• Tidak ada hasil yang ditemukan

17Fatwa.Hukum Duduk Diatas Nisan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "17Fatwa.Hukum Duduk Diatas Nisan"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Saudara Khairurijal Garut, Jawa Barat

Hukum Duduk Diatas Nisan Pertanyaan Masalah Kubur:

Dalam suatu ceramah di Ciamis beberapa waktu yang lalu, yang diberikan oleh seorang da’I dari daerah tersebut, menganjurkan agar tidak tergesa-gesa pulang sebelum selesai penguburan jenazah, padahal kadang-kadang kita lama menunggu, dan menimbulkan kelelahan, apakah boleh kitaduduk di atas nisan? Mohon penejelasannya, terima kasih.

Jawaban:

Kubur berasal dari Bahasa Arab:…….., yaitu tempat menguburkan jenazah. Menurut syari’ah Islam, karena di dalamnya terdapat jenazah; mayat manusia, maka kubur harus dihormati, tetapi tidak boleh berlebihan, misalnya dengan menyembahnya atau minta pertolongan kepadanya, dan juga tidak boleh merendahkannya, dengan berjalan diatasnya atau duduk diatasnya, sebagaimana ditegaskan dalam suatu hadist Nabi saw:

Artinya: “Dari Abi Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah bersabda” Seseorang diantara kamu duduk diatas bara apai hingga membakar bajunya, lalu merembet ke kulitnya, adalah lebih baik baginya, daripada duduk di atas kubur.” (HR. Muslim, No. 2/667)

Pada kesempatan lain Rasulullah saw bersabda:

Artinya: “Dari Uqbah ibn ‘Amir, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Sungguh, saya berjalan di atas bara api, atau pedang, atau melepas sandal yang ada pada kakiku, adalah lebih saya sukai daripada saya berjalan di atas kubur seorang muslim.” (HR. Ibnu Majah, shahih al-Jami’: 5038)

Hadist-hadist tersebut melukiskan bahwa berjalan atau duduk di atas bara api adalah lebih baik daripada berjalan dan duduk di atas kubur. Ini menunjukkan bahwa berjalan dan duduk di atas kubur adalah berdosa, maka lebih baik menjaga diri dari perbuatan tersebut, dengan mencari celah-celah antara kubur-kubur, dan hendaklah menbuka sandalnya ketika masuk ke tempat kubur, dan berdoa untuk orang-orang mukmin.

Wignyo Sumartono.

Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah Pertanyaan:

Pernah saya mendengarkan penyuluhan KB, antara lain bahwa bersenggama dalam keadaan haid dapat mencegah kehamilan. Kepada Suara Muhammadiyah bidang Fatwa kami mohon penjelasannya, tentang hukum bersenggama dalam keadaan haid. Terimakasih.

Jawaban:

(2)

Mendatangi (bersenggama dengan) istri dalam keadaan haid menurut syari’ah Islamiyah adalah haram. Para ahli kesehatan pun memandangnya tidak sehat. Dalam al-Qur’an Allah menegaskan sebagai berikut:

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh, Katakanlah: “haidh itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh: dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang-orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah, 2:222)

Rahasia larangan mencampuri istri pada waktu haid, menurut al-Maraqiy antara lain ialah 1. Menyebabkan infeksi pada ovum (sel reproduksi pada wanita), dan kadang-kadang

infeksi tersebut mengembang hingga ke rahim, dan sangat berbahaya.

2. Sering juga menimbulkan infeksi pada kelamin laki-laki, dan menimbulkan rasa sakit dan demam yang berbahaya.

Singkatnya, berhubungan seksual pada waktu istri sedang dalam keadaan haid adalah sangat berbahaya, baik terhadap suami maupun terhadap istri. Karena itulah Allah melarangnya, dan mengharamkannya.

Saudara Jami’un

Kampar, Riau, Sumatera Pertanyaan:

Ketika saya mau keluar dari masjid karena sudah selesai shalat berjama’ah, ada seseorang yang menghadangi saya. Dia mengatakan haram melewati orang yang sedang mengerjakan shalat. Dan baru sekali itu saya mengalaminya. Kami mohon dijelaskan dengan dalilnya.

Jawaban.

Shalat adalah suatu ibadah yang sangat memerlukan kekhusyu’an dan ketenangan, maka orang yang sedang shalat tidak boleh terganggu baik dari kanan, kiri, belakang, terutama dari depan, tempat sujud kepada Allah SWT, tempat sujud adalah tempat yang paling mulia. Karena itulah Rasulullah dengan tegas melarang kepada siapa pun melewati tempat sujud orang yang sedang shalat.

Al-Bhukariy dalam shahihnya meriwanyatkan sebagai berikut:

Artinya: “Abu Juhaim berkata: Rasulullah saw bersabda: Seandainyaorang yang lewat di depan orang yang sedang shalat mengetahui (siksaan) apa yang menimpanya nanti, niscanya ia berhenti selama empat puluh hari adalah lebih baik baginya daripada lewat di depan orang yang sedang shalat. Abu Nadar berkata: Saya tidak tahu persis, apakah ia berkata empat puluh hari, atau empat puluh bulan, atau empat puluh tahun.” (HR. Al-Bukhariy, I, Kitab ash-Shalah: 65)

(3)

Sebagai upaya untuk mengantisipasinya agar tidak ada orang yang lewat didepan kita sedang mengerjakan shalat, alangkah baiknya jika di tempat sujud kita diberi tanda (batas), supaya orang yang hendak lewat tidak melalui tanda tempat sujud kita tersebut. Tanda (batas) tersebut misalnya dengan tikar, sajadah, atau sapu tangan.

Saudara H. Moh. Sopandi

Jl. Kenari II No. 11 RT.01/04 Kota Sukabumi Pertanyaan

Mohon penjelasan pengertian Inkar Sunnah. Apakah sebenarnya pengertian tersebut?. Apakah penganut Inkar Sunnah itu termasuk orang murtad, kafir, dan sebagainya atau masih dalam lingkungan Islam?. Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap penganut itu kalau sudah tidak menerima Sunnah?.

Hal tersebut diatas saya sampaikan karena di Sukabimu sudah mulai menyebar. Konon kabarnya Inkaru Sunnah itu pusatnya di Jakarta. Dengan demikian kami mihon dengan hormat agar jawaban dibalas langsung ke alamat saya disamping dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah, demi murninya aqidah Qur’an Sunnah.

Jawaban:

Sebelum kami menguraikan jawaban atas pertanyaan tersebut, perlu kami beri catatan bahwa dalam pertanyaan tersebut tidak dijelaskan bagaimana praktek-praktek dan ibadah-ibadah yang dikerjakan oleh penganut Inkar Sunnah tersebut. Oleh sebab itu kami hanya memberikan keterangan yang bersifat umum saja.

Untuk menjawab persoalan Inkaru Sunnah (penginkaran terhadap as-Sunnah), tidak terlepas dari penelusuran sejarah hukum Islam dari masa sahabat dan sesudahnya. Dalam sejarah tercatat bahwa ketika Daulah Abbasiyah berkuasa telah terjadi suatu kondisi yang berbeda

Sumber:

Referensi

Dokumen terkait

Bersamaan dengan itu, putar tangan kiri dari belakang ke depan melalui atas kepala.. Putar tangan kanan dari belakang ke depan melalui

Cicipi sampel secara berurutan dari kiri ke kanan, rasakanmasing- masing.Setiappergantiansampel, minumlahterlebihdahulu.Setelah merasakan semua sampel, anda boleh

Jodohkanlah ungkapan di sebelah kanan dengan maknanya di sebelah kiri, dengan cara membubuhkan huruf pilihan jawaban di depan pernyataan yang tepat. Ibu sedang

Ragam hias nisan Aceh jenis pertama (sayap-bucrane) yang baku terdiri dari ornamen yang memiliki kemiripan dengan pola tanduk atau sayap pada bagian kanan dan kiri, bagian

Cicipi sampel secara berurutan dari kiri ke kanan, rasakanmasing- masing.Setiappergantiansampel, minumlahterlebihdahulu.Setelah merasakan semua sampel, anda boleh

Tidak boleh lewat di depan orang yang sedang shalat jika di depannya ada pembatas, dalam hal ini tidak ada perbedaan antara masjid Haram atau masjid-masjid lain,

Hit 1,5: buka kaki kanan selebar 1,5 lebar bahu, condongkan badan kekanan, kaki kanan ditekuk, kaki kiri lurus, rentangkan kedua lengan diagonal dari depan dada (lengan

a) Langkah pertama ialah langkah kecil ke kiri depan. b) Langkah kedua ialah langkah panjang dengan kaki kanan. Ibu jari kaki kanan menunjuk ke sudut kiri dari jaring. Berat