• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 02 TAHUN 2010TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 02 TAHUN 2010TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERI KANAN REPUBLI K I NDONESI A

NOMOR PER. 0 2/ MEN/ 201 0

TENTANG

PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN I KAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERI KANAN REPUBLI K I NDONESI A,

Menimbang :

a. bahwa dalam rangka meningkatkan produktivitas dan mutu usaha

perikanan budidaya serta keamanan mutu hasil perikanan, perlu

mengatur

kembali

pengadaan

dan

peredaran

pakan

ikan

sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor KEP.45/ MEN/ 2004 tentang Pengadaan dan

Peredaran Pakan I kan;

b.

bahwa untuk itu perlu diatur dengan Peraturan Menteri;

Mengingat :

1.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;

2.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45

Tahun 2009;

3.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2008;

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan, antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota;

5.

Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi

dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik I ndonesia,

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 50

Tahun 2009;

6.

Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan

dan Organisasi Kementerian Negara;

7.

Keputusan Presiden Nomor 84/ P Tahun 2009;

(2)

9.

Peraturan

Menteri

Kelautan

dan

Perikanan

Nomor

PER.01/ MEN/ 2007 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan;

10.

Peraturan

Menteri

Kelautan

dan

Perikanan

Nomor

PER.02/ MEN/ 2007 tentang Monitoring Residu Obat, Bahan Kimia,

Bahan Biologi dan Kontaminan Pada Pembudidayaan I kan;

11.

Keputusan

Menteri

Kelautan

dan

Perikanan

Nomor

KEP.24/ MEN/ 2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan

Peraturan

Perundang-undangan

di

Lingkungan

Departemen

Kelautan dan Perikanan;

12.

Keputusan

Menteri

Kelautan

dan

Perikanan

Nomor

KEP.01/ MEN/ 2007

tentang

Persyaratan

Jaminan

Mutu

dan

Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan

Distribusi;

13.

Keputusan

Menteri

Kelautan

dan

Perikanan

Nomor

KEP.02/ MEN/ 2007 tentang Cara Budidaya I kan yang Baik;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

: PERATURAN

MENTERI

KELAUTAN

DAN

PERI KANAN

TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN I KAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

1.

Pengadaan pakan ikan adalah kegiatan penyediaan pakan ikan dan/ atau bahan baku

pakan ikan yang dilakukan melalui produksi dalam negeri dan/ atau impor;

2.

Peredaran pakan ikan adalah kegiatan dalam rangka penyaluran dan penyerahan

pakan, baik dalam rangka perdagangan atau bukan perdagangan;

3.

Pakan ikan adalah bahan makanan tunggal atau campuran baik yang diolah maupun

tidak yang diberikan pada ikan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan

berkembang biak;

4.

I kan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya

berada di dalam lingkungan perairan;

(3)

6.

Pelengkap pakan (feed-supplement) adalah suatu zat yang secara alami sudah

terkandung

dalam

pakan,

tetapi

jumlahnya

perlu

ditingkatkan

dengan

menambahkannya dalam pakan;

7.

I mbuhan pakan (feed-additive) adalah suatu zat yang secara alami tidak terdapat

dalam pakan, yang tujuan pemakaiannya terutama sebagai pemacu pertumbuhan

ikan;

8.

Persyaratan mutu/ teknis adalah kesesuaian terhadap persyaratan minimal seperti

pada Standar Nasional I ndonesia (SNI ) yang telah ditetapkan atau persyaratan

teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

9.

Sampel adalah contoh bahan baku pakan dan/ atau pakan ikan yang diambil

sewaktu-waktu

dari

lokasi

produsen/ pabrik/ perusahaan

pakan

dan/ atau

agen/ distributor perusahaan pakan dan/ atau pembudidaya ikan untuk tujuan

pengawasan mutu pakan;

10. Standar Nasional I ndonesia ( SNI ) Pakan I kan adalah standar mutu pakan ikan yang

ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang berlaku secara nasional;

11. Sertifikat adalah Surat Keterangan Pendaftaran Pakan I kan yang dikeluarkan oleh

Direktur Jenderal yang menyatakan bahwa pakan yang bersangkutan telah

memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan layak edar;

12. Surat Keterangan Teknis adalah surat yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal atau

pejabat yang ditunjuk yang menyatakan bahwa bahan baku pakan dan/ atau pakan

ikan yang dimpor telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan;

13. Label adalah tulisan atau simbol yang terdapat pada kemasan pakan yang memuat

keterangan sesuai dengan ketentuan;

14. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan;

15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perikanan Budidaya;

16. Dinas adalah dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang perikanan;

17. Unit Pelaksana Teknis ( UPT) adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya;

18. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi;

19. Korporasi adalah kumpulan orang dan/ atau kekayaan yang terorganisasi baik

merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

BAB I I

MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LI NGKUP

Pasal 2

(4)

Pasal 3

Tujuan ditetapkannya Peraturan Menteri ini dalam rangka menjamin ketersediaan,

keamanan, dan terpenuhinya standar mutu pakan ikan.

Pasal 4

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

a.

Pengadaan;

b.

Pendaftaran;

c.

Pengujian;

d.

Penerbitan Sertifikat;

e.

Peredaran pakan ikan; dan

f.

Pembinaan, pengawasan, dan evaluasi.

BAB I I I

PENGADAAN

Pasal 5

(1)

Pengadaan pakan ikan dilakukan melalui produksi di dalam negeri dan/ atau impor.

(2)

Pengadaan pakan ikan melalui produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada

ayat ( 1) dapat dilakukan oleh Setiap orang.

(3)

Pengadaan pakan ikan melalui impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya

dapat dilakukan oleh korporasi yang berbadan hukum.

(4)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara produksi pakan ikan di dalam negeri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 6

Pakan ikan diproduksi dengan menggunakan bahan baku pakan ikan yang memenuhi

standar jaminan mutu dan keamanan pangan sesuai dengan SNI pakan ikan.

Pasal 7

(1)

Pengadaan pakan ikan melalui impor harus dilengkapi Surat Keterangan Teknis dari

Direktur Jenderal.

(5)

BAB I V

PENDAFTARAN PAKAN I KAN

Pasal 8

(1)

Setiap orang yang mengadakan pakan ikan di wilayah Negara Republik I ndonesia,

wajib mendaftarkan kepada Direktorat Jenderal.

(2)

Kewajiban pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi

pakan ikan yang diadakan oleh orang perseorangan yang tidak diedarkan.

Pasal 9

Pendaftaran pakan ikan dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada Direktur

Jenderal dengan dilengkapi persyaratan dan penjelasan mengenai hal-hal sebagai

berikut:

a.

Surat Keterangan atau Pengantar dari Dinas Provinsi setempat;

b.

Fotokopi KTP bagi pemohon perorangan atau fotokopi KTP penanggung jawab

korporasi bagi pemohon korporasi;

c.

Fotokopi akte pendirian perusahaan;

d.

Fotokopi Surat I zin Usaha Perdagangan ( SI UP);

e.

Merek dan jenis pakan ikan;

f.

Peruntukan pakan ikan;

g.

Kandungan gizi dan persentasenya;

h.

Bahan baku pakan, pelengkap pakan (supplement) , dan imbuhan pakan (

feed-additive) yang digunakan.

Pasal 10

Permohonan pendaftaran bagi pakan ikan yang berasal dari luar negeri, selain

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, wajib dilengkapi dengan:

a.

Surat keterangan/ publikasi dari pemerintah negara asal yang menyatakan bahwa

pakan ikan tersebut sudah dan masih diperdagangkan di negara asal;

b.

Certificate of analysis dari lembaga pemerintah/ swasta yang berkompeten

di negara

asal;

c.

Surat penunjukan dari perusahaan produsen kepada importir dan/ atau distributor;

dan

(6)

Pasal 11

(1)

Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 15 (lima belas)

hari kerja sejak menerima permohonan pendaftaran pakan ikan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9, harus menerbitkan surat pemberitahuan kepada

pemohon.

(2)

Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a.

Persetujuan, apabila dokumen persyaratan lengkap dan sah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan;

b.

Penangguhan, apabila dokumen persyaratan tidak lengkap dan/ atau tidak sah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

c.

Penolakan, apabila pakan ikan mengandung zat antibiotika dan/ atau zat aktif

lain yang dilarang, atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12

(1)

Apabila permohonan ditangguhkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)

huruf b, Pemohon selambat lambatnya 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak

diterimanya pemberitahuan wajib melengkapi kekurangan persyaratan yang

diperlukan.

(2)

Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari

kerja terhitung sejak persyaratan dilengkapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus menerbitkan surat pemberitahuan kepada pemohon mengenai diterima atau

ditolaknya permohonan.

(3)

Apabila permohonan ditolak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat ( 2) huruf

c, surat pemberitahuan disampaikan kepada pemohon dengan disertai alasan

penolakan.

BAB V

PENGUJI AN

Pasal 13

(1)

Permohonan pendaftaran pakan ikan yang telah mendapatkan Surat Persetujuan

selanjutnya dilakukan pengujian mutu pakan ikan.

(2)

Pengujian mutu pakan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

pengujian laboratorium dan pengujian lapang.

(3)

Pengujian lapang dikecualikan bagi pakan ikan yang telah ditetapkan SNI .

(7)

Pasal 14

Permohonan pengujian laboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)

diajukan secara tertulis oleh pemohon kepada laboratorium yang terakreditasi dengan

tembusan kepada Direktur Jenderal.

Pasal 15

Pengujian laboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 meliputi analisis

proksimat sesuai dengan ketentuan syarat mutu dalam SNI dan substansi lain yang

dilarang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 16

(1)

Hasil pengujian laboratorium disampaikan oleh pemohon kepada Direktur Jenderal

untuk dilakukan penilaian.

(2)

Penilaian terhadap hasil pengujian laboratorium dilakukan dengan membandingkan

hasil pengujian dengan persyaratan mutu SNI pakan ikan.

(3)

Apabila pakan ikan yang akan diuji belum ditetapkan SNI -nya, maka analisis hasil

pengujian mutunya didasarkan pada referensi kebutuhan nutrisi ikan sejenis.

(4)

Dalam waktu selambat-lambatnya 7 ( tujuh) hari kerja sejak diterimanya hasil

pengujian

laboratorium,

Direktur

Jenderal

atau

pejabat

yang

ditunjuk

memberitahukan mengenai lulus atau tidaknya pengujian laboratorium kepada

pemohon.

Pasal 17

(1)

Pakan ikan yang telah dinyatakan lulus uji laboratorium selanjutnya dilakukan

pengujian lapang.

(2)

Pengujian lapang dilakukan oleh UPT yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal atau

pejabat yang ditunjuk.

(3)

Lokasi pengujian lapang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan di

UPT yang ditunjuk atau lokasi lain yang ditetapkan bersama antara UPT dan

pemohon.

(4)

Pengujian lapang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi

pengujian biologi, tingkat kelulusan hidup, tingkat pertumbuhan dan konversi

pakan.

(5)

UPT menyampaikan laporan hasil pengujian lapang kepada Direktur Jenderal untuk

dilakukan penilaian dengan tembusan kepada pemohon.

(6)

Penilaian terhadap hasil pengujian lapang dilakukan dengan membandingkan hasil

pengujian lapang dengan kriteria SNI proses produksi ikan.

(8)

(8)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengujian lapang sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 18

Apabila dipandang perlu, Direktur Jenderal dapat mengundang narasumber yang

mempunyai kemampuan di bidangnya untuk membantu melakukan penilaian terhadap

hasil pengujian laboratorium dan/ atau pengujian lapang.

Pasal 19

Biaya pengujian laboratorium dan pengujian lapang dibebankan kepada pemohon sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VI

PENERBI TAN SERTI FI KAT

Pasal 20

(1)

Direktur Jenderal menerbitkan Sertifikat Pendaftaran Pakan I kan terhadap pakan

ikan yang dinyatakan lulus pengujian dalam waktu selambat-lambatnya 5 ( lima)

hari kerja sejak dikeluarkannya surat keterangan hasil penilaian.

(2)

Sertifikat Pendaftaran Pakan I kan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus

memuat:

a.

Nomor pendaftaran pakan ikan

b.

Nama pakan ikan;

c.

Merek pakan ikan;

d.

Jenis pakan ikan;

e.

Nama perusahaan;

f.

Alamat perusahaan;

g.

Nomor izin usaha;

h.

Kandungan nutrisi:

1) . Protein (% );

2) . Lemak (% ) ;

3) . Air ( % ) ;

4) . Serat Kasar (% ) ;

5) . Abu ( % ).

(9)

(3)

Bentuk dan format Sertifikat Pendaftaran Pakan I kan sebagaimana tersebut dalam

Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 21

(1)

Sertifikat Pendaftaran Pakan I kan berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun

terhitung sejak tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu

yang sama.

(2)

Sertifikat Pendaftaran Pakan I kan berakhir karena:

a.

Jangka waktu berlakunya habis dan tidak diperpanjang;

b. Atas permohonan dari pemegang sertifikat;

c.

Dicabut.

Pasal 22

(1)

Perpanjangan Sertifikat Pendaftaran Pakan I kan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 21 ayat (1) dilakukan dengan cara mengajukan permohonan kepada Direktur

Jenderal.

(2)

Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh pemegang

sertifikat selambat-lambatnya 3 bulan sebelum tanggal berakhirnya Sertifikat Pakan

I kan dengan dilengkapi persyaratan dan penjelasan mengenai hal-hal sebagaimana

tersebut dalam Pasal 9.

(3)

Pengujian mutu pakan ikan bagi permohonan perpanjangan Sertifikat Pakan I kan

hanya dilakukan pengujian laboratorium.

BAB VI I

PEREDARAN PAKAN I KAN

Pasal 23

(1)

Pakan ikan yang diedarkan di wilayah Negara Republik I ndonesia wajib dikemas

dalam wadah yang kedap air, dan dicantumkan keterangan mengenai pakan ikan

yang bersangkutan dalam bahasa I ndonesia.

(2)

Keterangan mengenai pakan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dicantumkan pada wadah dengan menggunakan label yang mudah dilihat dan

dibaca serta tidak mudah terhapus, yang sekurang-kurangnya memuat:

a. Nomor pendaftaran Pakan I kan;

b.

Nama perusahaan;

(10)

f.

Peruntukkan pakan ikan;

g.

Berat bersih;

h.

Persentase kandungan gizi (protein, lemak, air, serat kasar, dan abu) ;

i.

Cara penyimpanan;

j.

Cara penggunaan;

k. Kode produksi;

l.

Batas waktu penggunaan.

(3)

Pemegang Sertifikat Pendaftaran Pakan I kan bertanggung jawab atas mutu pakan

ikan yang diedarkan.

BAB VI I I

PEMBI NAAN, PENGAWASAN, DAN EVALUASI

Pasal 24

(1)

Direktur Jenderal dan Kepala Dinas melakukan pembinaan, pengawasan, dan

evaluasi terhadap pengadaan dan peredaran pakan ikan sesuai dengan

kewenangannya.

(2)

Pembinaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap pengadaan dan peredaran pakan

ikan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) meliputi bahan baku yang digunakan,

proses produksi dan mutu pakan ikan.

(3)

Pengawasan terhadap pengadaan dan peredaran pakan ikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) secara teknis dilakukan oleh pejabat fungsional pengawas

di bidang perikanan budidaya.

(4)

Pembinaan, pengawasan, dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan berdasarkan surat penugasan dari Direktur Jenderal atau pejabat yang

ditunjuk, Kepala UPT, atau Kepala Dinas sesuai dengan kewenangan

masing-masing.

Pasal 25

(1)

Pemegang sertifikat pendaftaran pakan ikan berkewajiban membuat laporan secara

berkala setiap 6 (enam) bulan mengenai:

a.

jumlah dan jenis pakan ikan yang telah diproduksi atau diimpor;

b.

jumlah dan jenis pakan ikan yang diedarkan;

c.

jenis dan asal bahan baku pakan ikan;

d.

hasil pemeriksaan mutu pakan ikan yang dilakukan perusahaan pakan ikan yang

bersangkutan.

(11)

BAB I X

SANKSI

Pasal 26

(1)

Setiap pemegang sertifikat pendaftaran pakan ikan yang tidak memenuhi

ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi administratif.

(2)

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa peringatan

tertulis, pembekuan, atau pencabutan Sertifikat Pendaftaran Pakan I kan.

(3)

Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

dengan tahapan:

a.

peringatan tertulis diberikan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut,

masing-masing dalam tenggang waktu 1 (satu) bulan oleh Direktur Jenderal kepada

yang melakukan pelanggaran;

b.

dalam hal peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak dipatuhi,

selanjutnya dilakukan pembekuan terhadap Sertifikat Pendaftaran Pakan I kan

selama 1 ( satu) bulan;

c.

apabila pembekuan sebagaimana dimaksud pada huruf b tidak dipatuhi,

selanjutnya dilakukan pencabutan terhadap Sertifikat Pendaftaran Pakan I kan.

BAB X

KETENTUAN PERALI HAN

Pasal 27

(1)

Sertifikat Pendaftaran Pakan I kan yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya

Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan habis masa

berlakunya.

(2)

Pakan ikan yang pada saat Peraturan Menteri ini ditetapkan sedang dalam proses

pendaftaran diberlakukan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

BAB XI

P E N U T U P

Pasal 28

(12)

Pasal 29

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 08 Februari 2010

MENTERI KELAUTAN DAN PERI KANAN R.I ,

t td.

FADEL MUHAMMAD

Disalin sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

Supranawa Yusuf

Lembar Pengesahan

Jabatan

Paraf

Referensi

Dokumen terkait

2.9.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Efisiensi Pasar Mata Uang Kripto Menurut Greene dan McDowall (2018), likuiditas merupakan probabilitas dari suatu aset yang dapat

5. Lakukan pembobotan tujuan: untuk mengetahui berapa biaya yang harus ditanggung pada pusat demand di koordinat tersebut. Hitung Total Cost Jumlahkan semua hasil pembobotan.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap rencana kerja anggaran maupun realisasi penggunaan anggaran DBHCHT dari beberapa daerah penerima masih menunjukkan

betweenness centrality adalah O( nm ) untuk graf tak berbobot dan O( nm + n 2 log n ) untuk graf berbobot; (2) kompleksitas ruang untuk perhitungan betweenness

Lembaga Keuangan Bukan Bank ( non depository financial institution ) yaitu lembaga keuangan yang kegiatannya tidak dapat menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam

Pada hari ini Rabu tanggal Dua Bulan Maret Tahun Dua ribu enam belas, melalui Portal LPSE Mahkamah Agung RI, Pokja ULP Barang/Jasa Pengadilan Negeri

[r]

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Pengurus Unit Nasional Korps