• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 3 SATU ATAP DESA PADABAHO KECAMATAN BAHODOPI KABUPATEN MOROWALI | A | EDU CIVIC 6160 20381 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 3 SATU ATAP DESA PADABAHO KECAMATAN BAHODOPI KABUPATEN MOROWALI | A | EDU CIVIC 6160 20381 1 PB"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 3 SATU ATAP DESA PADABAHO KECAMATAN BAHODOPI

KABUPATEN MOROWALI Arniati A1

Widayati Pujiastuti2 Dwi Septiwiharti3

Program Studi PPKn, Jurusan pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSTRAK

Masyarakat melihat bahwa pendidikan itu hanya dipertanggungjawabkan oleh pemerintah dan sekolah sebagai pelaksana pendidikan. Hal ini kemudian menimbulkan kesenjangan pandangan tentang mutu pendidikan di desa padabaho. yang menjadi tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Satu Atap. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode kualitatif. Jumlah populasi 233 dan sampel 34 orang tua siswa/masyrakat di SMPN 3 Satu Atap Padabaho. Data menunjukan bahwa 14 orang responden (38,88%) pernyataan orang tua siswa tentang prestasi anaknya di sekolah. 12 orang responden (35,29%) pernyataan orang tua siswa tentang prestasi anaknya di sekolah. Dan 8 orang responden (23,52%) menyatakan kadang-kadang bertanya tentang prestasi anaknya di sekolah. Data menunjukan bahwa 12 orang responden (35,29%) menyatakan selalu Pernyataan Orang Tua Siswa Menanyakan Informasi Tentang Akreditas SMPN 3 Satu Atap 12 orang responden (35,29%) menyatakan sering Pernyataan Orang Tua Siswa Menanyakan Informasi Tentang Akreditas SMPN 3 Satu Atap. 6 orang responden (17,64%) menyatakan kadang-kadang Pernyataan Orang Tua Siswa Menanyakan Informasi Tentang Akreditas SMPN 3 Satu Atap. 4 orang responden (11,76%) menyatakan tidak pernah Pernyataan Orang Tua Siswa Menanyakan Informasi Tentang Akreditas SMPN 3 Satu Atap. Data menunjukan, bahwa 10 orang responden (35,29%) menyatakan selalu pernah bertanya mengenai mutu pendidikan kepada kepala sekolah SMPN 3 SATAP. 9 orang responden (26,47%) menyatakan sering pernah bertanya mengenai mutu pendidikan kepada kepala sekolah SMPN 3 SATAP. 9 orang responden (23,52%) dan menyatakan kadang-kadang pernah bertanya mengenai mutu pendidikan kepada kepala sekolah SMPN 3 SATAP. 5 orang responden (14,70%) menyatakan tidak pernah pernah bertanya mengenai mutu pendidikan kepada kepala sekolah SMPN 3 SATAP. Kesimpulkan bahwa disebabkan kurang maksimalnya kinerja guru serta peran orang tua siswa dalam mendukung dan keterlibatan dirinya dalam perkembangan anaknya disekolah.

Kata Kunci: Persepsi Masyarakat/orang tua siswa terhadap mutu pendidikan. 1.

Penulis ini adalah Mahasiswa FKIP Universitas Tadulako Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS, Semester Akhir, Stambuk A 321 10 088

2.

Pembimbing I 3.

(2)

1. PENDAHULUAN

Pendidikan akan tetap jadi perbincangan di setiap kalangan. Karena secara teori kita masih membutuhkan rumusan pendidikan yang benar-benar mampu mencerdaskan kehidupan bangsa secara merata, dan tanpa terkecuali masyarakat di negeri ini yang hidup di pedalaman. Secara formal, pendidikan memang telah diupayakan agar merambah ke seluruh penjuru negeri. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan formal di setiap ruas kota hingga pedesaan yang jauh. Namun, meski begitu iklim serta nuansa pendidikan tentu didominasi di kawasan perkotaan yang lebih dahulu dihinggapi kemajuan, bahkan dalam segala aspek kehidupan. Kemajuan-kemajuan itu membuat kawasan perkotaan begitu kental nuansa pendidikannya dibandingkan dengan kawasan pedesaan atau pedalaman yang masih alakadarnya. Ironisnya, standar pendidikan justru diratakan secara nasional sesuai dengan standar perkotaan yang lebih dulu maju.

Masyarakat adalah sistem sosial yang di dalamnya unit-unit melakukan saling hubungan dalam memberi aksi dan reaksi terhadap setiap peristiwa. Setiap aksi-reaksi masyarakat merupakan respon sekaligus stimulan bagi munculnya inovasi dan transformasi dalam masyarakat itu sendiri. Proses tranformasi terjadi dalam struktur sosial melalui proses komunikasi baik langsung, maupun tidak langsung. Proses komunikasi itu kemudian memberikan warna terhadap perubahan cara pandang dan budaya masyarakat melalui agen perubahan. Agen perubahan adalah masyarakat sekolah itu sendiri. Ia adalah subyek sekaligus obyek dari perubahan yang terjadi di dalam.

(3)

berkelanjutan atau sesaat. Apalagi jika bicara tentang mutu serta kualitas pendidikan. Melihat titik pesoalan yang ada di desa padabaho terlihat dari bentuk partisipasi masyarakat terhadap mutu pendidikan, dimana hanya terbatas pada dukungan finansial, artinya orang tua siswa masyarakat hanya memberikan biaya untuk anaknya sekolah tanpa memberikan dukungan moril, pengawasan terhadap proses pelaksanaan pendidikan di sekolah. Masyarakat hanya melihat bahwa pendidikan itu hanya dipertanggungjawabkan oleh pemerintah dan sekolah sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Hal ini kemudian menimbulkan kesenjangan pandangan tentang mutu pendidikan di desa padabaho. maka peneliti bermaksud melakukan penelitian di SMP Negeri 3 Satu Atap, desa Padabaho

kecamatan Bahodopi dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Mutu

Pendidikan di SMP Negeri 3 Satap Desa Padabaho Kecamatan Bahodopi

Kabupaten Morowali”.

II METODE

Penelitian ini akan dilakukan dengan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menempatkan peneliti sebagai key instrument (instrumen penelitian) dengan data yang meliputi kata-kata tertulis atas lisan dari orang-orang yang memahami objek penelitian, pendekatan kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama serta pola-pola nilai yang dihadapi di lapangan (Moelong, 2001:22). secara umum penelitian kualitatif sebagai suatu proses dari berbagai langkah yang melibatkan peneliti, paradigma teoritis dan interpretatif, strategi penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data empiris, maupun pengembangan interpretasi dan pemaparan Agus Salim, (2006:79).

Penelitian ini akan menggunakan metodologi penelitian paradigma interpretif. Paradigma interpretif adalah suatu paradigma yang menganggap bahwa ilmu bukanlah didasarkan pada hukum dan prosedur yang baku. Setiap gejala/peristiwa bisa jadi memiliki makna yang berbeda. Ilmu bersifat induktif, 4.

Moleong, Lexy. (2001).Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya. 5.

(4)

berjalan dari yang spesifik menuju ke yang umum dan abstrak. Ilmu bersifat ideografis, artinya ilmu mengungkap realitas melalui simbol-simbol dalam bentuk deskriptif. Pendekatan interpretif pada akhirnya melahirkan pendekatan kualitatif Ambarsari, (2007:77). Paradigma ini menyatakan bahwa pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari-hari, dan hal tersebutlah yang menjadi langkah awal penelitian ilmu-ilmu sosial. Pendekatan interpretif berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretatif diadopsi dari orientasi praktis. Secara umum pendekatan interpretatif merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. Interpretif melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat fakta sebagai hal yang cair (tidak kaku) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretatif. Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan netral. Fakta merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual yang beragantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial mengandung ambiguisitas yang besar. Perilaku dan pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat dinterpretasikan dengan berbagai cara Ardian, (2010:57).

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII IX SMP Negeri 3 Satu atap yang berjumlah 233 siswa. Pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dalam penelitian ini dimana dengan menggunakan Wawancara, Observasi, Angket dan Dokumetasi. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan 1) lembar wawancara orang tua, siswa dan guru, 2) lembar observasi siswa. Untuk mengelola data mentah menjadi informasi bermakna peneliti melakukan tiga tahapan, yaitu: Pengumpulan data, reduksi data, penyajian daya, Penarikan kesimpulan dan verifikasi.

6.

Ambarsari, (2007). Stigma dan Paradigma . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

7.

(5)

III HASIL

SMP Negeri 3 SATAP Desa Padabaho terletak di jalan desa padabaho kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali. SMP Negeri 3 SATAP didirikan pada tahun 2009 dan mulai beroperasi pada tahun 2013 dengan luas lahan sebesar 7.166,68 m². Jumlah gedung bangunan yang ada di SMP Negeri 3 SATAP sebanyak 16 ruangan yang terdiri dari 7 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang UKS, 1 ruang perpustakaan, 2 ruang kamar mandi (WC) terpisah untuk guru dan siswa, serta 3 ruang untuk rumah dinas.

(6)

bahkan profesi apapun masyarakat tersebut (wiraswasta, militer, guru, dan sebagainya) secara umum menunjukkan tindakan-tindakan pengorbanan demi pendidikan anaknya.

Segala bentuk pengorbanan yang ada, tindakan-tindakan yang dilahirkan setiap manusia pastilah didorong oleh sejumlah harapan masyarakat terhadap pendidikan. Konsekuensi logis dari harapan akan menurun pada sejumlah tuntutan dimasyarakat terhadap idealitas mutu penyelenggaraan pendidikan agar memperoleh yang terbaik dalam proses pembelajaran anak anaknya.Yusuf adalah orangtua siswa (Tokoh Masyarakat, Kepala Dusun II) pada sekolah SMPN 3 SATAP di desa Padabaho kecamatan Bahodopi dalam wawancara saat penulis menanyakan harapannya terhadap pendidikan mengatakan, “ya supaya apa ya, hari ke depannya lebih bagus lagi” sambil tersenyum kecil. Berdasarkan percakapan tersebut disimpulkan bahwa Beliau sangat mengharapkan kualitas mutu pendidikan yang lebih baik lagi terhadap mutu penyelenggaraan pendidikan dari pada yang saat ini, terutama dalam hal realisasi program pendidikan gratis oleh pemerintah agar gratis secara total.

(7)

memperoleh hasil persentase sebanyak 66% dimana Bapak Muhlis adalah orang tua dari Faizal anak yang mendapat peringkat hasil belajarnya baik III di kelas VIII. Bapak Setiawan memperoleh hasil persentase sebanyak 94% dimana Bapak Setiawan adalah orang tua dari Riyan anak yang mendapat peringkat hasil belajarnya baik I di kelas IX dan Bapak Saripuddin memperoleh hasil persentase sebanyak 80% dimana Bapak Saripuddin adalah orang tua dari Lisa anak yang mendapat peringkat hasil belajarnya baik II di kelas IX serta Ibu Efrina memperoleh hasil persentase sebanyak 70% dimana Ibu Efrina adalah orang tua dari Alif anak yang mendapat peringkat hasil belajarnya baik III di kelas IX.

Bapak Randi memperoleh hasil persentase sebanyak 74% dimana Bapak Asep adalah orang tua dari Ihsan anak sekolah di SMPN 3 SATAP kelas VII, Bapak Sakkir memperoleh hasil persentase sebanyak 78% dimana Bapak sakkir adalah orang tua dari Aisah anak yang sekolah di SMPN 3 SATAP di kelas VII dan Bapak Samsi memperoleh hasil persentase sebanyak 76% dimana Bapak Samsi adalah orang tua dari Annisa anak sekolah di SMPN 3 SATAP di kelas VII. Sedangkan Bapak Rahmat memperoleh hasil persentase sebanyak 96% dimana Bapak Rahmat adalah orang tua dari Maisarah anak yang yang di kelas VIII dan Bapak Opraizal memperoleh hasil persentase sebanyak 88% dimana Bapak Opraizal adalah orang tua dari Febrianti anak yang di kelas VIII, serta Bapak

Mas’ud memperoleh hasil persentase sebanyak 60% dimana Bapak Mas’ud

adalah orang tua dari Nuralifah anak yang di kelas VIII. Sedangkan Bapak Syaiful memperoleh hasil persentase sebanyak 90% dimana Bapak Syaiful adalah orang tua dari Afizah anak yang di kelas IX, dan Bapak Eko memperoleh hasil persentase sebanyak 72% dimana Bapak Eko adalah orang tua dari Dwi Gina anak yang di kelas IX, serta Bapak Awaludin memperoleh hasil persentase sebanyak 68 % dimana Bapak Awaludin adalah orang tua dari Elizabeth anak yang di kelas IX.

IV Pembahasan

(8)

responden (23,52%) menyatakan kadang-kadang bertanya tentang prestasi anaknya di sekolah.

Data menunjukan bahwa 18 orang responden (52,94%) menyatakan Baik Sekali pernyataan orang tua siswa terhadap standar pelayanan fasilitas belajar anaknya di sekolah. 10 orang responden (29,41%) menyatakan cukup pernyataan orang tua siswa terhadap standar pelayanan fasilitas belajar anaknya di sekolah. 6 orang responden (17,64%) menyatakan bahwa kurang pernyataan orang tua siswa terhadap standar pelayanan fasilitas belajar anaknya di sekolah dan 0 orang responden (0,0%) menyatakan tidak mengethui melihat Keterampilan Guru Mendidik Siswa di Kelas.

Data menunjukan bahwa 16 orang responden (47,05%) menyatakan selalu melihat cara guru membimbing siswa dalam belajar di sekolah. 13 orang responden (38,23%) menyatakan sering melihat cara guru membimbing siswa dalam belajar di sekolah. 5 orang responden (14,70%) menyatakan kadang-kadang melihat cara guru membimbing siswa dalam belajar di sekolah dan 0 responden (0,0%) menyatakan tidak pernah melihat cara guru membimbing siswa dalam belajar di sekolah.

Data menunjukan bahwa 14 orang responden (41,17%) menyatakan selalu Pernyataan Orang Tua Siswa tentang Menggunakan Fasilitas Perpustakaan Sekolah untuk Belajar. 12 orang responden (35,29%) menyatakan sering Pernyataan Orang Tua Siswa tentang Menggunakan Fasilitas Perpustakaan Sekolah untuk Belajar. 5 orang responden (14,70%) menyatakan kadang-kadang Pernyataan Orang Tua Siswa tentang Menggunakan Fasilitas Perpustakaan Sekolah untuk Belajar. 3 orang responden (8,82%) menyatakan tidak pernah Pernyataan Orang Tua Siswa tentang Menggunakan Fasilitas Perpustakaan Sekolah untuk Belajar.

(9)

Tua Siswa Yang Menanyakan Hasil Belajar Anaknya Di Sekolah Setiap Hari. 4 orang responden (11,76%) menyatakan tidak pernah Pernyataan Orang Tua Siswa Yang Menanyakan Hasil Belajar Anaknya Di Sekolah Setiap Hari.

Data menunjukan bahwa 12 orang responden (35,29%) menyatakan selalu Pernyataan Orang Tua Siswa Menanyakan Informasi Tentang Akreditas SMPN 3 Satu Atap. 12 orang responden (35,29%) menyatakan sering Pernyataan Orang Tua Siswa Menanyakan Informasi Tentang Akreditas SMPN 3 Satu Atap. 6 orang responden (17,64%) menyatakan kadang-kadang Pernyataan Orang Tua Siswa Menanyakan Informasi Tentang Akreditas SMPN 3 Satu Atap. 4 orang responden (11,76%) menyatakan tidak pernah Pernyataan Orang Tua Siswa Menanyakan Informasi Tentang Akreditas SMPN 3 Satu Atap.

Data menunjukan bahwa 18 orang responden (52,94%) menyatakan selalu Pernyataan Orang Tua Memberikan Masukan terhadap mutu pendidikan pada Rapat di Sekolah. 10 orang responden (29,41%) menyatakan sering Pernyataan Orang Tua Memberikan Masukan terhadap mutu pendidikan pada Rapat di Sekolah. 4 orang responden (11,76%) menyatakan kadang-kadang Pernyataan Orang Tua Memberikan Masukan terhadap mutu pendidikan pada Rapat di Sekolah. 2 orang responden (5,88%) menyatakan tidak pernah Pernyataan Orang Tua Memberikan Masukan terhadap mutu pendidikan pada Rapat di Sekolah.

Data menunjukan, bahwa 18 orang responden (52,94%) menyatakan selalu Pernyataan Orang Tua Siswa Terhadap Interaksi dengan Kepala Sekolah SMPN 3 SATAP. 8 orang responden (23,52%) menyatakan sering Pernyataan Orang Tua Siswa Terhadap Interaksi dengan Kepala Sekolah SMPN 3 SATAP. 6 orang responden (17,64%) menyatakan kadang-kadang Pernyataan Orang Tua Siswa Terhadap Interaksi dengan Kepala Sekolah SMPN 3 SATAP. 2 orang responden (5,8%) menyatakan tidak pernah Pernyataan Orang Tua Siswa Terhadap Interaksi dengan Kepala Sekolah SMPN 3 SATAP.

(10)

pmembutuhkan informasi tentang pandidikan anaknya. 8 orang responden (23,52%) menyatakan kadang-kadang melihat kepala sekolah melayani pihak orang tua siswa ketika pmembutuhkan informasi tentang pandidikan anaknya. 20 orang responden (58,82%) menyatakan tidak pernah melihat kepala sekolah melayani pihak orang tua siswa ketika pmembutuhkan informasi tentang pandidikan anaknya.

Data menunjukan, bahwa 10 orang responden (35,29%) menyatakan selalu pernah bertanya mengenai mutu pendidikan kepada kepala sekolah SMPN 3 SATAP. 9 orang responden (26,47%) menyatakan sering pernah bertanya mengenai mutu pendidikan kepada kepala sekolah SMPN 3 SATAP. 9 orang responden (23,52%) dan menyatakan kadang-kadang pernah bertanya mengenai mutu pendidikan kepada kepala sekolah SMPN 3 SATAP. 5 orang responden (14,70%) menyatakan tidak pernah pernah bertanya mengenai mutu pendidikan kepada kepala sekolah SMPN 3 SATAP.

Hasil angket, observasi dan wawancara yang diperoleh dari orang tua siswa dapat diketahui bahwa memang ada peran masyarakat atau orang tua siswa terhadap pencapaian mutu pendidikan yang saling mendukung. Hal itu terlihat pula pada hasil angket dan observasi dari orang tua, di mana peran orang tua terhadap pencapaian mutu pendidikan di sekolah terlihat dengan nilai prestasi yang didapatkan oleh anak sangat bagus. Mutu pendidikan yang lebih baik kedepannya. Hal ini dapat terjadi pada setiap sekolah dan peserta didiknya.

Merujuk pada observasi wawncara yang dilakukan pada tokoh-tokoh masyarakat dan elemen-elemen SMPN 3 Satu Atap, yang dimaksudkan disini ialah kepala sekolah. Kemudian informan dari tokoh masyarakat bernama Saleh

mengatakan menampakkan kesamaan kesyukuran terkait keberadaan program peningkatan mutu ini karena masyarakat desa padabaho kecamatan bahodopi baik bagi orangtua siswa maupun bagi para guru cukup terbantu dalam menyekolahkan anaknya dan jarak mengajar karena adanya sekolah tersebut yang bisa dikatakan memberikan suguhan mutu pendidikan yang memadai.

Kemudian Wawancara dilakukan pada informan yang bernama Suninggar

(11)

Satu Atap padabaho Kecamatan Bahodopi saat ini berdasarkan persepsi informan yang peneliti wawancarai, di mana hal tersebut menjadi salah satu faktor penting yang menentukan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Kekurangan kekurangan tersebut antara lain sebagai berikut:

Yang saya lihat guru-gurunya yang sekarang sudah mulai menurun juga kualitasnya. Karena saya lihat sudah banyak yang sertifikasi, tapi sebenarnya sertifikasi guru yang sekarang juga saya lihat, masih banyak guru yang tidak bisa mengajar. Masalah nilai, yang nilai kan orang lain bukan gurunya kan. Kalo kita lihat sekarang kan, ada yang

gurunya hanya duduk manis, “buka buku, halaman segini halaman segini!” tidak diterangkan, itu kan namanya apa?

Wawancara yang dilakukan juga kepada kepala sekolah selaku nahkoda dalam memantapkan dan mengembangkan mutu pendidikan sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah. Ini juga tentu menjadi tantangan bagi pengelolah atau bagian dari institusi pendidikan itu sendiri. Dalam keterlibatan atau partisipasi aktif masyarakat sebagai salah satu aktor/Stakeholder penting dalam implementasi kebijakan dan pelaksanaan proses pembelajaran di Sekolah SMPN 3 Satu Atap untuk menjaga mutu pendidikan.

Selanjutnya pernyataan kepala sekolah sesuai hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan/pelaksanaan kebijakan adalah jenis partisipasi ekstensif, karena hanya sebatas menganggapi suatu isu, misal kekurangan kursi, meja dan lain-lain. Tetapi pada dasarnya partisipasi sudah meningkat. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membantu sekolah masih didominasi atau berorientasi kepada pembiayaan, pembangunan fisik/gedung dan peralatan-peralatan. Mestinya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, tidak hanya terfokus kepada pembiayaan dan pembangunan fisik saja, melainkan juga berpartisipasi dalam proses kebijakan atau implementasi kebijakan, misalnya dalam hal perencanaan program sekolah, pengambilan keputusan, pelaksanaan proses belajar mengajar anak, dan dalam mengevaluasi pelaksanaan program sekolah.

(12)

menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sudah mulai meningkat, namun belum optimal (Siti Alwia., S.Pd.i: 10 April 2015).

Kenyataan di lapangan, peneliti temukan bahwa intensitas partisipasi masyarakat sudah mulai meningkat, hal tersebut dibuktikan dengan 1) Kedatangan orang tua siswa ke sekolah, untuk mengusulkan penambahan buku-buku bacaan penunjang seperti: taktis, pintar, dimensi dan lain-lain. 2) Pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi (mengangkat nama baik sekolah di sekolah SMPN 3 Satu Atap. 5) Ketua Komite sekolah SMPN 3 Satu Atap, mengangkat tiga orang anak asuh dari desa padabaho kecamatan Bahodopi yang tidak mampu. 6) Keterlibatan orang tua siswa dan masyarakat lingkungan sekolah dalam membantu mendidik anak-anaknya di rumah. 7) Keterlibatan atau partisipasi Komite Sekolah, pemuda-pemudi, dan tokoh masyarakat dalam persiapan dan penyambutan Tim dari pemerintah dlam hal ini Dinas Pendidikan atau yang terkait, tamu disungguhkan tarian daerah dan hidangan makanan, yang disediakan oleh sekolah dan masyarakat sekitar sekolah.

Partisipasi masyarakat yang efektif memang sulit direalisasikan atau didapatkan, sungguhpun berbagai upaya kearah itu tetap sangat perlu ditingkatkan dan dikembangkan di sekolah termasuk dalam implementasi kebijakan. Sebab bagaimanapun (seperti telah diungkapkan terdahulu) partisipasi masyarakat merupakan faktor kunci terhadap keberhasilan yang dicapai, dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(13)

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Demikianlah uraian Skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat terhadap Mutu Pendidikan Di SMP Negeri 3 Satap Desa Padabaho Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali”, Yang Secara Garis Besar Lebih menyorot pada upaya persepsi masyarakat terhadap mutu pendidikan secara realisasi yang dicanangkan oleh sistim pendidikan masih jauh dari harapan yang dicita-caitakan oleh pendidikan itu sendiri. Berikut ini kesimpulan dan saran dari uraian sebelumnya.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat peneliti simpulkan bahwa persepsi masyarakat desa Padabaho kecamatan Bahodopi terhadap mutu pendidikan adalah belum maksimal dimana hal tersebut secara kausalitas disebabkan oleh kurang maksimalnya kinerja guru selaku Pendidikan serta peran serta orang tua siswa dalam mendukung dan memberi keterlibatan dirinya dalam proses perkembangan anaknya disekolah.

5.2 Saran

Adapun dalam penulisan ini penulis ingin mengemukakan beberapa saran yang mungkin bisa bermanfaat bagi para pembaca:

1) Diharapkan keselarasan antara pihak sekolah dan orang tua siswa dalam mewujudkan pendidikan yang berkwalitas dalam hal ini mencapai mutu pendidikan yang jauh lebih baik.

2) Profesionalisme guru harus lebih diperbaiki lagi sesuai dengan standar yang diinginkan dalam hal ini mengembangkan diri lebih kreatif dalam mendidik siswa-siswi baik secara intelektual maupun secara spiritual. Pengawalan yang serius terhadap mutu pengajar, baik secara konseptual pengajaran maupun praktiknya kepada para pelajar

3) Diharapkan keikut sertaan para orang tua siswa dalam setiap pertemuan-pertemuan di sekolah sebagai sarana informasi perkembangan anak.

(14)

DAFTAR RUJUKAN

Agus Salim, (2006).Analisis Data kualitatif, Jakarta: Salemba Medika.

Ambarsari, (2007). Stigma dan Paradigma. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Ardian (2010)aspek-aspek persepsi. Jakarta. DEPDIKBUD

Moleong, Lexy. (2001). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, kualitas protein pakan tidak dapat hanya dilihat dari tinggi rendahnya kandungan protein kasarnya (Prawirokusumo, 1993). Ketersediaan dan kelengkapan asam amino

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo). Debitur Usaha Mikro, Kecil dan

Dalam hukum internasional terdapat sebuah konvensi yang mengatur tentang perlindungan warisan budaya bawah air yaitu Convention On The Protection of Underwater

Penelitian deskriptif dengan metode survei entomologi penangkapan nyamuk dan pengenalan habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles, dilakukan di Desa Kendaga pada

“Upa ya yang dilakukan dengan jalan bekerja sama dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

pai,z at.t.ent;iori t.c-r t.he guicleline presented... Look

Kaitkan hasil deskripsi pola perubahan tingkat kehijauan dengan komoditas pertanian/perkebunan/kehutanan yang ada di Kabupaten (Apakah pola perubahan tingkat

Jalan Kolonel Wahid