Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
220
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 1 Ogowele
Pada Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Pendekatan
Contexstual Teaching And Learning (CTL)
Sukmawati, Lestari M.P. Albiansyah, dan RitmanIshakPaudi
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Masalah utama pada penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Penyebab permasalahan adalah pemahaman siswa pada konsep perkembangbiakan pada tumbuhan sangat rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti menerapkan pendekatan Contexstual Teaching and Learning (CTL). Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rancangan penelitian mengacu pada desain Kemmis dan Mc. Taggart, terdiri atas empat komponen, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi. Tindakan dalam penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus. Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN 1 Ogowele, subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang terdiri dari 20 orang siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas V SDN 1 Ogowele bahwa hasil belajar siswa pada siklus I masih rendah yakni hanya 12 orang siswa yang tuntas dari 20 orang siswa atau 60% namun pada siklus 2 telah meningkat hingga mencapai 18 orang siswa yang tuntas dari 20 orang siswa atau 90%, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Contexstual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Ogowele pada pembelajaran IPA.
Kata kunci: CTL, Hasil Belajar, Pembelajaran IPA.
I. PENDAHULUAN
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran IPA merupakan salah satu program pembelajaran yang perlu diajarkan sejak di Sekolah Dasar. Tujuannya untuk membina dan menyiapkan peserta didik agar nantinya peserta didik tanggap dalam menghadapi lingkungannya. Sejalan dengan itu
Abruscato(Khaerudin,2005:15) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPA di kelas dapat: (1) mengembangkan kognitif siswa, (2) mengembangkan afektif siswa,
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
221 menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang mungkin dapat terjadi di lingkungan sekitar.
James, (Samatowa, 2006: 1) mendefinisikan IPA sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan diekspermentasikan lebih lanjut. Sedangkan Dowler (Winaputra, 1992: 122)
mengemukakan bahwa IPA merupakan ilmu yang menghubungkan dengan gejala-gejala alam yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum dan berupa
kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Sekolah Dasar, salah satu bidang kajian materi dalam pelajaran IPA adalah Perkembangbiakan pada Tumbuhan. Dimana konsep materi ini sangat dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Dalam materi Perkembangbiakan pada Tumbuhan dibutuhkan kemampuan siswa untuk mengkonstruksipemikirannya sendiri sehingga siswa dapat memahami materi tersebut dengan baik. Selain itu, untuk dapat melaksanakan pembelajaran IPA dengan baik khususnya pada materi Perkembangbiakan pada Tumbuhan, guru juga harus mempunyai keterampilan merancang dan mengelola proses pembelajaran dengan memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar menjadi bermakna diantaranya adalah dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2008:102). Sedangkan Sanjaya (2006: 255) mengemukakan bahwa
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
222 Kunandar (2007:274) mengartikan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa serta meminta ketekunan dalam belajar.
Guru merupakan penentu keberhasilan proses pembelajaran dan
melaksanakan kurikulum untuk mewujudkan pembelajaran berkualitas sesuai visi, misi, dan tujuan sekolah (Mulyasa, 2007:36). Dari hasil observasi dan wawancara
pada pra penelitian yang dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2014 pada siswa kelas V SDN 1 Ogowele ditemukan permasalahan dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi Perkembangbiakan Tumbuhan.
Peneliti melakukan observasi langsung di Kelas V SDN 1 Ogowele dengan hasil observasi bahwa: (1) proses pembelajaran Perkembangbiakan pada Tumbuhan di sekolah dasar belum sepenuhnya melibatkan siswasecara aktif dalam mengkonstruksipemikirannya sendiri, dengan mengutamakan kemampuan berfikir siswa dalam memperoleh pengetahuan dan menghubungkannya dengan fenomena-fenomena yang ada di lingkungan sekitar siswa. (2) Guru dalam memberikan pertanyaan hanya sebatas pertanyaan ingatan dan pengetahuan saja, kurang mengarah pada pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada pengembangan kemampuan berfikir anak dengan menghubungkan antara materi Perkembangbiakan pada Tumbuhan yang diajarkan dengan fenomena-fenomena yang ada dilingkungan sekitar siswa, sehingga siswanya hanya memperoleh pengetahuan berdasarkan informasi dari guru, bukan berdasarkan pengalaman siswa, (3) guru dalam mengajarkan materi Perkembangbiakan pada Tumbuhan hanya menggunakan dan
menampilkan media gambar dari karton, dan siswa hanya berpatokan pada buku saja, selain itu siswa juga hanya sebatas menyimak dan menyaksikan media gambar yang ditampilkan guru, tanpa melihat secara langsung untuk apa konsep itu diajarkan, sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi masih sangat rendah.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
223 Pembelajaran IPA melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
II. METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi atau tempat di SDN 1 Ogowele. Pemilihan sekolah tersebut dilatarbelakangi oleh: (a)
lokasi sekolah terjangkau; (b) sudah terjalin komunikasi yang harmonis antara kepala sekolah, guru, dengan peneliti maupun personil-personil sekolah lainnya.
langkah penelitian/rencana implementasi tindakan dalam penelitian ini mengikuti proses siklus atau daur ulang yang dilakukan menurut model Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja,2008:66) yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun tahap-tahap penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan 1.
Bagan 1. Tahap-Tahap Penelitian
Variabel penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Ogowele pada semester 1 tahun ajaran 2014/2015. Alasan pemilihan kelas ini adalah; (1) masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah perkembangbiakan pada Tumbuhan, (2) kurangnya penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) oleh guru kelas, yang lebih dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran (3) adanya dukungan dari kepala sekolah dan guru setempat untuk melaksanakan kegiatan penelitian di kelas yang bersangkutan.
SIKLUS I
Perencanaan Pelaksanaan Observasi
Refleksi Belum Berhasil
SIKLUS II
Perencanaan Pelaksanaan Observasi
Refleksi Berhasil
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
224 Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V SDN 1 Ogowele Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian tindakan ini adalah Tes, wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan cara mengelompokkan data
aspek guru dan aspek siswa. Teknik ini dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Kunandar, 2008:101) yang terdiri dari tiga tahap kegiatan yang dilakukan secara
berurutan, yaitu: mereduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan dan verifikasi data.
Data kuntitatif diperoleh dari tes awal dan tes akhir Data tersebut kemudian diolah dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sumber: KKM SDN 1 Ogowele).
1. Persentase daya serap individu
(DSI) = x 100%
Keterangan :
X = Skor yang diperoleh siswa Y = Skor maksimal soal DSI = Daya serap Individu
Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika persentase daya serap individu sekurang-kurangnya ≥75%.
2. Ketuntasan Belajar secara Klasikal
(KBK) = Ʃ�
Ʃ� x 100% Keterangan:
ƩN = Jumlah siswa yang tuntas
ƩS = Jumlah siswa seluruhnya KBK = Ketuntasan belajar klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas jika presentase klasikal dicapai adalah ≥85%
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
225 Adapun kriteria standar keberhasilan dari segi indikator hasil ditentukan dengan merujuk pada pendapat Nurkancana (dikutip dari Heriani, 2008:36).Tingkat keberhasilan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Keberhasilan
Tingkat Keberhasilan Kualifikasi
85%-100% Sangat Baik (SB)
70%-84% Baik (B)
55%-69% Cukup (C)
46%-54% Kurang (K)
0%-45% Sangat Kurang (SK)
Berdasarkan kriteria standar tersebut, maka peneliti menentukan indikator keberhasilan tindakan pada penelitian ini tercapai apabila setiap siswa kelas V SDN
1 Ogowele pada pokok bahasan Perkembangbiakan pada Tumbuhan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)memperoleh nilai ≥ 75 atau 7,5
dan ketuntasan belajar ≥ 85%.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
226 Tabel 2. Lembar Observasi AktivitasGuru Siklus I dan II
No Aspek yang Diamati Skor a. Memberikan salam
b. Berdoa dan mengecek kehadiran siswa
c. Guru mempersiapkan fasilitas yang terkait dengan pembelajaran
d. Guru melakukan apersepsi seperti menanyakan pelajaran yang sebelumnya dan mengaitkannya dengan pelajaran sekarang yang ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. e. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai f. Siswa dimotivasi agar melaksanakan kegiatan dengan
penuh semangat.
g. Membagi siswa kedalam 5 kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 orang) secara heterogen. (Komponen Masyarakat Belajar).
Kegiatan Inti
a. Guru membagikan beberapa gambar tumbuhan yang berbeda pada setiap kelompok kemudian menyuruh siswa mengamati tumbuhan tersebut (komponen kontruktivisme)
b. Guru membimbing siswa untuk bertanya tentang cara perkembangbiakan pada tumbuhan (Komponen Bertanya) c. Guru membagikan LKS pada setiap kelompok untuk
dikerjakan
d. Guru meminta siswa mendiskusikan jawaban setiap kelompok
e. Guru membimbing siswa dalam kerja kelompok sehingga siswa aktif (komponen masyarakat belajar).
f. Guru meminta siswa mempresentasekan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapinya (pemodelan).
g. Guru memberikan penguatan atau pujian kepada setiap kelompok yang mengerjakan LKS dengan benar h. Guru membagikan tes formatif kepada siswa untuk
dikerjakan
i. Guru melakukan penilaian terhadap hasil tes atau pekerjaan siswa (komponen penilaian nyata). Kegiatan Akhir
a. Guru meminta siswa untuk mengungkapkan pertanyaan yang belum dipahami
b. Guru meminta Siswa merangkum materi pelajaran sebagai kegiatan refleksi (komponen refleksi).
c. Guru memotivasi kepada siswa untuk rajin belajar dan d. mengulangi pelajaran di rumah.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
227 Ket: Sangat Baik (SB) Skor = 4
Baik (B) Skor = 3 Cukup Baik (CB) Skor = 2 Kurang Baik (KB) Skor = 1
Aktivitasguru memperoleh persentase nilai rata-rata 61,84% yang mana persentase nilai rata-rata tersebut masuk dalam kategori cukup. Dengan acuan diatas menunjukkan bahwa aktifitas guru pada siklus pertama belum optimal. Sehingga perlumengereksi kekurangan-kekurangan dalam mempersiapkan segalah sesuatunya, untuk melakukan tindakan selanjutnya.
Selanjutnya Aktivitas guru pada siklus kedua dengan materi Perkembangbiakan pada tumbuhan dengan cara vegetatif dengan menggunakan media perkembangbiakan pada tumbuhan, dari 19 aspek yang diamati pada observasi
aktivitas guru siklus kedua yang memperoleh nilai sangat baik sebanyak 11 aspek, yang memperoleh nilai baik sebanyak 7 aspek, yang memperoleh cukup baik
sebanyak 1 aspek. Setelah skor dari setiap aspek diakumulasikan, maka peneliti memperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 90,78%
Aktivitas guru memperoleh persentase nilai rata-rata 90,78% yang mana persentase nilai rata-rata tersebut masuk dalam kategori sangat baik. Dengan acuan diatas menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus keduasudah optimal.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
228 Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II
No Aspek yang Diamati Skor
a. Siswa memberikan salam b. Siswa Berdo’a
c. Siswa mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dicapai d. Siswa termotivasi melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan penuh semangat.
e. siswa membentuk kelompok-kelompok 1.Kegiatan Inti
a. siswa mengamati Gambar tumbuhan yang dibagikan oleh guru untuk mengembangkan pengetahuan awalnya berdasarkan pada pengetahuan barunya
b. Siswa menjawab pertanyaan guru berdasarkan pengamatannya
c. siswa menerima LKS dari gurunya untuk dikerjakan dengan teman kelompoknya
d. Setiap kelompok mengerjakan LKS berdasarkan petunjuk yang ada pada LKS
e. Siswa aktif dalam mengemukakan gagasan atau pendapatnya
f. siswa aktif dalam mendiskusikan jawaban dari LKS dengan teman kelompoknya
g. siswa mempresentasekan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok yang lain menanggapinya
h. Siswa mengerjakan tes formatif Kegiatan Akhir
a. siswa mengungkapkan pertanyaan yang belum dipahami b. Siswa merangkum materi pelajaran sebagai kegiatan
refleksi
Presentase Nilai Rata-rata (%) 68,33 90
Ket: Sangat Baik (SB) Skor = 4 Baik (B) Skor = 3 Cukup Baik (CB) Skor = 2 Kurang Baik (KB) Skor = 1
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
229 yang memperoleh nilai sangat baik 2 aspek, yang memperoleh nilai baik sebanyak 8 aspek, yang memperoleh cukup baik sebanyak 4 aspek dan yang memperoleh nilai kurang baik sebanyak 1 aspek. Setelah skor dari setiap aspek diakumulasikan, maka aktivitas siswa memperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 68,33% masuk dalam kategori cukup. Dengan acuan tersebut menunjukkan bahwa aktifitas siswa pada siklus pertama belum optimal.
Hal yang menyebabkan aktivitas siswa belum optimal diantaranya yaitu siswa belum termotivasi melaksanakan pembelajaran, sebagian siswa kurang aktif dalam
mengemukakan pendapatnya dan sebagian siswa belum mengungkapkan pertanyaan yang belum dipahami. Oleh karena itu peran guru sangatlah penting memotivasi dan membimbing siswa dalam mengungkapkan pendapat dan pertanyaan yang belum dipahami pada siklus selanjutnya sehingga hasil yang diperoleh dapat mencapai target berdasarkan indikator yang ditentukan.
Selanjutnya, Aktivitas siswa pada siklus kedua dengan materi perkembangbiakan pada Perkembangbiakan pada tumbuhan dengan cara vegetatif dengan menggunakan media perkembangbiakan pada tumbuhanmemperlihatkan bahwa dari 15 aspek yang diamati pada observasi aktivitas siswa siklus keduayang memperoleh nilai sangat baik sebanyak 9 aspek dan yang memperoleh nilai baik sebanyak 6 aspek. Setelah skor dari setiap aspek diakumulasikan, maka aktivitas siswa memperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 90%masuk dalam kategori sangat baik. Dengan acuan diatas menunjukkan bahwa aktifitas siswa pada siklus keduasudah optimal.
Hal yang menyebabkan aktivitas siswa sudah optimal diantaranya yaitu siswa sudah termotivasi melaksanakan pembelajaran, hampir seluruh siswa aktif dalam
mengemukakan pendapatnya dan banyak siswa sudah mengungkapkan pertanyaan yang belum dipahami.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
230 Tabel 4. Data Hasil Evaluasi Siswa Siklus I dan II
No Nama siswa Siklus 1 Siklus 2 Keterangan
Ketentuan klasikal 60% 90%
Bila data pada tabel diatas diperhatikan,dari 20 siswayang mengikuti tes pada siklus pertama hanya 12 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75, sedangkan pada siklus 2
telah terjadi peningkatan yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 18 siswa. Hasil evaluasi data tabel diatas secara terperinci dapat dikemukakan bahwa hasil evaluasi pada siklus pertama ditinjau dari segi ketuntasan secara klasikal ternyata belum dapat memenuhi kriteria yakni ≥ 80%, sehingga perlu diadakan perbaikan yang
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
231 Pembahasan
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri atas 4 komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi.Kegiatan perencanaan dalam siklus I dan siklus II diawali dengan menyiapkan seluruh perangkat pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang disesuaikan dengan metode pembelajaran yang akan digunakan serta materi yang akan diajarkan,
Lembar Kerja Siswa (LKS), tes akhir tindakan, kunci jawaban tes akhir tindakan, dan membuat lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran,
serta menyiapkan media-media pembelajaran yang mendukung pembelajaran didalam kelas.
Pada pelaksanaan tindakan peneliti menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Nurhadi (2003: 31) Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) jika menerapkan 7 komponen utama pendekatan yaitu: kontrukvisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian nyata.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada siklus 1 memperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 61.84% dan pada siklus 2 sebesar 90,78% Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1 memperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 68,33% dan pada siklus 2 juga telah terjadi peningkatan sebesar 90%. Jika dilihat dari hasil evaluasi ditinjau dari segi ketuntasan secara klasikal yakni dari 60% menjadi 90%.
Berdasarkan indikator keberhasilan tindakan pada penelitian ini dapat dilihat taraf keberhasilan guru dan siswa mencapai nilai rata dengan kriteria sangat baik, maka aktivitas guru dan siswa dikatakan berhasil. Selain itu, siswa kelas V SDN 1
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
232 IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas V SDN 1 Ogowele
bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siklus pertama masih rendah yang dapat dilihat dari hasil evaluasi yakni 12 siswa yang tuntas dari 20 siswa atau 60%. Namun pada siklus
selanjutnya telah meningkat hingga mencapai 18 siswa yang tuntas dari 20 siswa atau 90%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Teaching and Learning (CTL)
pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Ogowele.
Saran
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
233 DAFTAR PUSTAKA
Khaeruddin Carin, dkk. 2005. Pembelajaran IPA Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar: Badan Penerbit Makassar.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: RemajaRosdakarya.
Samatowa Usman. 2006. Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Depdikbud Dirjen Dikti.
Sanjaya, Wina. 1997. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Winaputra.1992. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Depdiknas.