1 WACANA SUBORDINASI PEREMPUAN
DALAM KOMERSIALISASI “RUANG PUBLIK”
(Analisis Wacana Kr itis Sar a Mills Pada Rubr ik ‘DetEksi’ Jawa Pos)
Oleh:
Adi Kurnia Djarot Nahusona
1dan Sih Natalia Sukmi
2ABSTRACT
"Public Spher e", w hich now for m the mass media, contr ibuting significant ly to the str uggle of w omen. Aspir ations of w omen w ho had been confined in t he domestic r ealm, became mor e a place, after public spher e began to appear . At the t ime of the Republic of Indonesia into the w or ld spotlight, because the low er level of the r eader for the young, DetEksi r ubr ic come up and amplifying the voices of youth. The emer gence r ubr ic DetEksi be inter esting, seeing that the theme is being discussed, alw ays involves r espondents in lar ge quant ities, w hich consists of w omen and men, w hich can be fr eely as if expr essing their aspir ations. This st udy aimed to descr ibe the discour se of subor dination of w omen in the public spher e. Cr itical discour se analysis used in this study, as in the view of Sar a Mills, the media has been ver y biased in pr esenting w omen. The method used in this st udy is a qualitative appr oach, w ith a descr ipt ive st udy. Results of r esear ch conducted by the r esear cher s r evealed that, of the 11 analyzes conducted, all laden w ith patr iar chal cultur e, w omen ar e subor dinated
Keywords: Public Spher e, Mass Media, Aspir ations of Women.
1. LATAR BELAKANG
Sur at kabar menjadi salah satu media infor masi, yang aw al kemunculannya,
mampu membaw a har apan untuk suar a per ubahan, ter utama pada iklim sosial politik
yang lebih liber al. Mc Quail menjelaskan bahw a sejar ah kemunculan sur at kabar ,
diw ar nai dengan per juangan mew akili hak hak kebebasan, dan demokr asi w ar ga Negar a
yang lebih besar (Mc Quail 2011:30-31). Dominasi sur at kabar sebagai media yang
mampu mempengar uhi khalayak dalam jumlah besar , mulai mengalami masa
kemundur an di abad ke 21, seir ing dengan per kembangan teknologi komunikasi dan
infor masi yang ditandai dengan kemunculan inter net atau dikenal sebagai media massa
bentuk bar u (Mc Quail 2011 32).
Badan Pusat Statistik mengeluar kan data mengenai penggunaan media oleh
masyar akat Indonesia, yang semakin ber kur ang. Hal ter sebut dapat dilihat dar i tabel
data dengan indikator sosial dan budaya bagi penduduk ber umur 10 tahun ke atas yang
membaca sur at kabar atau majalah, sejak tahun 2003, 2006, dan 2009 semakin
mengalami penur unan..3 Minat baca masyar akat yang r endah membuat, Indonesia
1
Fakult as Ilm u Sosial dan Ilmu Kom unikasi
2
St af Pengajar Fakult as Ilm u Sosial dan Ilm u Komunikasi
3
2 ber ada di ur utan ke-36 dar i 40 negar a, ber dasar studi lima tahunan yang dikeluar kan
oleh Pr ogr ess in Int er nat ional Reading Lit er acy St udy (PIRLS) pada 2006, bahkan
menur ut hasil sur vei UNESCO, minat baca masyar akat Indonesia menduduki per ingkat
ter endah di ASEAN.4
Fenomena minat baca usia muda, yang semakin menur un dar i tahun ke tahun di
Indonesia, dan mulai ter gantikan dengan dominasi ber bagai media massa lainnya, tur ut
ber dampak pada meningkatnya per saingan media cetak. Ser upa dengan hal ter sebut,
Depar temen Luar Neger i Republik Indonesia, memuat ber ita yang membanggakan,
bahw a dua media cetak Indonesia, yaitu Jaw a Pos dan Kompas mampu ber saing, dan
mer aih penghar gaan di tingkat Inter nasional, dalam kompetisi tahunan yang
diselenggar akan oleh Wor ld Associat ion of Newspaper and News Publisher (WAN-IFRA)
2011, atas kontr ibusi yang dilakukan kepada pembaca usia muda. WAN-IFRA yang
ber mar kas besar di Dar mstadt (Jer man) dan Par is (Per ancis) mer upakan asosiasi sur at
kabar dan pener bit dunia yang mew akili 18.000 pener bitan, 15.000 situs online, dan
lebih dar i 3.000 per usahaan di lebih dar i 120 negar a5.
Jaw a pos melalui r ubr ik DetEKsi mendapatkan dua penghar gaan sekaligus, ajang
inter nasional ter sebut. Ter bitnya r ubr ik ‘DetEksi’, yang diper caya membaw a pengar uh
positif, khususnya dalam inovasi mer aih dan mengembangkan pembaca muda.
Kontr ibusi r ubr ik ‘DetEksi’, membuat Jaw a Pos ber hasil mer aih penghar gaan ter tinggi
Wor ld Young Reader Pr ize 2011, dan sekaligus membuat Jaw a Pos menyandang gelar
sebagai kor an dengan pembaca muda ter baik di dunia. Selain mer aih penghar gaan Wor ld
Young Reader Pr ize 2011, di ajang tahunan yang diikuti kor an dar i selur uh dunia
ter sebut, Jaw a Pos juga mer aih kemenangan pada kategor i Endur ing Excellence,
ber dasar kan komitmen dan konsistensi untuk mer aih dan memper tahankan pembaca
muda melalui r ubr ik ‘DetEksi’6.
Rubr ik ‘DetEksi’ memiliki suatu cir i khas yang unik dalam menggandeng sesama
pembaca mudanya, yaitu dengan selalu melibat kan 500 hingga 1000 anak muda
4
Dalam Kom pas. 3 M anfaat Cint a Buku untuk Si Kecil (Online).
ht t p:/ / fem ale.kom pas.com / read/ 2012/ 02/ 10/ 11491514/ 3.M anfaat .Cint a.Buku.unt uk.Si.Kecil diunduh pada 17 Sept em ber 2012 pukul 19.40 WIB
5
Dalam Departemen Luar Negeri. 'Jaw a Pos' dan 'Kom pas' Raih Penghargaan Int ernasional WAN-IFRA (Online) ht t p:/ / ww w .deplu.go.id/ List s/ New s/ DispForm.aspx?ID=5207& l=en diunduh pada 12
Desem ber 2012 pukul 09.20 WIB
6
Dalam Jaw a Pos. Jaw a Pos Raih Gelar Koran Terbaik Dunia (Online)
3 Sur abaya, untuk polling yang diadakan dalam setiap temanya7. Kontr ibusi r ubr ik
‘DetEksi’ yang telah menyediakan ”r uang publik”, sebagaimana digunakan oleh
per empuan dan laki laki untuk mengemukakan pendapat, dan ber bagi pengalaman
pr ibadinya secar a bebas, untuk menyikapi setiap tema yang sedang dibahas, mer upakan
suatu hal yang positif, ter utama sebagaimana dihar apkan oleh kaum feminis, bahw a
per empuan har us mendapatkan kesempatan yang sama dan ber imbang untuk
mengemukakan opininya dalam ”r uang publik”.
Ser upa demikian r ubr ik ‘DetEksi’ bahkan, melalui per sonifikasi maskot anjing yang
ber w ar na bir u dan mengenakan penutup mata, ber ani menjamin untuk selalu netr al,
dalam menampilkan fakta yang apa adanya. Tidak menutup nutupi atau melebih
lebihkan fenomena yang sedang ber kembang8. Meskipun demikian, peneliti masih
menemukan bahw a tema pember itaan yang dibahas dan opini per empuan yang
ditampilkan, secar a tidak langsung, masih menjadikan per empuan sebagai komoditas
hibur an, dan ber ada dalam posisi yang disubor dinasi dalam dominasi laki-laki .
Ber anjak dar i fenomena ter sebut, apakah kontr ibusi per empuan yang ber sama
sama dengan laki laki mengemukakan opini, bahkan ber bagi pengalaman pr ibadi yang
selama ini ber ada dalam ”r uang pr ivat”, dan tabu untuk dibahas, namun akhir nya ber ani
untuk dicer itakan ke ”r uang publik” dan dikatakan netr al, pada r ubr ik ‘DetEksi’, dapat
digolongkan sebagai r ubr ik yang mew acanakan ideologi feminisme? ataukah opini
per empuan yang selama ini ber ada dalam ”r uang pr ivat”, dan akhir nya ber ani untuk
disampaikan di ”r uang publik”, pada r ubr ik ‘DetEksi’, justr u sesungguhnya tidak
ber imbang dan sar at dengan subor dinasi ter hadap per empuan, sebagaimana pada
akhir nya dimanfaatkan, bahkan dieksploitasi demi memper oleh keuntungan bisnis?
Sebab bagaimanapun juga, menur ut Haber mas (Har diman 2010:195), ”r uang publik” di
er a kapitalisme tidak lagi menjadi fasilitas diskur sus r asional, melainkan justr u
menjalankan konstr uksi, seleksi, dan for masi diskur sus yang ber ubah menjadi
komoditas hibur an, sebagaimana dikonsumsi secar a pasif oleh khalayak.
Fenomena ini yang ingin dikaji oleh peneliti, dengan menggunakan metode
analisis w acana kr itis Sar a Mills, yang titik perhatiannya ter letak pada bagaimana
per empuan ditampilkan di dalam teks, baik dalam novel, gambar , foto, maupun dalam
ber ita.
7
Dalam Indopos. Pem baca M uda Surabaya Jadi Inspirasi (Online)
ht t p:/ / w w w .indopos.co.id/ index.php/ index-cat at an-don-kardono/ 17340-pem baca-m uda-surabaya-jadi-inspirasi.htm l diunduh pada 18 Sept em ber 2012 pukul 08.34 WIB
8
4 2. Ker angka Pikir
3. KAJIAN TEORITIS
Nur udin mengungkapkan bahw a komunikasi masa adalah komunikasi melalui
media massa (media cetak dan elektr onik). Sebab aw al per kembangannya, komunikasi
massa ber asal dar i kata media of mass communication (media komunikasi massa), yang
mer ujuk pada media massa atau salur an yang dihasilkan oleh teknologi moder n
(Nur udin 2007:4). Ber dasar kan r agam bentuknya, media massa dibedakan menjadi
media elektr onik (televisi, r adio), media cetak (surat kabar , majalah dan tabloid), buku,
film, dan yang ter bar u yaitu inter net (Nur udin 2007:5).
Sur at kabar diper caya memiliki bentuk inovasi yang lebih baik dar ipada buku
yang dicetak, ter utama dengan penemuan bentuk liter atur , sosial dan budaya bar u.
Keunggulannya dibandingkan dengan bentuk komunikasi budaya yang lain, ter letak
pada or ientasinya kepada individu dan kepada r ealitas, kegunaannya ser ta sifat yang
sekular , diyakini cocok bagi kebutuhan kelas bar u, yaitu pelaku bisnis yang ber basis di
kota kecil. Mc Quail menjelaskan lebih lanjut bahw a kebar uannya bukan hanya pada
teknologi atau car a penyebar annya saja, tetapi juga pada fungsinya bagi kelas ter tentu
5 Sur at kabar di Indonesia sebagaimana telah ditetapkan menur ut atur an hukum
yang ber laku sebagai lembaga sosial, dihar apkan mampu melaksanakan fungsinya sesuai
dengan undang undang nomor 40 tahun 1999 tentang per s, pasal 3 ayat 1 dan 2 (Tebba
2005:185), yang ber bunyi sebagai ber ikut :
1. Per s nasional mempunyai fungsi sebagai media infor masi, pendidikan,
hibur an, dan kontr ol sosial.
2. Disamping fungsi-fungsi ter sebut ayat (1), per s nasional dapat ber fungsi sebagai
lembaga ekonomi.
Ber ita dan sur at kabar , mer upakan bagian yang tidak ter pisahkan, sebab
sebagaimana sejar ah dan fungsinya, sur at kabar diyakini sebagai salah satu media massa
yang menyampaikan infor masi atau yang disebut dengan ber ita kepada tar get
pembacanya. Secar a seder hana, ber ita adalah jalan cer ita tentang per istiw a. Hal ini dapat
dikatakan bahw a suatu ber ita setidaknya mengandung dua hal yaitu per istiw a dan jalan
cer ita. Jalan cer ita tanpa per istiw a, dan per istiw a tanpa cer ita tidak dapat dikatakan
sebagai sebuah ber ita (Tebba 2005:55). Tidak semua cer ita dan per istiw a dalam
kehidupan sehar i har i dapat dimuat dalam pember itaan, Tebba menjelaskan lebih lanjut
bahw a per istiw a yang diber itakan ter gantung pada beber apa hal, yaitu:
a) Aktualitas.
b) Jar ak (dekat jauhnya) per istiw a dar i khalayak (pembaca,
pendengar , penonton).
c) Penting tidaknya or ang/ figur yang diber itakan.
d) Keluar biasaan per istiw a.
e) Akibat yang mungkin ditimbulkan dar i ber ita itu.
f) Ketegangan dalam per istiw a.
g) Konflik dalam per istiw a.
h) Per ilaku seks.
i) Kemajuan kemajuan yang diber itakan.
j) Emosi yang ditimbulkan oleh per istiw a.
k) Humor yang ter kandung dalam per istiw a”
6 3.1. Rubrik
Effendy menjelaskan, bahw a secar a etimologi r ubr ik ber asal dar i bahasa
Belanda yaitu Rubr iek, yang memiliki definisi r uangan pada halaman sur at kabar ,
majalah atau media cetak lainnya, mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan
masyar akat; misalnya r ubr ik w anita, r ubr ik olahr aga, r ubr ik pendapat pembaca dan
sebagainya (Effendy 1989:316).
3.2. Wacana Perspektif Foucault
Foucault (Er yanto 2001:65) menjelaskan bahw a w acana tidaklah dipahami
sebagai ser angkaian kata atau pr oposisi dalam teks, melainkan lebih kepada sesuatu
yang mempr oduksi lain seperti misalnya sebuah gagasan, konsep atau efek. Wacana
dapat di’DetEksi’ kar ena secar a sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup
dibentuk dalam suatu konteks ter tentu sehingga mempengar uhi car a ber pikir dan
ber tindak ter tentu. Bahkan lebih lanjut diyakini bahw a, suatu w acana memiliki
keter kaitan dengan kekuasaan, kar ena str ategi kuasa ber langsung di mana-mana.
3.3. Ideologi
Cahyadi (Er iyanto 2001:99) menjelaskan pandangan Althusser mengenai
ideologi, yaitu bahw a ideologi memer lukan subjek dan subjek memer lukan ideologi.
Ideologi yang mer upakan r umusan dar i individu individu ter tentu, keber lakuannya
menuntut tidak hanya kelompok yang ber sangkutan tetapi juga selain membutuhkan
subjek,ideologi tur ut menciptakan subjek, atau yang dikenal dengan istilah inter pelasi.
Dalam inter pelasi individu konkr et dir ekr ut menjadi subjek ideologi.
3.4. Feminisme
Sudar minta (Har diman 2010:201) menjelaskan bahw a feminisme adalah
ber bagai paham atau alir an pemikir an dan ger akan politik, ekonomi, sosial-budaya
(ter masuk di dalamnya ger akan etis) yang memiliki kepr ihatinan dan kepedulian
ter hadap r ealitas gender yang memper juangkan kesamaan hak dan membela
kepentingan kaum per empuan. Dalam r ealitas poli tik, ekonomi, dan budaya patr iar ki
selama ber abad abad, kesamaan hak dan kepentingan kaum per empuan cender ung
diabaikan atau bahkan ditindas.
3.5. Subordinasi
Subor dinasi telah menjadi fokus per hatian penting dalam melihat diskriminasi
atau ketidakadilan gender . Dalam situs r esminya, Kementer ian Pember dayaan
7 suatu penilaian atau anggapan bahw a suatu per an yang dilakukan oleh satu jenis
kelamin lebih r endah dar i yang lain9.
3.6. Ruang Publik
Haber mas (Har diman 2010:269-270) mer umuskan ”public spher e” atau r uang
publik dalam penjelasan ber ikut: ”Dengan 'r uang publik' kami maksudkan per tama tama
suatu w ilayah kehidupan sosial kita di mana apa yang disebut opini publik ter bentuk.
Akses kepada r uang publik ter buka bagi semua w ar ga negar a. Sebagian dar i r uang
publik ter bentuk dalam setiap pembicar aan di mana pr ibadi pribadi ber kumpul untuk
membentuk suatu 'publik'. Bila publik menjadi besar , komunikasi ini menuntut suatu
sar ana untuk diseminasi dan pengar uh ; zaman sekar ang sur at kabar dan
majalah,r adio,dan televisi menjadi r uang publik”Dalam definisi ter sebut, tiga unsur
seper ti media, pembicar aan, dan opini publik secar a er at ter hubung. Ruang publik bukan
mer upakan suatu r uang fisik, tetapi r uang sosial yang dipr oduksi oleh tindakan
komunikatif.
4. METODE PENELITIAN
4.1. Pendekatan, Jenis Penelitian.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Sedangkan jenis penelitiannya adalah deskr iptif .
4.2. Metode Analisis Data, Penelitian.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis w acana.
Analisis w acana adalah analisis teks dan bahasa, sebagaimana telah diur aikan pada
beber apa metode, dihar apkan mampu membantu par a peneliti yang ingin memfokuskan
penelitiannya untuk mencar i makna dalam suatu pesan. Metode yang digunakan untuk
menganalisis w acana subor dinasi per empuan dalam “r uang publik” pada r ubr ik ‘DetEksi’
Jaw a Pos adalah metode analisis w acana kr itis Sar a Mills.
9
Dalam Aplikasi Dat a dan Inform asi PP dan KPA. Subordinasi (Online)
8 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Interpretasi Pada Rubrik Deteksi Jawa Pos Edisi Hari Kartini 21 Apr il 2012
5.1.1. Respon Det in fact
5.1. 2. Posisi Subjek-Objek
Teks ber ita, yang tampak pada r esponDet in fact, secar a keselur uhan
memposisikan w ar taw an sebagai subjek pencer ita, yang mencer itakan hasil poling, dan
di sisi lain menempatkan r esponden laki-laki dan per empuan sebagai objek yang
dicer itakan. Kendati ber sama sama ditempatkan sebagai objek, namun per empuan,
tampak cender ung ditampilkan secar a tidak adil dibandingkan laki-laki. Ketidakdilan
semakin tampak, ketika per empuan yang tampil sebagai pihak yang dir ugikan,
sebagaimana dimanfaatkan laki-laki, diolok olok, dan membuat laki-laki menjadi manja,
pada saat mener apkan emansipasi ber pacar an, justr u tidak dianggap sebagai suatu
per masalahan, melainkan dilaw an oleh w ar taw an, melalui pemapar an fakta ber ikutnya.
KBBI menyatakan bahw a, kata “meski” adalah kata penghubung untuk menandai
per law anan makna (KBBI 2011:907). Mer ujuk pada definisi ter sebut, maka per lu
dipahami, bahw a pembelaan eksplisit, yang seolah olah dilakukan w ar taw an kepada
per empuan, sebenar nya mengandung makna ter sir at, yang justr u melanggengkan
keter tindasan per empuan, untuk tetap ber ada di baw ah laki-laki. Secar a keselur uhan,
mengacu pada, ber agam ketimpangan yang dikonstr uksi w artaw an, agar per empuan
yang dieksploitasi laki-laki, tetap memiliki image yang baik. Maka per lu dipahami bahw a,
kendati per empuan dan laki-laki secar a ber sama sama ditempatkan sebagai objek yang
dicer itakan, namun pada akhir nya, melalui teks yang dibangun w ar taw an, per empuan
justr u cender ung tampil, sebagai pihak, yang ber ada pada posisi r endah atau
disubor dinasi. Laki-laki sebagai pihak yang mengeksploitasi per empuan, kur ang
ditonjolkan sebagai suatu per masalahan oleh w ar taw an.
Hal demikian, bahkan semakin jelas, ketika melihat pembiasan mengenai definisi
9 demikian KBBI menjelaskan bahw a emansipasi, memiliki definisi pembebasan dar i
per budakan, dan per samaan hak dalam ber bagai aspek kehidupan masyar akat (KBBI
2011:365). Lebih lanjut, KBBI menjelaskan bahw a kata “per budakan” memiliki definisi,
sistem segolongan manusia yang dir ampas kebebasan hidupnya untuk beker ja, guna
kepentingan golongan manusia yang lain (KBBI 2011:214). Mer ujuk pada
kecender ungan w ar taw an, untuk menampilkan keter tindasan per empuan sebagai suatu
hal yang baik, dan tidak mer ampas kebebasan per empuan, maka per lu dipahami, bahw a
secar a ter sir at, w ar taw an tur ut menudukung dominasi laki-laki dalam masyar akat, yang
di sisi lain mensubor dinasi per empuan. Ser upa dengan hal ter sebut, Jackson&Jones
menjelaskan bahw a, secar a histor is laki laki telah mendominasi kehidupan dalam
ber masyar akat, sehingga tidak jar ang, membuat per empuan lebih ser ing dijadikan objek
dar ipada pencipta pengetahuan (Jackson&Jones 2009:1).
5.1.3. Posisi Pembaca
Mer unut pada keselur uhan plot ber ita yang ditampilkan w ar taw an, maka per lu
dipahami, bahw a ResponDet in fact, cender ung mengajak khalayak, untuk memposisikan
dir i sebagai per empuan. Hal demikian semakin tampak, ketika w ar taw an cender ung
mengulas, bentuk emansipasi ber pacar an yang dapat mer ugikan per empuan, kendati di
sisi lain tetap memiliki citr a yang baik. Adapun dampak dar i ur aian w ar taw an ter sebut,
bahw a ketika pembaca digir ing untuk menempatkan diri sebagai per empuan, yang
mer asakan bahw a kendati per empuan, telah dir ugikan dalam emansipasi ber pacar an,
seper ti dihina, dimanfaatkan pacar nya, dan membuat pacar nya jadi manja, namun hal
demikian, tidak membuat citr a per empuan menjadi bur uk.
5.2. Cewek Autopilot (Judul Utama Rubrik ‘DetEksi’ Edisi Hari Kartini 21 April 2012)
Bisa “Jalan” Sendiri tanpa Bantuan Cowok ( Judul Lead Berita)
5.2.1. Posisi Subjek-Objek
Seper ti pada r esponDet in fact, w ar taw an tampak masih memi liki otor itas
sebagai subjek pencer ita, yang mencer itakan kedua objek, yaitu laki-laki dan per empuan.
Bahkan tidak hanya sama, dalam meposisikan per an sebagai subjek pencer ita,
konstr uksi ber ita yang dibangun w artaw an, juga masih sar at dengan subor dinasi
ter hadap per empuan, dan di sisi lain menampilkan laki-laki secar a lebih baik. Aut opilot
adalah suatu sistem yang mampu ber jalan dengan sendir inya untuk membantu pilot
dalam melakukan peker jaannya, yaitu mengemudi kan pesaw at ter bang (FAA 2009:12).
Mer ujuk pada ber agam penjelasan ter sebut, dan mencer mati posisi cew ek yang
disebutkan, ter lebih dahulu sebelum kata aut opilot, maka, secar a eksplisit menunjukkan
10 yang setar a dengan laki-laki, sebagaimana selama ini, laki-laki ker ap diasosiasikan
dengan pilot, yang memiliki kew enangan untuk menjalankan aut opilot.
Meskipun seolah olah pada judul utama, w ar taw an ingin mew ujudkan suatu
kesetar aan bagi per empuan, untuk memiliki hak yang sama, dalam menjalankan
aut opilot, namun jika dicer mati lebih mendalam, ”cew ek aut opilot”, justr u memiliki
maksud dan tujuan, yang ber beda dar i makna aslinya. Hal ter sebut dapat dicer mati,
dalam judul lead ber ita ”Bisa ”Jalan” Sendir i tanpa Bantuan Cow ok, yang tampak ambigu
sebagaimana seolah olah menjelaskan kebebasan dan kemandir ian per empuan, namun
di lead ber ita, justr u ber banding ter balik, dan cender ung mengekang kebebasan
per empuan.
Mengacu pada tampilan teks yang dikonstr uksi w artaw an pada lead ber ita, maka
per lu dipahami bahw a per empuan pada akhir nya, justr u bukan diposisikan sebagai
“pilot”, yang memiliki kew enangan untuk tidak ter beban melakukan kegiatannya, kar ena
dibantu oleh sistem “aut opilot”, melainkan justr u per empuan, yang cender ung
diposisikan sebagai “aut opilot”, yang melayani laki-laki, dalam menjalani aktifitasnya.
Hal demikian bahkan semakin jelas ter sir at, ketika w ar taw an sebagai subjek pencer ita,
cender ung menguatkan nilai nilai per budakan yang ter jadi dengan menggunakan kata
“bahkan”. KBBI menjelaskan bahw a kata “bahkan” memiliki definisi penghubung bagian
kalimat dengan bagian yang lain, atau kalimat dengan kalimat untuk menyatakan
penguatan; lebih-lebih; malahan (KBBI 2011:118) . Dalam pr oses selanjutnya setelah
kata “bahkan”, w ar taw an sebagai subjek pencer ita kembali menampilkan secar a detail
bentuk per budakan per empuan ter sebut, seper ti antar jemput pasangan, memper baiki
per alatan elektr onik yang r usak, dan membela pasangannya saat diganggu.
5.2.2. Posisi Pembaca
Mengacu pada keselur uhan plot ber ita yang ditampilkan w ar taw an, maka secar a
tidak langsung tampak jelas, bahw a w ar taw an mengajak khalayak untuk memposisikan
dir i sebagai per empuan. Hal demikian semakin jelas, ketika w ar taw an seolah olah,
menggir ing pembaca untuk tur ut mer asakan aktifitas yang dijalani per empuan, seper ti
mengantar jemput pacar nya, memper baiki per alat an elektr onik pacar nya, dan bahkan
membela pacar nya yang diganggu. Adapun maksud ter sir at dar i pemapar an yang
11 ingin dikatakan mandir i, dalam mener apkan emansipasi ber pacar an, maka hendaknya,
ditunjukkan dengan tetap melayani laki-laki. Pelayanan yang diber ikan per empuan
kepada laki-laki, tentunya semakin ideal, jika per empuan mampu melayani laki-laki,
tanpa disur uh.
5.3. "Harus kalau cowoknya nggak mau kegatelan-@DytaLedya"
5.3.1. Posisi Subjek-Objek
Posisi w ar taw an, sebagai subjek pencer ita, masih tampak pada ber ita per tama
yang mengusung judul “Har us kalau cow oknya nggak mau kegatelan”. Sebagaimana
w ar taw an telah tampil, sebagai subjek pencer ita, maka, secar a keselur uhan di dalam teks
ber ita per tama, ter dapat tiga tokoh, yang ditempatkan sebagai objek pencer itaan, yaitu
Dyta Ledya sebagai r esponden per empuan, kemudian tokoh per empuan lain yang
ber konflik dengan Dyta, dan yang ter akhir adalah laki-laki, yaitu pacar Dyta. Per lu
dicer mati, secar a mendalam, bahw a ketimpangan, yang dilakukan w ar taw an, dalam
menampilkan Dyta sebagai r esponden per empuan, dan sekaligus objek yang
didefinisikan, telah tampak sejak judul ber ita per tama.
Ser upa demikian KBBI menjelaskan, bahw a kata “gatal”, memiliki, ber agam
definisi, meskipun demikian jika melihat, konteks yang tampak, pada judul ter sebut,
maka kata “gatal” memi liki ar ti, suka atau ingin ber setubuh, yang sekaligus, digunakan
untuk mencaci maki (KBBI 2011:421). Mer ujuk pada ber agam, definisi ter sebut, maka
per lu dicer mati, bahw a secar a implisit, Dyta sebagai objek yang didefinisikan oleh
w ar taw an, tampil secar a negatif, dengan mencaci maki laki laki, jika tidak menur uti
keinginannya, dengan menyebut “kegatelan”. Pada par agr af per tama, konstr uksi ber ita
yang dibentuk w ar taw an, dalam menampilkan Dyta sebagai per empuan yang seolah olah
negatif, tampak ter us ber lanjut. Secar a implisit r angkaian kalimat yang terdapat pada
par agr af per tama, yang sekaligus ber fungsi sebagai lead, mencer itakan bahw a Dyta,
tidak mampu ber sikap sebagai pelajar yang ber pendidikan, dan lebih mengandalkan sisi
pengalaman emosional dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Selain Dyta
cender ung tampil sebagai per empuan yang emosional, r angkaian par agr af ter sebut, juga
tur ut memunculkan pihak selain cow oknya, yaitu seor ang cew ek, yang didefinisikan,
sebagai pihak yang mengganggu hubungan pacar annya.
12 Per lu dicer mati secar a mendalam bahw a, kendati keduanya, yaitu Dyta, sebagai
tokoh per empuan, yang melalui per nyataan emosi onalnya, justr u menampilkan dir inya
sendiri pada posisi yang kur ang baik, dan bahkan juga melalui penjelasannya,
menampilkan tokoh per empuan lain sebagai pihak yang menggoda hubungan
pacar annya, juga pada posisi yang r endah. Maka hal yang ber banding ter balik, justr u
tampak pada laki-laki , yang dikonstr uksi w ar taw an melalui per nyataan Dyta,
sebagaimana cender ung ambigu dan seolah olah pasif, ketika digoda.War taw an, seolah
olah tidak mengungkap secar a detail, apakah laki-laki juga mer espon per empuan lain
yang menggodanya, sehingga menyebabkan Dyta, har us member ikan per ingatan,
sebagaimana yang ter dapat pada judul, dan bahkan, hingga membuat Dyta nekat,
melakukan tindak keker asan, ter hadap per empuan lain, yang dianggap mengganggu
laki-laki ter sebut. Dengan kata lain, ambiguitas yang ter jadi dalam konstr uksi ber ita, yang
dibentuk w artaw an justr u secar a tidak langsung, menguntungkan laki-laki.
Mer unut keselur uhan teks ber ita per tama, maka per lu dipahami bahw a secar a
implisit, pada akhir nya konstr uksi ber ita yang ditampilkan w ar taw an sebagai subjek
pencer ita, juga cender ung melanggengkan per empuan, untuk tidak benar benar
mengalami emansipasi, sebagaimana menur ut ar ti sebenar nya, emansipasi, adalah
ger akan bebas dar i per budakan. Dyta pada akhir nya, tidak benar -benar bebas, dalam
menjalani kehidupannya, melainkan tetap kembali ber ada pada kondisi yang melayani
laki-laki. Pelayanan yang diber ikan kepada laki-laki, pada akhir nya ter samar kan, dibalik
sikap yang seolah olah melindungi pasangannya. Bahkan, pada konstr uksi ber ita, dalam
melindungi pasangannya, Dyta tidak segan-segan untuk melakukan tindak keker asan,
ter hadap per empuan lain.
Mer ujuk pada ber agam, ketimpangan yang ter jadi, maka, per lu dipahami, bahw a
secar a tidak langsung, teks ber ita yang ada, semakin melanggengkan pelabelan negatif
pada per empuan, yang kelak akan mensubor dinasi per empuan di masyar akat. Ser upa
dengan hal ter sebut, Vries menjelaskan bahw a, citr a bur uk per empuan yang emosional,
tidak r asional, lemah, cer ew et, pendendam, penggoda, dan sebagainya, secar a tidak
langsung telah menghakimi dan menempatkan per empuan pada posisi yang tidak
ber daya di masyar akat. Dengan label-label negatif seper ti itu, mustahil bagi per empuan,
untuk dapat memper oleh kedudukan yang sejajar dengan laki-laki dalam pandangan
masyar akat. Per empuan selalu akan ter tinggal di belakang kar ena dianggap memang
13 5.3.2. Posisi Pembaca
War taw an tampak masih mengajak khalayak untuk memposisikan dir i sebagai
per empuan. Hal demikian semakin jelas ketika, w ar taw an menampilkan ber ita yang
memuat kisah r esponden per empuan, yaitu Dyta. Pembaca seolah olah digir ing untuk
ikut mer asakan pengalaman Dyta, dalam melindungi pacar nya, dar i seor ang per empuan
penggoda, seper ti melabr ak. Secar a tesir at, adapun maksud dar i pengalaman Dyta yang
dikemas w ar taw an sebagai pemegang otor titas ter tinggi. Pembaca seolah olah diajak
untuk memahami bahw a, per empuan adalah makhluk penggoda, yang dapat mengancam
hubungan pacar an. Sebagaimana per empuan adalah makhluk penggoda, maka jangan
segan segan, untuk langsung melakukan tindak keker asan kepada per empuan yang
sedang mengganggu hubungan pacar an.
5.4. "Antar jemput pacar gue banget-@EvelynVanessa"
5.4.1. Posisi Subjek-Objek
Seper ti ber ita sebelumnya, di ber ita yang kedua, w ar taw an masih tampak
memegang per an sebagai subjek pencer ita. Per an w ar taw an sebagai subjek pencer ita,
secar a tidak langsung, tur ut memposisikan selur uh tokoh yang hadir dalam ber ita kedua,
sebagai objek yang dicer itakan, yaitu seor ang per empuan ber nama Evelyn Vanessa, dan
juga seor ang laki-laki, yaitu pacar Evelyn, yang tidak disebutkan namanya. Per lu
dicer mati secar a mendalam bahw a, selain masih ber per an sebagai subjek pencer ita,
seper ti pada ber ita per tama, hal ser upa dalam mengusung judul yang seolah-olah sar at
subor dinasi ter hadap per empuan, juga masih tampak diusung oleh w ar taw an. Secar a
implisit judul “Antar jemput pacar gue banget”, cender ung menonjolkan Evelyn sebagai
per empuan yang melayani, pacar nya. Bahkan lebih lanjut, tampilnya Evelyn untuk
melayani pacar nya, seolah olah bukan suatu hal yang menjadi kemauan laki-laki, tetapi,
lebih mer upakan inisiatif Evelyn, sebagaimana dapat dilihat dar i r angkaian kata
ber ikutnya, yaitu “gue banget”. Per lu dipahami, bahw a ketimpangan semakin jelas
ketika, w ar taw an yang mengusung tema emansipasi ber pacar an, seolah olah tidak
menganggap aktifitas Evelyn yang melayani pacar nya, sebagai suatu masalah yang
ber tentangan dengan emansipasi per empuan untuk lepas dar i per budakan.
Keter tindasan yang secar a implisit dialami Evelyn, dan seolah olah tidak menjadi
suatu masalah bagi w ar taw an, bahkan ter us ber lanjut pada lead ber ita kedua. Per lu
dicer mati secar a mendalam, bahw a ter jadi ketimpangan,yang disamar kan, ketika
w ar taw an sebagai subjek pencer ita, mencoba mengaitkan dan menselar askan hubungan,
antar a aktifitas tunggal yang dilakukan laki-laki dengan ser ing menjemput Evelyn, dan
14 tidak hanya menjemput, namun juga mengantar laki-laki. War taw an seolah olah
melanggengkan per budakan yang dialami per empuan, ketika Dyta har us menanggung
beban ganda yang mer ebut kebebasannya, dengan mengantar dan menjemput laki-laki .
Ketimpangan ter sebut, bahkan semakin ter samar kan, ketika di akhir par agr af per tama,
w ar taw an mencer itakan suatu kesimpulan yaitu, aktifitas yang sehar usnya, mer ugikan
Evelyn itu, justr u ber akhir dengan membuat Evelyn dan pacar nya saling pengertian.
Mengacu pada ber agam, ketidakadilan yang ter jadi, maka secar a tidak langsung,
melalui teks ber ita yang ada, w ar taw an telah melanggengkan ster eotipe yang, secar a
negatif mensubor dinasi per empuan. Ser upa dengan hal ter sebut Kasiyan
(Poespodihar djo 2010:52) menjelaskan bahw a dalam ster eotipe feminis, per empuan
ker ap digambar kan oleh media, secar a negatif dalam pr oses yang ber langsung panjang
secar a kultur al. Per empuan ker ap digambar kan melalui sifat negatif seper ti emosional,
lemah, halus, tidak independen, tidak tegas, dan submisif. Sedangkan di sisi lain, media
justr u member ikan ster eotip kepada laki-laki dengan makna positif seperti r asional,
tegar , kuat, mandir i, tegas, independen, ser ta dominan.
5.4.2.Posisi Pembaca
Tidak ber beda dengan ber ita sebelumnya, w ar taw an tampak, masih mengajak
khalayak untuk memposisikan dir i sebagai per empuan. Hal ter sebut tampak jelas, ketika
w ar taw an masih menampilkan kisah per empuan. Sebagai per empuan, khalayak digir ing
untuk tur ut mer asakan dan memahami, bahw a mengantar dan menjemput pacar , dapat
menjadi identitas dir i seor ang per empuan. Bahkan tidak per lu khaw atir ketika
mengantar jemput laki-laki, akan dianggap memalukan, kar ena mengantar dan
menjemput sudah menjadi suatu hal yang lumr ah, dan tr en bagi per empuan, di sekolah.
Adapun maksud dar i pemapar an yang ditampilkan w ar taw an, dalam teks ber ita
ter sebut, bahw a secar a ter sir at, jika ingin menjadi per empuan yang penger tian ter hadap
laki-laki, maka hendaknya per empuan mengambil inisiatif sendir i untuk membalas budi
laki-laki. Dalam membalas budi ter hadap laki-laki, jangan r agu untuk menunjukkan sikap
yang lebih, dar i apa yang selama ini telah dilakukan laki-laki ter hadap per empuan. Jika
laki-laki, selama ini telah menjemput per empuan, maka sekar anglah saatnya per empuan,
untuk tidak hanya membalasnya dengan menjemput saja, tetapi juga mengantar laki-laki.
5.5. "Nggak untuk antar jemput dan nembak- @EndahTriMartaNingrum"
5.5.1.Posisi Subjek-Objek
Seper ti dua ber ita sebelumnya, ber ita ketiga, tampak memiliki kesamaan, dalam
menempatkan w ar taw an sebagai subjek pencer ita, dan sekaligus menempatkan kedua
15 yang dicer itakan. Kendati secar a ber sama ditempatkan sebagai objek, namun per lu
dicer mati bahw a per empuan, pada akhir nya seolah olah kembali dilanggengkan untuk
tampil sebagai pihak yang ter subor dinasi.
Ber agam kalimat per nyataan Endah yang ditampilkan w ar taw an, seolah olah
mengulang pola yang sama dengan dua ber ita sebelumnya, yaitu per empuan cender ung
memaknai emansipasi dengan melayani laki-laki. Mengacu pada definisi emansipasi yang
sesungguhnya, yaitu sebagai suatu ger akan yang bebas dar i per budakan, maka per lu
dipahami bahw a, pola w ar taw an yang tetap menampilkan, per empuan sebagai objek
yang melayani laki laki, secar a tidak langsung telah melanggengkan per empuan, untuk
ber ada di baw ah dominasi laki-laki, dan tidak benar benar lepas dar i per budakan, ser ta
bahkan tur utditampilkan sebagai suatu aktifitas yang tidak membuat har ga dir i
per empuan menjadi r endah.
Par agr af ketiga, sekaligus penutup, tampak tidak jauh ber beda dengan dua
par agr af sebelumnya. War taw an sebagai subjek pencer ita masih tampak, menampilkan
teks yang sar at dengan subor dinasi per empuan.
Ser upa demikian Lakoff (Kuntjar a 2003:3-4) menjelaskan bahw a, kaum
per empuan mengalami diskr iminasi dalam dua hal, per tama, dalam hal bagaimana
mer eka diajar untuk ber bahasa, dan kedua, dalam hal bagaimana bahasa pada umumnya
memper lakukan kaum per empuan. Lebih lanjut Lakoff menjelaskan bahw a, misalnya
saja, kata “lady”, secar a tidak langsung ker ap mendikte per empuan untuk selalu ber sikap
sopan dan lemah lembut, yang sekaligus menunjukkan ketidakber dayaan per empuan.
Bahkan apabila seor ang yang dikatakan “lady” tidak ber bicar a sebagaimana mestinya,
maka mer eka ker ap dikr itik sebagai tidak feminim. Dengan kata lain, mer ujuk pada
per spektif ter sebut, maka kebebasan yang ditaw arkan oleh w ar taw an, kepada khalayak
per empuannya untuk secar a leluasa mener apkan emansipasi, pada akhir nya tetap “Cew ek yang ngefans sama Endah n Rhesa itu ber pendapat bahw a
ngasih per hatian lebih ke cow ok sebagai bentuk emansipasi dalam ber pacar an adalah hal yang bisa bikin har ga dir i sebagai cew ek nggak ikut jatuh.”
"Lebih baik ber emansipasi dengan nger aw at dia w aktu sakit dong, nyuapin dia makanan, atau menemani dia di r umah w aktu sakit. Itu lebih ter hor mat dan elegan, ucap Endah”.
16 ber akhir dengan pengekangan pada kebebasan per empuan, sebagaimana diasosiasikan
sebagai kaum yang tidak ber daya.
5.5.2.Posisi Pembaca
Hal demikian menjadi jelas, ketika di ber ita ketiga, w ar taw an memuat kisah
r esponden per empuan, yaitu Endah. Lebih lanjut, war taw an bahkan mengajak khalayak,
untuk tur ut mer asakan aktifitas yang dijalani Endah dalam melayani pacar nya sebagai
suatu per buatan yang elegan dan ter hor mat bagi per empuan, seper ti mer aw at saat sakit,
menyuapkan makanan, dan menemani di r umah sakit.
Secar a implisit, terdapat maksud tertentu dar i w ar taw an yang ter dapat pada teks
ber ita ter sebut. Sebagai per empuan, hendaknya memiliki inisiatif pribadi, dengan
member i per hatian lebih kepada laki-laki, jika ingin ber mansipasi. Jangan khaw atir , jika
member i per hatian kepada laki-laki, kar ena hal ter sebut, tidak mer endahkan har ga dir i
per empuan. Adapun beber apa contoh per hatian yang mampu membuat per empuan
menjadi elegan dan ter hor mat, ketika melayani laki-laki, yaitu mer aw at laki-laki saat
sakit, menyuapkan makanan, dan menemani laki-laki di r umah sakit.
5.6. Statistik ResponDet Edisi Hari Kartini
5.6.1. Posisi Subjek-Objek
War taw an sebagai subjek pencer ita, masih tampak pada papar an data statistik
ResponDet Edisi Har i Kar tini. Tampilnya w ar tawan sebagai subjek pencer ita, secar a
tidak langsung membuat dua tokoh lainnya, yaitu laki-laki, dan per empuan yang
ter dapat pada statistik, menjadi objek pencer itaan. Per lu dicer mati lebih mendalam,
bahw a kendati per empuan, dan laki-laki secar a ber sama sama ditampilkan sebagai
objek, namun demikian, r esponden per empuan, cender ung lebih ditampilkan secar a
tidak adil dibandingkan laki-laki.
Secar a ter sir at w ar taw an tampak, seolah olah membiaskan penger tian
emansipasi, ketika menanyakan bentuk emansipasi yang per nah dilakukan dalam
ber pacar an. Hal ter sebut, bahkan semakin jelas ketika w ar taw an, cender ung mengajukan
pilihan jaw aban, yang ber tentangan dengan definisi emansipasi sesungguhnya, sebagai
suatu ger akan untuk bebas dar i per budakan. Dengan kata lain pilihan jaw aban yang
ditampilkan oleh w ar taw an, seolah olah cender ung memaknai emansipasi, sebagai suatu Bentuk emansipasi yang per nah kamu lakukan dalam
ber pacar an? (3 ter tinggi) Antar jemput pacar 39,3% Nembak duluan 24,3%
17 aktifitas yang membebaskan per empuan, untuk mengambil inisiatif pr ibadi melayani
laki-laki.
Responden per empuan, sebagai salah satu pihak yang ter libat, dalam pemilihan
polling, bahkan seolah olah cender ung dibatasi, untuk memi lih pilihan jaw aban ter sebut.
Hal demikian jelas, ketika mengetahui bahw a metode closed quest ion yang digunakan,
diper untukkan untuk membatasi kemungkinan jaw aban dar i r esponden, khususnya
per empuan untuk memaknai emansipasi menur ut gagasan pribadi r esponden
per empuan. Ser upa dengan hal ter sebut, Hill&McCor mack menjelaskan bahw a “Closed
quest ions ar e designed t o limit r espondent s t o a pr e-det er mined select ion of alt er nat ive
answer s, t hus avoiding many of t he difficult ies associat ed wit h open-ended quest ions
(Per tanyaan ter tutup dir ancang untuk membatasi r esponden untuk pilihan yang telah
ditentukan alter natif jaw aban, sehingga menghindar i banyak kesulitan yang
ber hubungan dengan per tanyaan-per tanyaan ter buka) (Hill&McCor mack 1997:71).
5.6.2. Posisi Pembaca
Data statistik ResponDet yang dipapar kan w ar tawan sebagai subjek pencer ita,
secar a ter sir at mengajak khalayak untuk memposisikan dir i sebagai per empuan. Hal
demikian semakin jelas, ketika dalam pilihan jaw aban yang ditampilkan w ar taw an,
cender ung ditujukan bagi per empuan, sebagaimana di lead ber ita, disebutkan w ar taw an
bahw a, ber agam kegiatan ter sebut dilakukan oleh per empuan. Khalayak lebih lanjut
seolah olah digir ing, untuk tur ut mer asakan, bahw a ketika sedang mer ayakan
emansipasi, per empuan cender ung mengantar dan menjemput pacar nya, menyatakan
cinta ter lebih dahulu kepada pacar , dan juga memper baiki gadget yang r usak. Secar a
ter sir at, adapun maksud yang seolah olah ingin dipapar kan w artaw an melalui data
statistik ter sebut, yaitu per empuan, seolah olah cender ung memilih untuk melayani
laki-laki ketika diber ikan pilihan ter baik yang dilakukan, saat memaknai emansipasi
ber pacar an.
5.7. Interpretasi Pada Rubrik Deteksi Jawa Pos Edisi Hari Ibu 22 Desember
2012
5.7.1. Ibu sang Pahlawan ( Judul Utama Rubrik ‘DetEksi’ Edisi Hari Ibu 22
Desember 2012) & Lead Berita
5.7.1.1. Posisi Subjek-Objek
Judul utama r ubr ik DetEksi “Ibu sang Pahlaw an”, secar a eksplisit
memper lihatkan, bahw a w ar taw an sebagai subjek pencer ita, mengkonstr uksi
18 Ser upa demikian KBBI menjelaskan bahw a, kata “pahlaw an” memiliki definisi, or ang
yang menonjol kar ena keber anian dan pengor banannya dalam membela kebenar an;
pejuang yang gagah ber ani (KBBI 2011:999). Sejar ah penetapan har i ibu, dan
kepahlaw anan per empuan, yang ber ani, tulus, dan dimuliakan, memang memiliki
keter kaitan yang sangat er at. Ibu dalam sejar ah penetapan har i ibu, tampak dengan
gagah ber ani, memper juangkan hak hak kaum per empuan, di “r uang publik”, kendati
telah ber status sebagai istr i.
Ser upa dengan hal ter sebut, Pr inggodigdo&Shadily menjelaskan bahw a, seir ing
dengan semakin gencar nya per juangan kaum per empuan, Per ser ikatan Per himpunan
Istr i Indonesia (PPII), yang sekaligus menjadi penyelenggar a KPI kedua di Jakar ta Juli
1935. Pada saat itu bahkan menghasilkan beber apa keputusan penting, seper ti misalnya:
KPI ber dasar kan r asa kebangsaan, peker jaan sosial, netr al ter hadap agama. Kedudukan
per empuan menur ut hukum Islam akan diselidiki dan diusahakan per baikan tanpa
menyinggung agama Islam. Per empuan Indonesia sebagai "ibu bangsa" ber kew ajiban
menginsyafkan gener asi bar u akan tugas tugas kebangsaannya. Badan Penyelidikan
Per bur uhan Per empuan akan didir ikan. Pember antasan buta hur uf dan hubungan
dengan per himpunan per himpunan pemuda/ pemudi akan diusahakan oleh tiap
per kumpulan yang ber gabung dengan KPI (Pringgodigdo&Shadily 1973:583).
Pada par agr af selanjutnya, ambiguitas mulai muncul, ter utama ketika teks yang
ditampilkan, justr u menunjukkan tidak konsistennya gagasan w ar taw an yang bahkan,
cender ung ber bias gender . Ibu sebagai tokoh yang sebelumnya ditampilkan pada posisi
yang tinggi, dengan cender ung didefinisikan sebagai pahlaw an yang dimuliakan, tulus,
ber juang tanpa pamr ih, dan bahkan pember ani untuk mengemukakan pendapatnya di
r uang publik, sebagaimana ter cer min dalam sejar ah penetapan har i ibu, justr u tidak
ber lanjut pada kalimat ber ikutnya.
KBBI menjelaskan bahw a kata “Banyak”, memiliki ar ti besar jumlahnya; tidak
sedikit (KBBI 2011:138). Kemudian kata “banget” menur ut KBBI memiliki definisi sangat
(KBBI: 2011:132). Mengacu pada definisi ter sebut, maka pengor banan, yang dalam hal
ini dilakukan seor ang Ibu dan bahkan dikatakan sangat banyak, pada akhir nya justr u
tidak ber banding lur us dengan gagasan w ar tawan, sebagaimana hanya dinilai dan
diasosiasikan dalam 3 hal, yaitu secar a biologis sebagaimana dikatakan dengan
mengandung, dan melahir kan, bahkan kemudian dikaitkan dan dianggap hanya memiliki
per an untuk mer aw at anaknya hingga dew asa. Ser upa dengan hal ter sebut, Ar ivia Banyak banget yang ibu kor bankan buat kita. Mulai
19 menjelaskan bahw a, feminisme menantang pandangan konser vatif yang meminggir kan
per empuan dan pendapat-pendapat yang mengacu pada per anan per empuan yang
kodr atiah dan esensialis. Konsep gender disini menjadi penting kar ena mengacu pada
soal konstr uksi sosial dan budaya, yang mengimplikasikan bahw a per anan laki-laki dan
per empuan bukan ber asal dar i yang kodr atiah / esensial, tetapi dar i str uktur sosial, dan
nor ma-nor ma budaya (Ar ivia 2006:95-96).
Mer unut pada ber agam bias yang ter jadi pada teks, dan ber bagai per spektif
feminis yang menentang, ketika per empuan, cender ung dinilai secar a biologis, dan
kemudian dikaitkan dengan beban per an tertentu. Maka per lu dipahami, bahw a secar a
keselur uhan, tokoh ibu yang sedang dibahas dalam judul utama dan lead ber ita, pada
akhir nya, cender ung ditampilkan pada posisi r endah sebagai objek, oleh w ar taw an yang
ber per an sebagai subjek pencer ita.
5.7.1.2. Posisi Pembaca
War taw an secar a keselur uhan, tampak mengajak khalayak untuk memposisikan
dir inya sebagai per empuan, khususnya ibu. Hal demikian, semakin ter lihat ketika ‘Ibu
sang Pahlaw an’, menjadi judul utama pember itaan yang diusung w ar taw an. Lebih lanjut,
di lead ber ita, sebagaimana khalayak diposisikan sebagai ibu, maka pembaca juga tur ut
digir ing oleh w ar taw an, untuk tur ut mer asakan, besar nya kasih dan pengor banan ibu,
sebagaimana telah hamil, melahir kan, dan mer aw at anaknya hingga dew asa. Secar a
keselur uhan, adapun maksud ter sir at, dar i konstr uksi teks ber ita yang ditampilkan
w ar taw an ter sebut. Sebagai per empuan, menjadi ibu adalah suatu hal yang
membanggakan, dan menunjukkan sikap kepahlaw anan seor ang per empuan. Rasa
bangga per empuan, ketika menjadi seor ang ibu, bahkan dapat dilihat, dalam kasih dan
pengor banan yang tulus kepada anaknya, seper ti mulai mengandung, melahir kan, dan
mer aw at anak hingga dew asa.
5.8. Kejutan Spesial di Hari Ibu
5.8.1. Posisi Subjek-Objek
Ber ita per tama di r ubr ik DetEksi edisi har i Ibu, secar a keselur uhan, masih
menempatkan w ar taw an sebagai subjek pencer ita, yang memiliki otor itas ter tinggi
untuk mencer itakan dua tokoh per empuan sebagai objek, yaitu Nimas Ror o, dan juga
ibunya yang namanya tidak disebutkan dalam ber ita. Sebagai objek pencer itaan, maka
secar a keselur uhan Nimas, dan juga ibu, pada akhi r nya cender ung tampil sebagai pihak
yang sar at dengan subor dinasi. Subor dinasi yang tampak pada kedua objek pencer itaan,
20 Pada par agr af per tama ter sebut, per nyataan Nimas yang ditampilkan w ar taw an,
secar a implisit, sar at dengan kondisi yang dibebankan pada seor ang ibu, sebagaimana
juga menjadi per hatian dalam feminisme. Bahkan, jika dicer mati secar a mendalam, bias
gender tampak ter sir at, saat seor ang ibu, dinilai istimew a dan menjadi pahlaw an, ketika
secar a dominan mampu mer aw at anaknya. Lebih lanjut, per an seor ang ibu, seper ti selalu
hadir untuk anaknya, ter utama ketika anaknya sedang sakit, dikondisikan untuk selalu
sabar , seolah olah senada dengan gambar an yang ker ap lekat pada kar akter istik per an
yang dikonstr uksi dalam masyar akat, ter utama masyar akat yang menganut ideologi
patr iar ki, mengenai per empuan. Ser upa dengan hal ter sebut, Sir egar menjelaskan bahw a
per empuan ker ap menghayati citr a yang dianut laki-laki. Beber apa contoh, misalnya
bahw a per empuan har us: sabar , penyayang, pandai mengur us suami, anak-anak, dan
r umah tangga, ser ta har us siap melayani siapa saja (Sir egar 1999:1). Di sisi lain
per nyataan Nimas yang ditampilkan w ar taw an, bahw a ibu selalu ada untuknya, secar a
ter sir at, mendefinisikan, bahw a Nimas adalah per empuan yang tidak mandir i.
Ketidakmandir ian Nimas yang ditampilkan w ar taw an, secar a tidak langsung tur ut
melanggengkan per empuan, untuk ser upa dengan anggapan masyar ar akat yang
ber ideologi bias gender . Senada demikian, Mur niati menjelaskan bahw a, dalam
masyar akat yang masih ber ideologi bias gender , per empuan sulit menjadi pr ibadi yang
mandir i, sebagaimana selalu dihubungkan dengan keter gantungan pada keluar ga
(Mur niati 2004:111).
5.8.2. Posisi Pembaca
War taw an tampak mengajak khalayak untuk menempatkan dir i sebagai
per empuan, di ber ita per tama r ubr ik DetEksi edisi har i Ibu. Hal ter sebut semakin jelas,
ketika w ar taw an, menampilkan kisah dar i r esponden per empuan, yaitu Nimas. Sebagai
per empuan, khalayak diajak untuk tur ut mer asakan, pengalaman menar ik yang dialami
Nimas, saat ingin member i kejutan kepada ibu yang dinilainya sebagai pahlaw an, kar ena
selalu ada untuk Nimas, dan bahkan selalu sabar ketika menghadapi Nimas. Adapun
kejutan Nimas telah diper siapkan selama satu minggu dengan menyisihkan uang jajan,
dan menabung, untuk membeli kado dan kue, tepat sehar i sebelum har i ibu. Secar a
keselur uhan, adapun maksud ter sir at, dar i konstr uksi teks ber ita yang ditampilkan
w ar taw an ter sebut. Sebagai per empuan, khalayak diajak untuk memahami, bahw a
keter gantungan ter hadap ibu adalah suatu hal yang w ajar . Ter utama juga dapat
dipahami, bahw a ibu sebagai per empuan, adalah sosok yang lebih sabar ketika Buat Nimas Ror o, sisw i SMAN 4 Sur abaya, Ibu adalah pahlaw an. "Iya, ibu
21 menghadapi, anaknya saat sakit. Bahkan sebagai sosok yang sabar , dan selalu ada untuk
anaknya, maka ibu secar a ideal, dapat dikatakan sebagai pahlaw an.
5.9. Merawat Ibu saat Sakit
5.9.1.Posisi Subjek - Objek
Per an w ar taw an sebagai subjek pencer ita, di ber ita kedua secar a tidak langsung,
tur ut mempengar uhi tampilnya tokoh per empuan ber nama Fatimah, dan ibunya sebagai,
objek yang dicer itakan ser ta sekaligus sar at dengan subor dinasi. Subor dinasi yang
secar a ter sir at dialami oleh Fatimah dan ibunya dapat dicer mati pada par agr af per tama.
Secar a implisit, subor dinasi ter hadap Fatimah, telah tampak ketika w ar taw an,
member i penjelasan pengor banan ter besar , yang per nah dilakukan Fatimah adalah
mer aw at ibunya saat sakit. KBBI menjelaskan bahw a pengor banan memiliki definisi
member ikan sesuatu sebagai per nyataan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya (KBBI
2011:733). Lebih lanjut, pengor banan yang diber ikan Fatimah dalam teks ber ita,
bukanlah pengor banan yang biasa, melainkan pengor banan yang paling besar . Mengacu
pada ber agam definisi ter sebut, maka ketimpangan semakin tampak, ketika w ar taw an
cender ung mengaitkan dan menampilkan pengor banan ter besar yang dilakukan
Fatimah dengan per annya di r anah domestik, yaitu mer aw at ibunya saat sakit. Ser upa
demikian, Ar ivia menjelaskan bahw a budaya patr iar ki, tur ut ber per an untuk
melestar ikan, dan memper tahankan dominasinya, melalui sosialisasi per an mengenai,
mitos mitos ibu yang dibebankan, sejak dini pada anak per empuan, seper ti misalnya
tur ut melegalkan dikotomi bidang publik, yang ber ur usan dengan dunia luar r umah
tangga, dan dunia pr ivat yang ber ur usan di dalam r umah tangga. Kedua dunia ini
dipisahkan, melalui adanya pembagian per an dalam dunia ker ja. Misalnya laki-laki
ber ur usan dan ber kecimpung dalam r uang publik, dan di sisi lain, per empuan cender ung
dibatasi dalam dunia pr ivat (Arivia 2006:454) .
Ber agam ketimpangan, yang ditampilkan w ar tawan sebagai subjek pencer ita,
tidak hanya mensubor dinasi Fatimah saja, tetapi juga ibunya. Secar a implisit, per nyataan
Fatimah, yang ditampilkan w ar taw an, tur ut menjelaskan bahw a, ibu sebagai pahlaw an
yang sar at dengan per juangan gagah ber ani, pada akhir nya justr u ber banding ter balik, Ber beda dengan Nimas, Fatimah punya pengalaman lain. Yap Fatimah
22 sebagaimana cender ung lemah, dan tidak ber daya secar a fisik, sehingga tidak mampu
melakukan aktifitasnya. Ketidakber dayaan dan lemahnya fisik ibu, bahkan secar a
ter sir at, dijelaskan dalam detail kr onologi aktifitas Fatimah, yang ditampilkan w ar taw an.
Sebagaimana, ibu tidak mampu membuatkan makanan, sehingga Fatimah har us
membuatkan makanan, ibu tidak mampu mengur us obatnya sendir i, sehingga Fatimah
har us mengur us obatnya, dan bahkan yang ter akhir , ibu tidak mampu menyelesaikan
peker jaan r umah, sehingga Fatimah yang menggantikannya.
5.9.2. Posisi Pembaca
War taw an tampak masih mengajak khalayak untuk memposisikan dir inya
sebagai per empuan. Indikasi ter sebut semakin jelas, ketika di ber ita kedua, w ar taw an
menampilkan kisah yang dialami per empuan, yaitu Fatimah, dalam membalas
pengor banan yang telah dilakukan ibunya. Mer unut pada keselur uhan teks ber ita yang
ditampilkan w ar taw an, dan sekaligus menempatkan khalayak sebagai per empuan, maka
per lu dipahami, bahw a ter dapat maksud ter sir at yang ingin disampaikan. Sebagai
per empuan, per lu dipahami bahw a pengor banan per empuan yang ter besar , adalah
ketika mampu melakukan per annya di r anah domestik, seper ti mer aw at ibu saat sakit.
5.10. Mendamaikan Ibu dan Ayah
5.10.1. Posisi Subjek-Objek
Ber ita ketiga di r ubr ik DetEksi, edisi har i ibu, sekaligus ber ita ter akhir , tampak
masih didominasi oleh w ar taw an yang ber per an sebagai subjek pencer ita, dan sekaligus
menempatkan tiga tokoh sebagai objek pencer itaan, yaitu dua per empuan Igga serta
ibunya, dan seor ang laki-laki yaitu ayah Igga. Seper ti dua ber ita sebelumnya, per empuan
masih tampil sebagai pihak yang sar at dengan subor dinasi. Subor dinasi yang dialami
pada dua tokoh per empuan, dapat dicer mati pada tampilan teks ber ita, yang dimuat
w ar taw an.
Secar a ter sir at bentuk subor dinasi yang dilanggengkan dan ditampilkan
w ar taw an, dengan memuat per nyataan Igga, mulai tampak ketika, w ujud pengor banan
Igga, pada akhir nya cender ung dikonstr uksi war taw an, sebagai pengalaman yang
menar ik. Bentuk subor dinasi ter sebut, semakin ber lanjut, ketika keber anian dan per an
positif Igga, dalam mendamaikan Ayah dan Ibunya, cender ung samar , kar ena w ar taw an Igga punya pengalaman menar ik soal ber kor ban untuk ibunya. Pada
23 seolah olah kur ang ter tar ik, untuk mengungkapkan secar a detail, w ujud usaha yang
dilakukan Igga. Tidak ber beda dengan Igga, ibu juga cender ung ber ada di posisi yang
r endah, yaitu sebagai pihak yang kalah dan emosional. Ibu bahkan, pada akhir nya hanya
bisa mer atapi kekalahannya, dengan menangis. Kekalahan ibu, yang kemudian hanya
ber lanjut, dengan menangis, secar a implisit, cender ung ber beda dengan, definisi ibu
sebagai pahlaw an, dan bahkan ber banding ter balik, dengan sejar ah ditetapkannya har i
ibu, sebagaimana sar at dengan keber anian, dan per juangan per empuan, yang bahkan
memiliki pengar uh di r uang publik. Di sisi lain, meskipun Ayah dalam teks ter sebut,
ditampilkan mengalah, namun per lu dipahami bahw a, mengalah dalam definisi KBBI
ber ar ti sengaja untuk kalah (KBBI 2011:606). Dengan kata lain, sikap mengalah yang
ditampilkan seor ang ayah, justr u menjelaskan bahw a, Ayah adalah tokoh yang secar a
bijaksana, mau mer espon usaha ter tentu yang dilakukan anaknya.
Secar a keselur uhan, Ber agam nilai-nilai bias gender , dan sar at ster eotipe, yang
ditampilkan w ar taw an sebagai subjek pencer ita ter hadap ibu, secar a implisit tur ut
melanggengkan per empuan, khususnya ibu untuk ber ada dalam subor dinasi. Ser upa
demikian, Sunar to (Poespodihar djo 2010:15) menjelaskan bahw a, media ker ap,
melekatkan per empuan dalam suatu ster eotipe, yang timpang, seperti per an per empuan
sebagai ibu r umah tangga, posisi sosial sebagai pendamping laki-laki, dan pengasuh
anak, ser ta sifat per sonal sebagai per empuan emosional, pengalah, dan pasif.
5.10.2. Posisi Pembaca
War taw an tampak, masih mengajak khalayak untuk menempatkan dir i sebagai
per empuan. Hal demikian, semakin jelas, ket ika w ar taw an menampilkan kisah
r esponden per empuan, yaitu Igga. Sebagai per empuan, khalayak tur ut diajak untuk
mer asakan, pengalaman Igga yang sangat dekat, dengan ibunya. Lebih lanjut, khalayak
digir ing untuk ikut mer asa iba, saat Igga melihat Ibunya, yang hanya bisa menangis,
ketika ber tengkar dengan Ayah. Secar a keselur uhan, dapat dicer mati, bahw a ter dapat
maksud ter sir at, yang dar i konstr uksi teks ber ita yang ditampilkan w ar taw an. Sebagai
per empuan, khalayak dituntun untuk memahami, bahw a, ibu adalah sosok yang
emosional, dan bahkan hanya bisa menangis saat, kalah dalam ber bantah dengan ayah.
Adapun sebagai anak per empuan, jangan r agu saat i ngin mendamaikan ayah dengan ibu,
sebab Ayah, adalah sosok yang bijak dalam mengambil keputusan, ter utama ketika
24 5.11. Statistik ResponDet Edisi Hari Ibu
5.11.1. Posisi Subjek-Objek
Tidak ber beda dengan analisis pada ber ita, tampilnya w ar taw an sebagai subjek
pencer ita di papar an data statistik r espondet har i ibu, secar a tidak langsung, membuat
selur uh r esponden yang ter libat, pada polling, yaitu laki-laki dan per empuan, tampil
sebagai objek pencer itaan. Per lu dicer mati bahw a meskipun secar a ber sama sama
ditampilkan sebagai objek yang ber kesempatan untuk mengikuti polling. Namun
demikian, ketimpangan ter lihat ketika, per tanyaan yang diajukan w ar taw an, seolah olah
tur ut melanggengkan per empuan, khususnya ibu untuk ber ada pada posisi yang
disubor dinasi.
KBBI menjelaskan bahw a r eaksi memiliki ber agam definisi, kendati demikian,
melihat pada konteks per tanyaan yang diajukan war taw an, maka r eaksi senada dengan
penger tian tanggapan atau r espons ter hadap suatu aksi (KBBI 2011:1150). Per lu
dipahami, bahw a satu diantar a tiga pilihan jaw aban yang diber ikan w artaw an, secar a
implisit, tur ut melanggengkan ketidakadilan gender , yang sar at subor dinasi ter hadap
per empuan. Reaksi ibu, ketika hanya bisa menangis ter har u, ketika menyadar i anaknya
telah melakukan pengor banan, seolah olah cender ung menampilkan bahw a per empuan,
yaitu ibu adalah sosok yang cengeng. Ser upa demikian Ghalib&Anshor menjelaskan
bahw a ketidakadilan gender ker ap ter jadi, saat sosialisasi kepr ibadian nilai nilai yang
dikondisikan pada per empuan, sebagaimana har us dengan kepr ibadian yang feminim,
seper ti lemah lembut, halus, penyayang, dan cengeng (Ghalib&Anshor 2010:68).Tidak
hanya ibu, yang secar a ter sir at tampak ditampilkan secar a timpang oleh w ar taw an.
Responden per empuan yang mew akili suar a per empuan, juga mengalami ketidakadilan
yang sama, ter utama ketika, per lu dipahami, bahw a dengan metode closed question,
yang digunakan w ar taw an, r esponden per empuan tidak memiliki kebebasan, untuk
memilih r eaksi yang dilakukan tokoh per empuan lain, yaitu ibu, ketika menyadar i
per ngor banan anaknya.
5.11.2. Posisi Pembaca
War taw an sebagai subjek pencer ita, cender ung mengajak khalayak untuk
memposisikan dir inya sebagai per empuan, yaitu ibu. Lebih lanjut, hal ter sebut semakin
jelas, ketika w ar taw an tur ut menggir ing khalayak untuk mer asakan, bahw a ketika
seor ang ibu menyadar i pengor banan yang dilakukan seor ang ibu, maka kemudian ibu Bagaimana r eaksi ibumu?
Mendoakan 49%
25 cender ung mer esponnya dengan mendoakan, menangis ter har u, dan menangis. Secar a
keselur uhan, adapun maksud ter sir at yang ingin disampaikan w ar taw a pada data
statistik r esponden, yaitu seor ang ibu, adalah sosok yang tidak mampu member ikan
r espon yang lebih kepada anaknya. Ibu ber beda dengan Ayah, kar ena ibu hanya bisa
mendoakan, menangis ter har u, dan ter kejut, ketika membalas budi anaknya.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Saat melakukan penelitian Analisis Wacana Kr itis Sar a Mills, pada r ubr ik DetEksi,
peneliti mendapatkan beber apa kesimpulan:
1. Subor dinasi per empuan tampak menjadi w acana pada r ubr ik DetEksi Jaw a Pos,
melalui pemosisian per empuan, sebagai objek dalam komer sialisasi "r uang
publik".
2. Pemosisian per empuan yang sar at dengan subor dinasi, tampak pada:
a. Tema Pember itaan yang ditampilkan oleh r ubr ik DetEksi Jaw a Pos.
b. Teks ber ita yang memuat 6 kisah Responden per empuan.
c. Beber apa per tanyaan dan pilihan jaw aban yang diajukan pada r esponden,
sebagaimana dapat dilihat dalam data statistik r esponden.
3. Subor dinasi per empuan yang seolah olah dilanggengkan r ubr ik DetEksi, tur ut
menunjukkan bahw a r ubr ik DetEksi, bukanlah r ubr ik yang netr al.
4. "Ruang Publik" yang difasilitasi oleh r ubr ik DetEksi, sar at dengan inter vensi,
sedangkan r esponden atau khalayak, tidak diber ikan kebebasan untuk membentuk
opininya sendiri.
6.2. Saran
Ber kaitan dengan penelitian w acana subor dinasi per empuan dalam
komer sialisasi "r uang publik", maka sar an yang dapat diber ikan peneliti adalah:
1. Sebagai suatu kar ya jur nalistik, yang digemar i oleh tar get pembaca dengan usia
r elatif muda, maka r ubr ik DetEksi, hendaknya mensosialisasikan nilai-nilai gender
26 2. Sebagai suatu kar ya jur nalistik, yang memfasilitasi "r uang publik" bagi
pembacanya, maka hendaknya r ubr ik DetEksi member ikan kebebasan bagi
r esponden untuk, benar benar leluasa mengemukakan pendapatnya, tanpa
diinter vensi.
DAFTAR PUSTAKA
Administr ation, Feder al Aviation.2009. Pilot 's Handbook of Aer onaut ical Knowledge.
Washington: United States Gover ment Pr inting Office.
Ar ivia, Gadis. 2006. Feminisme: Sebuah Kat a Hat i. Jakar ta: Kompas Media Nusantar a.
Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.
Er iyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengant ar Analisis Teks Media. Yogyakar ta: LKiS.
Ghalib, Abdullah& Ulfah,Mar ia.2010. Par ent ing wit h Love. Bandung: Pener bit Mizania.
Gr amedia Pustaka Utama.
Har diman, Budi F. 2005. Ruang Publik. Yogyakar ta: Kanisius.
Hill, Elizabeth& Mc Cor mack,Br enda. 2007. Conduct ing a Sur vey: The Spss Wor kbook.
London: Inter national Thomson Business Pr ess.
Jackson, Stevi dan Jones, Jackie. 2009 . Pengant ar Teor i-Teor i Feminis Kont empor er.
Yogyakar ta: Jalasutr a
Kuntjar a, Esther .2003. Gender , Bahasa, Dan Kekuasaan. Jakar ta: Gunung Mulia.
Mc Quail, Denis. 2011. Teor i Komunikasi Massa. Jakar ta: Salemba.
Mur niati, Nunuk.2004. Get ar Gender , Buku Per t ama. Magelang: Yayasan Indonesia Ter a.
Nur udin. 2007. Pengant ar Komunikasi Massa. Jakar ta: Rajaw ali Per s.
Poespodihar djo, Widodo. 2010. Beyond Bor der s Communicat ion Moder nit y & Hist or y.
Jakar ta: STIKOM The London School of Public Relations.
Pr inggodigdo, A.G dan Shadily, Hassan.1973. Ensiklopedi Umum. Yogyakar ta:Kanisius.
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakar ta: PT
27 Tebba, Sudir man. 2005. Jur nalist ik Bar u. Jakar ta: Kalam Indonesia.
Wiliam-de Vr ies.2006. Gender bukan t abu Cat at an per jalanan fasilit asi kelompok
per empuan di Jambi. Bogor :Center for International For estr y Resear ch.
Sumber Lain
Dee/ Kkn. 2010. ‘DETEKSI’ DECADE.Jaw a Pos. Sur abaya diunduh pada 5 Januar i 2013
pukul 19.00 WIB
http:/ / w ww .bps.go.id/ tab_sub/ view .php?kat=1&tabel=1&daftar =1&id_subyek=27¬a
b=36 diunduh pada 17 September 2012 pukul 19.30 WIB
http:/ / w ww .deplu.go.id/ Lists/ News/ DispFor m.aspx?ID=5207&l=en diunduh pada 12
Desember 2012 pukul 09.20 WIB
http:/ / female.kompas.com/ r ead/ 2012/ 02/ 10/ 11491514/ 3.Manfaat.Cinta.Buku.untuk.S
i.Kecil diunduh pada 17 September 2012 pukul 19.40 WIB
http:/ / w ww .indopos.co.id/ index.php/ index-catatan-don-kar dono/
17340-pembaca-muda-sur abaya-jadi-inspir asi.html diunduh pada 18 September 2012 pukul
08.34 WIB
http:/ / w ww .jaw apos.com/ new s/ new s_detail.php?id_cnew s=45 diunduh pada 18
September 2012 pukul 08.40 WIB
http:/ / w ww .menegpp.go.id/ aplikasidata/ index.php?option=com_content&view =ar ticle
&id=98:subor dinasi&catid=52:bentuk-ketidakadilan-gender &Itemid=108