• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL INKUIRI BERBANTUAN AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU | Yusuf S. | JSTT 6938 23157 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL INKUIRI BERBANTUAN AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU | Yusuf S. | JSTT 6938 23157 1 PB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

34

Muh. Yusuf S.1, Amiruddin Hatibe dan Amram Rede2

1 (Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako) 2 (Staf Pengajar Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract

This article was derived from classroom action research report which entitled Improving Activity Science and Learning Outcome Through Inquiry Model supported by Audio Visual ad Class VI of SD Negeri Model Terpadu Madani Palu. The focus of the learning was transfer and transformation of electrical energy. The instruments to collect the data were pre-test, observation sheet for teacher and students activities, and post-test. The result of a research shown that there is any improvement of students activity with 65,47% achievement in cycle I and 82,89% achievement in cycle II. For the learning outcome, the classical mastery learning reach 83,33% in cycle I and reach 91,67% in cycle II. Those achievements are the accumulation of two times meeting in every cycle. Therefore, we can conclude that inquiry learning model with audio visual aided could improve activity and science learning outcome of Class VI students of SD Negeri Model Terpadu Madani Madani Palu.

Keywords: Learning Outcome, Inquiry Model, Audio Visual

Penyampaian pelajaran IPA di SD Negeri Model Terpadu Madani selama ini telah diupayakan agar memperoleh hasil, guna menumbuhkan minat siswa terhadap proses pembelajaran sains. Berkaitan dengan hal itu, guru hanya terdorong menyampaikan pelajaran IPA secara singkat, baik melalui diagram atau gambar kemudian dilengkapi dengan keterangan singkat, akibatnya siswa hanya diajar menghafal dan tidak dimotivasi untuk mengemukakan ide-ide pemikiran yang dimiliki dengan benar. Proses pelaksanaan pembelajaran IPA masih jarang menggunakan pendekatan saintifik. Akibatnya, masih ada siswa yang memperoleh nilai ulangan IPA yang rendah, yaitu antara (60-70%) dan ketuntasan klasikan rata-rata hanya mencapai 65-70, sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA kelas VI SD Negeri Model Terpadu Madani adalah minimal 77.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara terbuka dengan siswa, dan diskusi dengan sesama guru pada awal tahun ajaran baru 2014/2015 ditemukan penyebab

rendahnya penguasaan konsep yang tercermin dari hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu adanya anggapan bahwa IPA hanya pelajaran hafalan yang tidak penting. Dalam konteks ini, masih ditemukan banyaknya konsep yang harus dihafal tanpa tahu kegunaannya. Maka, pembelajaran IPA terkesan bersifat abstrak. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas cenderung monoton, kurang menarik, dan kurang bervariasi.

(2)

pelajaran IPA.

Meminimalisir permasalahan tersebut di atas, perlu diupayakan penerapan model dan media pembelajaran yang inovatif, yaitu model pembelajaran dimana siswa belajar mengkonstruksi ide pokok belajar mandiri menemukan bersama kelompoknya, serta pembelajaran multi arah, bukan hanya dengan guru tetapi dengan sumber-sumber balajar yang lain. Salah satu model pembelajaran yang inovatif adalah model inkuiri dan media yang tepat adalah audio visual.

Upaya yang dilakukan dalam pembelajaran IPA untuk mempermudah siswa memahami konsep, yaitu dengan alat bantu berupa media audio visual yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Berkaitan dengan hal itu, Basuki dan Farida (2001) mengemukakan bahwa media audio visual seperti film ataupun video, dapat membantu mengatasi hambatan yang ada dalam pembelajaran. Media tersebut dapat digunakan untuk merangsang diskusi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, dapat membantu menemukan gagasan untuk mengawali kegitan kelompok, serta dapat dipakai sebagai sumber kegiatan mandiri untuk melengkapi atau memperkaya pengetahuan yang dipelajari di kelas.

Mulyasa ( 2007) mengemukakan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain. Inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah

diketahui, melaksakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis,dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya (Amri dan Ahmadi, 2010).

Berkaitan dengan penggunaan pembelajaran audio visual, Hamdani (2010) menyatakan bahwa audio visual menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal sehingga dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas guru. Penyajian materi dapat diganti oleh media, dan guru dapat beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar. Media audio visual diharapkan dapat menjadikan proses pembelajaran terkondisi lebih menarik, menyenangkan serta dapat meningkatkan sikap, motivasi belajar, dan partisipasi siswa dalam belajar IPA, sehingga kualitas pembelajaran di kelas menjadi lebih baik.

Upaya-upaya tersebut di atas dapat berhasil jika didukung oleh partisipasi guru dan siswa dalam berinteraksi secara terbuka selama proses pembelajaran berlangsung. Sriyono (1992) menyebutkan aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah Kegiatan-kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

(3)

Model Terpadu Madani. Menjawab permasalahan tersebut dilakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA melalui model inkuiri berbantuan audio visual pada siswa kelas VI SD Negeri Model Terpadu Madani”.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research)

mengikuti desain penelitian Kemmis dan Mc.Taggart dalam Wiriaatmadja (2008). Penelitian dilaksanakan di kelas VI SD Negeri Model Terpadu Madani tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 24 siswa. Prosedur penelitian tindakan ini terdiri dari 2 siklus dengan setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: persiapan, implementasi, pemantauan dan evaluasi, analisis dan refleksi.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes. Metode tes dalam penilitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan dasar prestasi belajar siswa. Pengumpulan data berupa lembar kerja kelompok dan tes evaluasi. Tes evaluasi diberikan secara individu untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Tes ini dilaksanakan pada

setiap akhir pembelajaran siklus I dan siklus II. Data yang diperoleh diolah dalam bentuk tabulasi dan grafik yang menunjukkan hasil penelitian kemudian dianalisis terhadap peningkatan kemampuan hasil dan aktivitas belajar siswa.

Tingkat keberhasilan penelitian dapat diukur dengan indikator penilaian kualitatif diuraikan sebagai berikut: Jika hasil aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan proses pembelajaran IPA tergolong baik atau sangat baik, maka proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya, jika proses pembelajaran tersebut tidak tergolong baik atau sangat baik maka proses pembelajaran belum tercapai. Sedangkan Indikator penilaian kuantitatif terdiri dari dua bagian, yaitu: (1) jika daya serap individu mencapai nilai KKM ≥ 77 dan (2) ketuntasan belajar klasikal (KBK) dikatakan berhasil jika mencapai 85%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil Belajar Siswa

[image:3.595.94.504.535.631.2]

Hasil belajar dari pratindakan, siklus I, dan siklus II, secara rinci dipaparkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa

No. Perolehan Hasil Penelitian

Pratindakan Siklus I Siklus II

1. Jumlah Skor 1.620,00 2.004,98 2.159,98

2. Daya Serap Klasikal 67,50% 83,54% 90,00%

3. Jumlah yang Tuntas 10 20 22 orang

4. Ketuntasan Klasikal (%) 41,67% 83,33% 91,67%

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 1 di atas, dapat dijelaskan perolehan hasil belajar yaitu: pratindakan jumlah skor perolehan secara klasikal 1.620,00 dengan daya serap klasikal 67, 50%, jumlah siswa yang tuntas 10 orang (yang tidak tuntas 14 orang), dan pencapaian ketuntasan klasikal berdasarkan persentase mencapai 41,67%

(4)

akumulasi hasil pertemuan 1 dan 2 yaitu: jumlah skor perolehan secara klasikal 2.159,98, daya serap klasikal 90,00, jumlah siswa yang tuntas 22 orang, dan ketuntasan klasikal mencapai 91,67%.

Hasil Observasi Aktivitas guru dan Aktivitas Siswa

[image:4.595.90.507.198.314.2]

Hasil Observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I, dan siklus II, secara rinci dipaparkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil penilaian Aktivitas Guru dan Siswa

No. Aktivitas

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

1 2 1 2 1 2 1 2

1. Jumlah 30 37 34 40 57.71 68.00 74.86 84.29

2. Rata-rata 3,0 3,7 3,4 4,0 2.40 2.83 3.12 3.51 3. Persentase 75 92,5 85 100 60.12 70.83 77.98 87.80

4. Kriteria B SB SB SB C B B SB

Berdasarkan hasil analisis terhadap penilaian aktivitas guru, indikator pada masing-masing aspek dengan empat deskriptor penilaian dengan skor tertinggi 4 dan terendah 1 dengan jumlah skor ideal 40, diperoleh rata-rata jumlah skor pada tiap pertemuan yaitu selama 2 kali pertemuan pada siklus I dan II hasil akumulasi perolehan nilai pada siklus I tersebut rata-rata hasil penilaian 3,35 dengan persentase keberhasilan 83,75% (berada pada kategori baik). Siklus II rata-rata aktivitas guru mencapai 3,7 dengan persentase keberhasilan 92,5% (berada pada kategori sangat baik). Hasil penilaian aktivitas siswa pada siklus I yang dilakumulasi dari pertemuan 1 dan 2 yaitu rata-rata 2,65 dengan persentase keberhasilan 65,47% (berada pada kategori cukup). Siklus II rata-rata 3,32 dengan persentase keberhasilan 82,89% (berada pada kategori baik).

Pembahasan

Penelitian ini merupakan

implementasi pembelajaran untuk menjawab hipotesis penelitian dengan perolehan rata-rata nilai dan ketuntasan klasikal mengalami peningkatan dari pratindakan, siklus I dan siklus II. Berpijak dari fenomena hasil observasi dan wawancara terbuka dengan siswa, dan diskusi dengan sesama guru pada

awal Tahun Ajaran 2014/2015 tentang penyebab rendahnya penguasaan konsep yang tercermin dari hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran, ditemukan banyaknya konsep yang harus dihafal tanpa tahu kegunaannya, pembelajaran IPA terkesan bersifat abstrak, cenderung monoton, kurang menarik, kurang bervariasi, guru terkesan belum mampu menyajikan masalah kepada siswa, dan guru belum membimbing siswa dalam proses membuat hipotesis. Guru belum terbiasa membimbing siswa membuat langkah-langkah percobaan sendiri, dan belum membimbing siswa membuat kesimpulan. Berkaitan dengan permasalahan ini, Sutikno dan Isa (2010) menyatakan bahwa dalam pembelajaran sains, guru harus membimbing siswa terutama siswa yang belum pernah mempunyai pengalaman belajar dengan kegiatan-kegiatan inkuiri.

(5)

tahun, segala tindakan bergantung melalui pengalaman inderawi, melihat dan meresapkan apa yang terjadi, tetapi belum mempunyai cara untuk mengategorikan pengalaman itu, pada tahap perkembangan berikutnya anak mampu menggunakan intuisi dan selanjutnya mampu menyiapkan kata-kata serta menggunakannya, memahami hubungan fungsional, cara berfikir masih konkret, dan individu mengembangkan pikiran formalnya. Mereka bisa mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi.

Pembelajaran bagi siswa akan optimal jika melibatkan siswa secara totalitas dengan melibatkan media audio visual sehingga dapat mencapai pengalaman belajar yang idel dan bermakna. Hasil belajar yang diperoleh dari siklus I mengalami peningkatan dan pada siklus II mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Hasil penelitian ini sangat relevan dengan hasil penelitian berkaitan dengan penggunaan media audio visual yang dilakukan oleh Merta, dkk. (2015) menyimpulkan bahwa media visual mampu memenuhi apa yang dibutuhkan siswa selama guru selalu berupaya untuk merancang pembelajaran yang bermakna agar dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

Guru memotivasi siswa untuk belajar, memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi, membawa siswa ke dalam situasi belajar yang sebenarnya atau memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik permasalahan serta melakukan bimbingan bagi siswa untuk membuat hipotesis yang relevan, selama pembelajaran menggunakan model inkuiri berbantuan audio visual. Pembelajaran lebih didominasi oleh siswa. Pada indikator keterampilan mengelolah kelas, guru mengkoordinir siswa untuk masuk dalam kelompoknya sehingga siswa tidak bertanya-tanya keanggotaanya dalam kelompok, guru membimbing masing-masing kelompok dalam menentukan langkah-langkah percobaan.

Pembelajaran pada penelitian ini melakukan pemecahan permasalahan, dengan

mengkondisikan pembelajaran yang fokus menggunakan model pembelajaran inkuiri berbantuan audio visual. Penggunaan media audio visual memiliki dampak positif terhadap pembelajaran dan pengajaran yang berlangsung dan dapat mengubah paradigma bahwa IPA adalah pelajaran dengan konsep hafalan yang tidak penting menjadi pembelajaran yang sangat penting dan dapat menciptakan generasi yang penuh karya dan daya cipta. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Ode (2014) terhadap kecenderungan pemakaian tipe audio visual yang terdapat pada literatur dalam mengajar dan pembelajaran. Hasil penelitian menyatakan bahwa audio visual berdampak positif terhadap pembelajaran dan pengajaran yang berlangsung di sekolah.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep rangkaian listrik, melakukan percobaan tentang perpindahan dan perubahan energi listrik, berdasarkan keterampilan prosedural dan intelektual dalam memecahkan masalah melalui prosedur kerja yang terstruktur dan mendapat bimbingan serta arahan yang optimal dari guru. Sejalan dengan apa yang dikemuakan oleh Amri dan Ahmadi (2010) bahwa inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan salah satunya adalah melaksakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis, dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya.

(6)

dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Model pembelajaran inkuiri menjadikan proses pembelajaran lebih prosedural dan terstruktur dengan baik untuk melatih keterampilan inkuiri siswa dalam memecahkan masalah belajarnya.

Pembelajaran yang dilakukan didukung oleh penggunaan media audio visual yang menampilkan gambar proyeksi secara jelas dan menarik perhatian, tampilan yang disajikan secara berulang-ulang serta dapat diputar kembali sesuai bagian yang belum dipahami oleh siswa dan dapat meminimalisir penggunaan waktu yang banyak. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh bahwa Hamdani (2010) bahwa media audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal, dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas guru karena penyajian materi bisa diganti oleh media, dan guru menjadi fasilitator belajar dan memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar.

Pencapaian hasil belajar siswa secara optimal selain dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran yang sesuai dan penggunaan media audio visual, pencapaian hasil belajar juga dipengaruhi oleh totalitas guru dalam melakukan setiap tahapan pembelajaran sesuai prosedur tahapan yang ditetapkan. Setiap aktivitas yang dilakukan guru diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman konsep dan perubahan perilaku menjadi lebih baik. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Aunnurahman (2011) bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, didasari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal baik intelektual, emosional, dan fisik jika dibutuhkan. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran memiliki intensitas keaktifan yang tinggi. Siswa tidak hanya aktif

mendengar, mengamati, dan mengikuti, tetapi terlibat langsung di dalam melaksanakan percobaan, peragaan dan mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan langsung, siswa aktif mengalami dan melakukan proses belajar sendiri.

Berkenaan dengan pernyataan yang dijelaskan di atas, dalam kaitannya dengan penelitian ini dapat dijelaskan bahwa selama pembelajaran berlangsung siswa terlibat aktif dalam pengamatannya menggunakan indera penglihatan, dan pendengarannya sehingga siswa antusias bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dari objek yang dilihat dan didengar sebagai bentuk keterlibatan intektualnya. Selain itu, secara emosional siswa sangat antusias memberikan berbagai interprestasi terhadap apa yang dimatinya berkaitan dengan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari tentang rangkaian listrik dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan siswa baik dalam aktivitas maupun hasil belajar merupakan efek keterlibatan siswa berpartisipasi secara aktif dari awal sampai akhir pembelajaran. Keterlaksanaan ini menunjukkan bahwa partisipasi siswa sangat berperan penting dalam pencapaian hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini menjawab hipotesis penelitian, yaitu penggunaan model pembelajaran inkuiri berbantuan audio visual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA kelas VI SDN Model Terpadu Madani Palu.

KESIMPULAN

(7)

pratindakan, siklus I dan siklus II. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan menggunakan model pembelajaran inkuiri berbantuan audio visual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Model Terpadu Madani Palu.

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas karunia dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan artikel ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Dr. H. Amiruddin Hatibe, M.Si dan Dr. Amram Rede, M.Pd atas bimbingan dan arahannya, serta kepada Prof. Dr. H. Andi Tanra Tellu, MS., Dr. Kasmudin Mustapa, M.Pd. dan Dr. Jusman Mansyur, M.Si. atas saran dan masukannya.

DAFTAR RUJUKAN

Amri, S. dan Ahmadi, I. K. 2010. Proses Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Aunnurahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Basuki dan Farida. 2001. Media Pengajaran.

Bandung: CV Maulana.

Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Merta, K., W. Lasmawan, I. W. dan Suastra. 2015. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Visual Terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas I Gugus II Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. E- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar. Vol. 5 Tahun 2015. Hal. 1-12.

Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakari.

Nasution, S. 2004. Pendidikan IPA di SD.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Ode, O. 2014. Impact of Audio Visual (AVS) Resources on Teaching and Learning in Some Selected Private Secondary Schools in Makurdi. International Journal of Research in Humanities, Arts and Literature, Vol. 2 Hal. 195-202.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sutikno, W. dan A. Isa. 2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 6 (2010), Hal. 58-62.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa
Tabel 2. Hasil penilaian Aktivitas Guru dan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan teks dongeng Berbasis pendidikan karakter sebagai alternatif Bahan ajar prosa fiksi siswa smp kelas vii.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Bagi calon Penyedia barang/jasa diberi waktu masa sanggah selama 5 ( lima ) hari Kalender dari tanggal 23 Pebruari 2013 sampai dengan tanggal 27 Pebruari 2013 (sesuai jadwal pada

Hasil analisis menunjukkan rata-rata sikap siswa-siswi mengenai seks pranikah pada kelompok eksperimen setelah diberikan penyuluhan tentang seks pranikah mengalami peningkatan

[r]

Website Band Bondan Prakoso & Fade2Black dibangun menggunakan visualisasi multimedia Visual Studio.Net 2005 dengan teknologi Ajax serta menggunakan software pendukung

bahwa sehubungan dengan hal terse but pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan

Penulisan ilmiah yang akan dibahas penulis adalah dari penginputan data pegawai sampai dengan perhitungan dan pencetakan slip gaji pegawai. Dalam pembuatan aplikasi tersebut

[r]