• Tidak ada hasil yang ditemukan

Benarkah Polemik masih berada di PKS Tan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Benarkah Polemik masih berada di PKS Tan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Benarkah Polemik masih berada di PKS, PRD dan Lenin? Rolip Saptamaji*

Sindiran Ragil Nugroho kepada PRD dalam artikel Oase berjudul PKS dan Lenin tak disangka-sangka menjadi polemik yang cukup menarik untuk diikuti. Bukan karena sanggahan keras dari PKS ataupun PRD malahan sanggahan keras ini muncul dari luar koridor PKS dan PRD yang merasa “kesucian” Lenin telah dinodai oleh tulisan Ragil. Tanggapan demi tanggapan terus bersautan di berbagai jejaring sosial namun makin menjauh dari konteks sindiran awal itu

sendiri. Kini, polemic tidak lagi melibatkan PRD dan PKS bahkan semakin menjauh dari konteks yang melahirkan sindiran itu.

Berbagai tuduhan muncul bahkan semakin meremehkan fase-fase pembangunan gerakan rakyat di Indonesia. Ted Sprague (?) yang menanggapi tulisan Ragil dan menggiringnya pada pedebatan siapa yang lebih Lenin dari yang lain. Dalam artikelnya yang menanggapi Tulisan Martin untuk menjawab tuduhan bahwa ia seoran Idealis, seakan jengah pada perdebatan tanpa arti

melancarkan tuduhan serius pada gerakan rakyat di Indonesia. Ted menyebutkan bahwa gerakan tidak memiliki tradisi polemic, kemudian menuding generasi awal PRD sebagai generasi

setengah matang, lebih jauh lagi ia menyatakan bahwa gerakan kiri telah gagal dan menyalahkan massa.

Tuduhan ini memang seakan ditujukan kepada Ragil dan Martin yang ia juluki pertapa dan intelektual galau. Namun ketika ia dengan bangga mengecam semua gerakan kiri dalam

tulisannya tuduhan ini menjadi generalisasi terhadap varian gerakan rakyat di Indonesia. Balasan Ragil dalam rubric Oase yang sengaja dilewatkan begitu saja oleh Ted yang menempatkannya dalam julukan satire tak berguna. Tidak perlu heran, tujuan Ted untuk melakukan propaganda sudah selesai, sekarang ia tinggal bertepuk dada merasa menang karena keberhasilannya membelokkan isu diskurus politik menjadi promosi organisasinya yang mulai menapaki bumi Indonesia.

Perbedaan pandangan Ragil dan Ted

Jika kita membaca lebih dalam kritik Ted sambil membaca profil organisasinya juga strategi dan taktik organisasinya maka kita akan menemukan benang merah kritik dan giringan Ted dalam polemic ini. Pada tulisannya yang terakhir ia menyatakan bahwa:

(2)

Inilah sebenarnya perbedaan mendasar antara Ragil dengan Ted Sprague, sedangkan pembahasan detail mengenai Lenin adalah pisau yang digunakan oleh Ted untuk

mempromosikan Tendensi organisasinya (Trotskist). Di lapangan strategi dan taktik telah terjadi perbedaan yang tajam diantara pemahaman mereka. Ragil masih menggunakan asumsi yang sama dengan PRD ataupun gerakan rakyat umumnya di Indonesia yang mengandalkan pembangunan massa melalui pengorganisiran di basis massa sedangkan Ted menggunakan asumsi yang berbeda yang dalam strategi politik disebut sebagai entrism atau di Indonesia sering disamakan dengan istilah infiltrasi meskipun terdapat perbedaan diantara kedua istilah tersebut. Entrism adalah sebuah strategi politik dimana sebuah organisasi menugaskan anggotanya atau pendukungnya untuk masuk ke organisasi lain, biasanya organisasi yang memilika massa lebih besar untuk menyebarkan pengaruh dan meluaskan ide dan program mereka

(Robertson,2003;116).

Tentang Entrisme

Entrism tidak identik dengan strategi politik organisasi Marxist ataupun Trotskist karena entrism juga dilakukan oleh partai/organisasi besar, Organisasi/Sekte Keagamaan, bahkan intelejen sebagai taktik perluasan dan pengumpulan informasi. Entrism sendiri sebagaimana bukan hal yang baru dalam strategi politik, strategi ini sama umurnya dengan politik itu sendiri. Dalam tradisi gerakan kiri, strategi ini sangat umum dilakukan berbarengan dengan pengorganisiran massa, perbedaan muncul ketika varian gerakan kiri seperti sebagian besar tendensi trotskist yang menggunakan entrism sebagai satu-satunya strategi.

Dalam tradisi gerakan trotskist, Entrism dilakukan bukan hanya untuk perluasan namun juga untuk mengarahkan organisasi yang sedang disusupi untuk menjalankan garis Leninis dengan asumsi bahwa organisasi tersebut tidak Leninis atau belum Leninis karena hanya

organisasinyalah yang memahami Lenin. Format classic entrism pada gerakan trotskis diambil dari usulan taktik dari Trotsky sendiri pada 1934 hingga 1936 yang dikenal sebagai The French Turn ketika trotskis perancis (International Left Opposition) mengambil taktik entrism ke dalam partai sosialis perancis dan berhasil merekrut 300 anggota. Keberhasilan ini kemudian diikuti oleh gerakan Trotskist di Negara lain seperti di Inggris oleh Millitant Tendency yang masuk kedalam partai buruh sejak 1950 hingga akhirnya dikeluarkan pada 1980.

Inilah letak perbedaan utama antara Ragil dan Ted Sprague yang menghasilkan polemic itu bukan pada salah baca Lenin. Polemic yang digiring oleh Ted pada kampanye organisasinya ini menegasikan perdebatan yang ingin dimulai yaitu permasalahan konteks perkembangan gerakan kiri di Indonesia dan pilihan strategi politiknya.

Menjawab Tuduhan

(3)

“…. Tradisi berpolemiklah yang hampir tidak ada di dalam gerakan kita, di mana perbedaan politik seringkali justru menjadi intrik personal dan gontok-gontokan tanpa arti. Ini semua karena absennya kemampuan untuk mengartikulasikan perbedaan politik dengan polemik tajam namun tegas. Walhasil, perbedaan-perbedaan politik tak

terekspresikan dengan jelas dan yang menonjol hanya intrik-intrik sekunder. Tidak ada pelajaran yang dapat dipetik dari benturan-benturan dan perpecahan-perpecahan di dalam gerakan.”

Pernyataan ini sebenarnya adalah pernyataan apriori dari Ted Sprague (?) yang tidak pernah terlibat langusng dalam dinamika gerakan kiri di Indonesia. Polemic gerakan kiri di Indonesia berlangung baik di dalam maupun diluar organisasinya bahkan jauh sebelum PRD di

deklarasikan. Sebut saja PRD dan PRP juga KPRM, ketiganya muncul melalui polemic panjang bukan sekedar intrik-intrik sekunder namun perdebatan substansial yang memisahkan mereka.

Kedua, generasi awal PRD adalah generasi setengah matang.

“…Generasi PRD awal adalah generasi pertama yang mengangkat Marxisme dari

kuburnya. Pemuda-pemudi pemberani ini membuka jalan bagi kita semua, namun mereka adalah korban jaman. Marxisme mereka setengah matang karena keterbatasan objektif yang ada: terjemahan karya-karya Marxis yang tidak lengkap; tradisi Marxisme sudah hilang, yang ada hanya dari mantan-mantan PKI yang sendirinya sudah terdemoralisasi akibat 1965”

“ Namun ini tidak terbatas pada PRD. Kita berbicara mengenai PRD karena ia adalah satu-satunya organisasi berhaluan Marxis di Indonesia saat itu yang serius dan

terorganisir secara ideologi, politik, dan organisasi. Bila PRD saja bisa terdemoralisasi dan kader-kadernya bertekuk lutut satu per satu, apalagi yang ada di luar PRD.”

Tuduhan kedua ini menjadi sarat dengan modus propaganda dengan argument yang saling tidak terhubung (non sequitur). Ted Sprague (?) memunculkan penanda mengambang seperti matang atau setengah matang yang tak jelas ukurannya, disandingkan dengan situasi objektif yang memiliki kausal idealistic seperti terjemahan karya-karya Marxis yang berarti kematangan diukur oleh berapa banyak karya Marxis yang dibaca dan tradisi. Jika kematangan Marxisme di suatu Negara diukur dengan terjemahan karya marxis, agaknya sejarah Marxisme di Indonesia atau bahkan di seluruh asia menjadi sejarah yang setengah matang.

(4)

dikeluarkan setelah ada yang bertanya “lantas siapa yang tidak terdemoralisasi?” tentu ia akan menunjuk pada dirinya sendiri.

Ketiga, gerakan kiri telah gagal dan menyalahkan massa.

“… masalah utama dari banyak organisasi Kiri. Gagal dalam merekrut ketika melakukan intervensi perjuangan kelas, mereka lalu menyalahkan massa yang katanya kesadarannya rendah.”

Tuduhan terakhir adalah tuduhan terberat dari kedua tuduhan sebelumnya dengan menyatakan bahwa organisasi kiri gagal dan menyalahkan massa, Ted Sprague (?) telah menegasikan banyak organisasi kiri di Indonesia. Kampanye semacam ini memang lazim ketika organisasi kiri

berebut Lenin. Upaya generalisasi ini tentu saja serampangan berasal dari asumsi propagandis yang liar tanpa fakta dan tidak dapat dipercaya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan kiri mengalami penyusutan mobilisasi dan perpecahan sejak tahun 2006 namun mengatakan bahwa organisasi kiri telah menyalahkan massa dengan menuduh massa berkesadaran rendah adalah tudingan yang serampangan. Tidak akan ada pembasisan kaum urban di pemukiman kumuh di kota-kota dan petani di pelosok desa jika tudingan Ted Sprague (?) benar.

Simpulan

Gerakan kiri atau gerakan rakyat di Indonesia tidak hanya dibangun melalui polemik dan intrik namun juga melalui perjalanan panjang eksperimen-eksperimen strategi taktik. Kenyataan bahwa PRD kini menjadi partai politik yang tidak popular dikalangan gerakan rakyat tidak dapat

digeneralisir sebagai frustasi gerakan kiri secara keseluruhan karena disisi lain gerakan kiri terus menerus terkonsolidasi. Pertanyaan klise mengenai siapa yang lebih Lenin dari yang lain

seharusnya sudah berganti pada pertanyaan mengenai realitas objektif yang dihadapi oleh gerakan rakyat. Tidak ada cetak biru dalam pembangunan gerakan rakyat, justifikasi terburu-buru terhadap salah satu strategi politik hanya akan menumpulkan fungsi strategi itu sendiri.

Bandar lampung, 16 agustus 2012

(5)

Referensi:

Grant, Ted. Problems of Entrism; http://www.marxist.net/openturn/historic/index.html

Robertson, David. The Routledge Dictionary of Politics. Routledge, 2003

Sprague, Ted. PKS masih Bukan Lenin Kembali Ke Seabad yang lalu tanggapan terhadap martin suryajaya; http://www.militanindonesia.org/teori/lainlain/8328-pks-masih-bukan-lenin-kembali-ke-seabad-yang-lalu-tanggapan-terhadap-martin-suryajaya.html

Taffe, Peter. Entrism (1937 Introduction to republication); http://www.marxist.net/openturn/historic/index.html

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan strategi analisis SWOT yang dap- at dikembangan objek wisata Kota Banda Aceh yaitu dengan mempertahankan dan meningkat- kan kualitas objek wisata kemudian melakukan

Namun hasil yang berbeda didapat dari penelitian Putra dan Purba (2017) yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif antara nature of industry terhadap

Dengan mencermati beberapa fenomena siswa pada jenjang SD yang kurang memiliki perilaku keberagamaan yang baik, dan masih perlunya dorongan dari guru dalam

Pada penelitian ini Penulis membatasi pada analisis hidrogeologi dan geokimia air tanah, untuk menentukan persebaran anomali kimia air tanah, dan memprediksi

Bahkan dalam perkembangannya, para amatir radio tersebut bukan hanya memiliki kode etik, melainkan juga mengorganisir dirinya dalam sebuah organisasi yang bukan hanya berada di

Loyalitas konsumen Natasha Skin Care yang tidak begitu baik (penurunan konsumen Natasha Skin Care Kudus) memperlihatkan bahwa kepercayaan konsumen konsumen dan

Untuk memperkuat akuntabilitas dalam penerapan tata pemerintahan yang baik dan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/09/m.pan/5/2007

Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Kedisiplinan terhadap Prestasi Belajar Siswa di MTsN se Kabupaten yang ditunjukkan dari t hitung 4,012 dan