• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KECERDASAN SPASIAL, VERBAL, DAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KECERDASAN SPASIAL, VERBAL, DAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

SKRIPSI

Oleh: Badrus Sholeh NIM: D74212083

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PMIPA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id KONTRIBUSI KECERDASAN SPASIAL, VERBAL DAN LOGIS

MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Oleh: Badrus Sholeh

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah berusaha memperoleh gambaran yang nyata tentang adanya kontribusi kecerdasan spasial, verbal, dan logis matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto karena berhubungan dengan variabel yang telah terjadi dan tidak perlu memberikan perlakuan terhadap variabel yang diteliti. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 37 Surabaya tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 280 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling diperoleh 36 responden. Teknik pengumpul data menggunakan instrumen tes kecerdasan spasial, tes kecerdasan verbal, tes kecerdasan logis matematis dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika. Data penelitian ini dianalisis menggunakan analisis jalur (Path Analysis).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kontribusi kecerdasan spasial terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar 11,8%, (2) kontribusi kecerdasan verbal terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar 19,3%, (3) Kontribusi kecerdasan logis matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar 27,9%, (4) Kecerdasan spasial dan logis matematis tidak berkontribusi secara signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, (5) Kecerdasan verbal dan logis matematis berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar 35,4%, (6) Kecerdasan spasial dan verbal tidak berkontribusi secara signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, (7) Kecerdasan spasial, verbal, dan logis matematis tidak berkontribusi secara simultan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika hanya saja terdapat hubungan antara kecerdasan spasial dan verbal sebesar 40,1%. Hubungan antara kecerdasan spasial dan logis matematis sebesar 60,9%. Hubungan antara kecerdasan verbal dan logis matematis sebesar 34,3%.

(7)

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

HALAMAN JUDUL... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Asumsi Penelitian... 9

F. Definisi Operasional ... 9

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kecerdasan ... 11

B. Teori Tentang Kecerdasan Majemuk ... 20

C. Kecerdasan Spasial ... 23

D. Kecerdasan Verbal ... 25

(8)

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

F. Pemecahan Masalah Matematika ... 33

G. Hubungan Antar Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Verbal, dan Kecerdasan Logis Matematis dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Jenis Penelitian ... 42

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel ... 42

D. Variabel Penelitian ... 43

E. Hipotesis Statistik... 44

F. Prosedur Penelitian ... 47

G. Data dan Sumber Data ... 48

H. Teknik Pengumpul Data ... 48

I. Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 54

J. Teknik Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 67

B. Pengujian Prasyarat Analisis Jalur ... 74

C. Pengujian Analisis Jalur ... 77

D. Pembahasan ... 91

BAB V PENUTUP... 104

A. Simpulan ... 104

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia terlahir dengan bakat tertentu. Bakat merupakan anugerah

dari Tuhan kepada manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Bakat

yang ada dalam setiap individu berbeda-beda antara yang satu dengan

lainnya. Apabila ada dua orang yang memiliki bakat di bidang yang

sama, belum tentu secara keseluruhan bakat yang mereka miliki itu

sama. Pasti akan ada perbedaan antara yang satu dengan lainnya karena

pada hakikatnya manusia itu memang diciptakan dalam keadaan yang

berbeda-beda.1

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Isra ayat 21:

ً ْ ْ ْ ا ْ ْ ْ ْ ْ َ ْ ْ ْ

Artinya: Perhatikanlah bagaimana kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaanya.2

Demikian firman Allah telah menjelaskan kepada hambanya, di

dunia Allah telah memberikan kelebihan antara yang satu dengan yang

lainnya, kesemuanya itu merupakan anugerah agar dipergunakan sebaik

mungkin dengan memperbaiki kekurangan yang dimiliki dan

memanfaatkan kelebihan yang ada.

1As Adi Muhammad, Deteksi Bakat & Minat Anak Sejak Dini (Jogjakarta: Garailmu,

2010), 23.

2Departemen Agama Republik Indonesia, Kemenag, Alquranulkarim Tajwid dan

(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Menurut Hamsah B. Uno dan Masri bakat adalah kemampuan yang

melekat dalam diri siswa. Bakat siswa dibawa dari lahir.3 Menurut

Coony Semiawan bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan dan

potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Apabila bakat

dibiarkan begitu saja tanpa usaha mengembangkannya, maka bakat

tersebut tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap kehidupan siswa.

Sedangkan menurut Semiawan bakat mempunyai dua pengertian.

Pertama, bakat merupakan kemampuan alamiah atau bawaan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang bersifat umum maupun

sifat khusus. Kedua, bakat merupakan suatu prestasi siswa dalam bidang tertentu yang memerlukan latihan pengetahuan, pengalaman, dan

dorongan agar segala tujuan dan keinginannya terwujud.4

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

bakat merupakan potensi bawaan sejak lahir yang sengaja diberikan

Tuhan kepada siswa untuk dikembangkan dengan cara memperbanyak

latihan sehingga segala tujuan dan keinginan dapat terwujud. Untuk

menggali dan mengembangkan bakat dibutuhkan kecerdasan karena

kecerdasan menempati posisi yang paling vital dalam menentukan bakat

siswa. Dengan kecerdasan siswa akan mampu menghadapi berbagai

kesulitan.5

3Hamsah B Uno dan Masri dikutip dalam Trisna Jayantika dkk, Kontribusi Bakat Numerik,

Kecerdasan Spasial, dan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SD Negeri Di Kabupaten Buleleng, (Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 2 tahun 2013).

4Coony Semiawan dan Semiawan dikutip dalam As Adi Muhammad, Op.cit., hal. 23. 5Rischa Yuliana, Skripsi: Hubungan Antara Presepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua

(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam

proses belajar siswa. Kecerdasan siswa dapat berkembang dan

meningkat apabila senantiasa mampu untuk mengasahnya.6 Salah satu

cara untuk mengasah kecerdasan siswa dengan memperbanyak latihan.

Misalkan dengan berlatih memecahkan masalah matematika.

Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika

berbeda-beda. Terdapat siswa yang cepat dalam memecahkan masalah

matematika, namun tak sedikit pula siswa yang membutuhkan waktu

yang ekstra agar dapat memahami dan memecahkan masalah dengan

baik. Hal ini dapat terjadi karena kecerdasan masing-masing siswa yang

berbeda-beda.

Menurut Gardner manusia tidak hanya diberkahi Tuhan satu jenis

kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan

kemampuan yang ada di beragam bagian otak. Terdapat delapan jenis

kecerdasan yang dirumuskan oleh Gardner yaitu:7 (1) Kecerdasan

linguistic atau disebut juga dengan kecerdasan verbal yaitu kemampuan dalam mengolah kata atau menggunakan kata secara efektif, baik secara

lisan maupun tertulis; (2) kecerdasan logis matematis atau disebut juga

dengan kecerdasan matematik yaitu kemampuan untuk menggunakan

angka, berpikir logis dalam menganalisis kasus atau permasalahan dan

melakukan perhitungan matematis; (3) Kecerdasan visual/spasial yaitu

kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

6Ika Fajar Riawanti, Skripsi: “Studi Kasus Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas 3 A SD

Negeri Rejowinangun Tahun Pelajaran 2014/2015” (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015), 17.

7

Indra Soefandi - Ahmad Pramudya, Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memvisualisasikan gambar di dalam pikiran siswa atau kemampuan

siswa berpikir dalam bentuk visual untuk memecahkan suatu masalah

atau menemukan jawaban; (4) Kecerdasan musikal yaitu kemampuan

mempersepsi dan memahami, mencipta dan menyajikan betuk-bentuk

musikal; (5) Kecerdasan jasmaniah-kinestetik yaitu kemampuan

menggunakan seluruh bagian badan secara fisik seperti menggunakan

tangan, jari, lengan, dan berbagai kegiatan fisik lain dalam

menyelesaikan masalah, membuat sesuatu atau dalam menghasilkan

berbagai macam produk; (6) Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan

memahami pikiran, sikap, dan prilaku siswa lain; (7) Kecerdasan

intrapersonal yaitu kecerdasan dunia batin, kecerdasan yang bersumber

pada pemahaman diri secara menyeluruh guna menghadapi,

merencanakan, dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi; (8)

Kecerdasan natural yaitu kemampuan dalam melakukan kategorisasi dan

membuat hierarki terhadap keadaan organisme seperti

tumbuh-tumbuhan, binatang dan alam.

Selanjutnya Walter Mc Kenzie dalam bukunya multiple intellegence and intstructional technology memasukkan kecerdasan eksistensial sebagai kecerdasan jamak dan mengelompokkan hubungan semua

kecerdasan dalam tiga wilayah atau domain yakni (1) Domain interaktif

yang terdiri atas kecerdasan verbal, interpersonal dan kinestetik; (2)

Domain analitik yang terdiri atas kecerdasan musical, logis, dan

naturalistik; (3) Domain introspektif yang terdiri atas kecerdasan

eksistensial, interpersonal, dan visual.8

8Muhammad Yaumi - Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences

(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Berdasarkan sembilan kecerdasan tersebut, manusia hanya bisa

memiliki beberapa jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan secara

optimal. Berbagai jenis kecerdasan tersebut tidak beroperasi

sendiri-sendiri, tetapi dapat digunakan pada waktu yang bersamaan dan

cenderung saling terkait satu sama lain saat siswa memecahkan suatu

masalah. Akan tetapi, hal ini juga sangat tergantung dari jenis masalah

dan kecerdasan mana yang dipakai untuk menyelesaikan masalah

tersebut.9

Terdapat teori yang menyampaikan keterkaitan antara kecerdasan

logis matematis dan kecerdasan visual spasial. Dalam buku yang

berjudul How to multiply your child’s intellegence mengindikasikan

adanya hubungan antara kecerdasan visual spasial dengan kecerdasan

logis matematis.10 Penelitian lain dilakukan oleh Jayantika, Ardana dan

Sudirman menunjukkan bahwa kecerdasan spasial dan kecerdasan logis

matematiks berkontribusi secara simultan dimana kontribusi kecerdasan

spasial terhadap logis matematis sebesar 2,2%.11 Perbedaan ini tentu

akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah matematika. Demikian pula studi yang dilakukan oleh Bishop,

Benbow, dan Mc Guinness menemukan adanya hubungan antara

9Mukhidin, Skripsi: “Pengaruh Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Kemampuan

Peserta Didik dalam Memecahakan Masalah Pada Materi Operasi Vektor Mata Pelajaran Fisika di MAN Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012”. (Surabaya: IAIN Walisongo, 2012),

15. 10

Dikutip dalam buku yang berjudul How to multiply your child’s intellegence karangan May Lwin., dkk.

11Dwi Novitasari., dkk, Profil Kreativitas Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika

(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pemecahan masalah matematika dengan kemampuan visual-spasial.12

Penelitian yang dilakukan oleh Tarte dan Landau menunjukkan bahwa

siswa dengan keterampilan spasial tinggi tampil lebih baik di pemecahan

masalah sedangkan Lean dan Clement menemukan bahwa siswa dengan

kemampuan verbal-logis tinggi mengungguli siswa lainnya dalam hal

pemecahan masalah.13

Berdasarkan temuan penelitian di atas jelas kecerdasan spasial,

verbal dan logis matematis mempunyai peran penting terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika. Temuan penelitian

sebelumnya hanya meneliti satu jenis kecerdasan saja terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika, maka peneliti mencoba

untuk melakukan penelitian dengan menghubungkan ketiga jenis

kecerdasan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Kontribusi Kecerdasan Spasial, Verbal, dan Logis Matematis

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kontribusi kecerdasan spasial terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika?

12Studi ini dimuat ditulisan Margareta Maya Sulistyarini, Gatot Imam Santoso, Pengaruh

Kecerdasan Visual-Spasial Terhadap Hasil Belajar Matematika dalam Problem Based Learning Pada Siswa SMA Kelas X, (Jurnal Program Studi pendidikan Matematika FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, tahun 2013).

13Penelitian ini dikutip dalam disertasi Ardyt C Foster, The Contributions of Spatial,

(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2. Bagaimana kontribusi kecerdasan verbal terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika?

3. Bagaimana kontribusi kecerdasan logis matematis terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika?

4. Bagaimana kontribusi kecerdasan spasial dan logis matematis

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika?

5. Bagaimana kontribusi kecerdasan verbal dan logis matematis

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika?

6. Bagaimana kontribusi kecerdasan spasial dan verbal terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika?

7. Bagaimana kontribusi kecerdasan spasial, verbal dan logis

matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

yang komprehensif mengenai kontribusi kecerdasan spasial, verbal dan

logis matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kecerdasan spasial

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika

2. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kecerdasan verbal

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika

3. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kecerdasan logis

matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah

(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 4. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kecerdasan spasial

dan logis matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika

5. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kecerdasan verbal

dan logis matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika

6. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kecerdasan spasial

dan verbal terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika

7. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kecerdasan

spasial, verbal dan logis matematis terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika

D. Manfaat Penelitian

Sesuai rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka

diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Sebagai bahan pertimbangan dan sumber data bagi guru dan

sekolah dalam membimbing siswa untuk meningkatkan kecerdasan

spasial, kecerdasan verbal, dan kecerdasan logis matematis yang

tentunya akan mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah matematika.

2. Memberikan informasi kepada guru bahwa kecerdasan spasial,

kecerdasan verbal, dan kecerdasan logis matematis memiliki

Kontribusi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika

(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengacu pada aspek kecerdasan yang dimiliki siswa di kelas yang

diajar.

3. Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi peneliti

sehingga dapat dijadikan bekal dalam melaksanakan tugas

mendidik.

E. Asumsi Penelitian

Karena peneliti tidak dapat mengontrol semua keadaan yang terkait

dengan penelitian dan agar kesimpulan dalam penelitian dapat

dipertanggungjawabkan, maka dalam penelitian ini perlu diasumsikan

bahwa pada saat siswa memberikan jawaban, sesuai dengan apa yang

dipikirkan karena tidak ada unsur paksaan baik dari peneliti maupun

guru bidang studi.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini maka

peneliti mendefinisikan istilah sebagai berikut:

1. Besar Kontribusi kecerdasan

Besar kontribusi kecerdasan dalam penelitian ini adalah ukuran

kuantitatif analisis statistik mengenai pengaruh keterlibatan

kemampuan yang ditimbulkan oleh suatu variabel bebas

(kecerdasan spasial, kecerdasan verbal dan kecerdasan logis

matematis) terhadap variabel terikat (kemampuan pemecahan

masalah matematika).

2. Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu contributions, yang berarti sumbangan atau pengaruh. Menurut Kamus Umum Bahasa

(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kontribusi dalam penelitian ini pengaruh yang lebih dititikberatkan

kepada peranan atau sumbangan.

3. Kecerdasan spasial

Kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk mengenali dan

melakukan penggambaran atas objek atau pola yang diterima otak.

Kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk mengelola gambar,

bentuk, ruang tiga dimensi dengan aktivitas utama mengenali

bentuk, warna, dan ruang serta menciptakan gambar secara mental

maupun realistis.

4. Kecerdasan verbal

Kecerdasan verbal adalah kemampuan untuk menggunakan

kata-kata atau bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan

ini memiliki kemampuan dalam membaca, menulis, berbicara, dan

semua bentuk komunikasi verbal dan tertulis lainnya.

5. Kecerdasan Logis matematis

Kecerdasan logis matematis adalah kemampuan untuk

melakukan perhitungan matematis dan kemampuan untuk berpikir

secara logis dalam memecahakan permasalahan. Kecerdasan ini

memiliki kemampuan untuk mengelola logika dan angka dengan

aktivitas utama berpikir logis, berhitung, menyusun pola hubungan

serta memecahkan masalah.

6. Pemecahan masalah matematika

Pemecahan masalah matematika adalah usaha yang dilakukan

siswa untuk menemukan solusi dari suatu masalah matematika yang

diberikan dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan

(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kecerdasan

1. Pengertian kecerdasan

Pada dasarnya setiap orang dapat mendefinisikan arti dari

kecerdasan. Orang yang memiliki kecerdasan biasanya dapat

berpikir secara rasional, logis, dan masuk akal serta mampu

menyesuaikan diri secara efektif. Dalam pengertian yang populer,

kecerdasan sering didefinisikan sebagai kemampuan mental umum

untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam memanipulasi

lingkungan, serta kemampuan berpikir abstrak.14

Sebagian lain mengatakan bahwa intelligence is a mental adaptation to new circumstance (kecerdasan adalah adaptasi mental pada keadaan baru). Struktur mental tersebut yakni insting, training,

dan kecerdasan. Terdapat juga pandangan yang lebih spesifik

dengan mengatakan bahwa cerdas itu lebih merupakan insting dan

kebiasaan yang turun temurun atau adaptasi yang diperoleh untuk

mengulangi keadaan, yang dimulai dengan trial and error secara empiris. Dengan demikian pandangan ini menyimpulkan bahwa

kecerdasan hanya muncul dalam tindakan atas dasar pemahaman

yang mendalam sedangkan trial and error adalah salah satu bentuk dari training (latihan).15

14

Muhamad Yaumi - Nurdin Ibrahim, Op.Cit., hal 9.

15

(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Menurut pendapat para ahli mengenai definisi kecerdasan yaitu:

a. David Wechslet berpendapat bahwa kecerdasan adalah

kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara

rasional dan menghadapi lingkungan secara efektif.16

b. Psikolog Donald Stener menyebut kecerdasan sebagai

suatu kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang

sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah.17

c. Heidentich berpendapat kecerdasan menyangkut

kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang

telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap

situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan

masalah.18

d. Gardner yang menciptakan teori kecerdasan majemuk

(Multiple intelligence) juga mengungkapkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapi dan kemudian

menghasilkan produk (karya).19

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan adalah kemampuan berpikir dan bertindak secara efektif

dalam memahami persoalan yang dihadapi dengan menerapkan

pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah.

16Virzara Auryn, How to create a smart kids? Cara Praktis Menciptakan Anak Sehat dan

Cerdas (Yogyakarta: Katahati, 2014), 47.

17Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak (Jogjakarta: Javalitera, 2012), 71. 18M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 183.

19

(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan, sehingga

terdapat perbedaan kecerdasan seseorang dengan yang lain adalah:20

a. Faktor genetik (keturunan atau pembawaan)

Meskipun bukan faktor utama, namun keturunan terbukti

mempengaruhi kecerdasan seseorang. Oleh karena itu, didalam

satu kelas dapat dijumpai siswa yang bodoh, agak pintar dan

pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan

pelatihan yang sama. Ada siswa yang begitu cepat dapat

menangkap pelajaran yang diberikan, biasa-biasa saja (tidak

cepat ataupun lambat). Namun tidak sedikit pula yang lambat.

Salah satu yang mempengaruhi hal ini adalah faktor genetik

(keturunan).

b. Faktor lingkungan

Selain faktor genetik (keturunan). Lingkungan juga dapat

memberi pengaruh besar terhadap kecerdasan anak. Jadi tidak

perlu bingung ketika ada seorang anak jalanan, yang orang

tuanya tidak pernah sekolah, mempunyai kepandaian luar biasa

dibandingkan temannya. Bisa jadi anak itu belajar dari

kehidupannya yang susah bertekat mengubah keadaan

hidupnya dengan rajin belajar. Ia bisa belajar kapanpun dan

kepada siapapun yang mengajarnya.

20Riana Ayu Dewi, Motivasi Belajar Untuk Anak dengan IQ diatas Rata-Rata (Jogjakarta:

(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id c. Faktor minat dan pembawaan yang khas

Minat merupakan suatu dorongan untuk mencapai sebuah

tujuan. Minat pula yang mengarahkan perbuatan kepada

sesuatu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang

mendorongnya untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga

apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan

untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Dengan belajar giat

akan meningkatkan kecerdasan seseorang. Jadi jika ingin

meraih kecerdasan lebih tinggi maka milikilah minat yang kuat

untuk cerdas. Semakin tinggi minat seseorang semakin besar

kemungkinan untuk cerdas.

d. Faktor gizi

Kecerdasan tentunya tidak bisa terlepas dari otak.

Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang

dikonsumsi. Otak cenderung dapat bekerja dengan keras, lancar

jika didukung dengan kandungan makanan yang diserap.

Misalnya minum susu yang banyak mengandung AH dan DHA

yang dapat memengaruhi tingkat kecerdasan. Atau

makan-makanan yang bergizi setiap harinya seperti mengandung 4

sehat lima sempurna. Tentu hal ini akan mendukung aktivitas

anak dalam belajar.

e. Faktor kematangan

Organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

perkembangan setiap saat. Bagaimana seseorang bayi yang

mulanya hanya bisa menangis kemudian dapat lari kesana

(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan

telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga

mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Oleh karena itu, jangan heran bila anak-anak belum mampu

mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas

empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau

sukar bagi anak. Organ tubuh dan fungsi jiwanya masih belum

matang untuk menyelesaikan soal tersebut. Sedangkan

kematangan berhubungan erat dengan faktor umum.

f. Faktor pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang

yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan. Pembentukan

ada dua macam, yaitu yang direncanakan dan yang tidak.

Pembentukan yang direncanakan seperti dilakukan disekolah

atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh

alam sekitarnya.

g. Faktor kebebasan

Kebebasan berarti seseorang dapat memilih metode-metode

tertentu dalam memecahkan masalah dan juga bebas memilih

masalah sesuai kebutuhannya. Dengan maksud agar totalitas

(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Teori kecerdasan

Adapun teori-teori kecerdasan yang dikemukakan oleh beberapa

ahli dengan sudut pandang yang berbeda-beda sebagai berikut:

a. Teori daya

Teori ini dapat dipandang sebagai teori yang tertua. Teori

ini mengungkapkan bahwa jika manusia terdiri dari berbagai

daya misalnya seperti ingatan, fantasi, penalaran, dan

sebagainya. Masing-masing daya pada jiwa manusia terpisah

antara satu dengan yang lainnya, daya-daya tersebut dapat

dilatih dengan materi yang sulit. Berdasarkan teori ini maka

timbullah teori disiplin mental dalam bidang kependidikan.21

b. Teori dua faktor (two factor theory)

Teori dua faktor dikembangkan oleh Spearman yang terdiri

dari dua faktor dalam kemampuan mental manusia yaitu faktor

kemampuan umum atau faktor “g” dan kemampuan khusus yang disebut dengan faktor “s”. Kemampuan umum atau faktor

“g” adalah kemampuan menyelesaikan tugas atau masalah

secara umum misalnya kemampuan mengerjakan soal-soal

matematika. Kemampuan khusus atau faktor “s” adalah

kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas-tugas khusus

misalnya mengerjakan soal perkalian atau penjumlahan di

matematika.22

Definisi kecerdasan menurut Spearman mengandung dua

komponen kualitatif yang penting yaitu eduksi relasi dan

21Saifuddin Azwar. Pengantar Psikologi Inteligensi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),

11.

22

(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id eduksi korelasi. Eduksi relasi adalah kemampuan untuk

menemukan suatu hubungan dasar yang berlaku diantara dua

hal. Misalnya, dalam menemukan hubungan yang terdapat

diantara dua kata “panjang-pendek”. Edukasi korelasi adalah kemampuan untuk menerapkan hubungan dasar yang telah

ditemukan dalam proses edukasi relasi sebelumnya kedalam

situasi baru. Misalnya bila telah diketahui bahwa hubungan

antara “panjang” dan “pendek” merupakan hubungan lawan

arti, maka menerapkan dalam situasi pertanyaan seperti “baik”

tentu dapat dilakukan. Inilah proses penalaran dengan

menggunakan analogi yang menurut Spearman merupakan

salah satu indikator faktor yang terbaik.23

c. Teori kognitif

Teori kognitif dikembangkan oleh Sternberg (1985)

menggunakan teori komponen berdasarkan alur proses kognitif

yang terlibat didalamnya. Teori komponen ini sering disebut

teori pemrosesan informasi. Menurut teori Sternberg

kecerdasan atau kemampuan mental manusia meliputi: 1)

kemampuan verbal (bahasa); 2) kemampuan kuantitatif

(hitung); 3) kemampuan belajar (pembentukan konsep); 4)

kemampuan penalaran induktif (analogi); 5) kemampuan

penalaran deduktif (silogisme); dan (6) kemampuan ruang

(spatial ability).24

23Saifuddin Azwar, Op.Cit., hal 19. 24
(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id d. Teori struktur intlektual

Menurut Giulford struktur kemampuan intlektual terdiri

atas 150 kemampuan dan memiliki tiga parameter yaitu

operasi, produk dan konten. Parameter operasi terdiri atas

evaluasi, produksi, konvergen, produksi, divergen, memori dan

kognisi. Parameter produk terdiri atas unit, kelas, relasi, sistem,

transformasi, dan implikasi. Parameter konten terdiri atas

figurasi, simbolik, semantik, dan perilaku.25

e. Teori entity

Menurut teori ini, intelegensi atau kecerdasan merupakan

kesatuan yang tetap dan tidak berubah-ubah.26

f. Teori sampling

Untuk menjelaskan tentang kecerdasan. Godfrey H.

Thomson pada tahun 1916 mengajukan sebuah teorinya yang

disebut teori sampling. Teori ini kemudian disempurnakan lagi

pada tahun 1935 dan 1945. Menurut teori ini, kecerdasan

merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan

berbagai bidang pengalaman. Berbagai bidang pengalaman itu

terkuasai sebagian-sebagian saja dan ini mencerminkan

kemampuan mental manusia. Kecerdasan beroperasi dengan

terbatas pada sampel dari berbagai kemampuan atau

pengalaman dunia nyata. Sebagai gambaran, misalnya saja

dunia nyata tedapat kemampuan bidang-bidang pengalaman A,

B, C, kecerdasan bergerak dengan sampel, misalnya sebagian A

25M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 185. 26

(27)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dan sebagian B atau dapat pula sebagian dari bidang-bidang

A,B, dan C.27

g. Teori kecerdasan majemuk

Teori kecerdasan majemuk dikembangkan oleh Howard

Gardner seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor

pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat pada awal tahun 1980 an. Ia tidak

puas dengan kecerdasan tunggal yang didasarkan pada konsep

IQ (intelligence quotient).28

Gardner menemukan bahwa meskipun siswa hanya

menonjol pada beberapa kecerdasan, mereka dapat dibantu

lewat pendidikan dan bantuan guru untuk mengembangkan

kecerdasan lain sehingga dapat digunakan dalam

mengembangkan hidup yang lebih menyuluruh. Bagi Gardner,

kecerdasan seseorang dapat dikembangkan lewat pendidikan.

Kecerdasan bukanlah sesuatu yang sudah mati yang tidak dapat

dikembangkan lagi seperti sering dikatakan mengenai IQ

seseorang.29

Ia menuliskan gagasannya tentang intelegensi ganda dalam

bukunya frames of mind pada tahun 1983. Pada tahun 1993 ia mempublikasikan bukunya berjudul multiple intelligence. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk

27Ibid, halaman 187.

28Suharnan, Op.Cit., 359.

29Paul Suparno, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah (Yogyakarta:

(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu

setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.30 Didalam teorinya ia mengemukakan tujuh jenis kecerdasan

yaitu: 1) kecerdasan linguistik (verbal); 2) kecerdasan

matematika-logika (logis matematis); 3) kecerdasan spasial; 4)

kecerdasan musikal; 5) kecerdasan jasmaniah-kinestetik; 6)

kecerdasan interpersonal; 7) kecerdasan intrapersonal.

B. Teori Tentang Kecerdasan Majemuk

Teori-teori kecerdasan terus berkembang mulai Plato, Aristoteles, Darwin, Alferd Binet, Piaget, sampai Howard Gardner.

Teori kecerdasan mengalami puncak perubahan pradigma pada

tahun 1983 saat Howard Gardner, pimpinan project zero harvard university mengumumkan perubahan makna kecerdasan dari pemahaman sebelumnya, yang terkenal dengan sebutan multiple intelligences atau kecerdasan majemuk.31

Gardner dengan cerdas memberi label “multiple” pada luasnya makna kecerdasan. Penggunaan kata “multiple” dimaksudkan karena akan terjadinya kemungkinan bahwa ranah kecerdasan yang

ditemukan terus berkembang, mulai dari enam kecerdasan ketika

pertama kali muncul hingga saat ini menjadi sembilan kecerdasan

yaitu: kecerdasan verbal, kecerdasan logis matematis, kecerdasan

visual/spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan jasmaniah kinestetik,

30Ibid, halaman 17.

31Nurma Elmikasari, Skripsi: “Profil Kecerdasan Logis Matematis Siswa SMP Negeri 36

(29)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan

natural, kecerdasan eksistensial. Sembilan jenis kecerdasan itu

masih akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Hal

yang perlu diketahui juga, bahwa kesembilan jenis kecerdasan

tersebut tidak pasti nampak semua dalam diri seseorang. Ketidak

nampakan jenis kecerdasan seseorang tergantung dengan potensi

yang dimilikinya. Setiap anak memiliki perbedaan kecerdasan yang

unik atau berbeda-beda, namun itulah potensi yang mereka miliki

dan harus dikembangkan.

Pemecahan masalah merupakan salah satu cara dalam

mengembangkan kecerdasan anak. Dalam Teori kecerdasan

majemuk yang dikemukakan oleh Gardner mengelompokkan

pemecahan masalah sebagai bagian dari kecerdasan logis

matematis.32 Menurut Smith kecerdasan logis matematis terdiri dari

kapasitas untuk menganalisis masalah secara logis, melakukan

operasi matematika, dan menyelidiki masalah ilmiah. Gunawan

mengemukakan bahwa seseorang dengan kecerdasan logis

matematis mampu memecahkan masalah matematika, memikirkan

dan menyusun solusi dengan urutan yang logis, suka dengan angka,

urutan, logika dan keteraturan, mampu melakukan proses berpikir

deduktif induktif.33

Menurut Sri Budyartati, kemampuan membayangkan suatu

bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah

32Eflina, Skripsi: “Penerapan Strategi Rave Ccc untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama”. (Bandung: UPI, 2013), 5.

33

(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id berhubungan dengan kecerdasan spasial.34 Sedangkan dalam

National of Science disebutkan bahwa setiap siswa harus berusaha mengembangkan kemampuan dan penginderaan spasialnya untuk

memecahkan masalah matematika dan masalah dalam kehidupan

sehari-hari yang dalam hal ini berhubungan dengan kecerdasan

spasial. Menurut Newman metode pengajaran matematika yang

memasukkan berpikir spasial seperti bentuk geometris, mainan

(puzzle) yang menghubungkan konsep spasial dengan angka, menggunakan tugas-tugas spasial dapat membantu terhadap

pemecahan masalah matematika. Studi yang dilakukan oleh Bishop,

Benbow dan Mc Guinness menemukan adanya hubungan antara

pemecahan masalah matematika dengan kemampuan

visual-spasial.35 Penelitian yang dilakukan oleh Tarte dan Landau

menunjukkan bahwa siswa dengan keterampilan spasial tinggi

tampil lebih baik di pemecahan masalah.

Sedangkan Lean dan Clement menemukan bahwa siswa dengan

kemampuan verbal-logis tinggi mengungguli siswa lainnya dalam

hal pemecahan masalah.36 Suriasumantri menyatakan bahwa

“matematika adalah suatu bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan”. Lambang

matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah

34Sri Budyartati, Problametika Pembelajaran di SD (Yogyakarta: Deepublish, 2015),86. 35Studi ini dimuat ditulisan Margareta Maya Sulistyarini, Gatot Imam Santoso, Pengaruh

Kecerdasan Visual-Spasial Terhadap Hasil Belajar Matematika Dalam Problem Based Learning Pada Siswa SMA Kelas X, (Jurnal Program Studi pendidikan Matematika FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, tahun 2013).

36Penelitian ini dikutip dalam disertasi Ardyt C Foster, The Contributions Of Spatial,

(31)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sebuah makna diberikan kepadanya. Begitu pentingnya bahasa

matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari

bahasa yang digunakan dalam pemecahan masalah matematika.37

Hal ini berhubungan dengan kecerdasan verbal.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pemecahan masalah matematika berhubungan dengan kecerdasan

spasial, kecerdasan verbal dan kecerdasan logis matematis. Untuk

penjelasan mengenai hal tersebut akan dipaparkan selanjutnya.

C. Kecerdasan Spasial

Gardner menyatakan bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk membentuk suatu gambaran mental tentang tata

ruang atau menghadiri dunia mengenai ruang secara internal dalam

pikirannya (mind). Selanjutnya Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan spasial berkenaan dengan kemampuan untuk menikmati

apa yang dilihat disekitar, melakukan transformasi dan modifikasi

berdasarkan persepsi terhadap sesuatu, dan merancang atau

menghasilkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diperoleh

melalui penglihatan walau tanpa melihat objek nyata.38

Sedangkan Amstrong mengemukakan bahwa kecerdasan spasial

berkenaan dengan kemampuan mempersepsi dunia spasial secara

akurat dan mentransformasikan presepsi dunia spasial-visual. Anak

37Qilmi Rizki, Proses Berpikir Siswa Kelas VIII-H SMPN 1 Wonoayu dengan Kecerdasan

Linguistik dan Kecerdasan Logis Matematis dalam Menyelesaiakan Soal Cerita Pada Materi Luas dan Keliling Persegipanjang (Jurnal Mathedunesa UNESA Volume 3 nomer 2 tahun 2014), 151.

38Alexander Sindoro. Multiple Intellegences Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktek

(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id yang cerdas dalam visual spasial memiliki kepekaan warna,

garis-garis, bentuk-bentuk, dan ruang.39

Menurut Prasetyo dan Andriani orang dengan kecerdasan visual

spasial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:40

1. Mampu membayangkan dan mengenali suatu objek dan

bentuk yang baru dilihat.

2. Mampu membuat desain barang dan ruangan dalam suatu

bentuk tertentu.

3. Memiliki kapasitas membuat sketsa, menggambar, dan

melukis.

4. Dapat menggunakan gambaran suatu objek tertentu untuk

berpikir.

5. Dapat mengenali suatu lokasi dan tempat tertentu, jalan

masuk, dan jalan keluarnya.

6. Mampu mengubah gambaran suatu objek atau pola tertentu

melalui mental.

7. Dapat membuat peta, grafik, diagram, serta diagram alur.

8. Memiliki keahlian seni lainnya, seperti memahat patung,

seni lukis, dan seni cipta lainnya.

[image:32.420.73.366.133.474.2]

9. Mempunyai imajinasi yang baik, termasuk terhadap

gambar tiga dimensi.

10. Mampu menampilkan suatu rencana masa depan secara

visualisasi ataupun gambar nyata.

39Setia Widia Rahayu, Tesis: “Pemahaman Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah

Aljabar Ditinjau dari Kecerdasan Spasial”. (Surabaya: UNESA, 2014), 19.

40Prasetyo Adriani, Multiply Your Multiple Intelligences (Yogyakarta: Andi, 2009),

(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Memperhatikan ciri-ciri tersebut, siswa dengan kecerdasan ini

relatif suka berkecimpung dengan benda-beda visual dibandingkan

dengan simbol-simbol abstrak. Mereka lebih mampu menyerap

pembelajaran jika disajikan dengan bantuan benda-benda visual.41

Anak yang kecerdasan spasialnya sangat berkembang kadang

mengalami kesulitan di sekolahnya, Jika di sekolah mereka tidak

ada penekanan pada metode seni atau visual dalam memberikan

informasi.42

Beberapa kegiatan yang bisa meningkatkan optimalisasi

kecerdasan spasial adalah sebagai berikut:43

1. Menggambar dan melukis

2. Mencoret-coret

3. Menyanyi, mengenal dan membayangkan suatu konsep

4. Membuat prakarya

5. Mengunjungi berbagai tempat

6. Permainan konstruktif dan kreatif

7. Mengatur dan merancang

D. Kecerdasan Verbal

Kecerdasan verbal adalah kemampuan untuk menggunakan

kata-kata atau bahasa secara efektif, baik secara lisan, maupun

tulisan. Kecerdasan verbal meliputi kepekaan terhadap arti kata,

urutan kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang diucapkan.

41Trisna Jayantika, OP. Cit., hal 4.

42Susanti-Febrina, Mencetak Anak Juara (Jogjakarta: Kata hati, 2009),19.

43Indra Soefandi-Ahmad Pramudya, Strategi Mengembangkan Kecerdasan Anak (Jakarta:

(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam

mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.44

Sedangkan Amstrong mendefinisikan kecerdasan verbal sebagai

kecerdasan dengan kemampuan seseorang dalam menyusun dan

memanipulasi kata-kata dan bahasa. Kecerdasan ini juga mengacu

pada keterampilan membaca, menulis, berbicara dan semua bentuk

komunikasi verbal dan tertulis lainnya.

Menurut Prasetyo dan Andriani, orang yang kecerdasan

verbalnya berkembang dengan baik mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:45

1. Mampu menghafal dan mengingat nama, kata, dan istilah

baru sepanjang waktu.

2. Mampu mempelajari bahasa asing dengan sangat mudah.

3. Mampu memahami informasi dan petunjuk/instruksi baru

yang didengarnya.

4. Memiliki kepekaan terhadap arti kata dan urutan yang baru

didengarnya.

5. Mampu menyampaikan suatu pesan lisan dengan jelas dan

runtut.

6. Mampu menulis karya tulis, seperti esai, cerita, puisi,

jurnal, dan sebuah buku.

7. Mampu melakukan persuasi, dan negoisasi dengan orang

lain.

44Indragiri A, Kecerdasan Optimal: Cara Ampuh Memaksimalkan Kecerdasan Anak

(Jogjakarta: Starbooks, 2010), 15.

45

(35)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 8. Mampu belajar melalui kata yang didengarkannya dan

tulisan yang dibacanya.

9. Dapat menggunakan kata dan bahasa secara efektif untuk

berbicara dalam kehidupan sehari-hari.

10. Menyukai dan mahir dalam berdiskusi, berpidato, dan

berdebat.

Memperhatikan ciri-ciri kecerdasan verbal diatas, siswa yang

memiliki kecerdasan ini, ditandai dengan kesenangannya pada

kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti

membaca, menulis karangan, membuat pusi dan menyusun

kata-kata mutiara. Mereka cenderung lebih mudah dengan cara

mendengarkan dan verbalisasi. Kemampuan ini berkaitan dengan

penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Siswa yang

memiliki kecerdasan verbal yang tinggi akan berbahasa lancar, baik

dan lengkap. Ia mudah mengembangkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa. Siswa

tersebut dengan mudah mengerti urutan dan arti kata-kata dalam

belajar bahasa, mudah menjelaskan dan menceritakan pemikiran

kepada orang lain.

Kecerdasan verbal ini bukan hanya penting untuk keterampilan

berkomunikasi tetapi juga dibutuhkan dalam pengungkapan pikiran,

keinginan dan pendapat seseorang. Seseorang tidak akan pernah

menyandang gelar akademik, sebelum ia mampu

mengomunikasikan ide, pikiran, baik secara tertulis mapun lisan

dan pendapatnya secara runtut dan sistematis dalam bentuk karya

(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Thomas Amstrong merumuskan 25 cara untuk mengembangkan

kecerdasan verbal sebagai berikut:46

1. Bergabung dengan seminar great books

2. Adakan permainan trivial pursuit yaitu merek sebuah

permainan yang para pemainnya harus menjawab

pertanyaan yang berkaitan dengan berbagai pokok

masalah.

3. Lakukan permainan kata (misalnya anagram, scrable,

TTS).

4. Bergabung dengan club pecinta buku.

5. Hadirilah konferensi pengarang, ceramah atau lokarya

tentang mengarang pada perguruan tinggi setempat.

6. Hadirilah acara penandatanganan buku atau peristiwa lain

yang menampilkan penulis ternama.

7. Rekam pembicaraan anda sendiri dengan tape recorder dan

dengarkan.

8. Kunjungi perpustakaan dan / atau toko buku secara teratur.

9. Berlangganan sebuah koran yang bermutu tinggi dan

bacalah secara teratur.

10. Bacalah sebuah buku tiap minggu dan buatlah

perpustakaan pribadi.

11. Bergabunglah dengan kelompok pidato atau persiapan

sebuah ceramah tidak resmi berdurasi sepuluh menit untuk

acara kantor atau sosial.

46Thomas Amstrong, 7 Kinds of Smart, Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda

(37)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 12. Belajarlah menggunakan program pengolah kata.

13. Dengarlah rekaman ahli pidato, pendongeng dan

pembicara lain yang sudah terkenal.

14. Buatlah buku harian atau buku apa saja yang ada dalam

pikiran anda setiap harinya sebanyak 250 kata.

15. Perlihatkan gaya verbal (dialek, bahasa gaul, intonasi, kosa

kata dsb) dari seseorang yang anda jumpai setiap hari.

16. Sediakan waktu untuk berbicara secara teratur dengan

keluarga atau sahabat.

17. Ciptakan lelucon, teka-teki atau permainan kata.

18. Hadiri seminar membaca cepat.

19. Ajarilah seseorang yang kemampuan membacanya rendah

melalui organisasi nirlaba.

20. Hafalkan puisi atau kutipan prosa kegemaran anda.

21. Sewa, pinjam, belilah kaset sastrawan besar dan dengarkan

sewaktu anda pergi atau pulang kerja atau dalam waktu

lain.

22. Lingkari kata asing yang anda jumpai selama anda

membaca dan carilah artinya didalam kamus.

23. Belilah thesaurus, kamus sajak, buku asal usul kata dan

pedoman gaya penulisan kemudian gunakan buku itu

secara terartur ketika anda menulis.

24. Kunjungi festival dongen dan pelajari seni mendongeng.

25. Gunakan salah satu kata baru dalam percakapan anda

(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id E. Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan logis matematis ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Dengan kecerdasan ini seseorang mampu

memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang

logis (masuk akal). Menyukai angka, urutan, logika, dan

keteraturan. Mengerti pola hubungan, mampu melakukan proses

berpikir deduktif dan induktif.47 Proses berpikir deduktif artinya

cara berpikir dari hal-hal yang besar (umum) kemudian hal-hal yang

kecil (khusus). Proses berpikir induktif artinya proses berpikir dari

hal-hal yang kecil (khusus) kemudian hal-hal yang lebih besar

(umum). Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh

ilmuwan, akuntan, dan programmer komputer.48

Walters mengungkapkan bahwa kecerdasan logis matematis

mempunyai beberapa aspek, yaitu kemampuan melakukan

perhitungan matematis, berpikir logis, memecahkan permasalahan,

pola pikir deduksi-induksi, dan kemampuan mengenali pola

hubungan.49

Menurut Prasetyo dan Andriani orang yang memiliki

kecerdasan logis matematis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:50

47Susanti - Febriana Werdiningsih, Mencetak Anak Juara: Belajar dari Pengalaman 50

Anak Juara, (Yogyakarta: Katahati, 2009), 34.

48Ayu Deni Damayanti, Skripsi: “Sistem Pakar untuk Menentukan Tipe Kecerdasan

Berdasarkan Multiple Intellegence Scales dengan Certainly Factor”. (Surabaya: Universitas Airlangga, 2011), 15.

49Yanti Ekasari, Skripsi: “Profil Kecerdasan Logika Matematika dan Linguistik Siswa

Kelas VIII SMP dalam Memecahkan Masalah Persamaan Linear Satu Variabel Ditinjau

Dari Perbedaan Jenis Kelamin”.( Surabaya: UNESA, 2014),10.

(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1. Mampu menghitung dan bekerja dengan angka sederhana

maupun rumit.

2. Mampu mengenali pola hubungan sebab akibat dari suatu

peristiwa atau kejadian.

3. Mampu mengenali dan menguraikan pola yang abstrak

atau tidak jelas.

4. Mampu berpikir secara alamiah dan sains.

5. Mampu menguji suatu teori atau hipotesa baru dengan

metode ilmiah.

6. Mampu memecahkan permasalahan yang membutuhkan

pemikiran logis.

7. Mampu melakukan kategorisasi dan klasifikasi atas

temuan atau informasi baru.

8. Mampu berpikir deduksi dan induksi.

9. Mahir dalam menyusun strategi, misalnya permainan

strategi atau bisnis

10. Mampu menggunakan teknologi yang tepat untuk

memecahkan masalah.

Memperhatikan ciri-ciri kecerdasan logis matematis yang

diuraikan diatas, Siswa yang kuat dalam kecerdasan logis

matematis, secara menonjol dapat melakukan tugas memikirkan

sistem-sistem yang abstrak, seperti matematika dan filsafat. Mudah

belajar berhitung, kalkulus dan bermain dengan angka. Bahkan, ia

lebih sering menggeluti simbol angka dalam buku matematika dari

pada kalimat yang panjang-panjang. Pemikiran orang ini adalah

(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dan mudah mempelajari persoalan analitis. Siswa yang mempunyai

kecerdasan logis matematis biasanya mempunyai nilai matematika

yang baik, jalan pikirannya ketika bicara dan memecahkan

persoalan logis dan rasional. Siswa ini biasanya suka belajar

dengan skema, bagan, dan tidak begitu suka dengan bacaan yang

panjang kalimatnya.

Kecerdasan logis matematis dapat didorong untuk terus

dikembangkan sebelum usia dewasa, karena kemampuan tingkat

tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun. Berikut ini terdapat

beberapa cara untuk mendorong munculnya kecerdasan logis

matematis siswa menurut Amstrong:51

1. Memberikan materi-materi konkret yang dapat dijadikan

bahan percobaan, seperti permainan menyusun angka, dan

permainan yang membutuhkan strategi maupun tingkat

analisis tinggi.

2. Memberikan materi-materi yang berhubungan dengan

statistika baik itu berupa data linguistik, data kejadian

alam, maupun kejadian ilmiah gas kimia.

3. Memberi stimulus kepada siswa untuk berpikir kritis

dengan memfalitasinya masalah yang memiliki alternatif

jawaban lain sehingga dapat mempertajam kejeliannya

dalam memahami masalah.

4. Memberikan prinsip-prinsip heuristik. Hal ini berarti

mengasah kecakapan siswa untuk menemukan analogi dan

51Thomas Amstrong, Multiple intelligence in the classroom 3rd Edition. Association for

(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memisahkan beberapa bagian yang penting dari masalah

yang akan diselesaikannya.

5. Memberikan masalah yang memerlukan pemikiran ilmiah

(berpikir dengan menggunakan hubungan sebab-akibat).

F. Pemecahan Masalah Matematika

Setiap masalah perlu ditemukan pemecahannya. Bagi siswa pemecahan masalah perlu dipelajari. Hal ini diharapkan agar siswa

terampil memilih dan mengidentifikasi kondisi dan konsep-konsep

yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana

pemecahan masalah dan mengorganisasikan pengetahuan yang

dimiliki. Seseorang akan menggunakan proses pemecahan masalah

apabila ia menginginkan tujuan tertentu, sementara tujuan itu tidak

dijumpai atau harus dicari dan diusahakan pada saat itu. Dengan

kata lain, pemecahan masalah paling sedikit melibatkan proses

berpikir dan seringkali harus dilakukan dengan penuh usaha atau

cognitive effotful.52

Robert menjelaskan bahwa Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu

solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik.53

Sedangkan menurut Suharna pemecahan masalah adalah proses

mencari dan menemukan jalan keluar terhadap suatu masalah atau

52Rudis Andika Nugroho, Skripsi: “Proses Berpikir Siswa SMP dengan Kecerdasn Linguistik dan Logis Matematis dalam Memecahkan Masalah Matematika”. (Surabaya: UNESA, 2013),19-20.

53

(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kesulitan.54 Krulik dan Rudnik mendefinisikan pemecahan masalah

sebagai suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan

pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman untuk memenuhi

tuntutan dari situasi yang tidak rutin.55 Dahar dan Dees

mendefinisikan kegiatan pemecahan masalah sebagai kegiatan

manusia dalam menerapkan konsep-konsep dan aturan aturan yang

diperoleh sebelumnya.56 Dari pendapat-pendapat tersebut dapat

dikatakan bahwa pemecahan masalah matematika adalah suatu

usaha yang dilakukan siswa untuk menemukan solusi dari suatu

masalah matematika yang diberikan dengan menggunakan

pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang dimilikinya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan memecahkan

masalah, yaitu:57

1. Pengalaman awal. Pengalaman terhadap tugas-tugas

menyelesaikan soal cerita atau soal aplikasi. Pengalaman

awal seperti ketakutan (pobia) terhadap matematika dapat

menghambat kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah.

2. Latar belakang Matematika. Kemampauan siswa terhadap

konsep-konsep matematika yang berbeda-beda tingkatnya

54Suharnan, OP.Cit., hal 6.

55Stephan Krulik and Jesse A. Rudnick, The new sourcebook for teaching reasoning and

problem solving elementary school (Needham Heights: allyn & Bacon, 1995), 4.

56Hamzah Upu, Problem Posing dan Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika

(Bandung: Pustaka Ramadhan, 2003), 31.

(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dapat memicu perbedaan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah.

3. Keinginan dan motivasi. Dorongan yang kuat dari dalam

diri siswa (internal), seperti menumbuhkan keyakinan saya

”BISA”, maupun eksternal, seperti diberikan soal-soal menarik, menantang, kontekstual dapat mempengaruhi

hasil pemecahan masalah.

4. Struktur masalah. Struktur masalah yang diberikan kepada

siswa (pemecahan masalah), seperti format secara verbal

atau gambar., kompleksitas (tingkat kesulitan soal),

konteks (latar belakang cerita atau tema), bahasa soal,

maupun pola masalah satu dengan masalah lain dapat

mengganggu kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah.

Menurut Polya dalam memecahkan masalah matematika

terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yaitu memahami

masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah

sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua

langkah yang telah dikerjakan.58

Proses yang harus dilakukan para siswa dari keempat langkah

tersebut secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:59

1. Memahami masalah

58 Erman Suwangsih Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika (Bandung: UPI PRESS,

2006), 84.

59 Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung:

(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Pada tahap ini, kegiatan pemecahan masalah diarahkan

untuk membantu siswa menetapkan apa yang diketahui

pada permasalahan dan apa yang ditanyakan. Beberapa

pertanyaan perlu dimunculkan kepada siswa untuk

membantunya dalam memahami masalah ini. pertanyaan

tersebut antara lain:

a) Apakah yang diketahui dari soal?

b) Apakah yang ditanyakan soal?

c) Apakah saja informasi yang diperlukan?

d) Bagaimana akan menyelesaikan soal?

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di atas, diharapkan

siswa dapat lebih mudah mengidentifikasi unsur yang

diketahui dan yang ditanyakan soal.

2. Merencanakan penyelesaian

Pendekatan pemecahan masalah tidak akan berhasil

tanpa perencanaan yang baik. Dalam pemecahan masalah,

siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi

strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk

menyelesaikan masalah. Dalam mengidentifikasi

strategi-strategi pemecahan masalah ini, hal yang paling penting

untuk diperhatikan adalah apakah strategi tersebut

berkaitan dengan permasalahan.

3. Menyelesaikan masalah

Jika siswa telah memahami permasalahan dengan baik

dan sudah menentukan strategi pemecahannya, langkah

(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dengan yang telah direncanakan. Kemampuan siswa

memahami substansi materi dan keterampilan siswa

melakukan perhitungan matematika akan sangat membantu

siswa untuk melaksanakan tahap ini.

4. Melakukan pengecekan kembali

Langkah memeriksa ulang jawaban yang diperoleh

merupakan langkah terakhir dari pendekatan pemecahan

masalah matematika. Langkah ini penting dilakukan untuk

mengecek apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai

dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan

yang ditanya.

G. Hubungan antar kecerdasan spasial, kecerdasan verbal, dan kecerdasan logis matematis dengan kemampuan pemecahan masalah matematika

Pembelajaran di sekolah diharapkan mampu memberikan ruang yang cukup agar pembelajaran di sekolah tidak hanya

memperhatikan dari sudut pandang kemampuan kognitif siswa saja,

tetapi lebih luas lagi mampu memperhatikan kemampuan afektif

dan psikomotorik siswa. Pada dasarnya pembelajaran yang baik

tidak hanya memperhatikan pada kemampuan akademik siswa saja,

namun terdapat beberapa faktor internal lain yang menjadi tolak

ukur keberhasilan siswa dalam pembelajarannya, seperti kecerdasan

dan bakat.60

60
(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Bakat memang tidak sama dengan kecerdasan, tetapi kecerdasan

menjadi dasar untuk berkembangnya bakat. Bahkan kecerdasan itu

dapat dipandang sebagai faktor umum, dan bakat itu faktor khusus.

Di bawah ini akan dipaparkan hubungan antara kecerdasan spasial,

kecerdasan verbal, dan kecerdasan logis matematis dengan

kemampuan pemecahan masalah matematika.

1. Hubungan kecerdasan spasial dengan kecerdasan logis

matematis

Kecerdasan spasial dapat didefinisikan sebagai kapasitas

untuk mengenali dan melakukan penggambaran atas pola atau

objek atau pola yang diterima otak. Selain itu, kecerdasan logis

matematis dapat didefinisikan sebagai kapasitas seseorang

untuk berpikir secara logis dalam memecahkan kasus atau

permasalahan dan melakukan perhitungan matematis. Dalam

buku may Lwin yang berjudul “How to Multiply your child’s intellegence” terdapat kutipan “Berpikir dalam gambar bukan hanya merangsang kreativitas, melainkan juga memperkaya

proses beripikir tingkat tinggi”. Jika dikaitkan dengan definisi

kecerdasan di atas berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu

cerminan dari kecerdasan logis matematis. Jadi kutipan tersebut

mengindikasi bahwa ada hubungan antara kecerdasan spasial

dan kecerdasan logis matematis.

Penelitian-penelitian sebelumnya belum banyak ditemukan,

(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan spasial

dan kecerdasan logis matematis.61

2. Hubungan kecerdasan verbal dengan kecerdasan logis

matematis

Kecerdasan verbal dan kecerdasan logis matematis adalah

kecerdasan yang menjamin keberhasilan dalam tes-tes IQ dan

SAT (Student Aptitude Test = Tes Bakat Kecerdasan Siswa) karena mereka adalah kecerdasan yang menjadi sasaran tes

ketika pertama kali tes-tes itu dirancang.62 Kecerdasan verbal

juga terkait erat dengan kecerdasan logis matematis, terutama

dalam kaitannya dengan penjabaran alasan-alasan logis

matematis. Gardner menjelaskan bahwa seseorang dengan

kecerdasan logis matematis menonjol, dapat

mengkonstruksikan sebuah solusi sebelum hal itu

diartikulasikan. Gardner mengkategorikan kecerdasan logis

matematis seseorang kerapkali tidak hanya mengandalkan

keterampilan seseorang menganalisis, melainkan juga sebuah

kemampuan intuitif menuju sebuah jawaban atau solusi.63

3. Hubungan kecerdasan spasial dengan kecerdasan verbal

Kecerdasan spasial melibatkan kemampuan seseorang

untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala

(dibayangkan) atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga

dimensi. Sedangkan kecerdasan verbal termasuk kemampuan

61Ibid, halaman 7.

62Howard Gardner, Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktek (Bandung: PT.Interaksa,

2013), 71.

63

[image:47.420.76.365.142.453.2]
(48)

Gambar

gambar tiga dimensi.
gambar di
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
gambar atau pemahaman dengan mudah terhadap
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah

Berdasar hasil dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa kecerdasan spasial memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kemampuan membaca gambar teknik dimana

kemampuan pemecahan masalah matematika. Indikator-Indikator kemampuan pemecahan

kontribusi secara langsung terhadap kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah matematika sebesar. Sedangkan sisanya merupakan kontribusi variabel lain yang

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa khususnya pada mata kuliah kalkulus, namun pada aspek kecerdasan emosional mahasiswa, model pembelajran

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa Peserta didik dengan tipe kecerdasan verbal linguistik – logis matematis dan kecerdasan verbal linguistik – visual spasial

Hasil penelitian disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa berkecerdasan logis-matematis rendah tidak semua mampu memahami masalah dengan tepat, dalam merencanakan masalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum gaya kognitif memiliki tingkat hubungan yang kuat dengan kemampuan pemecahan masalah matematika dimana kontribusi gaya kognitif masih