Nilai hutan merupakan ekspresi kemanfaatan hutan berdasarkan persepsi individu atau masyarakat terhadap sumberdaya hutan tersebut dalam satuan moneter, pada ruang atau tempat dan waktu tertentu. Setiap individu atau suatu komunitas dalam masyarakat yang memiliki keragaman dalam pendidikan, pengetahuan, pendapatan atau kesejahteraan, tingkat keterkaitan atau ketergantungan dengan hutan, tata nilai atau perilaku kehidupan sosial ekonomi dan budaya, serta berbagai faktor lainnya, akan memberikan persepsi beragam yang selanjutnya akan melahirkan jenis nilai, disamping itu juga akan memberikan apresiasi yang beragam terhadap setiap jenis nilai hutan produksi tersebut. Klasifikasi nilai sumberdaya hutan dibuat oleh beberapa kelompok atas berbagai macam klasifikasi sesuai dengan cara pengelompokkannya.
Davis dan Johnson (1987) membuat klasifikasi nilai menurut bagaimana cara penilaian atau penentuan besar nilai dilakukan, terdiri atas:
a. Nilai Pasar (Market Value)
Merupakan nilai yang diperoleh dari harga pasar. Nilai ini dimiliki oleh barang dan jasa yang memiliki pasar atau dimana ada permintaan dan penawaran untuk barang dan jasa tersebut. Pada pasar bersaing sempurna (kompetitif) harga ini mencerminkan kesediaan membayar setiap orang untuk memperoleh manfaat personal maksimum, yang dalam masyarakat secara agregat memberikan manfaat sosial bersih maksimum.
Nilai yang dianggap standar adalah nilai pasar, yaitu harga yang ditetapkan oleh penjual dan pembeli dalam keadaan pasar kompetisi sempurna, karena:
Memenuhi interest kedua belah pihak (penjual dan pembeli).
Memberi surplus kesejahteraan sosial (kesejahteraan produsen dan konsumen) yang maksimal.
Pasar mempunyai kekuatan menetapkan harga secara empirik dan obyektif. Transaksi yang baik dapat menunjukkan berapa besar seseorang bersedia membayar (willingness to pay) untuk sebuah barang dan jasa. Karenanya, apabila tersedia informasi, harga pasar adalah sumber yang baik bagi suatu penilaian.
b. Nilai Kegunaan (Value In Use)
Nilai kegunaan diperoleh dari penggunaan sumberdaya (barang) tersebut oleh individu tertentu. Penilaian hutan adalah salah satu contoh suatu penilaian yang menggunakan konsep nilai kegunaan, lahan dan potensi tegakan hutan dinilai baik oleh penjual, maupun pembeli.
c. Nilai Sosial
Nilai yang tidak dapat ditentukan dengan kedua metode tersebut, sehingga ditetapkan melalui peraturan, hukum, atau peraturan.
Worrel (1961) dan Gregory (1979) membuat klasifikasi nilai manfaat sumberdaya hutan yang didasarkan atas perilaku pasar atas barang dan jasa yang dinilai tersebut, yaitu:
b. Nilai manfaat tidak nyata (intangible benefits) adalah nilai manfaat yang tidak dapat diukur secara langsung, karena mekanisme pasar tidak berjalan, ada faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi kegagalan pasar (market failure).
James, R. F. (1991) membuat klasifikasi nilai manfaat, yang membagi habis seluruh macam manfaat (nilai total manfaat) yang didasarkan atas sumber atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu:
a. Nilai guna (uses value) yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri pengolahan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti perladangan, kebun, produksi ikan, produksi air untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit listrik, ekowisata (wisata alam).
b. Nilai fungsi (functions value) yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari fungsi ekologis sumberdaya hutan, seperti pengendalian banjir, pencegahan intrusi air laut, habitat satwa.
c. Nilai atribut (attributes value) yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukan dari penggunaan materi (hasH produksi barang dan jasa), tetapi aspek kebutuhan psikologis manusia yaitu yang menyangkut budaya masyarakat. Pearce dan Turner (1990), dan Turner (1992) membuat klasifikasi nilai manfaat yang menggambarkan Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value), atas dasar klasifikasi menurut cara atau proses manfaat itu diperoleh, yaitu:
a. Nilai guna (use value)
Nilai guna langsung (direct use value)
Nilai guna langsung merupakan nilai yang bersumber dari penggunaan secara langsung oleh masyarakat atau perusahaan terhadap komoditas hasil hutan produksi, berupa flora pohon dan nir pohon, fauna, dan komoditas dari proses ekologis (ekosistem) hutan. Jenis manfaat penggunaan langsung ini dikelompokan atas 1) bahan baku industri, 2) bahan bangunan, 3) sumber energi, 4) pangan (makanan), 5) obat, 6) flora fauna untuk hiasan dan peliharaan, 7) air konsumsi rumah tangga (Fakultas Kehutanan IPB 1999).
Nilai guna tidak langsung (indirect use value)
Nilai guna tidak langsung merupakan manfaat yang diperoleh individu/masyarakat melalui suatu penggunaan secara tidak langsung terhadap sumberdaya hutan yang memberikan jasa (pengaruh) pada aktivitas ekonomi produksi atau mendukung kehidupan mahluk hidup. Nilai sumberdaya hutan yang termasuk dalam kategori nilai guna tidak langsung (indirect use value) adalah nilai berbagai fungsi jasa hutan berupa manfaat hutan bagi pengendalian banjir, prasarana angkutan air (sungai), pengendalian erosi dan penyerapan CO2 (carbon credit)
b. Nilai pilihan atau harapan masa akan datang (option value)
yang bersumber dari dua hal yaitu pertama preferensi masyarakat konsumen saat kini terhadap komoditas hutan (barang dan jasa) pada masa yang akan datang, maupun prefensi generasi yang akan datang (demand-side option value). Kedua adalah ketidakpastian teknologi pemanfaatan maupun manajemen sumberdaya terhadap pasok (supply) komoditas pada masa yang akan datang (supply-side option value).
c. Nilai keberadaan (existence value)
Nilai keberadaan merupakan nilai yang menggambarkan manfaat (kesejahteraan) yang diperoleh seseorang/masyarakat dengan mengetahui keberadaan hutan, meskipun masyarakat ini tidak memiliki atau menggunakan sumberdaya hutan tersebut, termasuk pula manfaat sosial budaya yang diperoleh masyarakat lokal sebagai interaksi kehidupan sosial budaya mereka dengan keberadaan hutan tersebut, yang berarti keberadaan hutan menentukan kelangsungan nilai-nilai sosial budaya masyarakat tersebut.