sedangkan tekanan darah

optimal <120/80 mmHg.

2. Tekanan darah rendah

Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah rendah bila tekanan darah untuk

yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg, tekanan darah sistolik kurang dari 100

(17)

3. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah untuk yang normal tetap diatas 100/90 mmHg, tekanan sistolik

lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg (Watson, 2002). Tekanan

darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.

Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada

nilai 120 mmHg, dan tekanan diastolik pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah

pada orang dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan

darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer dkk, 2001). Menurut WHO, tekanan

darah normal orang Indonesia adalah 120/80 mmHg.

2.2.5 Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya diukur secara tak langsung dengan

sphygmomanometer air raksa atau alat noninvasive lainnya pada posisi duduk atau

terlentang. Ketepatan alat yang bukan air raksa harus dibandingkan dengan

sfigmomanometer air raksa secara bersamaan dan hal ini (kalibrasi) dilakukan secara

berkala. Pada saat mengukur tekanan darah, perhatian utama harus ditujukan pada

hal-hal berikut:

1. Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit diruang yang tenang

2. Ukuran manset lebar 12-13 cm serta sepanjang 35 cm, ukuran lebih kecil pada

anak-anak dan lebih besar pada penderita gemuk (ukuran sekitar 2/3 lengan)

3. Diperiksa pada fosa kubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar iga IV)

(18)

5. Tekanan darah dinaikkan sampai sampai 30 mmHg diatas tekanan sistolik

(palpasi), kemudian diturunkan 2 mmHg/detik dan dimonitor dengan stetoskop

diatas a brakhialis

6. Tekanan sistolik adalah tekanan pada saat terdengar suara Korotkoff I sedangkan

tekanan diastolik pada saat Korotkoff V menghilang. Bila suara terdengar,

dipakai patokan Korotkoff IV

7. Pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan terutama bila terdapat

penyakit pembuluh darah perifer

8. Perlu pengukuran pada posisi duduk/ terlentang dan berdiri untuk mengetahui

ada tidaknya hipotensi postural terutama pada orang tua, diabetes mellitus dan

keadaan lain yang menimbulkan hal tersebut (pemberian penyekat alfa).

Alat pengukuran lain dengan aneroid atau digital (semi-otomatik atau otomatik)

yang kurang tepat dan harus dikalibrasi secara periodik terhadap sphygmomanometer

air raksa. Beberapa mesin otomatik dipakai untuk mengukur tekanan darah selama

24-72 jam yang biasanya yang menggunakan cara osilometrik. Digunakan pula alat

yang dijepitkan pada ujung jari untuk monitor selama operasi atau keadaan lain dalam

posisi penderita duduk atau telentang (Soesetyo, 2003).

Terdapat alat semi-otomatis dan otomatis untuk mengukur tekanan darah

selama 24 jam atau lebih. Indikasi pemeriksaan tersebut (ABPM = Ambulatory Blood

Monitoring) ialah sebagai berikut:

1. Adanya variasi tekanan darah yang tidak seperti biasanya pada kunjungan hari

(19)

2. Office hypertension pada penderita dengan resiko kardiovaskuler rendah

3. Gejala menunjukkan adanya episode hipotensi

4. Hipertensi yang resisten terhadap pengobatan

Keterbatasan cara pengukuran tekanan darah ambulatory tersebut adalah:

1. Data mengenai nilai prognostik pengukuran tekanan darah dengan cara ini

terbatas

2. Pengukuran tekanan darah ambulatory lebih rendah daripada pengukuran di

klinik/praktek. Pengukuran tekanan darah ambulatory sebesar 125/80 mmHg

setara dengan pengukuran tekanan darah di praktek/klinik 140/90 mmHg

3. Alat yang digunakan harus dicek untuk ketepatan dan penampilannya secara

berkala (dikalibrasi). Dihindarkan penggunaan alat dengan mengukur tekanan

darah pada jari dan tangan dibawah siku

Keuntungan cara pengukuran ini:

1. Pengukuran dapat dilakukan lebih sering dengan keadaan yang mendekati

kehidupan sehari-hari

2. Memperbaiki persepsi penderita terhadap hipertensi dan memperbaiki kepatuhan

terhadap pengobatan

3. Mungkin berguna untuk menilai efektifitas pengobatan. Penelitian menunjukkan

bahwa kerusakan organ target lebih erat berhubungan dengan tekanan darah 24

jam dibandingkan tekanan darah di praktek/klinik. Demikian pula kerusakan

organ target

(20)

2.3 Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah

Akibat suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan meningkat. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah tepi dan pembuluh darah

dalam. Suma’mur (2009) juga menyatakan bahwa pada lingkungan kerja panas, tubuh

mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran

pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh darah dalam yang disertai

meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, faktor penyebab tekanan darah

meningkat antara lain olahraga, umur, jenis kelamin, emosi, stress, obesitas,

konsumsi alkohol, merokok, masa kerja, lama paparan serta beban kerja, sehingga

beban kardiovaskular bertambah dan curah jantung meningkat.

Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat

strain. Heat strain atau tegangan panas akan merupakan efek yang diterima tubuh

atas beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004). Indikator heat strain adalah

peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan berat

badan (Wignjosoebroto, 2009).

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan

sebelumnya, maka dapat dikembangkan kerangka konsep sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

Referensi

Dokumen terkait

As seen in Figure 14, partnerships, business continuity planning, supply chain visibility tools, and employee training/talent management are the top strategies companies currently

1) Debat Bahasa Indonesia siswa SMP Tahun 2018 menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang

JUDUL : CANGKANG TELUR YANG DIJADIKAN OBAT MAAG MEDIA : REPUBLIKA. TANGGAL : 21

Based on the result of data analysis of this research which gives information that the providing of audio visual media can assist student to learn English subject

Datang dengan keluhan tambahan terbanyak yaitu nyeri tangan sebanyak 66,7%1. dan paling sedikit adalah rasa terseterum pada tangan

Perlakuan pupuk fosfor memberikan pengaruh yang nyata dan sangat nyata terhadap rata-rata pertambahan jumlah daun umur 90 hst dan rata-rata pertambahan diameter

Dengan demikian, galeri tersebut dapat menjadi tempat promosi atau wakil untuk memperkenalkan Kebudayaan yang terdapat di Sumatera Utara.Dengan adanya galeri tersebut,

Bahan kanji adalah unsur dari beberapa bahan kimia yang berguna sebagai bahan pembantu langsung yang digunakan dalam proses produksi yang dikenakan langsung terhadap bahan