• Tidak ada hasil yang ditemukan

B1J010048 7 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B1J010048 7 1."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

II. METODE PENELITIAN

Struktur vegetasi tumbuhan bawah diukur menggunakan teknik garis berpetak.

Garis berpetak tersebut ditempatkan pada setiap umur tegakan jati. Struktur vegetasi yang

diukur didasarkan pada Kershaw (1973) yang meliputi kelimpahan jenis, keanekaragaman

jenis, kekayaan jenis, kerapatan, dan frekuensi tumbuhan bawah, yang merupakan data

primer. Untuk mengetahui hubungan antara struktur vegetasi tumbuhan bawah dan unsur

hara tanah pada tegakan hutan jati umur 7, 27, dan 34 tahun dilakukan analisis tanah dan

analisis CCA. Selain parameter unsur hara tanah dalam bentuk NH4, PO4, dan K2O,

parameter pendukung meliputi pH tanah, intensitas cahaya, kelembaban tanah, temperatur

tanah, luas basal area tegakan jati, dan kerapatan tegakan jati juga diukur dan dihubungkan

dengan kelimpahan jenis tumbuhan bawah, keanekaragaman jenis tumbuhan bawah,

kekayaan jenis tumbuhan bawah, dan kerapatan tumbuhan bawah (Lampiran 3.).

A.

Deskripsi Lokasi

Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2014 di RPH

Mandirancan, yang termasuk wilayah kesatuan BKPH Kebasen, KPH Banyumas Timur.

Tegakan jati di lokasi penelitian dibedakan ke dalam tiga kelompok umur tegakan

yaitu:

1. Tegakan umur 7 tahun

Tegakan ini berada pada petak 53A-1 dengan luas 11,70 ha yang terletak pada

koordinat 109o13 25,3 BT dan 07o30 45,8 LS dengan ketinggian tempat 200-220 m dpl.

2. Tegakan umur 27 tahun

Tegakan ini berada pada petak 54A dengan luas 6,20 ha yang terletak pada

koordinat 109o13 24,2 BT dan 07o30 47,2 LS dengan ketinggian tempat 200-204 m dpl.

3. Tegakan umur 34 tahun

Tegakan ini berada pada petak 53A-2 dengan luas 3,10 ha yang terletak pada

koordinat 109o13 24,3 BT dan 07o30 46,9 LS dengan ketinggian tempat 204 m dpl.

Sejak berdiri tahun 1976 RPH Mandirancan telah menanam tanaman jati dan

pinus dengan total luas area 654,3 Ha. Berdasarkan fungsinya hutan jati di RPH

Mandirancan berfungsi sebagai hutan produksi (Perum Perhutani KPH Banyumas

(2)

berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson termasuk tipe A serta topografi umum

wilayahnya 79,65% adalah bergelombang sampai curam.

B. Pengumpulan Data

Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari

data sekunder dan data primer.

1. Data Sekunder

Data ini berupa informasi tentang kondisi umum lokasi penelitian (RPH

Mandirancan), yang meliputi letak dan luas, topografi, iklim, vegetasi, satwa, sosial

ekonomi dan budaya masyarakat setempat.

2. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan adalah berupa hasil survei lapangan yang

meliputi data jumlah individu dan jenis tumbuhan bawah, diameter tegakan jati,

jumlah tegakan jati pada setiap petak pengamatan, intensitas cahaya, sampel tanah

yang kemudian akan dianalisis kandungan unsur hara tanahnya, kelembaban dan

temperatur tanah.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode survei. Sebelum melaksanakan penelitian,

terlebih dahulu dilakukan inventarisasi petak tegakan jati yang memenuhi persyaratan

umur tersebut. Pada setiap kelompok umur tegakan jati dibuat garis rintis sepanjang

350 m searah kemiringan lahan area penelitian. Pada garis rintis tersebut diletakan

petak berukuran 10 m x 10 m sebanyak 7 buah untuk mengamati tegakan jati. Jarak

antar petaknya adalah 50 m (Gambar 2.1). Untuk mengetahui struktur vegetasi

tumbuhan bawah yang terdapat pada tegakan hutan jati dibuat petak kecil berukuran

2 m x 2 m sebanyak 5 buah yang diletakkan secara sistematis di dalam setiap petak 10

m x 10 m. Hal yang sama dilakukan pada setiap umur tegakan jati.

Gambar 2.1. Metode garis berpetak untuk pengambilan sampel tegakan jati, tumbuhan bawah, dan tanah.

Keterangan :

Petak A = petak berukuran 10 m x 10 m untuk pengambilan data variabel tegakan jati. Petak B = petak berukuran 2 m x 2 m untuk pengambilan data variabel tumbuhan bawah

(3)

D. Cara Kerja

1. Dibuat garis rintisan sepanjang 350 m pada setiap kelompok umur tegakan jati.

2. Pada garis rintisan tersebut dibuat petak berukuran 10 m x 10 m sebanyak 7 buah

dengan jarak antar petak 50 m untuk mengamati tegakan jati yang meliputi

kerapatan tegakan, dan diameter tegakan.

3. Untuk mengetahui struktur vegetasi tumbuhan bawah yang meliputi kelimpahan,

keanekaragaman jenis, kekayaan jenis, kerapatan, dan frekuensi tumbuhan bawah

dibuat petak kecil berukuran 2 m x 2 m sebanyak 5 buah yang diletakkan secara

sistematis di dalam setiap petak 10 m x 10 m. Selain itu, diukur pula intensitas

cahaya, kelembaban dan temperatur tanah dalam petak berukuran 2 m x 2 m

tersebut.

4. Sampel tanah diambil pada setiap petak pengamatan ukuran 2 m x 2 m

menggunakancore sampler(Gambar 2.2.).

5. Analisis unsur hara tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

E. Variabel dan Parameter Penelitian

Variabel dan parameter pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel tegakan jati

Variabel tegakan jati terdiri atas parameter umur tegakan, kerapatan tegakan, dan

luas basal area. Data tegakan jati diambil dari petak berukuran 10 m x 10 m

sebanyak 7 buah pada setiap umur tegakan hutan jati. Sehingga untuk seluruh

umur tegakan hutan jati didapatkan 35 petak berukuran 10 m x 10 m.

2. Variabel struktur vegetasi tumbuhan bawah

Variabel struktur vegetasi tumbuhan bawah terdiri atas parameter jenis tumbuhan

bawah, jumlah individu masing-masing jenis tumbuhan bawah, keanekaragaman,

kekayaan, kerapatan dan frekuensi tumbuhan bawah. Data tumbuhan bawah

diambil dari petak ukuran 2 m x 2 m yang dibuat di dalam petak 10 m x 10 m.

Jumlah seluruh petak 2 m x 2 m pada setiap kelompok umur tegakan jati adalah

sebanyak 35 petak. Sedangkan untuk seluruh umur tegakan hutan jati adalah 105

petak. Pada petak 2 m x 2 m tersebut dicatat jenis tumbuhan bawah dan jumlah

individu masing-masing jenis tumbuhan bawah. Jika nama jenis tumbuhan bawah

belum diketahui nama ilmiahnya, maka dilakukan identifikasi dan atau determinasi

di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Jenderal

(4)

ada, sedangkan determinasi menggunakan buku Backer (1963; 1965; 1968) dan

Van Steenis (2006).

3. Variabel faktor kimia tanah

Variabel faktor kimia tanah meliputi parameter N dalam bentuk NH4 tersedia, P

dalam bentuk PO4tersedia, K dalam bentuk K2O tersedia dan pH tanah. Sampel

tanah diambil pada setiap petak pengamatan ukuran 2 m x 2 m menggunakancore

sampler pada setiap kelompok umur tegakan jati. Pengambilan sampel tanah

dilakukan pada 5 titik pada seluruh petak ukuran 2 m x 2 m (Gambar 2.2). Tanah

dari 5 titik pengambilan sampel tersebut dikompositkan, sehingga jumlah seluruh

sampel tanah dari setiap kelompok umur tegakan jati adalah sebanyak 7 sampel

tanah. Sedangkan untuk seluruh kelompok umur tegakan hutan jati di lokasi

penelitian adalah 21 sampel tanah. Analisis unsur hara tanah akan dilakukan di

Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto.

4. Variabel faktor fisika tanah

Variabel faktor fisika meliputi parameter intensitas cahaya, kelembaban dan

temperatur tanah yang diukur pada petak kecil berukuran 2 m x 2 m.

Gambar 2.2. Pengambilan sampel tanah Keterangan :

10 m 10 m

(5)

F. Metode Analisis

1. Analisis data tegakan jati

a. Luas Basal Area tegakan jati

Pengolahan data diawali dengan perhitungan rata rata diameter batang tegakan

jati berdasarkan rumus dari Tokede (1988)inSudiana (1995) sebagai berikut :

Keterangan :

Di = rata-rata diameter batang setinggi dada petak contoh ke-i.

Dij = diameter pohon setinggi dada ke-j petak contoh ke-i.

ni = jumlah pohon pada petak contoh ke-i.

Diameter batang tegakan jati tersebut digunakan untuk mengetahui luas basal area

tegakan jati. Luas basal area tegakan jati akan dihitung menggunakan rumusan

sebagai berikut:

BA = 1/4 * D2

Keterangan :

BA = basal area

D = diameter batang setinggi dada

b. Kerapatan tegakan jati

Sedangkan untuk perhitungan kerapatan pohon jati dilakukan berdasarkan rumus

dari Cox (1971) sebagai berikut :

2. Analisis data tumbuhan bawah a. Nilai Penting

Indeks nilai penting didasarkan atas parameter kerapatan relatif (KR) dan frekuensi

relatif (FR), yang dihitung berdasarkan rumusan dari Cox (1971) sebagai berikut : (3-1)

(3-2)

(3-3)

(3-4)

(6)

Indeks nilai penting = Kerapatan relatif + frekuensi relatif

b. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

Indeks keanekaragaman dianalisis berdasarkan rumusan yang digunakan oleh

Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) sebagai berikut:

(H ) = - pi ln pi

Keterangan :

ni = jumlah individu suatu jenis

N = jumlah total individu yang ditemukan

Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dapat diklasifikasikan dalam

beberapa kategori, yaitu jika nilai H < 2 maka nilai H tergolong rendah, jika nilai H

= 2-3 maka tergolong sedang dan jika nilai H > 3 maka tergolong tinggi (Magurran,

1988).

c. Indeks Kekayaan Jenis Margalef (R1)

Indeks kekayaan jenis Margalef dianalisis berdasarkan Hilwan et al. (2013) sebagai

berikut:

Keterangan :

R1 = Indeks Kekayaan

S = Jumlah jenis yang ditemukan

N = Jumlah total individu

Indeks kekayaan jenis Margalef dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori,

yaitu jika R1 < 3,5 menunjukan kekayan jenis yang tergolong rendah, 3,5 5,0

menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang, dan R1 > 5,0 menunjukkan

kekayaan jenis tergolong tinggi (Magurran, 1988).

(3-9)

(3 10) (3-6)

(3-7)

(7)

3. Canonical Correspondence Analysis(CCA)

Untuk mengetahui hubungan antara struktur vegetasi tumbuhan bawah

dan faktor kimia tanah (pH, NH4, PO4, K2O), faktor fisika (Intensitas cahaya,

kelembaban tanah, temperatur tanah) serta tegakan jati (T. grandis L. f.) (umur

tegakan, kerapatan tegakan, luas basal area tegakan jati) digunakan Canonical

Correspondence Analysis (CCA). CCA merupakan salah satu teknik ordinasi yang

handal untuk mengungkapkan hubungan antara persebaran jenis tumbuhan dan

faktor lingkungan. CCA adalah teknik ordinasi yang digunakan untuk menentukan

persebaran jenis tumbuhan berdasarkan variabel lingkungan ataupun respon

tumbuhan terhadap variabel lingkungan (Kent dan Coker, 1992; Resosoedarmo et

al., 1985; Kent dan Ballard, 1988; ter Braak, 1987).

Dalam peneliitian ini, faktor lingkungan yang digunakan dalam ordinasi

meliputi pH tanah, NH4 tersedia, PO4 tersedia, K2O tersedia, umur tegakan hutan

jati, kerapatan tegakan jati, luas basal area tegakan jati, intensitas cahaya,

kelembaban tanah, dan temperatur tanah. Faktor lingkungan tersebut dihubungkan

dengan kelimpahan, keanekaragaman jenis, kekayaan jenis, dan kerapatan

tumbuhan bawah.

Analisis ordinasi dengan Canonical Correspondence Analysis (CCA)

dilakukan dengansoftware Canoco for WindowsV4.5. Canoco merupakansoftware

analisa ekologi yang menggunakan banyak variabel data dan menggabungkan

perhitungan statistika dengan komposisi jenis, atau komunitas, atau populasi, dan

kondisi lingkungan yang disebut sebagai metode ordinasi (Leps and Smilauer,

2003). Menurut Clarke dan Ainsworth (1993) apabila nilai korelasi antar variabel

dalam analisis CCA = 0 maka tidak terdapat korelasi; > 0 - 0,25 maka korelasi sangat

lemah; > 0,25 0,5 maka korelasi cukup; > 0,5 0,75 maka korelasi kuat; > 0,75

Gambar

Gambar 2.1. Metode garis berpetak untuk pengambilan sampel tegakan jati,tumbuhan bawah, dan tanah.
Gambar 2.2. Pengambilan sampel tanah

Referensi

Dokumen terkait

Perlindungan tangan : Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian

Perguruan tinggi meru5akan salah satu lem%aga 5endidikan dan  5em%inaan %agi masyarakat Indonesia yang mem5unyai 5eranan dan tanggung aa% dalam mem5ersia5kan

Berdasarkan pembahasan data, peneliti dapat menarik beberapa simpulan hasil penelitian sebagai berikut. Struktur dalam Serat Pejahipun Patih Suwanda Seri Arjunasasrabahu Jilid

Penelitian yang berjudul strategi komunikasi tim kreatif dalam mempertahankan eksisteensi program The Comment NET TV ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi apa saja

Direktorat Jenderal Pajak mengatur bahwa: (1) PPh Pasal 22 dipungut atas pembelian barang sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian pada setiap

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan dan pembahasannya mengenai pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja

169 Berdasarkan konsep tersebut, memang gaya kepemimpinan otoriter tidak bisa dilakukan terutama pada lembaga pendidikan seperti sekolah atau madrasah, karena

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi penerapan payback period pada UMKM Kota Bogor adalah ukuran usaha kecil dan menengah, tingkat