• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengentasan kemiskinan petani melalui Sekolah Lapang Mocaf di Dusun Pule Desa Sumurup Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek: pengorganisasian petani dalam pengelolahan teknologi pasca panen singkong.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengentasan kemiskinan petani melalui Sekolah Lapang Mocaf di Dusun Pule Desa Sumurup Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek: pengorganisasian petani dalam pengelolahan teknologi pasca panen singkong."

Copied!
243
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENTASAN KEMISKINAN PETANI MELALUI SEKOLAH LAPANG MOCAF DI DUSUN PULE DESA SUMURUP, KECAMATAN

BENDUNGAN, KABUPATEN TRENGGALEK (Pengorganisasian Petani dalam Pengelolahan Teknologi

Pasca Panen Singkong) SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh :

RIZKYAH ISNAINI NIM.B72213062

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

PENGENTASAN KEMISKINAN PETANI MELALUI SEKOLAH LAPANG MOCAF DI DUSUN PULE DESA SUMURUP, KECAMATAN

BENDUNGAN, KABUPATEN TRENGGALEK (Pengorganisasian Petani dalam Pengelolahan Teknologi

Pasca Panen Singkong) SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh :

RIZKYAH ISNAINI NIM.B72213062

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Rizkyah Isnaini, B72213062, (2017) : PENGENTASAN PEMISKINAN PETANI MELALUI SEKOLAH LAPANG MOCAF DI DUSUN PULE, DESA SUMURUP, KECAMATAN BENDUNGAN, KABUPATEN TRENGGALEK (Pengorganisasian Petani dalam Pengelolahan Teknologi Pasca Panen Singkong)

Skripsi ini membahas tentang pengorganisasian petani singkong. Tujuan dari pengorganisasian ini untuk mengentaskan kemiskinan petani singkong dari berbagai faktor penyebab diantaranya rendahnya nilai jual singkong mentah, sehingga hasil yang didapatkan oleh para petani ini tidak sebanding dengan upaya yang telah dilakukannya, kurangnya keahlian petani dalam pengelolahan pasca panen singkong, kurangnya kesadaran serta faktor kebijakan pemerintah yang tidak mendukung petani lokal seperti kebijakan impor.

Pendekatan penelitian dan pendampingan ini menggunakan metode PAR

(Particpatory Action Research). PAR merupakan kolaboratif antara peneliti dengan komunitas untuk melakukan research bersama, merumuskan masalah, merencanakan tindakan, melakukan aksi secara berkesinambungan dan berkelanjutan. PAR dirancang memang untuk mengkonsep suatu perubahan dan melakukan perubahan terhadapnya. Peneliti ingin mengubah paradigma petani untuk mengelolah pasca panen singkong menjadi tepung mocaf, agar meningkatkan harga jual. Dalam prosesnya fasilitator, anggota Kelompok Wanita Tani, dan Dinas pertanian membuat kelompok belajar untuk mempermudah pengorganisasian dan riset bersama. Kelompok belajar tersebut bernama Sekolah Lapang Mocaf (SLM).

Melalui Sekolah Lapang Mocaf ini menghasilkan beberapa petani ahli. Petani yang ahli dalam berwirausaha kreatif, petani yang mampu meneliti mengorganisir, dan menganalisa masalah. Pelaksanaan uji coba pembuatan tepung mocaf merupakan media belajar petani. Hasil dari SLM ini dirasa lebih efektif ditandai dengan petani tidak lagi menjual singkongnya kepada pengepul. adanya peningkatan pesanan tepung mocaf, serta munculnya hasil temuan baru oleh petani dalam pembuatan mocaf tanpa enzim, dengan kegiatan sekolah lapang mocaf ini juga akan menciptakan suatu kedaulatan pangan.

(8)

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR DIAGRAM ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Strategi Pemecahan Masalah dan Harapan ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 19

(9)

1. Kemiskinan Petani dalam Dilema Industri Pertanian di

Indonesia ... 23

2. Sekolah Lapang Menurut Perspektif Paulo Freire ... 27

3. Ekonomi Kreatif dalam Pengelolahan Teknologi Pasca Panen ... 38

4. Pengentasan Kemiskinan dalam Perpektif Islam ... 50

B. Penelitian Terkait ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Metode Penelitian Pemberdayaan ... 60

1. Pendekatan PAR ... 60

2. Subjek Dampingan ... 62

3. Prosedur Penelitian dan Pendampingan ... 63

4. Teknik Pengumpulan Data ... 70

5. Teknik Validasi Data ... 73

6. Teknik Analisa Data... 75

B. Analisa Stakeholders... 77

BAB IV POTRET DESA SUMURUP YANG DISTEMPEL MENJADI DESA MANDIRI SE PULAU JAWA A. Gambaran Desa Sumurup ... 80

B. Pertanian Dusun Pule Desa Sumurup ... 84

C. Desa Yang digelontor Bantuan ... 93

(10)

BAB V MENYINGKAP DINAMIKA PEMISKINAN PETANI SINGKONG DESA SUMURUP

A. Masyarakat Kesulitan dalam Melawan Ketergantungan

Impor Gandum ... 100

B. Mulai Hilangnya Pangan Lokal ... 112

C. Kurangnya Kemampuan Petani dalam Pengelolahan Pasca

Panen Singkong ... 119

D. Kebijakan Pemerintah yang Tidak Mendukung Petani ... 123

BAB VI MENYATUKAN HATI MENYONGSONG HARI MENUJU PERUBAHAN

A. Proses Awal Pengorganisasian ... 127

1. Koordinasi dengan Pemeritah Desa dan Kecamatan ... ` 127

2. Melakukan Research dan Refleksi Bersama Petani... 132 B. Kelompok Wanita Tani Sebagai Motor Penggerak

Perubahan ... 135

C. Membangun Gagasan Bersama Petani Melalui Sekolah

Lapang Mocaf ... 137

D. Merencanakan Tindakan dan Penyediaan Media Eksperimen

Mocaf Bersama Petani ... 140

BAB VII MEMUPUK KEMANDIRIAN PETANI MELALUI SEKOLAH LAPANG MOCAF

(11)

1. Dinamika Proses Belajar Sekolah Lapang Mocaf ... 150

2. Uji Coba Pembuatan Tepung Mocaf Sebagai Media Belajar Petani ... 157

a. Uji Coba Sekolah Lapang Mocaf Ke-1... 157

b. Uji Coba Sekolah Lapang Mocaf Ke-2... 167

c. Uji Coba Sekolah Lapang Mocaf Ke-3... 173

d. Uji Coba Sekolah Lapang Mocaf Ke-4... 175

e. Uji Coba Sekolah Lapang Mocaf Ke-5... 178

f. Uji Coba Sekolah Lapang Mocaf Ke-6... 181

g. Uji Coba Sekolah Lapang Mocaf Ke-7... 183

B. Pelatihan Memasak Aneka Produk Olahan Berbahan Dasar Tepung Mocaf Sebagai Strategi Demonstrasi Petani ... 185

C. Munculnya Percaya Diri Petani Pasca diTerimanya Produk Tepung Mocaf ... 194

D. Merevitalisasi Kegiatan BUMDES Sebagai Upaya Peningkatan Kewirausahaan Petani Mocaf ... 198

BAB VIII GURATAN SENYUM MASYARAKAT DAN PETANI DESA SUMURUP A. Pengentasan Kemiskinan Petani Melalui Sekolah Lapang Mocaf ... 202

B. Mengorganisir Masyarakat Tidak Lepas dari Hambatan dan Tantangan ... 211

(12)

BAB IX PENUTUP

A. Kesimpulan ... 218

B. Rekomendasi ... 221

(13)

DAFTAR BAGAN

Bagan1.1 Analisa Pohon Masalah ... 8

Bagan 1.2 Analisa Pohon Harapan ... 16

Bagan 1.3 Kerangka Berfikir dalam Pemberdayaan Petani Singkong. 18

Bagan 4.1 Struktur Kepengurusan Kelompok Wanita Tani ... 96

Bagan 2.1 Kriteria Petani Ahli... 36

Bagan 2.2 Manfaat Ekonomi Kreatif ... 43

Bagan 4.1 Struktur Kepengurusan Kelompok Wanita Tani Bina Usaha 96

Bagan 8.1 Siklus Belajar Sekolah Lapang Mocaf ... 207

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Letak Desa Sumurup dari Peta Administrasi Kabupaten

Trenggalek ... 81

Gambar 4.2 Peta Desa Sumurup... 87

Gambar 4.3 Kegiatan Kelompok Wanita Tani ... 88

Gambar 4.4 Macam Usaha Kelompok Wanita Tani Bina Usaha ... 99

Gambar 5.1 Peta Temmatik Persebaran Rumah yang Memproduksi Singkong di Dusun Pule ... 118

Gambar 6.1 Koordinasi dengan Penyuluh Pertanian ... 129

Gambar 6.2 Proses Pelaksanaan FGD Bersama Masyarakat ... 134

Gambar 6.3 Fasilitator dan Kelompok Wanita Tani Berfoto Bersama .. 136

Gambar 6.4 Fasilitator dan Kelompok Wanita Tani Sedang Melakukan FGD ... 138

Gambar 6.5 Kunjungan di Pabrik Mocaf Kecamatan Karangan ... 142

Gambar 6.6 Lahan Penjemuran Chips Mocaf ... 149

Gambar 7.1 Petani dan Fasilitator sedang melakukan FGD ... 152

Gambar 7.2 Gambar Diskusi dan Presentasi Hasil Diskusi Kelompok .. 154

Gambar 7.3 Peserta Sekolah Lapang Sedang Melakukan Pengupasan dan Pemotongan Chips Singkong ... 159

Gambar 7.4 Proses Pencucian Chips Singkong ... ` 160

(15)

Gambar 7.6 Penjemuran Chips Singkong yang dilindungi Terpal

Karena Terkena Hujan ... 164

Gambar 7.7 Mulyono yang Sedang Membantu Proses Penggilingan Tepung Mocaf ... 166

Gambar 7.8 Gunyik dan Suratun yang Mendapat Tugas Mengupas Singkong ... 168

Gambar 7.9 Proses Pencucian Chips Singkong ... 169

Gambar 7.10 Fermentasi Chips Sigkong yang Menggunakan Enzim dan Tidak Menggunakan Enzim ... 170

Gambar 7.11 Suratun dan Gunyik Melakukan Proses Pengemasan Produk ... 171

Gambar 7.12 Suratun Sedang Menjemur Chips Singkong ... 172

Gambar 7.13 Kemasan Produk Tepung Mocaf ... 174

Gambar 7.14 Peserta Sekolah Lapang Melakukan Pemotongan Chips ... 175

Gambar 7.15 Proses Menghitung Laba dan Rugi dalam Usaha Tepung Mocaf ... 178

Gambar 7.16 Suratun Sedang Melakukan Pengamatan Proses Fermentasi ... 179

Gambar 7.17 Proses Pengemasan Tepung Mocaf ... 180

Gambar 7.18 Kemasan Terbaru Tepung Mocaf ... 181

Gambar 7.19 Proses Penjemuran Chips Mocaf di Hari Kedua ... 182

(16)

Gambar 7.21 Fasilitator Sedang Memberikan Wawasan Tentang Tepung

Mocaf ... 187

Gambar 7.22 Kegiatan Demo Memasak Roti Donat dari Tepung Mocaf 190

Gambar 7.24 Proses Penggorengan Roti Donat ... 191

Gambar 7.25 Melayani Konsumen Tepung Mocaf ... 197

Gambar 7.26 Fasilitator Sedang Melakukan Penggalian Data ... 200

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Analisa Stakeholder ... 78

Tabel 4.1 Pembagian Dukuh di Desa Sumurup ... 82

Tabel 4.2 Kalender Musim Pertanian Dusun Pule ... 89

Tabel 4.3 Daftar Nama Anggota Kelompok Wanita Tani Bina Usaha 97

Tabel 5.1 Analisa Usaha Tani Singkong ... 108

Tabel 5.2 Trend and Change Pola Pertanian Singkong ... 113

Tabel 7.1 Analisa Perhitungan Laba dan Rugi dalam Usaha Mocaf 176

Tabel 7.2 Resep Pembuatan Roti Donat dari Tepung Mocaf ... 189

(18)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Prosentase Penduduk yang Merantau ... 83

Diagram 4.2 Keanekaragaman Pekerjaan Masyarakat ... 85

Diagram 4.3 Luas Lahan Perkebunan Berdasarkan Kepemilikan ... 92

Diagram 5.1 Tingkat Konsumsi Gandum di Indonesia ... 101

Diagram 5.2 Volume Impor Gandum Nasional Per-tahun ... 104

Diagram 5.3 Diagram Venn Tentang Pemiskinan Petani Singkong ... 116

(19)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Tanaman singkong merupakan salah satu tanaman yang menjadi

komoditas pertanian yang ada di Indonesia. Selain ketersediaan lahan yang luas,

Indonesia juga memiliki iklim dan tanah yang tropis yang cocok untuk

mengembangkan komoditas singkong, terlebih tanaman ini mampu tumbuh di

dataran tinggi dan rendah tidak mengenal musim.2 Dari data Badan Pusat Statistik

menyebutkan bahwasanya produksi dari hasil pertanian singkong di Indonesia

mencapai 24,08 juta.3 Akan tetapi dengan lahan tanaman singkong yang luas dan

besar yang ada di Indonesia ini belum menjadi salah satu pangan alternatif yang

memiliki nilai harga jual yang tinggi.4 Sekilas mata memandang tanaman

singkong juga masih belum terlihat sebagai pangan yang efektif yang menjadi

pangan lokal untuk pengganti nasi.

Hal tersebut senada dengan yang dialami oleh petani Desa Sumurup,

Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek. Desa ini memiliki kawasan

wilayah seluas 7.241 ha/m2. Luas wilayah tersebut merupakan kawasan

persawahan yang dimiliki oleh petani Desa Sumurup. Pada tanah seluas 9.873

ha/m2 ini para petani menancapkan harapan menuai hasil bertani secara

maksimal.5 Lahan pertanian Desa Sumurup lebih luas jika dibandingkan dengan

2

Emil Salim, Mengelola Singkong Menjadi Tepung Mocaf, (Yogyakarta : Lily Publisher, 2011) Hal. 19

3

Sumber Data Badan Pusat Statistik 4

Wawancara dengan Sujito (Kasun Pojok), pada tanggal 29 Oktober 2016, pukul 10.00 WIB 5

(20)

2

kawasan pemukiman. Hal ini menunjukkan bahwasannya Desa Sumurup

merupakan desa yang banyak memproduksi hasil pertaniannya. Dalam satu tahun

para petani Desa Sumurup dapat memproduksi singkong sebanyak 661 ton pada

lahan sebesar 785 hektar.6

Namun terdapat permasalahan yang fundamental yang terjadi di Desa

Sumurup, hasil produksi singkong tersebut tidak memberikan keuntungan

ekonomi yang tinggi bagi para petani. Hal demikian disebabkan karena

menurunnya nilai jual singkong mentah yang awalnya mencapai Rp 1200 perkilo

sekarang turun menjadi Rp 500 perkilo. Dengan kondisi demikian membuat para

petani sangat merugi. Penurunan harga singkong sangat tidak menguntungkan

bagi para petani di Desa Sumurup, kenaikan harga akan stabil ketika tidak lagi

musim panen singkong dan ketika musim panen singkong harga menurun drastis.7

Para petani di Desa Sumurup menjual sebagian hasil panen singkongnya dalam

keadaan segar kepada pengepul, yang selanjutnya akan dikirim di luar desa

dengan harga Rp. 2500,- perkilo nya. Dengan demikian hasil perhitungan analisa

usaha tani singkong Desa Sumurup, para penghasilan para petani tidak sebanding

dengan biaya operasional pertaniannya seperti kebutuhan pupuk, pestisida, dan

biaya upah sewa buruh. Tanaman singkong di Desa Sumurup membutuhkan

pertisida dikarenakan terdapat hama tungau dan penyakit bercak daun, hal ini

membutuhkan untuk mengendalikan hama dan penyakit dalam singkong. Disisi

lain sebagian masyarakat juga mengkonsumsi dan menjual daun singkongnya di

6

Wawancara dengan Sujarni (Penyuluh Pertanian Kecamatan Bendungan), pada tanggal 5 November 2016, pukul 12.00 WIB

7

(21)

3

pasar. Problematika yang kedua adalah tentang kebijakan pemerintah dalam impor

gandum.

Petani yang bersentuhan langsung dengan kegiatan pertanian masih

banyak yang megalami kemiskinan, mereka adalah penyumbang angka

kemiskinan terbanyak di Indonesia. Dengan keadaan seperti itu menandakan

bahwa pertanian Indonesia saat ini mengalami penurunan yang bertanda gagalnya

pembangunan pertanian di Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi

kelemahan pembangunan pertanian di Indonesia antara lain adalah: Pengelolaan

hasil pasca panen, sarana dan prasarana, kepemilikan tanah, akses modal, tingkat

pendidikan, penguasaan teknologi, tingkat keterampilan dan sikap mental petani.8

Solusi untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh petani di Desa

Sumurup ini adalah dengan modifikasi singkong menjadi alternatif pengganti

tepung terigu atau yang sering di sebut dengan mocaf (modified cassava flaour).

Tepung mocaf adalah tepung yang dimodifikasi dengan perlakuan fermentasi dan

pengeringan. Dengan pengembangan usaha tepung mocaf ini para petani dapat

megurangi ketergantungan terhadap gandum impor sekaligus dapat menghemat

devisa. Tepung terigu yang banyak dijumpai dipasaran itu merupakan tepung

terigu impor yang berbahan baku gandum. Keunggulan tepung terigu dari bahan

baku singkong (Mocaf) dengan tepung terigu dengan bahan baku gandum

sangatlah baik kualitas dari tepung mocaf karena tepung terigu gandum terdapat

kandungan gluten yang menyebabkan adanya penyakit yang mengganggu organ tubuh seperti autisme, dll.

8

(22)

4

Tingginya permintaan produk tepung terigu dengan tidak diimbanginya

tingkat produksi tepung terigu nasional yang masih rendah sehingga

menyebabkan harga tepung terigu dirasakan oleh konsumen masih tinggi. Bahan

baku tepung terigu berasal dari gandum ketersediaannya ditentukan oleh produksi

pertanian gandum. Produksi gandum nasional belum mampu memenuhi total

permintaan dalam negeri sehingga dari tahun ke tahun terjadi peningkatan impor

gandum dari negara lain.9 Dari data yang dihimpun oleh Aptindo (Asosiasi

pengusaha tepung terigu Indonesia), bahwasanya dalam lima tahun terakhir ini

Indonesia mengimpor gandum sebanyak 20,2 Juta ton atau senilai Rp. 53 triliun.10

Kondisi demikian jika dibiarkan dalam kurun waktu yang panjang akan

mengancam keberlangsungan hidup masyarakat. Terlebih jika berbicara tentang

pemenuhan pangan khususnya dalam pemenuhan bahan baku tepung terigu.

Apabila produksi gandum dalam negeri mengalami penurunan dari waktu ke

waktu akan mengarah kepada semakin tingginya volume impor gandum. Dengan

demikian masyarakat akan semakin tergantung pada tepung terigu dari negara

lain. Hal ini akan menjadi sebuah dilema bagi Indonesia, antara proteksi atau

liberalisasi.

Salah satu cara meningkatkan pendapatan petani adalah dengan cara

melakukan diversifikasi usaha tani secara horizontal dan vertical. Diversifikasi

horizontal dilakukan dengan cara mengusahakan beberapa komoditi pertanian dengan tujuan memperkecil resiko kegagalan pada usahatani monokultur.

Sedangkan diversifikasi vertical merupakan upaya peningkatan nilai tambah usaha

9

Emil Salim, Mengelola Singkong Menjadi Tepung Mocaf. Hal. 4-6 10

(23)

5

tani melalui pengolahan produk-produk pertanian atau disebut juga dengan

agroindustri.11 Dengan teknologi yang sederhana sebagai upaya untuk melakukan

diversifikasi pangan dan dapat diterapkan oleh petani diharapkan dapat

meningkatkan nilai ekonomi ubi kayu sekaligus pendapatan (ekonomi) bagi para

petani di Desa Sumurup. Salah satunya dengan penerapan pengelolahan teknologi

pasca panen untuk mengelola singkong menjadi produk olahan yang bernilai

ekonomi tinggi dan mempunyai umur simpan yang lebih lama.12

Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk mendampingi para petani di

Desa Sumurup dalam mengelola teknologi pasca panen singkong menjadi salah

satu alternatif produk pengganti tepung terigu yakni tepung mocaf yang dapat

bernilai jual tinggi. Sehingga pendapatan petani di Desa Sumurup dapat

bertambah. Dengan harapan program pendampingan ini, para petani di Desa

Sumurup terlibat secara langsung dan berperan aktif dalam program yang

dilaksanakan bersama melalui kesepakatan bersama.

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, muncul permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah proses terjadinya pemiskinan petani Singkong?

2. Bagaimana strategi pemberdayaan para petani singkong dalam menciptakan

kemandirian petani?

3. Bagaimana tingkat keberhasilan Sekolah Lapang Mocaf sebagai upaya

pengetasan kemiskinan petani singkong di Desa Sumurup?

11 Gumoyo Mumpungningsih, “

Nilai Tambah dan Penerimaan Pengolahan Keripik Singkong di Malang” dalam Jurnal TROPIKA, Vol. 18 No. 2 ( Malang:UNMU Malang, 2010). Hal. 184 12

(24)

6

C. Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan dalam pemberdayaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor penyebab pemiskinan petani di Desa Sumurup.

2. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan para petani singkong dalam

menciptakan kemandirian petani.

3. Untuk mengetahui tingkat Keberhasilan Sekolah Lapang Mocaf sebagai upaya

pengetasan kemiskinan petani singkong di Desa Sumurup.

D.Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas maka penelitian ini diharapkan memiliki

manfaat dalam beberapa hal sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Sebagai tambahan referensi tentang pengetahuan yang berkaitan dengan

program studi Pengembangan Masyarakat Islam.

b. Sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

program studi Pengembangan Masyarakat Islam, Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan awal informasi penelitian yang

sejenis

b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi

mengenai sekolah lapang mocaf sebagai upaya dalam memecahkan

masalah pengentasan kemiskinan petani dengan mengembangkan

(25)

7

E. Strategi Pemecahan Masalah dan Harapan

Dalam rencana fokus pemberdayaan kali ini diarahkan menjadi satu

sistem yang di dalamnya terdapat partisipasi petani. Sehingga petani merupakan

aktor utama atau subyek utama dalam merubah kondisi permasalahan yang

dihadapinya. Suatu kemandirian yang utuh adalah tujuan dari upaya

pemberdayaan petani yang berada di Desa Sumurup. Kemandirian petani untuk

melanjutkan pertahanan pangannya dari ancaman kemiskinan dan juga

kelangkaan pangan. Petani yang mempunyai kemandirian akan mampu

mempunyai self confidence (kepercayaan diri).

Petani mampu mengolah hasil pertanianya secara maksimal. Rasa percaya

diri meneruskan warisan nenek moyang sebagai petani akan selalu ada pada titik

nadi kehidupan petani. Bertani menjadi sumber mencari pendapatan yang utama

bagi masyarakat. Berikut ini adalah fokus penelitian dan pemberdayaan yang

digambarkan dalam analisis pohon masalah tentang proses pemiskinan petani

(26)

8

Bagan 1.1

Analisis Pohon Masalah tentang Proses Pemiskinan Petani di Desa Sumurup

Dari paparan analisis pohon masalah di atas, permasalahan yang inti pada

sektor pertanian Desa Sumurup adalah terjadinya proses pemiskinan petani Proses Terjadinya Pemiskinan Petani Singkong yang ada di Desa Sumurup

Terancamnya energi pangan lokal Petani akan semakinMerugi Ketergantungan terhadap pangan lokal dari luar

Petani belum mempunyai skill

dalam pengelolahan teknologi pasca panen singkong

Belum efektifnya lembaga kelompok tani

dalam menciptakan kemandirian petani dalam mengelola hasil

pertaniannya Belum terbentuknya BUMDES dalam mendukung kegiatan ini Belum adanya akses pasar bagi petani singkong Belum ada pelatihan dalam pengelolahan teknologi pasca panen singkong

Belum ada inisiatif dari masyarakat

Belum ada yang mengadvokasi tentang peraturan

tersebut

Belum ada yang memfasilitasi

Belum ada yang memfasilitasi dalam pelatihan

pengelolahan teknologi pasca panen singkong

Belum ada yang mengorganisir

masyarakat

Belum ada yang memfasilitasi proses advokasi

Belum ada yang mengorganisir

(27)

9

singkong. Kondisi demikian pasti akan menimbulkan dampak negatif pada petani.

Pada analisis pohon masalah diatas, terdapat empat dampak yang ditimbulkan dari

proses terjadinya pemiskinan petani Singkong. Dampak yang ditimbulkan akibat

dari melemahnya ketahanan pangan petani adalah sebagai berikut :

a) Ketergantungan terhadap pangan lokal dari luar. Pangan yang melemah akan

menghancurkan seluruh produksi pangan masyarakat. Sehingga produktivitas

pangan domestik yang selama ini menjadi penyangga pangan masyarakat akan

kesulitan mencari jalan keluar untuk memenuhinya. Pada saat ini yang terjadi

pada negara adalah pemenuhan segala macam pangan berasal dari bahan

impor. Seperti halnya permasalahan impor gandum di Indonesia, tingginya

tingkat konsumsi masyarakat terhadap gandum, sedangkan produksi gandum

nasional sangat relatif rendah, sehingga menyebabkan terjadinya impor.

b) Terancamnya energi pangan lokal masyarakat. Sumber energi pangan lokal

adalah salah satu akar penghidupan pengganti nasi. Namun saat ini

masyarakat menganggap pangan lokal, seperti singkong, sudah bukan style

makanan yang tinggi. Dengan demikian sedikit demi sedikit pangan lokal

akan menghilang. Energi pangan ini jika semakin melemah secara otomatis

kualitas kehidupan masyarakat akan mengalami penurunan. Ancaman yang

terjadi adalah pangan akan mendekati angka semakin menurun kuantitasnya.

c) Petani akan merugi. Petani akan semakin merugi yang disebabkan oleh

tingginya pengeluaran pertanian yang sangat tinggi dan sedangkan hasil dari

pertaniannya tidak sebanding dengan pengeluaran petani. Dengan demikian

(28)

10

merugi juga disebabkan oleh anjloknya nilai jual hasil pertanian pada musim

panen.

Adapun penyebab dari pemiskinan petani di Desa Sumurup adalah empat

macam, sebagai berikut :

1. Kurangnya Keahlian Petani dalam Pengelolahan Teknologi Pascapanen

Singkong

Rendahnya nilai jual singkong mentah sangat lah merugikan para petani di

Desa Sumurup. dengan rendahnnya harga jual singkong tersebut membuat para

petani sedikit demi sedikit untuk meninggalkan menanam tanaman pangan lokal

ini. Untuk memecahkan permasalahan tersebut maka perlu adanya kemampuan

atau keahlian petani dalam mengelola hasil pertaniannya menjadi barang yang

siap untuk dipasarkan dengan nilai jual yang tinggi. Pengelolahan teknologi pasca

panen merupakan sebuah tindakan yang dimulai dengan pemungutan hasil bumi

lalu kemudian diolah dengan cara tertentu hingga sampai tahap siap dipasarkan.

Dengan pengelolahan teknologi pasca panen ini akan menambah daya kreatifitas

para petani untuk mengembangkan hasil pertaniannya.

Mayoritas para petani singkong di Desa Sumurup seringkali menjual

singkong segar kepada pengepul dengan harga yang sangat murah yakni Rp 500

perkilogramnya. Tentunya dengan harga jual sekian, sangat tidak sesuai dengan

biaya operasional yang dikeluarkan oleh para petani untuk kebutuhan

pertaniannya. Dengan adanya kegiatan pengelolahan teknologi pasca panen ini

maka akan membangun sebuah pertanian yang berkelanjutan. Dimana kegiatan

(29)

11

pengelolahan hasil panennya untuk menjadi barang yang bernilai jual tinggi.

Kemudian hasil dari pengelolahan teknologi pasca panennya seperti kulit dan

ampas bias dijadikan sebagai salah sartu alternatif pakan ternak sapi dan kambing.

Begitu juga dengan kotoran hewan ternak sangatlah bermanfaat bagi pupuk yang

ramah lingkungan yang sangatlah bermanfaat bagi tanah. Sehingga kegiatan

petani akan berkelanjutan.

2. Belum Efektifnya Lembaga Kelompok Tani dalam Menciptakan Kemandirian

Petani

Kelompok tani merupakan organisasi yang bersentuhan langsung dengan

para petani, untuk menyelesaikan problema yang dialami oleh petani singkong,

serta sebagai wadah untuk berdiskusi tentang pengolahan pertanian yang baik,

benar dan berkelanjutan. Kelompok tani menjadi sebuah wadah menyatukan

aspirasi para anggota atau petani di Desa Sumurup untuk mencapai tujuan secara

bersama-sama sehingga akan terwujudnya kemandirian petani dalam berbagai

aspek.

Namun kegiatan kelompok wanita tani selama ini, hanya berfokus pada

kegiatan arisan dan penyaluran subsidi pupuk. Dengan demikian kegiatan

kelompok wanita tani tidaklah memberikan perubahan bagi kehidupan para

petani. Maka perlu adanya kegiatan advokasi untuk merevitalisasi kegiatan

kelompok wanita tani, sehingga tidak terlalu monoton. Dengan membuat kegiatan

belajar bersama tentang permasalahan yang terjadi pada pertaniannya kemudian

(30)

12

3. Belum Terdapat Kebijakan Pemerintah Desa dalam Mendukung Kegiatan

Kewirausahaan Petani

Peraturan desa juga sangat penting belum adanya peraturan pemerintah

Desa yang mendukung terciptanya kemandirian petani dalam mengelola hasil

panennya. Sehingga mengakibatkan para petani terus menerus mengalami

kemerosotan dalam penghasilan atau pendapatan dari pertaniannya, lama

kelamaan petani akan mengalami kemiskinan karena masih bergantung dengan

orang lain dalam hal pengelolahan pertanian, hingga pemasaran hasil produksi

pertaniannya. Sehingga belum ada kendali atau kontrol ketika adanya

permasalahan tentang kemrosotan swasembada pangan, lahan pertanian semakin

lama semakin tidak produktif, hingga para petani memilih untuk menjual lahan

pertaniannya tersebut.

Dengan tersebut, maka perlu adanya advokasi tentang kebijakan desa yang

mendukung terciptanya kemandirian petani di Desa Sumurup ini dan untuk

meminimalisir terjadinya kemiskinan petani dan juga berdampak pada hilangnya

swasembada tanaman pangan lokal. Maka perlu ada yang memfasilitasi tentang

proses advokasi. Maka perlu lembaga atau seseorang yang ahli dalam advokasi,

yakni seseorang yang mempunyai legitimasi yang kuat, mampu membangun

aliensi dengan kelompok yang lain, mampu menjangkau tokoh atau massa, dan

seseorang yang mampu dalam proses advokasi. Sehingga dengan tersebut maka

masyarakat mempunyai bekal dalam mengadvokasi hukum atau kebijakan

(31)

13

4. Belum Adanya Akses Pasar Bagi Petani Singkong

Petani selama ini hanya didik untuk memproduksi pertanian secara terus

menerus, tanpa didik untuk mengakses pasar untuk menjual hasil pertaniannya.

Dengan demikian para petani terbiasa menjual hasil pertaniannya kepada

pengepul. Permasalahan pertanian semakin kompleks yang dirasakan oleh petani

Sumurup ini, memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi petani. Dalam

analisa usaha tani di Desa Sumurup ini menunjukkan bahwa hasil pendapatan

yang diperoleh oleh petani tidaklah sebanding dengan apa yang telah dilakukan.

Dengan demikian, akan mengakibatkan menurunnya kesejahteraan petani

Sumurup dalam mengembangkan usaha taninya.

Turunnya harga jual singkong mentah menjadi hal yang tidak bisa ditolak

oleh para petani Sumurup. Berapapun harga jual singkong yang ditetapkan, petani

akan tetap menjualnya, karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya petani

tidak punya pilihan lain selain menjualnya. Hal ini dilakukan karena selama ini

belum ada lembaga ataupun wadah bagi para petani singkong untuk bisa

mengembangkan usaha dalam mengelola hasil panen nya. Jenis lembaga

pengembangan usaha kecil menengah memang telah ada di Kabupaten, namun

petani Desa Sumurup masih belum bisa mengakses keberadaan dan pelayanan

dari lembaga tersebut.13

Seringkali petani singkong yang ada di Desa Sumurup menjual

singkongnya secara langsung kepada pengepul. Namun harga singkong disaat

13

(32)

14

musim panen singkong sangat murah hingga Rp 300 perkilogramnya. Hal ini

terjadi karena petani belum mempunya akses pasar untuk memasarkan hasil

panennya. Kesadaran yang dimiliki petani singkong atas keberadaan pengepul

menjadikan para petani lebih bergantung pada orang lain tanpa memperhatikan

dampak negatifnya yaitu meruginya hasil pasca panen yang dimilikinya. Oleh

sebab itu, agar dapat mengurangi ketergantungan yang dialami oleh petani

singkong maka sangat perlu adanya inovasi dalam memanfaatkan potensi besar

yang dimiliki oleh masyarakat Sumurup. Berikut penjelasan bentuk

ketergantungan yang tidak menguntungkan bagi petani singkong yaitu pada waktu

panen singkong, petani menjual pada pengepul dengan harga Rp 500,-

perkilogramnya selanjutnya oleh pengepul di pasaran dijual dengan harga

Rp.2500,- perkilonya selisih yang cukup banyak bagi para petani. Sehingga

petani singkong kehilangan hampir 80% harga jual apabila menjualnya langsung

kepada pengepul.

Akan tetapi hal tersebut di atas terasa tidak mungkin karena pengepul

selalu mempermainkan harga di tingkat bawah. Dan apabila petani singkong bisa

memanfaatkannya untuk diolah dengan cara difermentasi dan dikeringkan untuk

dijadikan sebagai alternatif pengganti tepung terigu yang kualitasnya lebih bagus

maka harga pasarnya biasa mencapai Rp 5500,- perkilogramnya. Dengan asumsi 3

kilogram singkong mentah menjadi 1 kilogram tepung mocaf maka keuntungan

yang diraih oleh petani adalah Rp 3500 perkilogramnya jumlah tersebut belum

(33)

15

banyak ketrampilan dalam mengelola singkong pasca panen maka hasil panen

tersebut akan menambah pendapatan petani.

Keempat faktor tersebut yang menjadi penyebab utama mengapa

kemiskinan petani di Desa Sumurup terjadi. Permasalahan tersebut masih belum

ada inisiasi masyarakat atau lembaga pemerintahan untuk mengatasinya.

Seharusnya setiap persoalan harus diselesaikan dan dicari titik poin

permasalahannya, pada uraian ini akan dijelaskan beberapa langkah yang

dilakukan oleh peneliti atau tim pendamping sebagai langkah untuk mencari dan

memberikan solusi terhadap permasalahan yang sedang menimpa petani di Desa

Sumurup. Untuk mempermudah membuat suatu rencana program maka peneliti

menggunakan teknik Hirarchi Analisa Tujuan atau yang sering disebut dengan

(34)

16

Bagan 1.2

Analisis Pohon Harapan Tentang Menurunnya Tingkat Kemiskinan Petani

Singkong Desa Sumurup

Menurunnya Tingkat Kemiskinan Petani Singkong di Desa Sumurup

Terjaganya energi pangan masyarakat

Petani tidak merugi

Adanya Kemandirian Pemenuhan Pangan dari

Lokal

Petani belum mempunyai skill

dalam pengelolahan teknologi pasca panen singkong

Belum efektifnya lembaga kelompok tani

dalam menciptakan kemandirian petani dalam mengelola hasil

pertaniannya Belum terbentuknya BUMDES dalam mendukung kegiatan ini Belum adanya akses pasar bagi petani singkong Belum ada pelatihan dalam pengelolahan teknologi pasca panen singkong

Belum ada inisiatif dari masyarakat

Belum ada yang mengadvokasi tentang peraturan

tersebut

Belum ada yang memfasilitasi

Belum ada yang memfasilitasi dalam pelatihan

pengelolahan teknologi pasca panen singkong

Belum ada yang mengorganisir

masyarakat

Belum ada yang memfasilitasi proses advokasi

Belum ada yang mengorganisir

(35)

17

Berdasarkan problematika yang terjadi maka akan diuraikan

tujuan-tujuannya sebagai berikut. Tujuan inti dari riset pendampingan ini adalah untuk

menurunkan tingkat kemiskinan petani singkong di Desa Sumurup. Tujuan inti ini

ditunjang oleh tujuan-tujuan utama yang lainnya. Faktor yang diperlukan untuk

mencapai tujuan utama adalah adanya yang mengorganisir petani agar ada yang

menginisiasi untuk melakukan kerjasama dengan peraturan pemerintah desa

dalam mendukung kegiatan yang sangat membangun dalam kemajuan desa yakni

mengelola teknologi pascapanen singkong menjadi tepung mocaf.

Faktor penunjang yang kedua adalah adanya kegiatan uji coba atau

eksperimen dalam mengelola teknologi pasca panen singkong menjadi produk

alternatif pengganti tepung terigu dari gandum yakni tepung mocaf. Tujuan dari

hal tersebut agar para petani ini mampu dalam menciptakan usaha kreatif pasca

panen sehingga akan membangun kemandirian petani serta meningkatkan

kesejahteraan petani. Faktor penunjang yang ketiga adalah adanya pendidikan dan

praktik-praktik kewirausahaan untuk para petani mocaf. Sehingga para petani

singkong di Desa sumurup akan menjadi petani yang ahli dalam berwirausaha

kreatif. Jika skill atau keahlian dan pengetahuan petani sudah terbentuk secara maksimal maka usaha pun bisa menjadi maksimal dan pendapatan para petani di

Desa Sumurup pun bertambah. Faktor yang ke empat adalah terbentuknya suatu

lembaga atau wadah bagi para petani yang bertujuan sebagai wadah untuk

bertukar pikiran untuk mengembangkan usaha tepung mocaf yang berkelanjutan.

Jadi apabila tujuan ini teralisasikan maka meraka akan menjadi petani yang

(36)

18

hasil produksi panennya. Untuk lebih jelas mendeskripsikan alur pikiran peneliti.

Berikut adalah kerangka berfikir dalam penelitian ini :

Bagan 1.3

Kerangka Berfikir dalam Pemberdayaan Petani Singkong Desa Sumurup

Berangkat dari kerangka berfikir di atas, maka akan menjadikan proses

aksi pendampingan mayarakat ini akan jelas dan terarah. Mulai dari masalah

kemudian proses yang dilakukan sampai hasil yang akan dicapai bersama-sama

mencapai suatu perubahan. Ditambah lagi dengan harapan sebagai rencana tindak

Masalah Harapan Proses Hasil

1. Petani belum mempunyai skill dalam pengelolahan pascapanen singkong. 2.Belum efektifnya lembaga dalam mewujudkan kemadirian petani

3. Belum adanya peraturan desa UU No 6 Tahun 2014 tentang

terbentuknya BUMDES

4. Petani tidak memiliki akses pasar Sekolah Lapang Mocaf (Pendidikan, Pelatihan, Research, Uji Coba, Diskusi Bersama) sasaran pendampingan dilakukan bersama Kelompok wanita

tani “Bina Usaha”

Dusun Pule Dengan kurikulum uji coba membuat mocaf dan penerapan teknik kewirausahaan Dan pembentukan peraturan desa UU No 6 Tahun 2014

oleh pemerintah Desa Sumurup

1. Kelompok wanita tani mulai menjadi penggerak dalam mengelola pasca panen singkongnya 2. Kelompok wanita tani menjadi pusat belajar bagi Masyarakat Desa Sumurup 3. Munculnya Petani Ahli 4. BUMDES sebagai pendukung keberlanjutan usaha mocaf 1. Petani

mempunyai skill

dalam pengelolahan pasca panen singkong

2. Efektifnya lembaga dalam mewujudkan kemadirian petani

(37)

19

lanjut aksi yang akan dilakukan ketika hasil dari kegiatan yang akan dilakukan

tidak berjalan secara maksimal.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab ini peneliti membahas tentang pendahuluan. Dimana

dalam Bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

penulisan skripsi. Termasuk juga fokus penelitian dan

pemberdayaan, tujuan penelitian dan pemberdayaan, dan juga

sistematika pembahasan Bab per Bab dari skripsi.

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT

Pada bab ini peneliti membahas tentang teori yang relevan dengan

permasalahan yang menjadi tema penelitian yang diangkat.

Terutama masalah tentang kemiskinan petani dalam Industri

pertanian di Indonesia, penanganan untuk mendampingi

pengentasan kemiskinan petani dengan alternatif pendidikan

informal yang dikemas dalam Sekolah Lapang menurut

pandangan Paulo Freire. Teori dan Praktik ekonomi kreatif dalam

pengelolahan teknologi pasca panen singkong. Serta juga

kaitannya dengan islam dalam pegentasan kemiskinan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

Pada bab ini peneliti membahas tentang metode penelitian dan

pemberdayaan komunitas, akan tetapi aksi yang dilakukan

(38)

20

bersama-sama masyarakat secara participatory. Prinsip-prinsip penelitian, langkah-langkah penelitian, dan juga pihak-pihak yang

terkait dengan pemberdayaan yang dilakukan.

BAB IV : POTRET DESA SUMURUP YANG DISTEMPEL MENJADI

DESA MANDIRI SE PULAU JAWA

Peneliti membahas tentang gambaran umum lokasi riset

dampingan. Dalam bab ini dijelaskan tentang profil Desa

Sumurup secara geografis, menjelaskan tentang pertanian yang

menjadi sektor utama penopang perekonomian masyarakat Desa

Sumurup, gambaran desa yang sedang digelontorkan bantuan,

serta sekilas profil tentang kelompok wanita tani

BAB V : MENYINGKAP FAKTA KEMISKINAN PETANI

SINGKONG DESA SUMURUP

Membahas tentang analisa situasi problematik yang terjadi di

Desa Sumurup, meliputi perubahan pertanian di Desa Sumurup

yang disebabkan oleh rendahnya niali jual singkong mentah serta

kebijakan pemerintah yang tidak mendukung terbentuknya petani

yang sejahtera dan mandiri dan juga menjelaskan tentang

bagaimana analisa ketahanan pangan yang ada di Desa Sumurup.

BAB VI :MENYATUKAN HATI MENYONGSONG HARI MENUJU

PERUBAHAN

Dalam bab ini,peneliti akan membahas tentang dinamika proses

(39)

21

menjawab masalah berdasarkan analisis inti masalah yang telah

disajikan dalam Bab V. Ada beberapa sub bahasan, diantaranya

adalah pendidikan informal untuk petani yakni sekolah lapang

mocaf, pelatihan dalam pengelolahan teknologi pasca panen

singkong serta adanya perencanaan pembentukan BUMDES

(Badan Usaha Milik Desa) berdasarkan UU No.6 Tahun 2014 ke

pemerintah desa. Sebagaian dari aksi nyata yang akan terencana

dalam tahapan metode penelitian social Participatory Action Research (PAR).

BAB VII :MEMUPUK KEMANDIRIAN PETANI MELALUI SEKOLAH

LAPANG MOCAF

Pada bab ini peneliti akan menyajikan bagaimana proses aksi

yang telah dilakukan oleh peneliti, serta menjawab keberhasilan

atas aksi mendirikan sekolah lapang mocaf ini yang didalam nya

mengajarkan petani ahli dalam pengelolahan teknologi pasca

panen singkong. Proses sekolah lapang yang dijalankan,

kurikulum dan pendidikan untuk para petani dengan Sekolah

Lapang Mocaf.

BAB VIII : GURATAN SENYUM MASYARAKAT DAN PETANI DESA

SUMURUP

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang refleksi dari hasil

penelitian dan pengorganisasian petani di Desa Sumurup dari

(40)

22

ilmu. Pentingnya ilmu pemberdayaan masyarakat pada konteks

sekarang ini. Pentingnya pengorganisasian petani dalam

menciptakan kemandirian dan kesejahteraan petani. Serta juga

diceritakan beberapa catatan peneliti pada saat penelitian

mendampingi sekolah lapang mocaf sebagai bagian dari aksi

nyata melalui metode penelitian partisipatif.

BAB IX : PENUTUP

Pada bab yang terakhir ini peneliti membuat kesimpulan yang

bertujuan utuk menjawab dari rumusan masalah, dari proses

pemiskinan petani yang terjadi di Desa Sumurup ini. Dan juga

pola strategi pemecahan permasalahan yang dialami oleh petani

yang ada di Desa Sumurup melalui alternatif pendidikan informal

yakni sekolah lapang mocaf dan juga keberhasilan dari sekolah

lapang secara ringkas. Peneliti juga membuat saran-saran kepada

beberapa pihak yang semoga nantinya peneliti berharap dapat

(41)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT A. Kajian Teori

1. Kemiskinan Petani dalam Dilema Industri Pertanian di Indonesia

Dalam era-globalisasi, kebutuhan manusia sangat kompleks. Apalagi jika

dalam kasus mengenai pangan. Pemenuhan kebutuhan pangan sangat diperhatikan

oleh semua pihak. Kemandirian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

pangan yang ada dalam komunitas. Tidak menggantungkan diri kepada pihak lain

untuk memenuhi pangan, seperti kebijakan impor. Seharusnya, negara lebih

percaya kepada petani dalam negeri untuk menanam tanaman pangan di lahannya

sendiri. Selama orde baru, kebijakan bagi bahan pangan lain selain beras tidak

dirancang dan digarap secara serius. Kesulitan produksi selama orde lama dan

paroh pertama orde baru dapat dipecahkan dengan modernisasi pertanian yang

dikenal dengan revolusi hijau. Namun, revolusi hijau hanya bisa memecahkan

sebagian dari persoalan ketahanan pangan, sementara persoalan distribusinya

masih menjadi pekerjaan rumah yang tidak kunjung terselesaikan, bahkan hingga

saat ini.

Salah satunya terkait dengan persoalan industrialisasi pedesaan dan

pemberdayaan ekonomi petani. Dampak dari model pembangunan yang

menggunakan pendekatan top down telah melahirkan ketimpangan yang sangat tajam, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Berbicara tentang

(42)

24

secara ekonomi, politik, sosial, budaya di Indonesia. Kemiskinan terbesar ditemui

di pedesaan.

Kemiskinan dan marginalisasi petani di pedesaan disebabkan karena

kebijakan pemerintah tentang pembangunan pertanian dan pedesaan yang kurang

berpihak pada petani dan komunitas desa.14 Ini artinya, kemiskinan dan

marginalisasi petani disebabkan karena faktor struktural. Di era orde baru bahkan

sampai era kabinet Indonesia Bersatu ini (Presiden Susilo Bambang Yudoyono)

menekankan pembangunan nasional masih berorientasi pada pembangunan

manufaktur dan industri yang ada di perkotaan. Pembangunan pertanian hanya

difokuskan pada upaya pencapaian peningkatan produksi pertanian guna

mencapai swasembada beras. Orientasi kebijakan yang demikian, jelas

menempatkan petani dan sektor pertanian hanya menjadi obyek pembangunan.

Menurut Erani Yustika, marginalisasi pembangunan sektor pertanian

selama 32 tahun telah menempatkan para pelaku di sektor pertanian (petani)

dalam kondisi terpuruk. Masalah-masalah yang serius dihadapi dalam sektor

pertanian semakin bertambah seperti kepemilikan lahan yang semakin mengecil,

akses terhadap input pertanian yang semakin mahal, biaya transakasi yang terus

melambung dan kelembagaan ekonomi yang tidak pernah berpihak kepada

petani.15

Dalam konteks ini, Soetomo menyimbolisasikan petani sebagai manusia

yang selalu kalah. Hal ini disebabkan karena faktor alam, Terbentuknya

masyarakat dan lembaga beserta sistem kekuasaan dan politik yang ada di

14

Bagong Suyanto, “Perangkap Kemiskinan, Problematika dan Strategi Pengentasannya”, (Yogyakarta: Aditya Media, 2001), Hal. 15

15

(43)

25

dalamnya serta adanya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi ini menjadikan

petani berada dalam situasi ketidakberdayaan yang melembaga, sehingga

menimbulkan budaya kemiskinan (culture of poverty). Ketidakberdayaan petani ini, disebabkan karena petani merupakan kelompok marginal, pilihan-pilihan yang

ada dari petani ditentukan oleh pihak-pihak di luar petani, minimnya jaringan

informasi yang dimiliki oleh petani (sebagai akibat dari keterbatasan kognitif

petani), sistem transportasi yang belum memadai, perbedaan kultur serta posisi

inferior dalam interaksi pasar.16

Keberadaan sektor pertanian dalam pembangunan Menurut Didin S

Damanhuri, dimaksudkan sebagai penyangga suksesnya pembangunan industri

manufaktur. Ini artinya, sektor pertanian dimarginalkan secara struktural, karena

kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah tidak berpihak pada sektor pertanian.

Industrialisasi yang dijalankan tidak melibatkan sektor pertanian sebagai pelaku

utama. Mayoritas tenaga kerja yang terserap dalam sektor pertanian hanya

mendapatkan tingkat kemakmuran yang subsisten.17

Kebijakan pemerintah tentang impor dari berbagai produk hasil pertanian,

merupakan kebijakan yang tidak pro pada petani. Kebijakan impor ini semakin

leluasa, ketika Indonesia yang tergabung dalam negara ASEAN meratifikasi

perjanjian kerjasama dengan Cina dalam perjanjian ACFTA dimana berbagai

produk pertanian dari negara tirai bambu itu bebas masuk ke ASEAN, termasuk

ke Indonesia. Serbuan berbagai produk pertanian dari Cina dan negara-nagara

16

Greg Soetomo, “Kekalahan Manusia Petani”, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), Hal. 63 17

(44)

26

ASEAN sendiri kini sudah sangat terasa menekan harga produk pertanian di

Indonesia.18

Kebijakan yang sedemikian itu sungguh tidak memberikan dampak yang

baik bagi kehidupan para petani, justru petani semakin lama semakin miskin yang

disebabkan dengan adanya kebijakan-kebijakan yang sama sekali tidak

mendukung petani lokal.Begitu juga dengan permasalahan tentang pertanian

kimia muncul dari program warisan masa orde baru. Para petani telah teracuni

oleh kebijakan revolusi hijau yang berawal dari tahun keperintahan orde baru.

Awal tahun 1966 para petani mendapat perintah dari komando pemerintah saat itu

adalah Presiden Soeharto untuk meningkatkan produksi pangan dengan drastis.

Indonesia berhasil dengan swasembada berasnya. Akan tetapi, belum mampu

menekan angka impor pangan. Selain itu, berselang lama sekitar 10 tahun

kemudian para petani mulai merasakan imbas dari resep revolusi hijau tersebut.

Pada tahun itu juga pemerintah Indonesia menandatangani kontrak dengan

perusahaan kimia dari pertanian Swiss.

Program kerja yang direalisasikan adalah dengan membuat percobaan

aplikasi kimia atas lahan 30.000 ha sawah ditanami bibit unggul di Sulawesi

Selatan.19 Para petani tidak dapat lepas dari sugesti penggunaan pupuk kimia.

Kebijakan pemerintah juga gencar mengubah koridor pertanian menjadi proyek

besar untuk menjadi sebuah agroindustri. Ekosistem menjadi komoditi tingkat atas

18

Marfin lawalata, Petani Identik dengan Kemiskinan, diakses dari http://jikti.bakti.or.id/updates/petani-identik-dengan-kemiskinan, pada tanggal 02 Maret 2017 pukul 13.37

19

(45)

27

pada reformasi kali ini. Petani tidak mampu mengubah sejarah yang sudah

mendarah daging dalam catatan dimasa orde baru.

Dengan demikian pemilihan model kebijakan industrialisasi pertanian di

pedesaan disatu sisi memang pertumbuhan ekonomi nasional meningkat tajam,

namun di sisi lain membuat ketimpangan yang sangat mencolok, terutama di

sektor pertanian. Kondisi industrialisasi pertanian, dalam hal ini sektor pertanian

telah mengalami marginalitas akibat kebijakan-kebijakan negara yang tidak berpihak pada petani. Akibatnya industrialisasi pedesaan yang ada tidak bersinergi

dalam upaya mendorong pemberdayaan ekonomi petani di pedesaan.

2. Sekolah Lapang Petani dalam Perspektif Paulo Freire

Sekolah Lapang adalah sebuah sekolah informal bukan sekolah formal

seperti pendidikan di sekolah pada umumnya. Sekolah Lapang Mocaf merupakan

sekolah yang menggunakan diskusi sebagai cara belajar bersama dengan

masyarakat khususnya para petani. Dimana, konsep dari pendidikan Sekolah

Lapang ini menjadikan peserta didik (masyarakat) dengan guru (fasilitator)

sama-sama menjadi subjek dan objeknya adalah realita (problematika sosial) yang ada.

Sehingga tujuan dari pendidikan ini adalah belajar bersama-sama untuk mengenali

realita yang terjadi serta bertindak secara partisipatif untuk menyelesaikan

permasalahan yang terjadi tersebut. Begitu juga dalam proses belajar dilaksanakan

melalui tahap-tahap mengalami, mengungkapkan, menganalisis, dan

menyimpulkan. Siklus ini berjalan secara berulang-ulang.20

20

(46)

28

Pendidikan yang semacam ini akan memudahkan fasilitator dan peserta

untuk saling terbuka dan terlibat aktif didalamnya dan tidak ada pihak yang

menutup-nutupi permasalahannya. Oleh karena itu, dengan mekanisme seperti ini

selayaknya akan terbentuk satu kepercayaan (trust building). Hasil lain yang bisa dicapai dengan mekanisme ini adalah akan membangun jalinan komunikasi yang

harmonis antara kelompok wanita tani dengan fasilitator di sekolah lapang mocaf.

Jika komunikasi dan kepercayaan antar sesama sudah tercapai, maka untuk

menjalankan kegiatan kegiatan sesuai dengan kesepakatan bersama akan berjalan

sesuai yang diinginkan.

Konsep pendidikan nonformal bagi pemberdayaan sangat penting

perannya. Tujuan dari pendidikan nonformal semacam sekolah lapang bersama

petani ini akan banyak menuai partisipasi dari masyarakat atau petani. Selain itu,

pendidikan nonformal berguna agar lebih dekat untuk memahami lingkungan,

menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, mengidentifikasi dan memutuskan

alternatif pilihan, mengevaluasi proses, hasil, dan dampak dari kegiatan. Dengan

demikian manajemen strategis berupaya untuk mendayagunakan berbagai peluang

baru yang akan mungkin terjadi pada masa yang akan datang untuk

memberdayakan masyarakat.21

Tampilan dari belajar bersama petani adalah mengajak petani untuk belajar

memahami kenyataan yang ada pada kehidupan. Petani akan belajar menemukan

sendiri ilmu dan prinsip yang terkemas dalam realita kehidupan. Oleh karena itu

petani tidak hanya sekedar menerapkan pengalamannya untuk jadi pedoman

21

(47)

29

pembelajaran (learning by doing). Namun juga akan mampu menciptakan ilmu baru yang akan digunakan untuk menyelamatkan tanah dan aset sumber daya

masyarakat. Proses penemuan ilmu (discovery learning) yang dinamis sangat diharapkan dalam menyongsong perubahan yang diinginkan.22 Sehingga dalam

target yang muncul adalah tercipta petani ahli yang siap untuk meneliti ancaman

dan tantangan masa depan.

Konsep pada pendidikan Sekolah Lapang Mocaf ini sangat sejalan dengan

konsep pendidikan yang membebaskan dan memanusiakan menurut Paulo Freire

yakni pendidikan ditujukan pada kaum tertindas dengan tidak berupaya

menempatkan kaum tertindas dan penindas pada dua kutub berseberangan

dimana, pendidikan bukan dilaksanakan atas kemurah-hatian palsu kaum

penindas untuk mempertahankan status quo melalui penciptaan dan legitimasi kesenjangan. Dari sini sang subjek-didik membebaskan dirinya atau bisa disebut

dengan usaha untuk "memanusiakan manusia" (humanisasi), bukan untuk kemudian menjelma sebagai kaum penindas baru, melainkan ikut membebaskan

kaum penindas itu sendiri. 23

Konsep yang disusun oleh Sekolah Lapang Mocaf memang sangat berbeda

dengan konsep yang diusung oleh sekolah formal. Perbedaan itu muncul dan

sangat tampak pada proses serta hasil yang dicapai. Tentunya, hasil yang dicapai

pada sekolah formal adalah sesuai dengan keinginan pengajarnya (guru) atau yang

disebut dengan pendidikan 'gaya bank'. Freire berusaha membongkar watak pasif

22

Mansour Fakih, Dkk, Pendidikan Populer Panduan Pendidikan Metode Kritis Partisipatoris, ( Yogyakarta : Insist Press, 2004), Hal. 17

23

(48)

30

dari praktik pendidikan tradisional yang melanda dunia pendidikan, dia

menganggap bahwa pendidikan pasif sebagaimana dipraktikkan pada umumnya

pada dasarnya melanggengkan ‘sistem relasi penindasan’. Freire mengejek sistem

dan praktik pendidikan yang menindas tersebut, yang disebutnya sebagai

pendidikan 'gaya bank' dimana guru bertindak sebagai penabung yang menabung

informasi sementara murid dijejali informasi untuk disimpan. Freire menyusun

daftar antagonisme pendidikan 'gaya bank' atau pendidikan formal itu sebagai

berikut:24

a. Guru mengajar atau mendominas, murid belajar.

b. Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa.

c. Guru berpikir, murid dipikirkan.

d. Guru bicara, murid mendengarkan.

e. Guru mengatur, murid diatur.

f. Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti.

g. Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan

tindakan gurunya.

h. Guru memilih apa yang akan diajarkan, murid menyesuaikan diri.

i. Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan wewenang

profesionalismenya, dan mempertentangkannya dengan kebebasan murid.

j. Guru adalah subjek proses belajar, murid objeknya.

Sekolah lapang mocaf yang diterapkan dengan pendekatan partisipasi

petani dan pihak-pihak yang terkait mempunyai beberapa gagasan yang berbeda.

24

(49)

31

Unsur yang ada dalam sekolah lapang adalah ada peserta (Petani), ada fasilitator,

ada kurikulum yang disampaikan, dan juga ada hasil yang ingin dicapai bersama.

Jika keempat unsur bisa terpenuhi, maka sekolah lapang yang diinginkan hanya

perlu memonitoring dan meningkatkan kapasitas peserta dan fasilitator.

Diharapkan dengan resep sekolah lapang Mocaf dengan desain demikian,

Maka akan muncul petani ahli yang mampu menguasai teknik pertanian,

pengelolahan teknologi pasca panen singkong baik secara teoritis maupun praktis.

Secara teoritis petani harus mampu menguasai teknik bercocok tanam dengan

umbi-umbian seperti singkong. Contoh teori pola tanam yang baik, serta mampu

mengelola hasil produksi pertaniannya menjadi barang yang memiliki nilai jual

yang tinggi (pengelolahan pasca panen). Secara praktis petani harus mampu

menerapkan segala hasil ujicoba, belajar, pelatihan selama mengikuti Sekolah

Lapang Mocaf ini. Dalam hal tersebut sekolah lapang Mocaf ini akan menjawab

semua kendala dan hambatan yang dialami oleh para petani.

Menurut Freire, Pendidikan adalah sebuah kegiatan belajar bersama antara

pendidik dan peserta didik dengan perantara dunia, oleh objek-objek yang dapat

dikenal. Pendidikan tidak lagi sekedar pengajaran, namun dialog antara para

peserta didik dan pendidik yang juga belajar. Keduanya bertanggung jawab

bersama atas proses pencapaian. Hal ini merupakan sebuah penghargaan terhadap

peserta didik sebagai manusia. Pendidikan bukan lagi proses transfer ilmu

pengetahuan, sebab keduanya sama-sama dalam suasana dialogis membuka

cakrawala realita dunia. Pendidikan dengan pendekatan kemanusiaan sering

(50)

32

manusiawi. Jadi, untuk mewujudkan pendidikan yang memanusiakan manusia

dibutuhkan suatu pendidikan yang membebaskan dari unsur dehumanisasi.

Dehumanisasi tersebut bukan hanya menandai seseorang yang kemanusiannya

telah dirampas, melainkan (dalam cara yang berlainan) menandai pihak yang telah

merampas kemanusiaan itu, dan merupakan pembengkokkan cita-cita untuk

menjadi manusia yang lebih utuh.

Bagi Freire manusia bebas adalah manusia sejati, yaitu manusia merdeka

yang mampu menjadi subjek bukan hanya menjadi objek yang hanya menerima

sebuah perlakuan dari pihak lain. Panggilan manusia sejati adalah menjadi

manusia yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia dan realita yang menindas

dan mungkin menindasnya.25 Pada hakikatnya manusia mampu memahami

keadaan dirinya dan lingkungannya dengan berbekal pikiran dan dengan tindakan

praksisnya ia akan mampu merubah situasi yang tidak selaras denganjalan

pikirnya. Manusia sejati harus mampu mengatasi keadaan yang menjeratnya. Jika

seseorang hanya berpasrah bahkan tanpa perlawanan.menghadapi situasi itu maka

berarti ia sedang tidak manusiawi. Ketika kaum tertindas dengan kesadaran

dirinya mampu membebaskan dirinya sendiri dari segala bentuk.

Latar belakang diterapkannya Sekolah Lapang Mocaf untuk petani adalah

tingginya angka impor tepung terigu yang mencapai 29 juta ton dalam lima tahun

terakhir ini sehingga menyebabkan terbunuhnya potensi lokal yang ada di

Indonesia, sehingga masyarakat lokal banyak yang bergantung dengan bahan

pangan impor seperti terigu dan beras. Disisi lain para petani dibutakan oleh

25

(51)

33

permainan harga oleh pengepul yang menyebabkan semakin hilangnya

kesejahteraan petani yakni dalam bentuk menurunnya harga jual singkong mentah

yang mencapai Rp 500,- perkilonya. Harga tersebut sangatlah tidak relative

dibanding dengan biaya operasional seperti upah tenaga kerja, pengeluaran pupuk,

pestisida. dll. Dewasa ini, petani dididik untuk menjadi petani yang konsumen,

artinya petani hanya diajarkan untuk bercocok tanam atau memproduksi hasil

pertanian dengan sebanyak-banyaknya untuk dijual bukan untuk mencukupi

kebutuhannya sendiri. Alhasil petani akan tetap tergantung pada pihak luar maka

sampai kapanpun mereka akan tetap terbelenggu oleh kejamnya penguasa modal.

Sehingga sekolah lapang Mocaf ini akan meningkatkan mewujudkan

kemandirian serta kesejahteraan petani sebab para petani tidak hanya mampu

untuk memproduksi hasil pertaniannya akan tetapi petani tersebut juga mampu

mengelola hasil produksi pertaniannya sendiri menjadi barang yang memiliki nilai

jual yang tinggi (pengelolahan pasca panen) sehingga dapat mengurangi

ketergantungan impor dalam hal tepung. Dengan demikian para petani tidak lagi

merasakan keresahan lagi dengan adanya permainan naik turunnya harga jual

singkong mentah.

Manusia berbeda dengan binatang yang digerakkan oleh naluri. Manusia

juga memiliki naluri akan tetapi juga memiliki kesadaran (consciousness). Manusia harus memiliki kepribadian, eksistensi. Hal ini tidak berarti manusia

tidak memiliki keterbatasan, tetapi dengan fitrah kemanusiaannya harus mampu

(52)

34

kesadaran sama sekali. Maka sesungguhnya dia sedang tidak manusiawi. Seorang

manusia adalah penguasa atas dirinya. Oleh karena itu, manusia adalah menjadi

merdeka, menjadi bebas. Ini adalah tujuan akhir dari humanisasinya freire.

Seseorang yang manusiawi harus menjadi pencipta (the creator) sejarahnya sendiri. Jadi kaum tertindas harus membebaskan diri dari belenggu penindasan

sekaligus membebaskan kaum penindas dari penjara hati nurani yang tidak jujur

melakukan penindasan.26 Pendidikan yang dibawa oleh Paulo Freire melibatkan

tiga unsur : pengajar, pelajar, realitas dunia. Pengajar dan pelajar adalah subyek

yang sadar (cognitive) sedangkan, realitas dunia adalah objek yang disadari

(cognizable).27

Sekolah lapang Mocaf yang diterapkan kepada kelompok wanita tani Bina

Usaha menjadikan fasilitator dan petani menjadi subyek untuk yang harus mampu

menyadari realitas dunia. Petani dan fasilitator harus sadar tentang kehidupan

yang terjadi pada petani serta masyarakat. Hamparan pertanian adalah media

belajar yang sangat ideal untuk memahami realitas dunia.

Penyadaran adalah tujuan inti atau hakikat dari pendidikan. Membangun

kesadaran secara partisipastif memang bukan hal yang mudah. Diperlukan usaha

ekstra keras untuk membangun semua ini. Diperlukan usaha kerjasama yang

kompak. Petani sebagai peserta sekolah lapang Mocaf harus terdidik dan

termotivasi untuk berubah. Output dari sekolah lapang Mocaf ini sendiri adalah petani ahli yang mampu menyadari tentang pentingnya tanaman produksi pangan

lokal sebagai alternatif pengganti beras seperti singkong dan juga petani yang

26

Ibid, Hal. 55 27

(53)

35

mampu mengelola singkong tersebut menjadi bahan baku dalam bentuk tepung

terigu yang sering digunakan sebagai bahan dasar makanan yang sehat seperti

kue, makanan ringan, dll dalam skala rumah tangga. Petani harus menyadari

bahwa menanam tanaman lokal seperti singkong sangatlah penting. Jika petani

sudah bisa menyadari hal tersebut maka usaha melangkah bersama sangatlah

mudah dan terorganisir secara baik. Memang tidak butuh waktu yang sedikit

untuk membangun kesadaran pada suatu kelompok. Apalagi dengan berbagai

tantangan dan hambatan yang selalu menghadang di depan petani dan pihak yang

menginisiasi.

Sekolah Lapang Mocaf (SLM) memiliki beberapa tujuan yang

digambarkan dalam bagan, di bawah ini28 :

28

(54)

36

Bagan 2.1

Kriteria Petani Ahli

Kriteria petani ahli dalam skema diatas terdapat 6 macam sebagai berikut :

a. Petani yang ahli dalam Berwirausaha Kreatif

Seorang petani harus mampu memenfaatkan hasil panennya dengan cara

dikelola dan dijadikan sebagai produk jadi seperti tepung, kripik, dll. Dengan

demikian pendapatan petani akan semakin bertambah. Dalam sekolah lapang

ini akan mengajarkan petani tentang manajemen standar operasional prosedur

dalam berwirausaha, serta belajar bersama dalam menganalisa kelayakan

usaha (pengelolahan pasca panen singkong) dengan teknik menghitung laba

dan rugi. Dengan demikian petani mampu berwirausaha mandiri mulai dari

penanaman, pengelolahan, serta pemasarannya.

(55)

37

b. Petani ahli dalam bercocok tanam

Ketersediaan bahan baku singkong akan menentukan kelangsungan dalam

produksi tepung Mocaf. Oleh karena itu perlu mengupayakan kontinuitas

ketersediaan bahan baku singkong.29 Dengan sekolah lapang ini akan

meciptakan petani yang ahli dalam bercocok tanam tanaman singkong.

Sehingga dengan pelatihan pembuatan tepung Mocaf ini nantinya akan

dijadikan petani sebagai sarana belajar secara learning by doing atau belajar dari kesalahan yang ada sehingga menjadikan petani yang ahli dalam

mengelola lahan pertaniannya

c. Petani ahli dalam research

Petani akan mempunyai kemampuan dalam melakukan experiment untuk mendapatkan temuan-temuan baru, yang tersebut merupakan hasil kegiatan

mereka secara mandiri yang didukung dengan jiwa keingintahuan para petani

yang tinggi.

d. Petani yang ahli dalam mengorganisir masyarakat

Petani yang memiliki jiwa kepemimpinan (Leadership) yang mampu mengondisikan anggota kelompoknya secara rapi dan tertib. Sehingga dalam

menggerakkan masyarakat tentunya searah dan satu tujuan untuk menjadikan

petani yang mandiri dan sejahtera.

e. Petani yang mampu memecahkan permasalahannya secara mandiri

Petani ahli adalah petani yang mampu dan mau untuk menyelesaikan

permasalahan secara mandiri. Petani yang tidak bergantung pada pihak

29

(56)

38

luar (fasilitator) dalam menyelesaikan promblema yang terjadi dalam

individu maupun kelompok.

f. Petani yang Mampu menganalisa Masalah

Dengan proses diskusi atau belajar bersama maka akan membiasakan para

petani untuk berfikir dalam upaya pemecahan permasalahan yang ada. Karena

pada dasarnya dalam sebuah kelompok pasti akan menghadapi suatu

permasalahan. Keputusan dalam kelompok dicapai secara mufakat bersama

dengan pemikiran pribadi. Salah satunya dengan cara teknik Partisipatory Rural Appraisal (PRA) para petani akan mampu menganalisa tentang pertanian, kelompok, usaha pengelolahan pa

Gambar

Tabel 3.1
 Gambar 4.1
Tabel 4.1
Gambar 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara lebih khusus, penelitian ini akan melihat: (1) di mana posisi relatif pemangku kepentingan perempuan tersebut vis-a-vis proses pembuatan kebijakan tentang

Hal ini tergambar dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa 90% staf perawat memiliki motivasi kerja rendah dengan gaya kepemimpinan otoriter dan 10% staf perawat

Oleh karena munculnya pemahaman yang menyatakan bahwa praja tidak lebih dari sebatas perkara bid‟ah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah S.a.w., ditambah

Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan laut yang tercatat di pelabuhan Tanjung Emas Semarang, pada November 2016 yang dirinci menurut kapal penumpang

yang saya perbuat jika hal tersebut tidak sesuai dengan.

Tidur Tahap 4 – lamanya individual differences * Orang merasakan tidur paling nyenyak. * Napas perlahan

44 Secara umum, dalam masalah ‘keadilan’ di sini menunjukkan bahwa poligini (baik untuk yang merdeka maupun hamba) dalam pandangan ulama Malikiyah tak berbeda

Tawaran model yang bisa didorong untuk pengembangan pasar di antaranya adalah Model Pasar Mandiri, Model Perpaduan Pasar Barang, Pasar Jasa, dan Pasar Event Regional, Model