BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perilaku agresif merupakan salah satu tindakan yang merupakan
anti-sosial. Moore dan Fine (dalam Koeswara, 1988) mendefinisikan perilaku agresif
sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap
individu lain atau obyek-obyek. Perilaku agresif merupakan salah satu perilaku
yang perlu dimodifikasi untuk dapat beradaptasi dengan dunia luar sekolah.
Dimana perilaku agresif ini mengganggu individu yang ada di sekitarnya, juga
akan berdampak terhadap dirinya sendiri. Bahaya perilaku agresif terhadap
pelaku adalah orang lain akan menjauhi pelaku yang hanya akan menyakiti orang
lain. Perilaku tersebut tentu saja juga berdampak negatif terhadap penyesuaian
diri dengan lingkungan sekitar. Buss & Perry (dalam Gasa,2005) menyatakan
aksi perilaku agresif dapat berupa agresi verbal (menghina), agresi fisik
(memukul, dll), kemarahan dan permusuhan.
Pada akhir-akhir ini, fenomena yang meresahkan adalah perilaku agresif
yang dilakukan oleh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu, remaja
awal yang berusia pada kisaran 11 sampai 14 tahun yang menduduki bangku
SMP. Hasil penelitian Arnet (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2001)
menyatakan bahwa perilaku agresif yang terkait dengan konflik dalam keluarga,
perkelahian, adalah perilaku agresif yang paling sering muncul pada tahap
remaja. Perilaku agresif juga ditemui di SMP Mardi Rahayu Ungaran yang
siswanya berada pada tahap remaja. Dari wawancara pada hari Rabu tanggal 9
Mei 2012 dengan guru Bimbingan dan Konseling, diperoleh data bahwa dari
hasil pengamatan beliau pada kegiatan belajar mengajar sehari-hari pada tahun
ajaran 2011/2012 ini, masih ditemukan perilaku-perilaku agresif pada siswa SMP
Mardi Rahayu Ungaran. Perilaku agresif berupa agresi verbal seperti saling
menghina serta mencaci maki dengan tujuan menyakiti target dan membantah
instruksi guru secara lisan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Agresi fisik seperti saling memukul, melempar kertas, dan melempar potongan
kapur ataupun saling tendang dan dorong juga ditemui setiap harinya dalam
kegiatan belajar mengajar. Fenomena di atas sejalan dengan pendapat Elkind
(dalam Papalia, dkk, 2001) yang menyebutkan bahwa remaja seringkali bersikap
dan berperilaku tidak matang.
Perilaku agresif pada remaja perlu diperhatikan dengan seksama guna
mengurangi perilaku agresif tersebut. Individu cenderung
menumbuhkembangkan kecenderungan agresifnya sejalan dengan pertambahan
usianya, kecuali mendapat perlakuan berupa program-program intervensi (Krahe,
2005). Hal ini berarti remaja yang berperilaku agresif kemungkinan akan
menjadi lebih agresif pada masa dewasa apabila tidak mendapat perlakuan yang
bahwa, perubahan tingkah laku akan lebih mudah dilakukan pada usia muda
daripada usia dewasa. Untuk itu, perlu diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku agresif agar dapat menentukan langkah yang perlu
ditempuh untuk meminimalisir.
Salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku agresif adalah
intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi. Media komunikasi televisi
memiliki fungsi sosial untuk menyajikan informasi, menghibur, serta mendidik.
Pada kenyataannya, tayangan televisi beberapa tahun terakhir ini didominasi oleh
tayangan yang menampilkan kekerasan, perkelahian, pemukulan, pembunuhan
dan sebagainya (Widiastuti, 2002). Selain itu, frekuensi menonton televisi antara
anak-anak dan remaja yang tinggi juga meningkatkan paparan pada kekerasan di
televisi. AGB Nielson, badan yang dijadikan standar dunia pertelevisian di
Indonesia dan beberapa negara lain mempertegas, bahwa program-program
dengan muatan kekerasan, seksualitas, dan tahayul berada pada peringkat atas
pada jam tayang utama atau prime time (Kompas dalam Utami, 2009).
Sejak tahun 1946, hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukan
bahwa intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi berpengaruh
signifikan terhadap meningkatnya perilaku agresif yang berarti mempunyai
hubungan signifikan terhadap meningkatnya perilaku agresif (Anderson &
Bushman, 2002). Intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi terbukti
(Murray, 2008). Individu terbukti mempelajari nilai-nilai hidup dari media,
sedangkan media didominasi tayangan berbau kekerasan dan seks. Akibatnya,
eksposur kekerasan di media menyebabkan peningkatan perilaku agresif,
diantaranya bertindak sadis, kejam, dan melakukan perilaku berisiko tinggi
seperti mengkonsumsi alkohol, merokok, dan melakukan hubungan seksual
pra-nikah (Villani, 2000). Berlawanan dengan hasil penelitian Widiastuti (2002),
bahwa intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agresif yang berarti tidak memiliki
hubungan dengan perilaku agresif. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti
lebih jauh tentang signifikansi hubungan antara intensitas menonton tayangan
kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif siswa SMP Mardi Rahayu
Ungaran.
Perbedaan hasil penelitian hubungan intensitas menonton tayangan
kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif menunjukkan perlunya penelitian
untuk mengetahui hubungan eksposur intensitas menonton tayangan kekerasan
pada televisi dengan perilaku agresif. Hasil temuan dari penelitian-penelitian
terdahulu mengenai hubungan intensitas menonton tayangan kekerasan pada
televisi dengan perilaku agresif perlu diverivikasi untuk dapat menentukan
langkah selanjutnya untuk menyikapi perilaku agresif.
Berdasarkan hasil uji coba penelitian yang dilakukan peneliti pada siswa
hasil rekapitulasi pengukuran kategori tingkat intensitas menonton tayangan
kekerasan pada televisi dan perilaku agresif yang dirangkum dalam tabel 1.1 dan
tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.1
Rekapitulasi kategori intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi
Kategori Skor Frekuensi Prosentase
Sangat Tinggi 126 – 150 0 0 %
Tinggi 102 – 125 3 10,00 %
Sedang 78 – 101 20 66,67 %
Rendah 54 – 77 5 16,67 %
Sangat Rendah 30 – 53 2 6,66 %
TOTAL 30 100 %
Dari hasil tabel 1.1 rekapitulasi pengukuran kategori intensitas menonton
tayangan kekerasan pada televisi, berdasarkan kuesioner intensitas menonton
tayangan kekerasan pada televisi diperoleh hasil sebagian besar siswa kelas VIII
D SMP Mardi Rahayu Ungaran mempunyai intensitas menonton tayangan
kekerasan pada televisi pada kategori: Sedang (66,67%).
Tabel 1.2
Rekapitulasi kategori tingkat perilaku agresif
Kategori Skor Frekuensi Prosentase
Sangat Tinggi 125 – 145 1 33,33 %
Tinggi 101 – 124 2 6,67 %
Sedang 77 – 100 13 43,33 %
Rendah 53 – 76 12 40,00 %
Sangat Rendah 29 – 52 2 6,67 %
Dari hasil tabel 1.2 rekapitulasi pengukuran kategori tingkat perilaku
agresif, berdasar kuesioner perilaku agresif oleh Buss dan Perry (1992) diperoleh
hasil bahwa sebagian besar siswa kelas VIII D Mardi Rahayu Ungaran
mempunyai perilaku agresif pada kategori: Sedang ( 43,33% ).
Dari hasil uji coba penelitian terdapat kesenjangan antara tingkat
intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi siswa kelas VIII D SMP
Mardi Rahayu Ungaran yang masuk kategori Sedang juga tingkat perilaku
agresif masuk kategori Sedang. Untuk hasil uji coba korelasi antara tingkat
intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi siswa kelas VIII D SMP
Mardi Rahayu Ungaran dengan tingkat perilaku agresif siswa kelas VIII D SMP
Mardi Rahayu Ungaran dinyatakan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.3 Correlations
Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Pada Televisi Dan Kuesioner Perilaku Agresif
Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Perilaku Agresif
Kendall's tau_b Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan
Correlation Coefficient 1.000 -.142
Sig. (2-tailed) . .279
N 30 30
Perilaku Agresif
Correlation Coefficient -.142 1.000
Sig. (2-tailed) .279 .
N 30 30
Tabel 1.3 nampak diperoleh angka korelasi sebesar -,142 dengan
signifikansi korelasi sebesar 0,279. Angka signifikansi 0,279 berarti intensitas
signifikan dengan perilaku agresif siswa kelas VIII D SMP Mardi Rahayu
Ungaran p = 0,279 > 0,05. Hasil ini berlawanan dengan penelitian Apollo (2003)
yang menyimpulkan bahwa intensitas menonton tayangan televisi berisi
kekerasan terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan dengan perilaku
agresif. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang
signifikansi hubungan antara intensitas menonton tayangan kekerasan pada
televisi dengan perilaku agresif siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis
merumuskan masalah yaitu Adakah hubungan yang signifikan antara intensitas
menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif siswa kelas
VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
signifikansi hubungan antara intensitas menonton tayangan kekerasan pada
televisi dengan perilaku agresif siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Bila penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku
sesuai dengan hasil penelitian Apollo (2003) menyimpulkan bahwa intensitas
menonton tayangan kekerasan pada televisi terdapat hubungan yang positif
dan signifikan dengan perilaku agresif anak. Akan tetapi bila penelitian ini
menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas menonton
tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif siswa SMP Mardi
Rahayu Ungaran maka penelitian ini sejalan dengan temuan Widiastuti (2002)
menemukan bahwa intensitas menonoton tayangan kekerasan di televisi tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agresif yang artinya
tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku agresif.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak
sekolah yaitu SMP Negeri Mardi Rahayu Ungaran mengenai hubungan antara
intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif
siswa khususnya kelas VIII SMP Mardi Rahayu, dalam rangka membuat
kebijakan pendidikan di SMP Mardi Rahayu Ungaran.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi dibagi atas lima (5) bab yaitu:
Bab I Pendahuluan, berisi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, berisi: perilaku agresif, intensitas menonton tayangan
Bab III Metode Penelitian, berisi: jenis penelitian, populasi dan sampel,
variabel penelitian, definisi operasional, alat ukur penelitian, uji
validitas dan realibilitas instrumen, dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi: deiskripsi subjek penelitian,
pengumpulan data, analisis diskriptif, analisis korelasi, uji hipotesis,
dan pembahasan hasil penelitian.