• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Kecil-April 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Usaha Kecil-April 2008"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME VI APRIL 2008

(2)

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situs-situs suratkabar, majalah, serta situs-situs berita lainnya.

Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.

(3)

D a f t a r I si

1.000 Koperasi akan salurkan kredit usaha rakyat --- 1

'Peritel untung dari retur barang promosi' --- 2

14 Koperasi BMT terbitkan surat utang --- 3

Kerja Sama Kemitraan UKM Tersendat--- 5

SNI hubungan ritel persulit industri kecil --- 6

Menyoal kredit usaha rakyat --- 7

Proteksi UMKM Masih Minim --- 9

'Aturan merek tidak berpihak UKM'--- 10

Dana program ketahanan pangan KUMKM Rp800 miliar --- 11

Dana UMKM Jambi Rp85,58 miliar--- 12

Juklak trading term tak diterbitkan --- 13

'Polisi jangan memeras UKM' --- 14

Pola Pikir UMKM Harus Berubah --- 15

Aliansi 9 Asosiasi terpecah soal SNI pemasok ritel --- 16

BMT belum jadi penerima jaminan syariah --- 18

BMT di Jabodetabek bentuk koperasi sekunder --- 20

UKM Kue dan Roti Makin Sekarat --- 21

Bank masih syaratkan jaminan kredit usaha rakyat --- 22

Perbankan dorong UKM Sumbar --- 24

Perajin Keluhkan Sulit Pinjam Modal --- 25

UKM Roti-Kue Masih Ingin Bertahan --- 26

Ekspansi minimarket tersendat --- 28

Aprindo minta perda perpasaran swasta dicabut --- 30

Serapan anggaran koperasi akan mundur --- 31

Mendag: Kembangkan Sumber Pangan Tradisional --- 32

Danamon dukung revitalisasi pasar tradisional --- 33

Mitra PTPN V dapat dana PUKK--- 34

Pelatihan UKM Palestina digelar --- 35

UKM akan dikenakan PPh final --- 36

Insentif Bagi UMKM Masuk Bursa --- 38

Program KUR Jalin Kemitraan dengan Bank --- 39

(4)

UKM rintis kerja sama suku cadang --- 41

Industri mebel bambu lesu --- 42

Perajin tungku kebanjiran order --- 43

Industri mebel bambu melesu --- 44

Kadin Jateng bangun UMKM Center --- 45

Sumsel Dirikan Penjamin Kredit UKM --- 46

UKM Jambi butuh modal --- 47

Ratusan Pengusaha Kecil di Jakbar Kembali Digusur --- 48

Distribusi kedelai ke perajin tempe diperpendek --- 49

Lintasarta Sediakan Teknologi Tingkatkan Kinerja --- 51

Restrukturisasi Kredit Penting bagi UMKM --- 52

Pelaku UMKM Tidak Tenang --- 53

Perajin Keluhkan Harga Kayu Bakar --- 54

(5)

Bisnis I ndonesia Selasa, 01 April 2008

1 .0 0 0 Kop e r a si a k a n sa lu r k a n k r e d it u sa h a r a k y a t

JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM menyiapkan sedikitnya 1.000 koperasi simpan pinjam (KSP) masuk peserta linkage program untuk menyalurkan dana kredit usaha rakyat (KUR).

"Jumlah koperasi berdasarkan usulan beberapa induk koperasi dan organisasi masyarakat Islam, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama," ujar Deputi Bidang Pembiayaan Kemenkop dan UKM Agus Muharram, pekan lalu.

Penawaran juga diberikan dinas koperasi di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dalam waktu dekat nama-nama koperasi yang diusulkan dinas koperasi peserta linkage program segera di tangan Kemenkop.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum lama ini minta agar Mennegkop dan UKM Suryadharma Ali proaktif menyalurkan KUR, karena bank penyalur memiliki keterbatasan wilayah operasional.

Tujuan dari program itu untuk memperluas penyaluran kredit kepada usaha mikro yang layak, tetapi belum bankable. Koperasi penyalur juga diharapkan profesional agar KUR bisa lebih luas diserap usaha mikro.

Melalui beberapa pertemuan dengan pengurus Inkud, dinas provinsi dan organisasi masyarakat ataupun bank penyalur, koperasi menyatakan siap menjadi penyalur KUR melalui linkage program.

Kesimpulan pertama dari pertemuan itu, koperasi dan perbankan siap melaksanakan linkage program. Koperasi meminta agar bunga yang ditetapkan enam bank penyalur maksimal 12%.

Dari enam bank penyalur, hanya Bank Bukopin dan Bank BRI yang belum memutuskan usulan koperasi untuk membatasi bunga 12% per tahun. Alasannya, mereka sudah memiliki jaringan cukup luas di daerah.

Empat bank lain yang masuk dalam penyalur KUR, yakni Bank BNI, Bank Syariah Mandiri, Bank Mandiri dan Bank BTN sepakat menyalurkan KUR ke koperasi dengan bunga maksimal 12%.

"Bank BNI bahkan menawarkan dengan lebih rendah, yakni 11,5% per tahun. Disepakati pula bahwa dalam linkage program ini bunga maksimal di tangan usaha kecil maksimal 24%. Persentase itu diajukan karena biaya operasional koperasi tinggi," papar Agus.

Membaik

Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kemenkop dan UKM Choirul Djamhari mengatakan penyaluran KUR makin baik seiring dengan penurunan rata-rata pinjaman jadi Rp39 juta.

Berdasarkan definisi Bank Indonesia, kredit mikro maksimal Rp50 juta. "Makin kecil nominal kredit pengusaha mikro, makin banyak pula pelayanan kepada usaha mikro," ujarnya.

Program KUR harus dilakukan lebih luas lagi di seluruh pelosok Tanah Air yang saat ini masih terkendala. Ada bank penyalur yang belum memiliki unit pelayanan merata di seluruh penjuru Nusantara.

(6)

Berkhas 2 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Selasa, 01 April 2008

'Pe r it e l u n t u n g d a r i r e t u r b a r a n g p r om osi'

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) menuding ritel modern mengeruk keuntungan dengan praktik mengembalikan barang promosi yang telah didiskon pemasok dengan harga normal.

Ketua Umum AP3MI Susanto mengatakan peritel mengambil keuntungan tanpa melakukan bisnis, dengan mendapatkan selisih harga normal dengan harga khusus yang dari pemasok, mengingat barang tengah dipromosikan.

"Karena praktik retur ini, sejumlah pemasok ada yang memilih hengkang," kata Susanto kepada Bisnis, kemarin.

Praktik ini juga terjadi saat ritel modern melakukan promosi menjelang kenaikan harga barang. Kelebihan barang saat promosi itu dikembalikan dengan harga baru kepada pemasok. Padahal pemasok menjual dengan harga lama ditambah diskon promosi pula.

Menurut Susanto, ritel modern selalu mengemukakan alasan adanya ketentuan hari stok selama enam hari yang dilakukan secara komputerisasi.

Saat promosi biasanya toko modern mengorder dua kali lipat dari biasanya, untuk mendapatkan kesan seolah-olah omzet akan meledak.

Satu perusahaan biskuit mari ternama memilih hengkang dari Carrefour karena menilai hipermarket asal Prancis tersebut bersikap ingin menang sendiri atau kebijakannya tidak win-win solution.

Puncaknya ketika produknya tengah dipromosi dan pasokan berlipat ganda ke hipermarket tersebut, ternyata produk yang diberi diskon 2% kepada Carrefour tidak terjual habis saat promosi.

Pemasok biskuit berkukuh agar Carrefour tidak mengembalikan kelebihan produk, apalagi dengan harga normal.

"Kami sudah melayangkan surat tidak lagi menyuplai ke Carrefour sejak Januari, tapi order via faksimile terus mengalir. Sepertinya tidak ada kominasi antara kantor pusat dan toko," kata sumber yang tidak mau disebutkan identitasnya.

Saat dikonfirmasi Direktur Corporate Affairs PT Carrefour Indonesia mengemukakan kebijakan yang dilakukan Carrefour berbeda pada setiap pemasok, dan semua dituangkan dalam perjanjian.

"Bergantung pada produk, dan ada di perjanjian [soal retur barang]. Kami ada 3.700 pemasok berarti kami memiliki 3.700 perjanjian."

(7)

Bisnis I ndonesia Rabu, 02 April 2008

1 4 Kop e r a si BM T t e r b it k a n su r a t u t a n g

JAKARTA: Inkopsyah BMT kembali merekomendasikan 14 koperasi baitul mal wattanwil (BMT) untuk menerbitkan surat utang koperasi (SUK) senilai Rp3,4 miliar, menyusul lima BMT yang berhasil menerbitkan instrumen keuangan yang sama.

Namun, plafon surat utang terbaru diturunkan menjadi Rp300 juta, dari sebelumnya Rp500 juta, sebagai bagian strategi pemerataan penerbit dan penerapan prinsip kehati-hatian pengelolaan SUK.

"Surat utang itu kami ajukan ke pemerintah selaku pembeli melalui PT Pos Indonesia. Saat ini sudah di Kemenkop dan UKM," ujar Widji Tri Kusuma Adhi, Direktur Induk Koperasi Syariah Baitul Mal Wattanwil (Inkopsyah BMT) kepada Bisnis, baru-baru ini.

Proses penerbitan SUK ini dilakukan melalui dua tahap seleksi calon penerbit oleh Inkopsyah BMT, yakni menggunakan rekam jejak (track record) dan penggunaan sistem pemeringkatan (rating).

Widji menjelaskan Inkopsyah BMT tidak merekomendasikan koperasi syariah yang baru berdiri sebagai calon penerbit. BMT ini juga harus sudah memiliki rekam jejak bagus dalam dua tahun terakhir.

Selanjutnya, calon penerbit ini masih akan diseleksi dengan menggunakan sistem pemeringkatan yang dikembangkan oleh Inkopsyah, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan Kementerian Koperasi dan UKM.

Setelah hal itu, BMT tersebut harus memenuhi prosedur penerbitan SUK, di antaranya harus menyediakan jaminan 100% dalam bentuk aset, cash collateral, dan sebagian nilai tagihan piutangnya.

"Kombinasinya, jaminan aset tetap atau cash collateral minimal 25%," ujar Widji.

Penerbitan tahap pertama SUK pada Juni 2007 didominasi oleh BMT di Jawa Tengah dengan plafon Rp500 juta. BMT yang berskala besar memang umumnya ada di provinsi itu.

Kebutuhan Likuiditas

Pada tahap berikutnya, koperasi simpan pinjam syariah penerbit SUK diharapkan lebih banyak dan menyebar sehingga perlu menurunkan plafon surat utang.

Inkopsyah BMT juga mengusulkan penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pinjaman, mengingat kondisi usaha kecil yang sedikit mengalami pelambatan akibat kenaikan harga BBM pada 2005.

Terkait dengan hal itu, penyaluran pinjaman bukan satu-satunya aspek yang ditekankan tetapi juga mengintensifkan upaya mendorong dinamika sektor riil melalui pelatihan dan pembukaan akses pasar.

Widji mengakui kebutuhan likuiditas BMT yang sebelumnya relatif besar, kini kebutuhan pembiayaan dan plafon surat utang koperasi perlu disesuaikan dengan kondisi sektor riil.

"Ini yang mengusulkan Inkopsyah, karena kami sebagai executing agent. Artinya, kalau ada apa-apa di BMT, Inkopsyah harus bertanggung jawab," ujarnya.

(8)

Berkhas 4 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Rabu, 02 April 2008

"Angka [NPL] ini masih wajar. Itu pun lebih karena keterlambatan pembayaran oleh usaha kecilnya. Kalau pembayaran angsuran dari BMT-nya lancar," ujar Widji

Di samping itu, penurunan plafon SUK ini diarahkan untuk pemerataan daerah koperasi penerbit, yang sebelumnya didominasi oleh Jawa Tengah karena memiliki koperasi syariah besar dan berkualitas.

"Dulu lebih diarahkan kepada BMT yang [asetnya] besar, sekarang lebih diarahkan pada pemerataan wilayah penerbit dan makin banyak koperasi yang terlibat," ujarnya. (fatkhul.maskur@bisnis.co.id)

(9)

Jurnal Nasional Kamis, 03 april 2008

Ekonomi Mikro/Sektor Riil jakarta | Kamis, 03 Apr 2008

Ke r j a Sa m a Ke m it r a a n UKM Te r se n d a t

by : Luther Sembiring

PELAKSANAAN kerja sama Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersendat, karena belum ada petunjuk teknis.

Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, mengatakan, kerja sama penyaluran PKBL BUMN untuk koperasi belum terputus. ''Sebetulnya kerja sama itu ada selama perjanjian kerja sama belum putus, cuma tersendat,'' katanya, usai loka karya bertajuk Optimalisasi Pemberdayaan KUKM melalui Kegiatan CSR, Rabu (2/4).

Penyaluran dana PKBL UKM selama ini belum membudaya hingga sulit berjalan. Pertemuan hari ini, ucapnya, berupaya mengoptimalisasi PKBL sektor usaha menengah kecil (UMK). ''Kalau namanya program itu harus disempurnakan, dari masa lalu selalu ada yang kurang pas,'' ujarnya.

Kementerian Koperasi dan UKM, memiliki banyak informasi berkaitan keberhasilan UMK di berbagai daerah. Di beberapa daerah memiliki potensi ekonomi tapi tidak ada usaha.

Dia mengatakan, akan ada program Gerakan Tunas Kewirausahaan Nasional (Getuknas) pada Juni, bertepatan hari libur sekolah. Program ini menyiasati potensi pengangguran siswa lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Lembaga pendidikan, berpotensi menciptakan pengangguran baru tiap tahun. Program Getuknas akan dijalankan di Jakarta, Riau, Sumatera Selatan, Medan, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

''Dengan Getuknas ini, pengangguran bisa diperkecil. Ke depan, bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Kami bekerja sama dengan dunia usaha, BUMN. Kalau ini dikerjakan bersama lebih ringan.''

Deputi Kementerian BUMN Bidang Usaha Perbankan dan Jasa Keuangan Parikesit Suprapto mengatakan, Surat Keputusan Bersama (SKB) kerja sama PKBL belum sepenuhnya berjalan. Keadaan ini, katanya, disebabkan beberapa hal, seperti tidak ada petunjuk pelaksana teknis, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berpendapat SKB Kementerian Negara BUMN dan Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2004, dianggap tidak sesuai UU No 19 tentang BUMN. ''Memang pola di SKB itu selama ini belum dijalankan, tapi sejauh ini PKBL sudah bekerja sama dengan koperasi dan Dekopin.''

Dari sektor usaha, kata Parikesit, BUMN tidak mempunyai potensi mengembangkan UKM hingga perlu bekerja sama dengan koperasi.

Direktur Usaha Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Mindo H Sitorus mengungkapkan, penyaluran dana PKBL BUMN untuk Dekopin mulai berjalan. Dia mencontohkan, PT Pertamina sudah membangun pabrik mini sawit, PT Telkom mendirikan klinik teknologi tepat guna.

Penyaluran dana pada sejumlah koperasi masih terganjal terkait kelengkapan administrasi dan Rapat Anggota Tahunan (RAT) koperasi. Persoalan lain, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) belum menyertakan Dekopin. Luther Kembaren

(10)

Berkhas 6 Volume VI April 2008

Bisnis I ndoensia Jumat, 04 April 2008

SN I h u b u n g a n r it e l p e r su lit in d u st r i k e cil

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menilai standar nasional Indonesia (SNI) hubungan pemasok dan peritel modern akan mempersulit akses pemasok industri kecil.

Tutum Rahanta, Tim Formatur Aprindo, mengungkapkan SNI perdagangan antara pemasok dan toko eceran modern bertujuan menciptakan harmonisasi hubungan bisnis pemasok dan peritel modern.

"Namun, bagaimana UKM [usaha kecil] bisa memasok toko modern jika disibukkan dengan banyaknya hal terkait dengan administratif," kata Tutum, kemarin.

Meskipun berada di pihak peritel modern, Tutum mengharapkan SNI pemasok dan peritel modern bisa menguntungkan kedua belah pihak, dan bisa diterapkan dalam bisnis.

Menurut Tutum, hubungan peritel modern dan pemasok selama ini ditentukan dengan cara bernegosiasi (business to business), sedangkan SNI biasanya berisi standar yang dinilai kaku.

Dalam kesempatan terpisah Putri K. Wardani, juru bicara Aliansi sembilan Asosiasi, mengemukakan pemberlakuan SNI hubungan pemasok dengan peritel modern memerlukan waktu agar industri kecil bisa melakukan penyesuaian.

"Penerapan SNI [pemasok dan toko modern] memerlukan waktu, dan penyesuaiannya tidak bisa sekaligus. Industri kecil tentu tidak bisa melakukannya [secara cepat]," kata Putri.

Dia mengatakan, industri skala menengah dan besar di Indonesia jumlahnya hanya 20%-30% dari total industri yang ada.

Pada draf RSNI (rancangan standar nasional Indonesia) Ketentuan Perdagangan antara pemasok dan Toko Eceran Modern, disebutkan standar dan persyaratan pemasok harus menjamin produk yang dipasok sesuai dengan 12 ketentuan.

Pemasok harus menjamin produk yang dipasok sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku, mutu yang disepakati, hak kekayaan intelektual, seperti merek, dan desain.

Selain itu, surat keterangan asal, dokumen lain yang diperlukan, K3L, porosedur operasi standar, label dan kemasan, pre-pricing, sampel yang ditawarkan, barang baru (bukan bekas atau rekondisi), sistem traceability (misalnya barcode) yang ditetapkan.

(11)

Bisnis I ndonesia Sabtu, 05 April 2008

M e n y oa l k r e d it u sa h a r a k y a t

Sering dilupakan bahwa esensi utama program penjaminan adalah sebuah opsi dalam rangka pemberdayaan pengusaha mikro (bukan usaha mikro) yang mempunyai keterbatasan akses ke perbankan. Implementasinya adalah tidak secara otomatis semua Kredit Usaha Rakyat (KUR) misalnya wajib dijamin Askrindo.

Sebagai sebuah opsi, maka yang menyatakan layak atau tidaknya KUR dijamin adalah Askrindo. Adalah janggal kalau yang menjamin sama sekali tidak mengetahui objek yang dijamin. Dalam konteks ini, maka Askrindo harus diberikan kewenangan dan benar-benar independen. Dengan kata lain, tidak boleh atas dasar 'komando' dalam melaksanakan program penjaminannya.

Hasil akhir dari keberhasilan pemberdayaan adalah apabila nasabah KUR tidak menjadi pelanggan tetap program penjaminan. Logikanya kalau usahanya berkembang, maka suatu saat pengusaha mikro tersebut akan memiliki aset yang bisa dijaminkan sehingga opsi penjaminan dari Askrindo bisa dialihkan kepada nasabah KUR lainnya.

Mengamati pelaksanaan di lapangan, ada indikasi bahwa program penjaminan oleh Askrindo tidak jauh berbeda seperti halnya KIK/KMKP dulu. Kalau itu yang terjadi, maka krisis keuangan Askrindo akan terulang dan ujung-ujungnya pemerintahlah yang akan menanggungnya.

Oleh karena itu, perlu digali berbagai pemikiran bagaimana agar program penjaminan oleh Askrindo disatu pihak bisa dilaksanakan secara berkesinambungan, dan di lain pihak kesehatan Askrindo selalu terjaga. Dalam kaitan itu ada catatan-catatan yang bisa dijadikan bahan kajian lebih lanjut.

Pertama, program penjaminan harus bersifat terbatas (limited gurantee), dalam arti disesuaikan dengan kemampuan membayar klaim pihak Askrindo. Jadi tidak serta merta bank menjaminkan semua KUR-nya. Ini untuk menghindari terjadinya moral hazard di mana bank tidak melakukan analisa kreditnya dengan baik dengan pemikiran kalau macet sudah ada yang menjamin. Di sisi lain nasabah pun merasa tidak mempunyai beban karena mereka mengetahui kalau macet, maka pihak bank akan mengajukan klaim ke Askrindo.

Mencontoh LPS

Pembatasan penjaminan dapat dilaksanakan seperti apa yang dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di mana yang dijamin adalah maksimum Rp100 juta per nasabah/bank. Dalam konteks ini bisa saja Askrindo menjamin semua KUR dengan maksimum klaimnya adalah Rp10 juta. Karena penjaminannya terbatas, maka besarnya premi ditetapkan atas dasar total plafon KUR masing-masing bank.

Dengan pendekatan di atas, baik Askrindo maupun bank akan dapat mengelola risikonya menjadi lebih realistis. Di satu pihak Askrindo akan lebih realistis dalam membuat cadangan klaim, dan di lain pihak bank juga akan realistis dalam memperhitungkan biaya preminya. Dengan pendekatan tersebut pihak bank dan Askrindo menjadi mudah dalam mengelola risiko sehingga dapat mempertahakan tingkat kesehatan keuangannya.

(12)

Berkhas 8 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Sabtu, 05 April 2008

Agar hal tersebut tidak terulang kembali, maka mengapa tidak dibuat persyaratan klaimnya seperti ketentuan klaim yang diberlakukan oleh LPS. Misalnya di LPS diberlakukan ketentuan yang dimuat dalam UU bahwa apabila terbukti banknya memberikan suku bunga simpanan di atas sukubunga wajar, maka hak klaimnya tidak akan dibayar, apapun alasannya.

Analogi yang sama bisa diberlakukan oleh Askrindo, misalnya apabila total non performing loan (NPL) KUR melebihi 3%, hak klaim kepada Askrindo menjadi hilang.

Pendekatan ini lebih 'adil' baik bagi bank maupun Askrindo karena NPL mencerminkan kualitas banknya sementara bagi Askrindo akan memberikan kepastian dalam menentukan cadangan klaimnya.

Karena tolok ukur NPL bersifat universal, perdebatan klaim menjadi lebih jelas, obyektif dan terukur. Dengan pendekatan ini bank akan selalu menjaga NPL-nya sehingga tidak menyuburkan moral hazard.

Ini berarti baik bank, nasabah maupun Askrindo mempunyai risiko yang terukur dan jelas. Karena semua pihak terstimulir untuk tidak melakukan moral hazard sehingga besar harapannya bahwa keberlanjutan program penjaminan menjadi lebih terjamin.

Mungkin yang perlu didiskusikan adalah mengenai besaran NPL sebesar 3%. Angka itu saya ambil dari rata-rata NPL-nya Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) BRI selama 15 tahun terakhir. Jadi kalau akan dijadikan ukuran sudah teruji dan signifikan. Namun demikian bisa saja ditetapkan lain misalnya maksimum 5% sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Mengapa kedua catatan tersebut perlu diperhatikan, karena secara tehnis produk KUR dan penjaminan Askrindo terlanjur dikemas dalam bentuk pemasaran yang menyuburkan moral hazard baik bagi nasabah maupun bank.

Promosi yang menyatakan dapatkan KUR karena dijamin Askrindo sangat tidak tepat kalau yang dituju adalah suatu kesinambungan dalam jangka panjang.

Tentunya menjadi jelas juga mengapa realisasi KUR tesendat. Ada indikasi sebagai promosi yang tidak tepat menyebabkan pihak bank menjadi 'enggan'. Di atas bisa saja menginstruksikan, tetapi di lapangan di mana mereka yang berhadapan dengan risiko akan berfikir dua kali.

Itu tidak salah karena desain KUR dan program penjaminan tidak mengikuti esensi penjaminan yang bersifat universal yaitu suatu opsi bukan hak.

Oleh Krisna Wijaya

(13)

Kompas Sabtu, 05 April 2008

EKONOMI

Pr ot e k si UM KM M a sih M in im

Sabtu, 5 April 2008 | 01:08 WIB

Medan, Kompas - Proteksi pemerintah dan aparat keamanan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah di Sumut masih minim. Akibatnya, aneka persoalan masih menghambat kemajuan UMKM, seperti pungutan liar, sweeping, hingga minimnya pembinaan UMKM.

Berbagai persoalan mengemuka dalam sarasehan UKM yang digelar oleh Bank Indonesia Medan, Jumat (4/4). Sarasehan dihadiri oleh Kepala BI Medan Romeo Rissal, Kepala Polda Sumut Inspektur Jenderal Nuruddin Usman, pengamat ekonomi Faisal Basri, anggota Komisi B DPRD Sumut Abdul Hakim Siagian, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumut Jonni Pasaribu, serta puluhan pengusaha UMKM.

Jerianto, pengusaha pengeras suara di Kota Medan, mengatakan sekitar satu bulan lalu didatangi oleh oknum yang mengaku dari Poltabes Medan untuk meminta uang pengurusan izin. ”Saya dimintai uang tanpa tanda terima,” kata Jerianto.

Susanto Wijaya, distributor permen, mengatakan para pengendara sepeda motor yang mendistribusikan permen sering ditangkap oleh polisi lalu lintas karena mengangkut barang. Padahal, pengangkutan hanya dilakukan dengan tas yang disampirkan di kanan-kiri motor.

(14)

Berkhas 10 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Senin, 07 April 2008

WIRAUSAHA

'At u r a n m e r e k t id a k b e r p ih a k UKM '

JAKARTA: Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Djimanto menilai aturan pembuatan merek produk tidak berpihak pada usaha kecil menengah (UKM) karena biayanya yang mahal. "Biayanya mahal," katanya akhir pekan lalu.

Menurut dia, rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk mengajukan merek produk sekitar Rp4,8 juta per merek. "Itu untuk UKM pasti memberatkan."

Djimanto menuturkan untuk mendapatkan merek produk, sebelumnya pengusaha harus mengajukan merek yang akan digunakan kepada Direktorat Merk, Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM.

Dia menyayangkan tidak adanya data merek yang telah diakui yang bisa diakses dengan mudah atau melalui Internet. Padahal, data itu dapat menghindarkan pemohon merek dari mengajukan merek yang telah didaftarkan.

(15)

Bisnis I ndonesia Senin, 07 April 2008

D a n a p r og r a m k e t a h a n a n p a n g a n KUM KM Rp 8 0 0

m ilia r

JAKARTA: Kementerian BUMN menyediakan dana sekitar Rp800 miliar untuk disalurkan kepada koperasi usaha mikro kecil menengah (KUMKM) melalui program ketahanan pangan yang dimulai tahun ini.

Pemerintah akan memberi subsidi bunga 3% flat per tahun kepada setiap debitor. Kredit dicairkan apabila sesuai dengan tujuan pemerintah, yakni penanaman komoditas jagung, padi, singkong, ikan dan komoditas tahu tempe.

"Dalam program ini kami menjalin kerja sama dengan berbagai asosiasi, seperti asosiasi peternak sapi perah, peternak daging, ikan dan asosiasi industri tahu tempe," ujar Staf Ahli Menneg BUMN Parikaset Suprapto, Rabu.

Kementerian BUMN, katanya, tidak membatasi jumlah kredit program ketahanan pangan. Dana yang bersumber dari sisa hasil usaha setiap unit BUMN itu akan dicairkan jika kemampuan calon debitor sesuai dengan proposal.

Untuk mempermudah akses kredit, setiap unit BUMN di berbagai daerah menyediakan loket layanan khusus di bawah koordinasi salah satu direksi. Tidak ada target KUMKM yang ditetapkan mengakses dana pinjaman Rp800 miliar.

"Program kredit bersubsidi sudah berjalan, dan kami harapkan bisa lancar untuk mendukung program ketahanan pangan. Maksimum pinjaman kredit ini tiga tahun," papar Parikesit.

Secara total Kementerian BUMN pada tahun ini menyediakan dana Rp1,3 triliun. Termasuk untuk bantuan tunai kepada dua juta kepala keluarga (KK) di seluruh Indonesia. Masing-masing KK akan menerima Rp100.000.

Bantuan sembako

Program tersebut direalisasikan pada akhir April, atau selambat-lambatnya pada awal Mei. Sasaran bantuan adalah keluarga miskin yang terkena bencana alam, sedangkan bantuan lainnya adalah berupa sembilan bahan pokok.

Paket tersebut akan diberikan kepada empat juta keluarga miskin dengan nilai masing-masing Rp50.000. Untuk bantuan sembako sudah dilaksanakan di lima wilayah Jakarta. Isi paket sembako, a.l. gula, minyak goreng, beras dan mie instan. Bantuan secepatnya dilakukan ke berbagai daerah.

Untuk menjamin ketepatan penyaluran kepada keluarga miskin, kata Parikesit, Kementerian BUMN menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang juga dipergunakan untuk menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT). "Untuk menghindari kesalahan calon penerima, kami menggunakan data BPS."

Untuk program jangka menengah, kementerian yang dipimpin oleh Sofyan Djalil tersebut akan memberi beasiswa kepada remaja untuk mengikuti pelatihan yang bekerja sama dengan yayasan dari Belanda.

(16)

Berkhas 12 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Senin, 07 April 2008

WIRAUSAHA

D a n a UM KM Ja m b i Rp 8 5 ,5 8 m ilia r

JAMBI: Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Provinsi Jambi pada 2006-2007 telah menggulirkan dana dekonsentrasi untuk penguatan modal usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) senilai Rp85,58 miliar.

Bantuan dana UMKM itu pada 2006 digulirkan Rp70,01 miliar dan pada 2007 senilai Rp15,57 miliar untuk pengadaan bibit karet unggul petani, bibit ikan, ternak sapi, dan koperasi, kata Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jambi, Dadan Danuraswo pekan lalu.

Secara khusus dana tersebut juga dialokasikan untuk program Perkasa (Program Perempuan Keluarga Prasejahtera), dan koperasi simpan pinjam.

Bantuan untuk pengembangan usaha produktif koperasi dan penguatan dana bergulir bagi koperasi dan lembaga keuangan mikro itu pada 2007 pengadaan bibit karet unggul sebanyak 1,6 juta batang dari target dua juta batang.

"Target pengadaan karet itu tidak tercapai karena keterlambatan pengajuan dari sejumlah kabupaten," ujarnya.

(17)

Bisnis I ndonesia Senin, 07 April 2008

Ju k la k t r a d in g t e r m t a k d it e r b it k a n

JAKARTA: Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu menegaskan tidak akan mengeluarkan petunjuk pelaksanaan (juklak) khusus tentang syarat perdagangan (trading term).

Menurut Mendag, terkait dengan penerbitan Perpres No. 112/2007 tentang Pena-taan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, otoritas perdagangan hanya akan mengeluarkan dua juklak.

"Saya rasa tidak sampai kami mengatakan juklak trading term. Persisnya ada dua peraturan implementasi yang harus ke luar dari perpres ini [Perpres No. 112/2007] yang sedang kami siapkan," kata Mari, pekan lalu.

Mendag mengatakan pedoman batasan syarat perdagangan yang dituangkan dalam perpres perpasaran dinilai sudah jelas.

"Masalah implementasi dari pembeli [peritel modern] dan pemasok, kami harapkan dalam kontrak syarat perdagangan yang mereka siapkan sekarang [periode 2008] sudah berpegang pada pedoman yang ada di perpres [perpasaran]," kata Mendag.

Mengenai sanksi yang dikenakan oleh Depdag jika peritel modern melanggar batasan syarat perdagangan sesuai dengan perpres, Mari mengatakan akan menelusuri jenis pelanggaran yang dilakukan.

Jika pelanggarannya terkait persaingan usaha tidak sehat, kata dia, penyelesaiannya diserahkan kepada KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha).

Diperjelas

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Depdag Ardiansyah Parman menjelaskan Depdag tengah menyusun dua juklak terkait Perpres No. 112/2007 yang terbit pada 27 Desember 2007.

Dua jenis juklak tersebut adalah juklak perizinan pendirian toko dan juklak yang berisi perihal isi perpres yang dinilai pihak terkait (di luar Depdag) tidak jelas.

"Akan terbit terutama tentang juklak bagi daerah untuk melaksanakan bagaimana cara menerbitkan perizinan. Lainnya, kalau memang diperlukan penjelasan hal-hal yang dianggap belum jelas, ya kami perjelas," kata Ardiansyah.

Ketika didesak isi Perpres yang tidak jelas dan akan dituangkan dalam juklak, dirjen menolak untuk merincinya. "Kalau menurut kami jelas, kan ada yang menganggap tidak jelas, ya kami coba perjelas."

Susanto, Ketua Umum AP3MI (Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia), mempertanyakan juklak yang berisi hal tidak jelas, seperti dikemukakan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri.

"Kenyataannya peritel untuk kontrak bisnis 2008 masih menetapkan hal yang tidak lagi diperbolehkan dimasukkan dalam syarat perdagangan, seperti grand opening fee [biaya yang dibebankan kepada pemasok setiap kali peritel modern membuka toko baru]," kata Susanto.

(18)

Berkhas 14 Volume VI April 2008

Bisnis I dnonesia Senin, 07 April 2008

WIRAUSAHA

'Polisi j a n g a n m e m e r a s UKM '

MEDAN: Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menegaskan polisi seharusnya melindungi para pelaku usaha kecil menengah (UKM) bukan sebaliknya malah memeras.

"Polisi itu harusnya melindungi dan menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi UKM, bukan sebaliknya mencari-cari kesalahan mereka lalu melakukan pemerasan," katanya saat menjadi pembicara dalam Sarasehan UKM dengan tema Bersungguh Menciptakan Iklim Kondusif UKM, pekan lalu.

(19)

Pikiran Rakyat Senin, 07 April 2008

Pola Pik ir UM KM H a r u s Be r u b a h

BANDUNG, (PR).-

Pelaku Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) harus memiliki pola pikir seorang pengusaha. Karena, seorang pengusaha memiliki pola pikir berkembang untuk selalu mencari sesuatu yang baru dan tidak puas dengan apa yang sudah ada.

"Demikian halnya dengan pelaku UMKM, jika ingin usaha yang ditekuninya maju, mereka harus memiliki pola pikir berkembang. Selain peran dari pelaku UMKM, perkembangan usaha kecil dan mikro juga memerlukan dukungan pemerintah," kata pengusaha sekaligus Ketua Umum Dewan Pimpinan Partai (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir, pada dialog dengan komunitas UMKM di Bandung, Minggu (6/4).

Menurut dia, masyarakat Indonesia pada umumnya belum memiliki pola pikir sebagai seorang pengusaha, karena saat ini umumnya lebih memikirkan bagaimana menjadi karyawan atau petani. Padahal, menurut pengusaha Batik Pekalongan itu, maju tidaknya seseorang ditentukan cara berpikir.

Peran pemerintah menjadi sangat penting, karena menurut Soetrisno, kelompok ekonomi mikro memang kurang memiliki kekuatan. Padahal, dalam ekonomi sering terjadi hukum siapa yang kuat dia yang menang, sehingga pemerintah tidak boleh meninggalkan yang tidak memiliki kekuatan tersebut.

(20)

Berkhas 16 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Selasa, 08 April 2008

Alia n si 9 Asosia si t e r p e ca h soa l SN I p e m a sok r it e l

JAKARTA: Aliansi 9 Asosiasi tidak lagi kompak menyikapi masalah hubungan pemasok dengan peritel modern, menyusul penerbitan Perpres Perpasaran.

Indikasi perpecahan ditubuh organisasi tersebut tampak dalam sikap penolakan terhadap draf SNI hubungan peritel dengan pemasok, yang hanya dilakukan oleh empat asosiasi.

Keempatnya adalah Perkosmi (Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia), AP3MI (Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia), Aprogakob (Asosiasi Produsen Garam Konsumsi Beryodium), dan APPSI (Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia).

Enam asosiasi lain memilih diam. Mereka antara lain Gapmmi (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Se-Indonesia), APGAI (Asosiasi Pemasok Garmen & Aksesoris Indonesia), Gabel (Gabungan Elektronika Indonesia), dan Asrim (Asosiasi Industri Minuman Ringan).

Sementara itu, Nampa (National Meat Processor Association/Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia), justru mengurungkan penolakan terhadap SNI, setelah didekati Pusat Standardisasi Depdag.

"Jangan langsung ditolak [rancangan SNI]. Kita tunggu dulu penjelasan lebih lanjut dari Depdag," ujar Direktur Eksekutif Nampa Hanirwan Syarif.

Ketua Umum Gapmmi (Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Seluruh Indonesia) Thomas Darmawan mengatakan Aliansi 9 Asosiasi terbentuk atas dasar kesepakatan mendesak pemerintah mengeluarkan perpres perpasaran.

Oleh karena itu, dia meminta gabungan asosiasi pemasok, industri, dan pedagang pasar tersebut berhenti mengatasnamakan aspirasi sembilan asosiasi.

"Sekarang, perpres sudah lahir [Perpres no. 112/2007], tugas aliansi tidak seperti dulu lagi. Sekarang waktunya asosiasi untuk berjalan masing-masing," kata Thomas, kemarin.

Pascaperpres

Meski syarat perdagangan (trading term) yang dibatasi dalam Perpres No. 112/2007 belum diterapkan, Thomas menilai bukan lagi menjadi tugas Aliansi 9 Asosiasi untuk mendesak penerapannya.

Setelah Perpres tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern terbit pada 27 Desember 2007, terkait dengan masalah penerapan isinya serta sosialisasinya menjadi tugas pemerintah.

"Urgensi aliansi sudah selesai. Kalau trading term yang belum dilaksanakan itu tidak usah [desakannya] pakai aliansi. Lagipula tugas pemerintah tidak cuma urus trading term," ujar Thomas menjelaskan.

Dia menambahkan keluhan terhadap penerapan materi perpres tersebut seharusnya dilakukan oleh setiap asosiasi.

(21)

Bisnis I ndonesia Selasa, 08 April 2008

Namun, perpecahan tersebut dibantah Juru Bicara Aliansi 9 Asosiasi Putri K. Wardani, "Kami Aliansi 9 Asosiasi sedang meeting. Kami masih kompak berjuang pasca-Perpres No. 112. Hal ini karena pelaksanaan masih dilematis di lapangan."

(22)

Berkhas 18 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Selasa, 08 April 2008

BM T b e lu m j a d i p e n e r im a j a m in a n sy a r ia h

JAKARTA: Inkopsyah BMT mengungkapkan belum satu pun anggotanya memperoleh penjaminan Perum Sarana Penjaminan Usaha (SPU), yang sejak beberapa tahun lalu mengembangkan produk syariah.

Widji Tri Kusuma Adhi, Direktur Induk Koperasi Syariah Baitul Mal Wattanwil (Inkopsyah-BMT), mengatakan tengah menggalakkan kerja sama dengan perum yang telah memperoleh penguatan modal pemerintah itu.

"Sebetulnya ini yang kami galakkan. Karena Perum SPU belum involve terlalu banyak, bahkan belum ada [pinjaman] BMT yang dijamin oleh mereka," ujar Widji kepada Bisnis baru-baru ini.

Inkopsyah saat ini memiliki anggota 170 baitul mal wattanwil yang berbadan hukum koperasi dan praanggota sebanyak 500-an BMT yang umumnya belum berbadan hukum koperasi.

Menurut Widji, lembaga ke-uangan mikro ini tidak layak secara bisnis untuk memperoleh jaminan, karena Perum SPU menggunakan pendekatan standar perbankan.

Seharusnya, lanjut dia, BMT juga dilihat dari aspek jaringan yang mapan dan terintegrasi dalam satu induk koperasi. "Penjaminan ini yang kami coba galang dengan Perum SPU dan Baznas."

Dalam kerja sama ini, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menjadi pembayar premi penjaminan bagi kelompok BMT yang dinilai memiliki kinerja bagus.

"Daripada hanya menaruh dana untuk zakat, misalnya untuk memperbaiki masjid, kalau dibayarkan dalam bentuk premi kan banyak masyarakat pengusaha kecil yang memperoleh manfaatnya," tambahnya.

Sebagai terjamin

Kepala Bagian Pemasaran dan Hubungan Perusahaan Perum SPU Nina Kurnia Dewi mengatakan koperasi baitul mal wattanwil (BMT) memang belum ada yang menjadi penerima jaminan syariah, tetapi sebatas sebagai terjamin.

Sejauh ini, yang menjadi mitra penerima jaminan pembiayaan dan kredit adalah perbankan. "Belum sampai ke sana [BMT], BPR saja belum [sebagai penerima jaminan], karena mitra kami perbankan," ujar Nina.

Dibandingkan dengan koperasi simpan pinjam syariah atau BMT, menurut Nina, bank perkreditan rakyat (BPR) sebagai penerima penjaminan lebih dimungkinkan karena levelnya relatif lebih tinggi.

Hal ini karena industri BPR memiliki peraturan hukum, standar kesehatan, pengawasan, dan regulator, yakni Bank Indonesia. "Untuk hal lain, BMT ini didanai oleh BPR. Jadi BPR ini lending lagi, ini dimungkinkan."

Namun, kata dia, Perum SPU saat ini sudah memberi penjaminan terhadap sebagian pembiayaan Induk Koperasi Syariah Baitul Mal Wattanwil (Inkopsyah BMT).

(23)

Bisnis I ndonesia Selasa, 08 April 2008

"Dalam hal ini, BMT berposisi sebagai terjamin, sedangkan penerima jaminannya adalah bank penyalur SUK," ujar Nina.

Menurut Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kemenkop dan UKM Choirul Djamhari, pinjaman KUR per 1 April menjadi rata-rata Rp39 juta.

General Manager BMT Pelita Insani Haribowo Lesmono mengatakan pinjaman tertinggi yang pernah disalurkan koperasi simpan pinjam berbasis syariah di Jakarta Rp25 juta.

"Pinjaman rata-ratanya saat ini Rp5 juta," ujar Haribowo.

(24)

Berkhas 20 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Rabu, 09 April 2008

BM T d i Ja b od e t a b e k b e n t u k k op e r a si se k u n d e r

JAKARTA: Sebanyak 30 koperasi baitul mal wattanwil (BMT) di Jabodetabek bersepakat membentuk koperasi sekunder, yang diberi nama BMT Nusantara.

Kesepakatan tersebut merupakan salah satu keputusan silaturahmi pimpinan dari 30 BMT di Puncak, Bogor, pada 5-6 April 2008.

"Dalam pertemuan itu, forum silaturahmi juga memutuskan ketua formatur pembentukan koperasi," ujar Haribowo Lesmono, General Manager BMT Pelita Insani, kemarin.

Haribowo, yang ditunjuk sebagai Ketua Formatur Pembentukan Koperasi BMT Nusantara, mengatakan telah menetapkan kepengurusan dan langkah teknis pendirian koperasi.

Menurut dia, BMT Nusantara diproyeksikan sudah bisa berdiri dan memiliki badan hukum koperasi dalam enam bulan mendatang. Sementara ini, anggota koperasi baru 30 BMT, tetapi akan diperluas hingga 100 BMT yang ada di Jabodetabek.

Berdasarkan keputusan forum silaturahmi, simpanan pokok anggota Koperasi BMT Nusantara Rp1 juta, sedangkan simpanan wajib Rp100.000 per bulan. "Kami juga akan menerbitkan surat utang koperasi,untuk kami jual kepada anggota," ujar Haribowo.

Dia mengatakan gagasan pendirian koperasi sekunder ini untuk meningkatkan kapasitas anggota dan memanfaatkan potensi usaha di sektor jasa layanan keuangan mikro.

Koperasi sekunder merupakan bentuk penguatan jaringan kultural selama ini menjadi ke jaringan struktural dan fungsional.

Terkait dengan pembentukan koperasi sekunder, Haribowo mengatakan ada dua aspek yang akan digarap, yakni bidang usaha dan penguatan kelembagaan BMT.

Di Jabodetabek saat ini terdapat sekurangnya 100 koperasi BMT, dengan total aset Rp80 miliar. Sebagian koperasi ini merupakan anggota Induk Koperasi Syariah Baitul Mal Wattanwil (Inkopsyah BMT).

BMT koordinator

Menurut Direktur Inkopsyah BMT Widji Tri Kusuma Adhi, jumlah koperasi yang tergabung sebagai anggota induk tersebut saat ini 170 BMT yang tersebar di 18 provinsi.

Di samping itu, Inkopsyah BMT juga memiliki calon anggota sebanyak 500 BMT yang tersebar di 28 provinsi. "Kami membentuk BMT koordinator," ujarnya.

Hal ini karena penanganan secara tersentral seluruh BMT oleh Inkopsyah tidak masuk dari sisi biaya. BMT koordinator nantinya membantu Inkopsyah di lapangan.

"Kami berharap memiliki jaringan yang baik, sehingga dana-dana yang tersedia di pasar, baik komersial maupun program, bisa berkelanjutan," ujarnya.

(25)

Kompas Rabu, 09 April 2008

UKM Ku e d a n Rot i M a k in Se k a r a t

Pe ga w a i Te r us- m e n e r u s D ik u r a n g i

Rabu, 9 April 2008 | 01:36 WIB

Jakarta, kompas - Usaha kecil dan menengah yang memproduksi kue dan roti terus berguguran akibat kenaikan harga bahan baku. Mereka berusaha bertahan dengan mulai meminjam uang untuk modal kerja dari rentenir serta mengurangi pegawai. Daya tahan mereka hanya akan sampai semester kedua tahun 2008.

”Kalau harga masih terus tidak stabil, usaha begini enggak mungkin bisa selamat lewat pertengahan tahun nanti. Sekarang saja sudah sekarat,” kata Itje (38), pengusaha kue Wilim Snack yang berjualan kue subuh di kawasan Margonda, Depok.

Itje sejak tiga bulan terakhir terus-menerus mengurangi pegawainya dari yang semula 12 orang kini tinggal empat pegawai. Sebagian besar pegawainya yang berasal dari Tegal dan Purwokerto itu telah pulang kampung. ”Daya beli anjlok, pesanan kini sepi. Kantor-kantor pemerintah yang tiap rapat atau olahraga pagi ada snack sekarang kebiasaan itu tidak ada lagi,” kata Itje.

Erlin Subagia (35) dari perusahaan roti dan kue Raos Putra di Cimanggis, Depok, kini sudah tidak lagi memproduksi roti untuk dijual keliling dengan gerobak atau sepeda. Roti kini hanya dibuat jika ada pesanan. Adapun kue masih diproduksi untuk dijual di pasar kue subuh di Pasar Melawai, Jakarta Selatan. Namun, kapasitas produksinya terus turun.

”Dulu kami jualan roti manis dan dijual keliling 50 pedagang. Sekarang enggak sanggup lagi,” kata Erlin yang pegawainya kini tinggal lima orang.

Kurang dari enam bulan, kenaikan harga bahan baku roti dan kue sangat memukul pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Terigu yang semula Rp 108.000 per bal (25 kilogram) kini harganya sudah Rp 165.000 per bal. Satu peti telur (15 kg) yang semula seharga Rp 140.000 kini menjadi Rp 182.000. Harga margarin kualitas menengah yang semula Rp 130.000 per karton (15 kg) kini membubung menjadi Rp 190.000 per karton.

”Telur dalam satu hari harganya bisa naik dua kali. Belakangan harga telur sangat enggak stabil,” kata Erlin.

Rentenir

Dalam kondisi sulit seperti itu, para pengusaha UKM ini mengaku meminjam uang dari rentenir adalah cara yang mau tak mau ditempuh. ”Kalau mau pinjam di bank prosesnya bertele-tele,” kata Itje yang kerap meminjam uang sekitar Rp 2 juta untuk modal produksi.

(26)

Berkhas 22 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Kamis, 10 April 2008

Ba n k m a sih sy a r a t k a n j a m in a n k r e d it u sa h a r a k y a t

JAKARTA: Tim Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) Jabodetabek menyatakan perbankan masih mensyaratkan jaminan kepada calon debitor kredit usaha rakyat.

Koordinator Tim KKMB Jabodetabek Bambang Soeharto mengatakan jaminan yang dikenakan bank bervariasi, mulai dari surat keterangan domisili atau usaha, bukti kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB), hingga sertifikat tanah.

Menurut dia, nilai dan bentuk jaminan yang disyaratkan bank terhadap calon debitor bervariasi sesuai dengan besaran pinjaman yang diajukan.

“Semua minta [jaminan] tidak hanya [untuk KUR] di atas Rp50 juta. Pinjaman di bawah Rp50 juta dan lebih dari Rp5 juta juga minta jaminan, seperti BPKB atau tempat usaha,” ujar Bambang, kemarin.

Dia mengungkapkan untuk peminjam KUR kurang dari Rp5 juta harus melengkapi syarat keterangan domisi atau kepemilikan tempat usaha dari ‘penguasa’ setempat.

Seorang pedagang di pasar, kata Bambang, harus melampirkan surat kepemilikan lapak atau memiliki hak usaha di tempat itu. Hal yang sama juga harus dipenuhi oleh pedagang kaki lima, ataupun pemilik kios di mal.

“Bagi usaha mikro, ini cukup menyulitkan karena memperpanjang waktu pengajuan yang dibutuhkan. Akhirnya mereka kan akan disurvei dulu,” ujarnya.

Bila pengajuan pinjaman lebih dari Rp5 juta, lanjut Bambang, pihak bank mensyaratkan jaminan, seperti surat kepemilikan kulkas, BPKB, atau aset lain.

Adapun pinjaman lebih dari Rp50 juta, debitor diminta jaminan aset tetap yang lebih besar, seperti sertifikat tanah, kepemilikan lahan usaha, atau kios.

“Meski nilai jaminan ini tidak lebih besar daripada pinjamannya, ada yang 50%, sampai 70%,” ujarnya.

Bambang menyatakan sempat menanyakan alasan penyediaan jaminan itu kepada bank dan dijawab dengan dua hal.

Pertama, risiko pinjaman itu ada di bank dan tercatat di neraca perbankan, sehingga bila terjadi kredit bermasalah, akan memengaruhi kesehatan bank.

Kedua, penyediaan jaminan tersebut akan lebih mendorong debitor untuk taat melunasi kewajiban utangnya daripada tidak dikenai jaminan sama sekali.

Jumlah satgas KKMB di Jabodetabek sebanyak 85 unit, tetapi yang aktif saat ini 35 unit. Sejauh ini, 31 pengajuan kredit di bawah Rp5 juta, tetapi yang cair baru lima.

Bambang mengatakan KKMB memfasilitasi calon debitor KUR tersebut ke BRI dan bank pelaksana kredit berbasis jaminan pemerintah tersebut.

Dibantah

(27)

Bisnis I ndonesia Kamis, 10 April 2008

Dia sempat menanyakan daerah munculnya masalah penerapan jaminan KUR dan Hartono mengatakan, “Kami akan cek dulu,” ujarnya di Pekalongan.

Menurut dia, persyaratan kredit usaha rakyat hanya berupa KTP, dan usahanya, yang sudah berjalan minimal enam bulan, sehingga tidak ada persyaratan lain yang bersifat materi, termasuk sertifikat tanah dan bangunan.

A. Idham Azis, Wakil Pemimpin Divisi Usaha Kecil Bank BNI, mengatakan tidak mensyaratkan jaminan tambahan, tapi sekadar usaha atau barang yang dibiayai dengan kredit itu.

“Itu jaminan pokok. Kalau Anda diberi kredit untuk beli mesin jahit, ya, itu jaminannya,” ujarnya pada forum temu bisnis dan konsultasi kredit usaha rakyat yang selenggarakan Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama.

Terkait dengan syarat jaminan tambahan seperti sertifikat tanah atau BPKB, dia menegaskan BNI tidak mensyaratkan hal itu.

Idham menambahkan persyaratan KUR, dan mekanisme penyaluran kredit tersebut sama di antara bank-bank yang ditunjuk sebagai penyalur kredit berbasis penjaminan pemerintah senilai Rp1,45 triliun. “Kalau BNI tidak ada syarat sertifikat tanah itu. Kalau bank yang lain saya tidak bisa menjawab,” ujarnya tegas. (11) (fatkhul.maskur@bisnis.co.id)

(28)

Berkhas 24 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Kamis, 10 April 2008

WIRAUSHA

Pe r b a n k a n d or on g UKM Su m b a r

PADANG: Bank Indonesia Padang, dan lembaga perbankan di daerah itu berkomitmen memajukan kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) dengan memberi pelatihan teknis dan bantuan modal.

“Enam bank yang ditunjuk menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) sepakat untuk mempercepat proses pencairan kreditnya,” kata Pimpinan Bank Indonesia Padang Uun S. Gunawan, kemarin.

(29)

Jurnal Nasional Kamis, 10 April 2008

Ekonomi Mikro/Sektor Riil cilacap | Kamis, 10 Apr 2008

Pe r a j in Ke lu h k a n Su lit Pin j a m M od a l

SETIDAKNYA lebih dari 3.700 anggota Asosiasi Pengusaha Perajin Industri Kecil (APPIK) Cilacap mengeluhkan sulitnya pengajuan pinjaman modal usaha. Jumlah ini belum dihitung dengan ribuan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang tidak termasuk dalam keanggotaan APPIK.

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Cilacap mengakui ada kendala dalam mensosialisasikan program kredit usaha UMKM yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada November lalu.

Dari keterangan pelaku usaha di sentra kerajinan kerang Teluk Penyu dan sentra jamu gendong Karangasem Cilacap, program pinjaman belum dipahami. Bahkan mereka banyak tak mengetahui. Bagi yang tahu, mereka mengaku tidak mengerti prosedur pengajuan pinjaman.

“Usaha jamu gendong di desa kami sangat membutuhkan pinjaman modal untuk berkembang. Saya malah tidak tahu jika Presiden mencanangkan program UMKM dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat melalui BRI. Sama sekali tidak ada petugas dari instansi terkait yang sosialisasi atau pendataan,” kata Kades Karangasem Tafip Yunianto.

Ditemui di ruang kerjanya, Pelaksana Harian Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Cilacap Suharyadi menjelaskan, terhambatnya sosialisasi ini karena tidak ada perwakilan di tiap distrik dalam pendataan pelaku usaha. Dari 189.000 unit usaha yang berpotensi, baru 1.600 unit di antaranya baru terdata dan mendapat pembinaan. “Kami mengakui kendala tersebut. Dalam pengajuan susunan organisasi tata

kerja (SOT) waktu lalu, kami telah mempersiapkan lima staf perwakilan di tiap distrik agar pendataan dan pembinaan UKM di tingkat kecamatan dapat terwujud,” ucapnya.

(30)

Berkhas 26 Volume VI April 2008

Kompas Kamis, 10 April 2008

KENAIKAN HARGA

UKM Rot i- Ku e M a sih I n g in Be r t a h a n

Kamis, 10 April 2008 | 01:28 WIB

Jakarta, Kompas - Pelaku usaha kecil dan menengah atau UKM yang memproduksi kue dan roti masih berupaya keras untuk bertahan di tengah gempuran kenaikan harga bahan baku. Namun, mereka mempertanyakan mengapa setiap kali ada kenaikan harga bahan baku tak pernah ada penjelasan gamblang dari pemerintah jauh hari sebelumnya.

Sementara itu, mereka sendiri jauh-jauh hari sudah memberi tahu pelanggan sebelum harga roti dinaikkan. ”Kami selalu enggak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Paling tahunya belakangan dari media massa. Apa enggak bisa sebelum kejadian (harga naik), kami yang UKM ini diinformasikan,” ujar Subandi (45), pelaku UKM roti Lucky Star di Kelurahan Tegal Parang, Mampang, Jakarta Selatan, Rabu (9/4).

Subandi mengatakan, meski harga bahan baku naik, dia tetap berusaha mempertahankan bisnisnya, yaitu dengan terpaksa menaikkan harga jual ke pelanggan. ”Kami beri tahu dulu jauh hari sebelumnya. Saya enggak mau mengganti bahan baku yang lebih murah demi harga tetap,” kata Subandi.

Saat ini, dari 40 pegawainya, tinggal 30 orang yang tersisa. Kapasitas produksi di Lucky Star sudah jauh berkurang, terutama jika dibandingkan sebelum kerusuhan Mei 1998. Dahulu, dalam sehari dia bisa memproses 20 bal (25 kilogram) terigu menjadi roti. Dalam kurun waktu satu dekade pascareformasi, kapasitas produksi terus turun, diikuti pengurangan tenaga kerja.

Lucky Star, yang sudah berdiri sejak tahun 1979 itu, kini setelah harga bahan baku naik hanya memproduksi 14 bal terigu. ”Sudah sepuluh tahun reformasi enggak ada manfaatnya yang kami rasakan. Dulu kami punya sampai 600 tukang roti keliling,” tutur Subandi lagi.

Kesulitan yang dihadapi UKM roti dan kue tidak hanya karena kenaikan harga terigu, tetapi juga akibat kenaikan harga telur dan margarin.

Abitholib (50), tukang roti keliling, menuturkan, daya beli pelanggannya melemah. ”Mereka (pelanggan) dulu kalau beli roti keluar rumah bawa nampan karena yang dibeli banyak. Sekarang, pelanggan nunggu anaknya nangis dulu baru dibeliin roti, cuma satu biji,” kata Abitholib.

Roti yang dijual Abitholib, yaitu roti tawar Rp 6.000 per buah, yang sebelumnya seharga Rp 5.000, dan roti manis Rp 2.000 yang sebelumnya Rp 1.500.

Gejala menurun

Ratna Sari Lopies, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo), mengatakan, sejak Agustus 2006 hingga Maret 2008 harga gandum di pasar internasional sudah naik 169 persen. Padahal, pembelian gandum dalam industri terigu memakan biaya 85-90 persen. Karena itu, harga gandum berpengaruh signifikan dalam kenaikan harga terigu.

(31)

Kompas Kamis, 10 April 2008

Memasuki April 2008, harga gandum internasional sudah menurun pada harga 508 dollar AS per metrik ton dari sebelumnya pada Januari-Februari 2008 sempat menembus 800 dollar AS.

Menurut Ratna, lima eksportir besar gandum di dunia adalah AS, Kanada, Australia, Argentina, dan sebagian dari Uni Eropa. China sebenarnya memproduksi gandum cukup besar, tetapi sebagian besar dikonsumsi sendiri.

Mengingat fenomena konservasi semacam itu, Ratna mengatakan memang importir mulai mencari negara produsen lain seperti dari Kazakhstan atau Ukraina. ”Sebelumnya tidak, karena ongkosnya yang lebih mahal. Australia dipilih karena lebih dekat sehingga ongkos lebih murah,” kata Ratna.

(32)

Berkhas 28 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Jumat, 11 April 2008

Ek sp a n si m in im a r k e t t e r se n d a t

JAKARTA: Pertumbuhan gerai minimarket tersendat, menyusul makin sulitnya peritel untuk mendapatkan izin pendirian toko di sejumlah wilayah dan kenaikan modal investasi sebesar 25%.

Pudjianto, Managing Director PT Sumber Alfaria Trijaya – perusahaan yang mengoperasionalkan minimarket Alfamart, mengharapkan sokongan pemerintah bagi pebisnis minimarket, apalagi pada saat meningkatnya harga berbagai barang, termasuk bahan bangunan atau biaya renovasi toko.

“[Penambahan gerai Alfamart sejak] awal tahun ini berkurang. Kami susah mencari lokasi dan naiknya investasi akibat kenaikan semen, genteng, rak. Semuanya naik, hingga biaya investasi meningkat mencapai 25%,” kata Pudjianto, Rabu malam.

Ketika ditanya tingkat perlambatan ekspansi minimarket, dia tidak bersedia menyebutkan persentase perlambatan ekspansi.

Direktur Retailer Service Nielsen Indonesia Yongky Surya Susilo sebelumnya memproyeksikan pertambahan gerai minimarket pada tahun ini dengan pertumbuhan 39%, terpacu gaya belanja masyarakat yang makin modern.

Wilayah favorit ekspansi minimarket mencakup Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya, sejumlah daerah pantai utara dan selatan Jawa, serta Lampung.

Kepala Bagian Kegiatan UKM dan Perpasaran Biro Administrasi Perekonomian DKI Subaning Rustiantono menyatakan minimarket akan ditertibkan, terutama yang menempati bangunan rumah tinggal di permukiman.

Pudjianto menyatakan Alfamart dan peritel minimarket lainnya melakukan seleksi lebih ketat untuk membuka toko baru, akibat kenaikan modal investasi tersebut.

Sejumlah hambatan

Dalam kesempatan terpisah Joseph Hendra, Direktur Property Development Alfamart mengemukakan sulitnya peritel minimarket untuk melakukan ekspansi toko di DKI Jakarta, Serang, Karawang, Purwokerto dan Kota Lampung.

Di DKI Jakarta ekspansi tersendat akibat terbitnya Instruksi Gubernur No. 115/ 2006 tentang Penundaan Perizinan Minimarket di Provinsi DKI Jakarta.

“Untuk pembukaan toko di Serang, Karawang, dan Purwokerto lebih sering terhambat karena penolakan penduduk dan pedagang tradisional,” kata Joseph.

Menurut Joseph, modernisasi toko merupakan hal yang tidak bisa ditunda lagi, menyusul gaya hidup masyarakat yang berubah.

Di samping itu, sokongan pemerintah terhadap peritel minimarket juga diperlukan dalam rangka mengikuti perkembangan yang terjadi di negara lain, seperti Singapura dan Bangkok.

Terkait dengan terjadinya kenaikan modal investasi, Ketua Hipermarket Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) Danny Kojongian mengatakan tidak berpengaruh untuk gerai di lahan sewa mal.

(33)

Bisnis I ndonesia Jumat, 11 April 2008

“Naiknya modal investasi lebih dirasakan untuk peritel yang membuka toko di gedung tersendiri [stand alone], terutama untuk format minimarket dan supermarket skala kecil,” kata Danny.

Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun anggaran 2008 hanya menargetkan pengembangan 13 gerai jaringan minimarket Smescomart, meski permintaan masyarakat koperasi jauh lebih banyak.

Sejak program Smescomart dimulai pada 2006, Kementerian Koperasi menerima 557 proposal untuk pendirian yang merupakan kerja sama beberapa peritel nasional dengan pemerintah.

"Permintaan tidak bisa dipenuhi karena anggaran yang kami sediakan memang hanya Rp3,9 juta," ujar Asdep Perdagangan Dalam Negeri Kemenkop dan UKM Halomoan Tamba, kemarin.

Sejak pengembangan jaringan minimarket itu mulai pada tahun anggaran 2006, jumlahnya kini mencapai 92 unit yang terdiri dari 59 gerai milik koperasi pondok pesantren (koppontren) dan 33 gerai lainnya.

Tamba mengatakan jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 42 unit. Namun penurunan ini tidak terkait dengan pengurangan anggaran di Kementerian Koperasi. (linda.silitonga@ bisnis.co.id)

(34)

Berkhas 30 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Senin, 14 April 2008

Ap r in d o m in t a p e r d a p e r p a sa r a n sw a st a d ica b u t

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mendesak pemprov DKI Jakarta mencabut Perda No. 2/2002 yang dinilai kontraproduktif dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi.

Ketua Harian Aprindo Tutum Rahanta mengatakan kalangan peritel optimistis jika perda tersebut telah dicabut akan menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif bagi perkembangan bisnis ritel.

"Aprindo mendesak pemerintah untuk mencabut Perda DKI No. 2/2002, karena mengakibatkan ekonomi biaya tinggi," kata Tutum, belum lama ini.

Terdapat dua pengaturan dari Perda No. 2/2002 yang paling disorot Aprindo.

Pertama, mengenai ketentuan jarak toko modern dari pasar modern yang dinilai tidak tepat diterapkan. Oleh karena itu, pemerintah diminta jeli dalam menetapkan aturan.

Menurut Tutum, pengaturan jarak tersebut tidak bisa diterapkan secara seragam di berbagai wilayah yang memiliki kondisi dan tingkat keramaian yang berbeda.

Sebagai contoh, memadatkan jumlah toko modern di wilayah tertentu seperti Mangga Dua dan Thamrin dinilai memadai, karena pengelompokan di wilayah tersebut sebagai salah satu pusat belanja.

Jarak 2,5 kilometer toko modern dari pasar tradisional di Thamrin tentu berbeda dengan di wilayah lain yang bukan menjadi pusat kota seperti Thamrin.

"[Yang penting] cocok tidak [pendirian suatu toko modern] untuk pusat keramaian. Jadi jangan melihatnya dengan kacamata kuda," kata Tutum.

Kedua, keberatan peritel terkait dengan kewajiban pengelola mal dan peritel untuk menyediakan ruang tempat usaha bagi usaha kecil dan pedagang kaki lima sebesar 10%-20% dar luas lahan belanja.

Tutum mengemukakan pemerintah daerah jangan menyerahkan upaya perkuatan usaha kecil dan kaki lima kepada peritel, apalagi dengan kewajiban menyediakan 20% dari lahan belanja yang dimiliki kepada mereka.

(35)

Bisnis I ndonesia Senin, 14 April 2008

Se r a p a n a n g g a r a n k op e r a si a k a n m u n d u r

JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM memastikan penyerapan anggaran untuk program kerja tahun ini tidak tercapai pada September, seperti yang ditargetkan semula, akibat dampak pengurangan anggaran instansi itu.

"Kami tidak bisa mengingkari realitas bahwa rencana pengurangan anggaran 15% berdampak terhadap program kerja tiga bulan pertama," ujar Mennegkop dan UKM Suryadharma Ali, pekan lalu.

Suryadharma mengkritisi kinerja tujuh deputinya karena pada program kerja 2007 penyerapan anggaran baru selesai pada akhir tahun. Karena itu, dia menginstruksikan penyerapan anggaran tahun ini harus selesai pada September.

Ketujuh deputi itu mencakup Deputi Bidang Kelembagaan, Deputi Bidang Produksi, Deputi Bidang Pembiayaan, Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha, dan Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya Koperasi dan UKM.

Pencapaian target ternyata tidak bisa terlaksana karena pada awal tahun ini Departemen Keuangan melakukan pengurangan anggaran hingga 15% pada beberapa instansi tertentu, utamanya pada kantor kementerian negara.

Untuk sementara pengurangan anggaran turun menjadi 10% berkat peranan Komisi VI DPR dalam bentuk rekomendasi kepada Depkeu. Pengurangan tersebut masih memerlukan proses, tapi Suryadharma optimistis pencairan dana bisa pada April.

"Seluruh program kerja tahun ini baru bisa dimulai pada April setelah kepastian besaran pengurangan anggaran dari 15% menjadi 10% definitif," ujar Suryadharma.

Karena proses pengurangan 10% belum disetujui, Kemenkop dan UKM juga belum menetapkan program yang akan dikembalikan setelah sempat dihapus. Dia menegaskan akan ada perencanaan baru.

Menteri mengungkapkan instansinya belum mau melangkah terlalu jauh, karena masih negosisasi antara Komisi VI dan Depeku. "Terus terang pemotongan 10% itu juga masih belum resmi, kami tetap menunggu kepastian dari Menkeu."

Namun, Kemenkop sudah mempersiapkan program jika dana yang dikembalikan 5% atau senilai Rp56 miliar sudah diterima. Prioritasnya tidak ada tapi akan dikembalikan kepada program yang sudah direncanakan ketujuh deputinya.

Total anggaran Kemenkop dan UKM tahun ini sebesar Rp1,125 triliun. Dengan pemotongan 15% sisa anggaran menjadi sekitar Rp168 miliar.

(36)

Berkhas 32 Volume VI April 2008

Suara Pembaruan Senin, 14 April 2008

M e n d a g : Ke m b a n g k a n Su m b e r Pa n g a n Tr a disiona l

[SOLO] Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu meminta usaha kecil menengah (UKM) di bidang pangan, yang menyediakan aneka ragam pangan bergizi, aman, dan menyehatkan, hendaknya menggali dan mengembangkan potensi sumber-sumber pangan lokal tradisional dan khas daerah.

Mendag Mari Elka Pangestu mengatakan hal itu ketika meresmikan wisata kuliner "Jajan Pasar Malam Gladag" di Gladag Langen Bogan Solo, Jawa Tengah, Minggu (13/4) malam.

"Pemerintah akan terus mendorong pertumbuhan sektor ini dengan terus menggali potensi pengembangan daya saing produk UKM pangan melalui fasilitas program, seperti pelatihan kewirausahaan bagi pelaku UKM, perbaikan kemasan, promosi dan pemasaran, temu usaha UKM dengan usaha besar, dan akses permodalan," kata Mari.

Menurut dia, wisata Jajan Pasar Malam Gladag ini merupakan salah satu bentuk ekonomi kreatif yang sedang dikembangkan di Indonesia, yang memberi kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan domestik bruto (PDB)

(37)

Bisnis I ndonesia Selasa, 15 April 2008

D a n a m on d u k u n g r e v it a lisa si p a sa r t r a d ision a l

SRAGEN, Jateng: Bank Danamon melalui Yayasan Danamon Peduli pada 2008 mengalokasikan anggaran senilai Rp10,2 miliar untuk mendukung kegiatan revitalisasi pasar-pasar tradisional di wilayah Indonesia.

Anggaran revitalisasi pasar tradisional itu meliputi perbaikan infrastruktur sekitar Rp5,7 miliar dan dukungan pada kegiatan konversi sampah pasar Rp4,5 miliar.

Program konversi sampah pasar menjadi kompos hingga saat ini dilakukan di tiga lokasi pasar tradisional, yakni Pasar Ciputat, Tangerang; Pasar Bantul di Bantul, Yogyakarta; dan Pasar Bunder di Sragen, Jateng.

Direktur Yayasan Danamon Peduli Risa Bhinekawati mengatakan tahun ini menargetkan sekitar 60 pasar tradisional di kabupaten/kota akan masuk dalam rencana kerja pasar yang akan direplikasi baik untuk perbaikan infrastruktur maupun unit pengolahan sampahnya.

"Kami mengundang peran aktif pemerintah daerah untuk terlibat dalam program ini," ujarnya di sela-sela peresmian Unit Pengolahan Sampah Pasar di Sragen, pekan lalu.

Menurut dia, dalam jangka waktu tiga tahun mendatang, sekitar 900 pasar di 400 kabupaten/kota seluruh Indonesia mampu mengolah 6.300 ton sampah pasar menjadi 1.800 ton kompos.

"Kalau proyek itu berhasil sedikitnya mampu menyumbang Rp720 juta transaksi per hari bagi koperasi/masyarakat pasar dengan potensi penyerapan tenaga kerja mencapai 3.600 orang," ungkapnya.

Kegiatan yang dikembangkan Yayasan Danamon Peduli ini merupakan program revitalisasi pasar sehat untuk menciptakan kawasan pasar tradisional yang bersih dan nyaman.

Menurut Risa, sedikitnya 25% atau 50 juta rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya dari aktivitas pasar tradisional.

"Tapi fakta di lapangan pertumbuhan pasar tradisional turun 8,1%, sementara pasar modern tumbuh pesat mencapai 31,4%," tuturnya.

Berdasarkan data Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) dari 2004-2006, pertumbuhan pasar modern sebesar 31,4% dan pasar tradisional minus 8,1%. (k16)

(38)

Berkhas 34 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Selasa, 15 April 2008

WIRAUSAHA

M it r a PTPN V da pa t da na PUKK

PEKANBARU: PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V sejak 1996 sampai akhir tahun lalu menyalurkan dana pembinaan usaha kecil dan koperasi (PUKK) Rp23,9 miliar kepada 1.463 mitra binaan di Riau.

"Bantuan itu bentuk kepedulian perusahaan untuk mengembangkan usaha kecil dan koperasi di daerah, di mana perusahaan beroperasi," kata Kepala Urusan Humas PT PN V Badran Zai, kemarin.

Di antara kabupaten/kota sasaran PUKK itu adalah Pekanbaru, Kampar, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Bengkalis, Rokan Hilir, Siak, dan Kuantan Singingi.

Adapun sektor usaha yang mendapat bantuan a.l sektor industri, perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan jasa.

(39)

Bisnis I ndonesia Selasa, 15 April 2008

WIRAUSAHA

Pe la t ih a n UKM Pa le st in a d ig e la r

JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM bersama Departemen Luar Negeri mengadakan pelatihan inkubator bisnis untuk mengembangkan usaha kecil menengah Palestina di Jakarta pada 15-19 April 2008.

Pelatihan ini diikuti delapan peserta dari Palestina, mulai dari pejabat pemerintah, swasta dan pakar yang berkecimpung di bidang UKM.

Pelatihan akan dibuka Dirjen Asia-Pasifik dan Afrika Departemen Luar Negeri H.E.Primo Alui Joelianto. Acara pembukaan dihadiri pula oleh Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz N. Mehdawi.

(40)

Berkhas 36 Volume VI April 2008

Bisnis I ndonesia Kamis, 17 April 2008

UKM a k a n d ik e n a k a n PPh fin a l

JAKARTA: Direktorat Jenderal Pajak, Depkeu, akan mengenakan pajak penghasilan (PPh) final terhadap usaha kecil dan menengah dengan peredaran bruto atau omzet maksimal Rp5 miliar per tahun.

Dirjen Pajak Darmin Nasution mengatakan rencana itu merupakan bagian dari kebijakan Ditjen Pajak untuk fokus pada wajib pajak besar dan menengah yang terdaftar di Kanwil WP Besar, Kanwil Khusus, dan KPP Madya di seluruh Indonesia. Langkah itu diharapkan dapat menyederhanakan sistem perpajakan bagi wajib pajak kecil yang terdaftar di KPP Pratama.

Menurut dia, penerimaan pajak dari dua kanwil utama itu ditambah penerimaan dari 31 KPP Madya sudah mencakup 92% penerimaan Ditjen Pajak.

"Atas dasar itu, kami akan mengarahkan aparat pajak untuk fokus pada mereka. Sementara itu, untuk WP kecil yang terdaftar di KPP Pratama, kami akan mengenakan PPh final yang tarifnya berbeda-beda untuk setiap sektor usaha," tuturnya kepada Bisnis Selasa pekan ini.

Kanwil Pajak WP Besar, yang biasa disebut Kanwil LTO (large tax office), memiliki tiga kantor pelayanan, yaitu KPP WP Besar I, KPP WP Besar II, dan KPP BUMN. Kanwil Pajak Khusus, berlokasi di Jakarta, membawahi KPP Perusahaan Masuk Bursa, KPP Badan dan Orang Asing I, KPP Badan dan Orang Asing II, dan KPP PMA I hingga KPP PMA VI.

KPP Madya adalah KPP yang dibentuk di setiap Kanwil Pajak, kecuali Kanwil utama. KPP ini menampung perusahaan kelas menengah. Selebihnya adalah KPP Pratama yang jumlahnya sekitar 300-an di seluruh Indonesia.

Batasan WP kecil di KPP Pratama adalah perusahaan dengan peredaran bruto atau omzet maksimal Rp5 miliar per tahun. Batasan itu, menurut Darmin, mengacu pada UU Usaha Kecil dan Menengah.

Darmin yakin strategi penetapan PPh final akan membuat alokasi sumber daya yang dimiliki Ditjen Pajak lebih maksimal. Pasalnya, sistem final lebih memudahkan pengawasan.

Penerapan sistem pajak final diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU Pajak Penghasilan yang berbunyi: Atas penghasilan berupa deposito dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Ditjen Pajak akan memanfaatkan frase kata 'dan penghasilan tertentu lainnya' sebagai dasar hukum pengenaan PPh final bagi usaha kecil. Namun, Darmin belum bisa memastikan berapa kisaran tarif PPh final yang akan diberlakukan.

"Sekadar ilustrasi, kalau di sektor perdagangan seperti di Tanah Abang, tarif 2% saya kira sudah rasional. Margin profit perdagangan tidak besar," katanya.

Memudahkan WP

Ketua Umum BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sandiago S. Uno menyambut baik rencana pemerintah menetapkan PPh final kepada UKM berdasarkan omzet.

(41)

Bisnis I ndonesia Kamis, 17 April 2008

Namun, lanjutnya, Hipmi mengharapkan pemerintah menetapkan pengecualian dalam penetapan PPh berdasarkan omzet. Apalagi saat ini ada keluhan dari UKM atas biaya produksi yang meningkat.

Sandiago berharap tidak semua UKM dikenakan tarif PPh final. Hal ini karena implementasinya belum tentu mudah.

Jenis kegiatan UKM yang dinilai cocok untuk dikenakan PPh final, menurutnya, adalah bisnis trading, sedangkan UKM yang bergerak di bidang kerajinan dikecualikan.

"Omzet UKM kerajinan naik-turun. Kalau mereka dikenakan juga [PPh final], bisa merugikan. Berbeda dengan UKM yang bergerak di bidang trading."

Deden Arfianto, Ketua Umum Fokus Pangan (Forum Kemitraan Usaha Pangan Indonesia), menilai pengenaan PPh final akan memukul bisnis UKM.

"Terbayang tidak jika ada UKM yang baru mulai usaha, kemudian dikenakan PPh dari omzetnya. Bagaimana mereka tidak akan menjerit jika pendapatan mereka langsung dipotong pajak."

Deden menilai rencana penerapan PPh final menunjukkan pemerintah semakin tidak mempunyai keberpihakan terhadap UKM.

Penerapan pajak, lanjutnya, seharusnya tetap berdasarkan laba. "Apalagi penerapan pajak penghasilan dilakukan secara progresif sesuai dengan besar kecilnya laba."

Dia mengakui pembukuan UKM umumnya tidak tertib karena mereka tidak mengerti sistem akuntansi. (linda.silitonga@bisnis.co.id/parwito@ bisnis.co.id)

(42)

Berkhas 38 Volume VI April 2008

Jurnal Nasional Kamis, 17 April 2008

Ekonomi - Keuangan - Bisnis Jakarta, 17 April 2008 | Kamis, 17 Apr 2008

I n se n t if Ba g i UM KM M a su k Bu r sa

by : Muchamad Ghufron

Niat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) untuk mengantar para anggotanya ke lantai bursa memasuki babak baru. Biaya penawaran saham perdana (IPO) saham milik perusahaan berskala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) harus memperoleh insentif. Ini penting menilik kemampuan UMKM yang lebih terbatas dibandingkan perusahaan besar dengan bisnis mapan.

Menurut Ketua Umum HIPMI Sandiaga S Uno, berkaca praktik di negara lain, bentuk insentif bisa berupa penurunan biaya emisi, kemudahan perijinan, dan pemotongan pajak. “Akses UMKM ke pasar modal harus diperluas karena sektor ini merupakan salah satu backbone perekonomi nasional,” cetus dia di sela sebuah seminar di Jakarta, Rabu (16/4).

Sandi bercerita, di Kanada, perusahaan berkelas UMKM yang mau IPO diberi keringanan biaya-biaya notaris, lawyer, dan konsultan-konsultan pendukung lain. “Relaksasi peraturan juga ada, seperti pencarian dana kurang dari Rp2 miliar bisa melalui mekanisme pasar modal,” papar Sandi.

Untuk biaya IPO, dia mengusulkan penurunan biaya emisi hingga 50 persen. Sedangkan untuk pajak, insentif yang diusulkan sebesar 10 persen. Dengan menggandeng Bahana Securities dan sebuah konsultan, saat ini HIPMI sedang melakukan riset pasar tentang UMKM masuk pasar modal. Riset dilakukan dengan cara studi banding ke bursa-bursa mancanegara yang memiliki banyak perusahaan tercatat kelas UMKM.

HIPMI memilih tiga bursa, yakni Kanada, Inggris, dan Malaysia. “Kita harapkan pada kuartal III 2008 bisa kita umumkan dan sosialisasikan kepada stakeholder berbentuk framework kemungkinan teman-teman masuk ke bursa," tutur Sandi.

Sembari menunggu riset pasar rampung, HIPMI juga terus berkonsultasi dengan DPR soal UU UMKM. Poin penting UU ini adalah untuk memberi kejelasan definisi UMKM. Kejelasan ini penting sebagai pijakan anggota HIPMI untuk masuk ke bursa. Sandi berharap, UU UMKM dapat disetujui dan disahkan oleh anggota Dewan pada tahun ini.

Pencarian dana melalui pasar modal menjadi salah satu solusi di tengah seretnya kucuran kredit dari perbankan. Sebagai bagian dari manajeme

Referensi

Dokumen terkait

“Dalam hal Komnas HAM berpendapat bahwa terdapat bukti permulaan yang cukup telah terjadi peristiwa pelanggaran HAM yang berat, maka kesimpulan hasil penyelidikan disampaikan

Menurut (TCF) Uni Eropa-Indonesia (2015) Indonesia masih tertinggal dalam aspek teknologi komunikasi, logistik dan keterbukaan ekonomi. Indonesia memiliki keterbatasan

Begitu pula halnya dengan proses penyidikan tindak pidana illegal logging yang tidak hanya melibatkan POLRI sebagi penyidik tetapi juga melibatkan Penyidik Pegawai Negri

CONVINCED that an essential means to achieve such cooperation is the implementation of Memorandum of Understanding between the Geological Agency of Ministry Energy

pembelajaran yang sesuai dengan SN-Dikti, untuk merealisasikan hal tersebut kami akan mengadakan Sosialisasi Pengembangan Kurikultrm SN Dikti dan KKNI rurtuk PTS

Guru, Pendidikan & Pembinaannya, Penerapannya dalam Pendidikan dan UU Guru.. Bengkel Kreativitas (10 ways to free your creative spirit and find

Pertama, adanya perbedaan luasan Ekosistem Karst Sangkulirang-Mangkalihat, sebenarnya termasuk dalam unsur ketidakpastian dalam penerapan asas kehati- hatian. Menghadapi

Selain itu Mikrotik juga mempunyai fasilitas router, manajemen Bandwidth dan firewall yang kesemua itu dapat kita atur sesuai dengan kebutuhan pada jaringan