• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota pada organisasi fatayat Nu ranting Babat Jerawat Pakal Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota pada organisasi fatayat Nu ranting Babat Jerawat Pakal Surabaya."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN HUBUNGAN PENGURUS DENGAN ANGGOTA PADA ORGANISASI FATAYAT NU RANTING BABAT JERAWAT, PAKAL,

SURABAYA.

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirasah Islamiyah

Oleh Suciati NIM. F12915310

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

(3)
(4)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang adanya fenomena model pengajian yang dibuat oleh pengurus ranting Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Babat Jerawat, Pakal, Surabaya yang memiliki perkembangan pesat dalam waktu 5 tahun terakhir. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari durasi waktu anggota yang mengikuti banyak yang melebihi 5 tahun, bahkan 10 tahun, jumlah anggota pengajian yang semakin banyak jumlahnya karena meluas segmen anggotanya, yang dahulunya hanya ibu- ibu asli Babat Jerawat, berkembang pada ibu – ibu pendatang baik yang menentap maupun kontrak. Kesan anggota yang positif terhadap model pengajian yang diadakan pengurus ranting Fatayat NU Babat Jerawat, Pakal, Surabaya, model pengajian dinilai berbeda dari biasanya yang selama ini dilakukan oleh pengurus Fatayat NU, sebelumnya hanya pembacaan Yasin, Tahlil, Dan Diba’, kini terdapat penambahan model pengajian momentual dengan sistem pemberian souvenir dan door price. Peneliti pun menemukan jika perubahan yang dilakukan pengurus Fatayat dikarenakan adanya pengelolaan organisasi yang lebih mempertimbangkan aspek keinginan anggota dalam upayanya untuk mempertahankan loyalitas anggota.

Dari adanya latar belakang tersebut, Peneliti pun memiliki keinginan untuk mencari informasi bagaimana pengelolaan yang dilakukan oleh pengurus ranting Fatayat NU Babat jerawat dalam menjalin hubungan dengan anggota, serta bagaimana tahapan pengelolaan yang dilakukan pengurus Fatayat NU ranting babat jerawat, Pakal, Surabaya.

Pendekatan penelitian ini dengan grounded research, dikarenakan tidak ada teori yang menjelaskan terkait dalam hal pengelolaan hubungan antara pengurus dengan anggota serta tahapan pengelolaan hubungan anggota dalam upaya mempertahankan loyalitas anggota dalam konteks organisasi dakwah.

Hasilnya peneliti menemukan bagaimana pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota yang dilakukan organisasi Fatayat NU Ranting Babat Jerawat, dan tahapan yang dilakukan pengurus ranting Fatayat NU Babat Jerawat dimulai rancangan program yang dibuat, pembuatan tujuan yakni keinginan pengurus Fatayat NU dalam mempertahankan loyalitas anggota hingga jangka panjang, Pemetaan variabel yang dilakukan terkait keuangan organisasi dan keuangan anggota, waktu anggota, dan keinginan anggota terhadap model pengajian yang diadakan, serta kemampuan pengurus dalam menjalin hubungan.

(7)

ABSTRACT

This research was conducted with the background of the phenomenon of study model made by Fatayatul Nadhlatul Ulama (NU) branch of Babat Jerawat, Pakal, Surabaya which has rapid development in the last 5 years. The development can be seen from the time duration of members who follow the many that exceed 5 years, even 10 years, the number of members of recitation that increasingly in number because widen of the segment of its members, formerly only the original mother live in Babatan Jerawat, growing on another the mothers of good immigrants settled or rent house. The positive impression of the members of the recitation model held by the board of Fatayat NU Babatan Jerawat, Pakal, Surabaya, the recitation model is considered different from the usual done by the Fatayat NU management, previously only Yasin, Tahlil and Diba ' readings, now there are additional models recitation momentual with souvenir and doorprize system. Researchers also finding if changes made by Fatayat board due to organizational management considering the aspect of the desire of members in an attempt to maintain the loyalty of members.

From the background, the researchers also have a desire to find information on how the management carried out by Fatayat NU branch of Babatan Jerawat to establishing relationships with members, as well as how the phases of management performed by Fatayat NU branche of Babatan Jerawat, Pakal, Surabaya.

This research approach with grounded research, because there is no theory that explains related in terms of carry out relationship between board with members and phases of member relationship management in an effort to maintain member loyalty in the context of da'wah organization.

The results of the researcher found out how the management of board relationships with members of the organization Fatayat NU branch of Babatan Jerawat, and the phases of Fatayat NU branch of Babatan Jerawat started the design of the program made, the purpose of the desire of Fatayat NU board in maintaining member loyalty until long term, the variables involved in organizational finance and members' finances, members' time, and members' wishes on the study model being held, as well as the ability of the board in establishing relationships.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian... 12

E. Kegunaan Penelitian ... 12

F. Penelitian Terdahulu ... 12

(9)

1. Jenis penelitian ... 16

2. Teknik Pengumpulan Data. ... 18

3. Teknik Analisis Data. ... 20

4. Keabsahan Data ... 21

BAB II KERANGKA TEORETIK ... 23

A. Perencanaan ... 23

1. Pengertian Perencanaan. ... 23

2. Manfaat Perencanaan... 25

3. Unsur - Unsur Perencanaan. ... 26

4. Bentuk - Bentuk Perencanaan. ... 26

5. Syarat Perencanaan. ... 27

6. Tahapan Perencanaan. ... 28

B. Manajemen Hubungan Pelanggan - Customer Relationship Management (CRM) ... 30

1. Pengertian Manajemen Hubungan (CRM). ... 30

2. Tataran yang dapat dikaji dalam Customer Relationship Management (CRM): ... 32

C. Loyalitas Pelanggan ... 33

(10)

A. Sejarah Lahirnya Fatayat NU... 37

B. Arti Lambang Fatayat NU. ... 41

C. Profil Fatayat NU Ranting Babat Jerawat, Pakal, Surabaya. ... 42

1. Tujuan ... 42

2. Visi Misi dan Program... 42

D. Susunan Pengurus Ranting Fatayat NU Babat Jerawat, Pakal, Surabaya 2013 – 2017. ... 46

E. Profil Pengurus Fatayat NU . ... 47

BAB IV PENGELOLAAN HUBUNGAN PENGURUS FATAYAT NU RANTING BABAT JERAWAT, PAKAL, SURABAYA ... 50

A. Pengelolaan Hubungan Pengurus dengan Anggota pada organisasi Fatayat NU ranting Babat Jerawat, Pakal, Surabaya. ... 50

1. Program Pengurus Ranting Fatayat NU Babat Jerawat, Pakal, Surabaya. ... 50

2. Pertimbangan Pembuatan Rencana Program Momentual Fatayat NU, Babat Jerawat, Pakal, Surabaya. ... 69

3. Mekanisme Pembuatan Program Kegiatan Fatayat NU, Babat Jerawat, Pakal, Surabaya. ... 76

B. Tahapan perencanaan yang dilakukan pengurus Fatayat NU, Babat Jerawat, Pakal, Surabaya... 79

(11)

2. Merumuskan Variabel internal organisasi. ... 83

3. Merumuskan variabel lingkungan eksternal organisasi ... 93

4. Menganalisa variabel internal organisasi – kekuatan dan kelemahan organisasi. ... 97

5. Menganalisa variabel eksternal organisasi - kesempatan dan ancaman... 102

6. Pembuatan keputusan program organisasi. ... 105

BAB V PENUTUP ... 109

A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 110

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pelanggan merupakan salah satu ujung tombak sebuah usaha jasa dalam

mempertahankan eksistensi organisasi. Hal ini dikarenakan pelanggan nantinya

yang akan melakukan pembelian atas produk jasa organisasi tersebut. Loyalitas

pelanggan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup suatu organisasi jasa,

dimana organisasi bertahan karena produk jasa yang digunakan terus menerus

oleh pelanggan, jika pelanggan memutuskan pembelian produk, maka organisasi

tidak akan dapat memproduksi produk terus menerus yang berakibat pada

berhentinya organisasi.

Ketatnya persaingan dunia usaha, dengan segala kemajuan teknologi dan

pemikiran manusia menawarkan berbagai mode produk jasa yang menarik bagi

pelanggan, maka semakin berat tantangan bagi organisasi agar dapat

mempertahankan loyalitas pelanggannya. Dalam membangun loyalitas pelanggan,

maka organisasi harus dapat membangun sebuah hubungan baik antara organisasi

dengan pelanggan dalam jangka panjang. Hubungan baik ini yang membuat

pelanggan tidak beralih pada produk jasa organisasi lain. Sejumlah riset

menunjukkan bahwa dua pilar utama pemasaran hubungan adalah kepercayaan

dan komitmen.2 Maka organisasi jasa harus mampu membuat sistem manajemen

(13)

2

berbasis hubungan pelanggan demi mendapatkan kepercayaan dan komitmen

untuk mempertahankan loyalitas pelanggan agar mau membeli produk jasa

organisasi dalam jangka waktu yang lama.

Persaingan pun terjadi dalam usaha jasa bidang dakwah. Dakwah adalah

seruan kepada semua manusia untuk menjalankan hidup sesuai ajaran Allah yang

benar yang terjelaskan dalam Al Qur’an dan Sunah Rasulullah yang merupakan

tanggung jawab seluruh manusia Muslim, yang dilakukan dengan penuh

kebijaksanaan dan nasehat yang baik.3 Dalam menjalankan perintah berdakwah,

Muslim tersebut berorganisasi dalam suatu wadah organisasi dakwah yang

mengorganisir dakwah secara efektif dan efisien dalam suatu kerangka struktur

dan hubungan menurut pola tertentu, sehingga dapat mencapai tujuan dakwah

secara bersama.4 Produk dalam organisasi dakwah tersebut adalah ajaran Allah

yang benar sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Sunah Rasulullah.

Di Masyarakat muncul banyak organisasi dakwah yang sama – sama

memiliki produk dakwah yakni menyampaikan ajaran sesuai dengan Al Qur’an

dan Sunah Rasulullah. Bentuk organisasi dakwah beragam, ada lembaga zakat,

yayasan yatim piatu, juga organisasi pengajian. Organisasi pengajian memiliki

produk dakwah yang juga menyerukan ajaran sesuai dengan Al Qur’an dan Sunah

Rasulullah. Organisasi pengajian akan senantiasa berusaha mencapai tujuan

dakwahnya dikarenakan hal tersebut merupakan perintah sebagai Muslim. Ketika

dimasyarakat mucul banyak organisasi pengajian yang juga memiliki tujuan yang

3Abu Bakar Atjeh, Beberapa Catatan Mengenai Dakwah Islam (Semarang:

Ramadani, 1979), 6.

4Zaini Mukhtarom, Dasar – Dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: Al Amien

(14)

3

sama yakni berdakwah, maka organisasi pengajian dituntut untuk berkompetisi

dalam menyampaikan misi dakwah ini, hal ini sejalan dengan perintah Allah

kepada umat manusia yang melakukan dakwah. Sebagaimana yang dijelaskan

dalam Q.S. Al Maidah 48:

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”5

Persaingan dakwah yang ketat dalam memperebutkan anggota pengajian

sebagai obyek dakwah membuat organisasi pengajian harus berusaha untuk

mempertahankan anggota pengajian dengan memiliki usaha yang keras.

Organisasi pengajian harus memiliki pengelolaan organisasi yang bagus agar

anggota pengajian dapat tertarik dan terus bertahan. Dalam dakwah semua hal

tersebut adalah sebagai produk yang akan dilihat dan dirasakan oleh anggota

5 Departemen Agama RI, Al – Qur’an Al Mumayaz (Bekasi: Cipta Bagus Segara,

(15)

4

pengajian, dan menjadi pertimbangan dalam menentukan apakah mengikuti

pengajian organisasi tersebut dan bertahan atau justru memutuskan hubungan

dengan organisasi pengajian tersebut.

Tuntutan kompetisi organisasi pengajian harus dihadapi dengan

senantiasa focus pada anggota pengajianya, maknanya harus memahami apa yang

dibutuhkan dan diinginkan anggota pengajiannya, karena merekalah obyek

dakwah yang akan menerima atau menolak dakwah yang diberikan organisasi

pengajian.6 Prinsip ini melahirkan tuntutan terhadap organisasi pengajian tersebut

untuk menciptakan produk dan layanan yang lebih unggul sesuai dengan

keinginan anggota, sehingga lebih memilih bergabung dalam organisasi tersebut

secara terus menerus.

Teori ekonomi mikro menjelaskan bahwa masyarakat selalu berusaha

memperoleh kepuasan maksimal, apabila memperoleh kepuasan secara maksimal,

maka mereka akan berusaha meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk

dakwah oleh organisasi tertentu.7 Oleh karenanya setiap organisasi pengajian

harus menunjukkan kualitasnya, agar jama’ah merasa puas dan bertahan, namun

sebaliknya jika tidak maka mereka tidak akan kembali pada organisasi tersebut.

Perhatian yang besar untuk mempertahankan anggota telah menyebabkan

banyak organisasi pengajian mengembangkan continuity marketing program yang

ditujukan untuk mempertahankan anggota pengajian dan meningkatkan loyalitas

(16)

5

mereka hingga jangka panjang.8 Mowen dan Minor menjelaskan bahwa loyalitas

sebagai kondisi dimana anggota mempunyai sikap positif terhadap suatu

organisasi tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya hingga masa

mendatang.9

Organisasi pengajian harus membuat pengelolaan hubungan dengan

anggota yang dapat membuat anggota senang dan dapat bertahan mengikuti

pengajian hingga jangka panjang. Dalam teori ilmu pemasaran proses ini disebut

sebagai manajemen hubungan pelanggan atau Customer Relationship

Management. Dimana pola ini adalah pola manajemen dengan membangun

hubungan agar dapat menjaga loyalitas anggota hingga jangka panjang kepada

organisasi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Levy, customer Relationship

management adalah seperangkat strategi, program, dan sistem yang berfokus pada

identifikasi dan membangun loyalitas yang paling berharga.10 Organisasi

pengajian pun harus memiliki pengelolaan yang baik agar memiliki program yang

dipandang menarik oleh anggota sehingga mereka mau bertahan dalam jangka

waktu yang lama.

Nahdlatul Ulama atau disingkat NU merupakan salah satu organisasi

dakwah terbesar yang berada di indonesia dengan jumlah pengikut yang besar.

Salah satu ortonom organisasi dakwah yang dimiliki organisasi NU adalah Fatayat

8Jagdish N Sheth, Atul Parvatiyar & G. Shainesh, Customer Relationship

Management: Emerging Concepts, Thools, and Application (New Delhi: Tata-McGrawHill, 2002), 11.

9Ahmad Mardalis, “Meraih Loyalitas Pelanggan”, Benefit: Jurnal Manajemen

dan Bisnis, Vol. 9, No.2, 111 – 119.

10Michael Levy, Barton A. Weitz dan Lauren Skinner Beitelspacher, Retailing

(17)

6

NU, yaitu organisasi pengajian untuk ibu – ibu muda. Organisasi Fatayat NU

merupakan organisasi tua dengan basis massa yang banyak secara jumlah anggota.

Jumlah anggota Fatayat NU untuk konteks masyarakat di Surabaya,

khususnya Surabaya Barat Kecamatan Pakal jumlahnya besar. Ketika penulis

melakukan survey ke beberapa ranting mengenai bertahannya pengajian Fatayat

NU ini, semua ranting masih menjalankan pengajian Fatayat NU dengan

pelaksanaan pengajian tiap minggu, serta masih menjadi organisasi pengajian

terbanyak jumlah anggotanya dibandingkan pengajian lain non Fatayat NU yang

ada di kecamatan Pakal.

Jumlah ranting Pengajian Fatayat NU dikecamatan Pakal berjumlah 16

ranting. Kegiatan pengajian di 15 ranting selain Babat Jerawat adalah pengajian

rutin mingguan yakni baca surat Yasin, Tahlil, dan Diba’an yang merupakan

program pengajian seluruh Fatayat NU. Untuk konteks Babat Jerawat ada

perbedaan yang nanti akan penulis paparkan.

Penulis menggali informasi mengapa masih berjalan kegiatan pengajian

Fatayat NU ini dengan wawancara ibu – ibu yang memiliki pengajian. Menurut

ibu Risa, dari Fatayat NU ranting Sendang Bulu. Profilnya sebagai ibu rumah

tangga. Sudah ikut kegiatan pengajian Fatayat selama 3 tahun. Kegiatannya dari

awal ikut hingga saat ini tidak ada yang berbeda dari tahun ke tahun yakni

membaca tahlil dan Diba’. Kesannya pengajian ini menjadi rutinitas dari pada

dirumah nganggur lebih baik ikut mengaji. Pengajian digunakan untuk mengisi

waktu luang dengan ngaji bersama ibu –ibu yang lain.11 Menurut ibu Fadhila

(18)

7

ranting Pakal. Profilnya sebagai guru PAUD. Sudah ikut kegiatan pengajian

Fatayat selama 12 tahun. Kegiatannya dari awal ikut hingga sekarang ini adalah

pembacaan surat Yasin, Tahlil, dan Diba’an. Alasan terus mengikuti karena masih

menjadi pengajian satu – satunya yang dimiliki ibu – ibu Pakal secara mayoritas,

dan bisa menjadi ajang silaturahmi bertemu dengan ibu – ibu lain seminggu

sekali, dari pada dirumah lebih baik ikut, untuk menambah amalan di waktu

luang. 12

Pengajian Fatayat NU, selama ini yang dikenal oleh publik adalah

pengajian berupa Yasinan, Tahlil, dan Diba’an. Secara umum pengajian Fatayat

NU pasti ada kegiatan tersebut. Fatayat NU di ranting Babat Jerawat dahulunya

juga demikian. Tetapi ada yang berbeda dengan Pengajian Fatayat NU di ranting

Babat Jerawat, kecamatan Pakal, kota Surabaya di 5 tahun terakhir ini. Pengajian

yang di buat di Fatayat NU ranting Babat Jerawat ini banyak penyesuaian dengan

masukan anggota yang ikut pengajian. Pengajian ini dibuat banyak variasi

dibandingkan dengan sebelumnya dengan tujuan agar tidak bosan.

Berikut model pengajian yang di buat oleh pengurus Fatayat NU Ranting

Babat Jerawat,Pakal, Surabaya:

1. Pengajian rutin :

Pengajian baca surat Yasin, Diba’an, dan Tahlil tiap kamis malam Ba’da

Maghrib.

2. Pengajian momentual :

(19)

8

a. Pengajian dalam moment PHBI. Setiap PHBI dibuat acara yang berbeda

dengan acara Rutin.

b. Kegiatan momentual dibuat 2 agenda yakni mengaji, dan bersilaturahmi

dengan kegiatan pemberian hadiah berupa door price beserta

mendapatkan souvenir.

Kegiatan lain yang juga diadakan yang merupakan hasil masukan ide

anggota yang ikut, hal ini juga dapat menambah semangat ibu – ibu ikut Fatayat

NU:

1. Pengadaan seragam pengajian yang baru setelah sekian lama tidak ada

seragam. Dalam waktu 5 tahun ini sudah 3 kali seragam yang terkoleksi.

2. Pengadaan koperasi syariah bagi ibu – ibu selaku anggota, ada hubungan

saling menguntungkan dengan adanya Ibu – ibu yang menabung, sedangkan

ibu – ibu lainnya meminjamjika ada kebutuhan uang secara mendesak tanpa

bungah yang menyulitkan.

Prestasi Fatayat NU ranting babat jerawat saat ini pun terlihat. Organisasi

ini ada lebih dari 30 puluhan tahun lalu hingga sekarang masih menjadi organisasi

primadona di kampung Babat Jerawat ini. Jika dilihat dari jumlah anggotanya,

mengalami peningkatan terus menerus. Jika tahun – tahun sebelumnya mengalami

kemunduran jumlah anggota, dalam 5 tahunan ini anggotanya terus naik hingga

mencapai 360 anggota yang diikuti oleh ibu – ibu di kampung Babat Jerawat.

Kepesertaan anggotanya pun meluas, jika sebelumnya yang ikut hanya ibu – ibu

warga asli kampung Babat Jerawat, kini warga pendatang baik statusnya

(20)

9

Kegiatan rutin pengajian tiap kamis menjadi agenda wajib kampung. Hal

ini karena pengajian diikuti mayoritas ibu – ibu kampung babat jerawat, maka

agenda kampung yang lain pun akan diupayakan untuk dilakukan diwaktu lain

agar tidak mengganggu, misalkan acara arisan kampung, perayaan – perayaan

kampung, dan kegiatan lainnya. Penulis pernah menjumpai pada kasus orang

kampung yang punya hajatan Mantu, Khitan, dll pun akan rela ditunda acaranya

pasca pengajian Fatayat NU dilakukan. Dan hal ini sudah menjadi asumsi semua

orang jika agenda yang utama dihari kamis malam Ba’da Maghrib hingga Isya’

adalah pengajian Fatayat NU.

Maraknya pengajian ini juga bisa dilihat dari arus kampung ini saat kamis

malam, terjadi arus yang sangat padat anggota Fatayat NU berangkat dari rumah

satu ke rumah lain, yakni dari rumah tiap ibu – ibu menuju ke rumah tempat

pengajian diselenggarakan, semaraknya terlihat karena ketika berangkat ibu – ibu

ini saling manggil dan mengajak berangkat bersama ibu yang lain yang

tetanggaan.

Lama waktu anggota dalam mengikuti pengajian, ada yang baru saja ikut,

1 tahun, 10 tahun, bahkan ada yang 20 tahun lebih. Tidak sedikit dari anggota

yang ikut puluhan tahun, hal ini karena kepesertaan mereka dari status ibu muda

hingga menjadi nenek masih bertahan ikut pengajian Fatayat NU dan tidak mau

beralih ke Pengajian yang lain. Menurut informasi dari ibu Ani yang merupakan

salah satu anggota Fatayat NU sudah 5 tahun, beliau sangat senang dengan

kegiatan Fatayat di Babat Jerawat. Kegiatannya banyak, variatif, tidak

(21)

10

yang lain, bahwa pengajian itu jangan yang membuat jenuh tetapi juga harus

menyenangkan serta kekinian.13 Pendapat dari Ibu Nuraini yang sudah mengikuti

pengajian 10 tahunan pun demikian, beliau saat ini senang mengikuti kegiatan

Fatayat NU karena model pengajiannya lebih menyenangkan, tidak hanya baca

surat Yasin dan Tahlil seperti dahulu, sekarang pun menjadi lebih rajin ikut karena

lebih menyenangkan dan lebih modern. 14

Dari sini penulis berasumsi bahwa organisasi pengajian Fatayat NU

memahami nilai penting anggota bagi organisasinya, oleh karenanya banyak

perubahan yang dilakukan pengurus ranting Fatayat NU Babat Jerawat. Ketika

penulis mendalami hal tersebut kepada pengurus, penulis pun mendapatkan

jawaban bahwa pembuatan program di Fatayat sangat mempertimbangkan

keinginan anggota, dimana hal ini agar dapat mempertahankan loyalitasnya

mengikuti pengajian. Kedudukan anggota yang disadari penting oleh pengurus

menjadikan pengurus berkonsentrasi pada program yang memperkuat hubungan

antara pengurus dan anggota, banyak program yang dibuat tentunya dengan

mempertimbangan keinginan – keinginan anggota. Penelitian ini akan membahas

mengenai bagaimana pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota yang

diterapkan oleh pengurus ranting Fatayat NU Babat Jerawat, Pakal Surabaya

dalam mempertahankan loyalitas anggota hingga jangka panjang, dan bagaimana

tahapan yang dilakukan dalam proses pembuatan perencanaan tersebut.

(22)

11

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Penulis hendak menggali mengenai bagaimana pengelolaan hubungan

pengurus dengan anggota yang dilakukan oleh pengurus organisasi Fatayat NU

ranting Babat Jerawat, dan tahapan pembuatan perencanaan yang dilakukan

pengurus ranting Fatayat NU Babat Jerawat, Pakal, Surabaya. Keunggulan Fatayat

NU dalam menerapkan pengelolaan hubungan anggota dengan mengajak anggota

untuk memberi masukan terhadap kegiatan yang diadakan, menghasilkan

kepuasaan anggota yang ikut dan membuat anggota bertahan mengikuti pengajian

hingga jangka waktu lama.

Penelitian ini hanya meneliti tingkat perencanaan sehingga tidak sampai

pada penelitian implementasinya. Maka peneliti akan lebih meneliti bagaimana

perencanaan yang dibuat beserta tahapan pembuatan perencanaan pengelolaan

hubungan anggota yang dibuat oleh pengurus ranting Fatayat NU Babat Jerawat,

Pakal, Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota pada

organisasi Fatayat NU ranting Babat Jerawat, Pakal, Surabaya?

1. Bagaimana pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota pada organisasi

Fatayat NU ranting Babat Jerawat, Pakal, Surabaya?

2. Bagaimana tahapan pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota pada

(23)

12

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota pada

organisasi Fatayat NU ranting Babat Jerawat, Pakal, Surabaya?

2. Untuk mengetahui tahapan pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota

pada organisasi Fatayat NU ranting Babat Jerawat, Pakal, Surabaya?

E. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat mengembangkan ilmu mengenai

perencanaan terhadap suatu organisasi dakwah dalam hal pengelolaan hubungan

antara pengurus dengan anggota sebagai cara untuk meningkatkan loyalitas

anggota terhadap program – program suatu lembaga pengajian.

2. Praktis

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan informasi penting oleh

organisasi pengajian lainnya dalam mempertahankan anggotanya dengan menjalin

hubungan yang baik antara pengurus dengan anggota yang mengikuti kajian,

dengan demikian anggota merasa puas dan terbangun loyalitasnya.

F. Penelitian Terdahulu

1. Judul: Sistem E-CRM Pada Klinik Tumbuh Kembang Anak Indigrow.

Penelitian ini menjelaskan tentang pembuatan sistem pelayanan online oleh

Klinik Tumbuh Kembang Anak Indigrow, yang ditujukan untuk Orang tua

dari pasien klinik yakni anak-anak berkebutuhan khusus. Latar belakang

adanya sistem pelayanan ini dikarenaka klinik memandang bahwa orang tua

(24)

13

penolakan dari keluarga maupun lingkungan ketika menghadapi kenyataan

bahwa anak-anak mereka adalah anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.

Oleh karena itu, mereka membutuhkan lingkungan untuk dapat berbagi satu

sama lain agar mereka lebih kuat dalam mendukung anak-anaknya untuk

berkembang. Pelayanan ini dibuat agar dapat digunakan untuk berkomunikasi

antar orang tua dengan dokter klinik untuk saling bercerita, mendengarkan,

dan memberi masukan akan keluhan – keluhannya tanpa terbatasi waktu.15

Persamaan penelitian ini adalah mengkaji pengelolaan berbasis Customer

Relationship Management(CRM). Perbedaan pada tempat penelitian dan fokus

penelitiannya. Penelitian ini mengkaji tentang organisasi klinik Tumbuh

Kembang Anak Indigrow dengan fokus pada keinginan orang tua yang

memiliki anak cacat dalam memberikan konsultasi dengan pembuatan layanan

E – CRM, Sementara dalam penelitian yang akan diteliti penulis pada

organisasi pengajian Fatayat NU ranting Babat Jerawat, Pakal, Surabaya

dengan fokus penelitian pada bagaimana sistem pengelolaan hubungan yang

diterapkan oleh pengurus dengan anggotanya agar mendapatkan loyalitas

anggota.

2. Judul : Costumer Relationship Management (CRM) sebagai Sarana Meraih

Image Positif untuk Perpustakaan. Penelitian ini menjelaskan bagaimana

mendapatkan citra positif dari pelanggan perpustakaan dengan membuat

sistem CRM dalam pengelolaan perpustakaan yang harus dilakukan oleh

15 Ongowarsito Henkie dan Gitarani Hesty, “Sistem E-CRM Pada Klinik Tumbuh

(25)

14

departemen perpustakaan.16 Persamaan ini penelitian ini adalah sama – sama

mengkaji tentang bagiaimana membuat pengelolaan dengan berbasis pada

mengutamakan keinginan anggota. Perbedaannya adalah pada obyek kajian

dan tujuan kajian. Pada penelitian mengkaji perpustakaan dengan tujuan

mendapatkan citra positif, segangkan penelitian penulis mengkaji pengajian

Fatayat NU ranting Babat Jerawat dengan tujuan mempertahankan loyalitas.

3. Judul: Segmentasi Pelanggan Menggunakan Algoritma K- Means untuk

Customer Relationship Management(CRM) pada Hijab Miulan. Penelitian ini

menjelaskan bahwa upaya untuk meningkatkan loyalitas pelanggan adalah

dengan mengelompokkan pelanggan dan menerapkan strategi pemasaran yang

sesuai untuk setiap kelompok dengan pendekatan data mining meliputi

pengelompokan pelanggan dengan metode clustering metode K -Means.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan segmentasi pelanggan.17 Persamaan

penelitian ini adalah mengkaji bagaimana mengelola anggota dengan sebaik

mungkin dengan menciptakan program – program sesuai keinginan mereka.

Perbedaan pada tempat penelitian dan fokus penelitiannya. Penelitian ini

mengkaji tentang organisasi Hijab Miulan dan fokus pada segmentasi

pelanggan yang dilakukan agar mendapatkan loyalitas. Sementara dalam

penelitian yang akan diteliti penulis pada organisasi pengajian Fatayat NU

16 Hotlan Siahaan. “Costumer Relationship Management (CRM) sebagai Sarana

Meraih Image Positif untuk Perpustakaan.” Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4, No. 2. 2008. Universitas Sumatera Utara, Sumatera.

17 Gita Febrina Wulandari. “Segmentasi Pelanggan Menggunakan Algoritma K-

Means untuk Customer Relationship Management(CRM) pada Hijab Miulan.”

(26)

15

ranting Babat Jerawat, Pakal, Surabaya dengan fokus penelitian pada sistem

pengelolaan organisasinya.

4. Judul: Gerakan Pengarusutamaan Gender Fatayat NU Cabang Jepara Jawa

Tengah 2000 - 2007. Penelitian ini mendeskripsikan upaya menyetarakan

gender bagi perempuan yang ada di Jepara pemberdayaan perempuan untuk

lebih berperan aktif di berbagai sektor kehidupan yang diperankan oleh

organisasi perempuan muda Nahdhatul Ulama’,yang disebut Fatayat NU di

Kabupaten Jepara,Jawa Tengah. Penelitian ini dimulai tahun 2000 hingga

2007. Penelitian ini menggunakan teori peranan sosial oleh Peter Burke.

Menurut teori ini peranan sosial yang mempunyai pengaruh besar terhadap

adanya perubahan, hal ini yang dilakukakan oleh Fatayat NU Cabang Jepara.18

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis

adalah dalam organisasi yang diteliti yakni Fatayat NU. Perbedaannya,

penelitian ini menjelaskan Fatayat NU di Jepara, sementara penulis meneliti

Fatayat NU ranting Babat Jerawat, Pakal, Surabaya. Perbedaan selainnya

adalah hal yang diteliti. Dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh Fatayat

terhadap usaha penyamaan Gender perempuan, namun untuk penelitian yang

akan dilakukan penulis adalah pengelolaan pengurus dengan anggota Fatayat.

5. Judul: Pengaruh pengajian Fatayat NU terhadap Keharmonisan Keluarga

Anak Cabang Gedeg Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini menjelaskan ada

keterhubungan mengenai keikutsertaan pengajian terhadap keharmonisan

keluarga. Hal tersebut dikarenakan pengajian yang dilakukan Fatayat NU

18 Ahmad Ni’am Shidqi. “Gerakan Pengarusutamaan Gender Fatayat NU Cabang

(27)

16

memberikan pembeljaran bagaimana menata keluarga yang baik. Sehingga

pengajian tersebut memberikan pengaruh pandangan dalam menata

keluarga.19 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis adalah dalam organisasi yang diteliti yakni Fatayat NU. Perbedaannya,

penelitian ini menjelaskan Fatayat NU di Gedeg, Mojokerto, sementara

penulis meneliti Fatayat NU ranting Babat Jerawat, Pakal, Surabaya.

Perbedaan selainnya adalah hal yang diteliti. Dalam penelitian ini menjelaskan

pengaruh pengajian Fatayat terhadap keharmonisan keluarga, namun untuk

penelitian yang akan dilakukan penulis adalah mengelola kegiatan pengajian

Fatayat NU.

G. Metode Penelitian.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu

penelitian yang menekankan pada kualitas atau hal yang terpenting dari rumusan.

Hal terpenting yang berupa kejadian, fenomena dan gejala sosial adalah makna

dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi

pengembangan konsep teori.20 Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data,

menganalisis data dan menginterpretasikannya.21

19 Mei Musfiroh. “Pengaruh pengajian Fatayat NU terhadap Keharmonisan

Keluarga Anak Cabang Gedeg Kabupaten Mojokerto.” 1998. IAIN Sunan Ampel, Surabaya.

20 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif

(Jogyakarta: Arruz Media, 2010), 25.

21 Suryana, Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan

(28)

17

Pendekatan penelitian ini adalah Grounded Research. Grounded Research

adalah metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk membangun sebuah

teori, sehingga hasil dari penelitian ini adalah teori yang bertumpu pada data.22

Grounded research merupakan penelitian kualitatif yang memunculkan

teori sebagai penjelasan umum dari fenomena yang diteliti tentang proses, aksi,

yang ditemukan dari penjelasan narasumber.23Grounded Research digunakan

untuk penelitian yang tidak ada penjelasan teori mengenai proses namun hanya

membahas model sehingga variabel penting yang tertarik untuk diteliti tidak

ada.24 Penelitian ini nantinya tidak terdapat teori, maka penelitian ini justru akan

menemukan bagaimana pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota dalam

konteks organisasi dakwah.

Ciri – ciri penelitian Grounded Research:25

1. Peneliti memfokuskan pada proses atau aksi yang terjadi secara khas dalam

permasalahan tersebut.

2. Peneliti berusaha untuk mengembangkan proses atau aksi ini dalam suatu pola

khas yang nantinya akan dapat diteorisasikan.

3. Memoing yakni peneliti merumuskan proses yang ditemukan untuk

menggambar aliran.

22 Martyn Denscombe, The Good Research Guide (Philadelphia: Open University

Press, 2003), 110.

23 John W. Creswell, Penelitian Kualiatif dan Desain Riset terj. Ahmad Lintang

Lazuardi(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015), 115.

(29)

18

4. Bentuk pengumpulan datanya sering kali wawancara mendalam, lalu data

tersebut dianalisa polanya sebagai teori baru.

5. Analisis datanya berupa mengkodekan data hingga tersusunlah teori baru.

Penelitian ini menggunakan Grounded Research dikarenakan dalam

literatur yang dicari penulis tidak ada penjelasan mengenai rumusan yang hendak

penulis jawab yakni perencanaan manajemen hubungan anggota dalam organisasi

pengajian. Kekhasan penelitian ini menggali pengelolaan hubungan pengurus

dengan anggota, hal tersebut menjadi kata kunci penelitian.

Penelitian – penelitian yang sudah ada mengenai pengeloaan hubungan

anggota adalah ilmu manajemen hubungan pelanggan yakni Customer

Relationship Management atau disingkat CRM. Teori yang ada banyak berfokus

pada CRM pembuatan software pada lembaga yang mapan dan profesional.

Dalam penelitian ini nanti hanya berfokus pada organisasi kecil dan model

pengelolaannya saja.

2. Teknik Pengumpulan Data.

Pengumpulan data untuk Grounded Research menggunakan sistem “zig

zag”. Maksudnya adalah pengumpulan data ke lapangan, analisis, lapangan lagi

dengan sumber data lainnya, analisis lagi, begitu seterusnya.26

Cara mendapatkan data dengan wawancara. Interview atau wawancara

adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan

secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama interview adalah kontak

(30)

19

langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi

(interviewer atau information hunter) dengan sumber informasi (interviewee).27

Wawancara atau interview adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan cara mengajukan pertanyaan

kepada informan.28Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini dengan

mendatangi langsung dan bertanya langsung kepada pada orang – orang yang

terlibat secara langsung dengan perumusan pengelolaan hubungan pengurus

dengan anggota pada organisasi Fatayat NU.

Dalam setiap penelitian pastinya akan berhubungan dengan sumber data.

Sumber data adalah subyek darimana data dapat diperoleh.29 Sumber data yang

penulis ambil adalah orang – orang sebagai pengurus yang terlibat dalam

perumusan perencanaan manajemen hubungan organisasi Fatayat NU yang ikut

berperan aktif dalam kegiatan organisasi pengajian ini, namun dikarenakan tidak

semua memiliki data lengkap sesuai yang dibutuhkan penulis, maka pengurus inti

akan di wawancarai semua untuk menjawab sesuai bidang kerja masing - masing:

1. Ketua Fatayat NU : Nur Azizah, M.Pd.i.

2. Wakil Ketua Fatayat NU: Hindun

3. Bendahara 1 : Hj. Ita

4. Sekretaris 2 Fatayat NU : Nurmala Hayati, S.Pd.i, S.Pd.

5. Kepala gang 1 Fatayat NU : Khomsatun

27 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2005), 111.

28 S. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 107 – 108. 29 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:

(31)

20

3. Teknik Analisis Data.

Analisis data Grounded Research menurut Strauss dan Corbin secara bertahap

dengan megkategorisasikan data dalam tahap berikut:30

a. Coding terbuka

1) Mengkodekan data untuk kategorisasi informasi utamanya.

2) Dalam tahap ini penulis mempelajari teks, lalu mencari kategori menonjol

yang sering disebutkan oleh narasumber. Maka hal tersebut akan menjadi

fenomena sentral. Dalam penelitian ini nantinya kategori menonjol adalah

pada pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota Fatayat.

b. Coding aksial

1) Kategori seputar fenomena inti penelitian. Kategori yang diidentifikasi:

2) Kondisi kausal : faktor yang menyebabkan fenomena inti tersebut terjadi.

Mengenai latar belakang perumusan pengelolaan hubungan pengurus dan

anggota dalam organisasi Fatayat NU.

3) Kondisi Strategi : tindakan yang dimunculkan dalam merespon fenomena

inti. Pengelolaan apa saja yang dibuat oleh Fatayat NU dalam

menjalankan tujuannya mempertahankan loyalitas anggota.

4) Kondisi kontekstual dan kondisi penganggu: faktos situasional yang

spesifik maupun yang luas yang mempengaruhi strategi. Apa dan

bagaimana pemetaan terhadap faktor lingkungan internal dan eksternal

organisasi Fatayat NU yang mempengaruhi pengelolaan hubungan

tersebut.

(32)

21

5) Konsekuensi: hasil dari penggunaan program. Apa konsekuensi yang

didapatkan sebagai hambatan atau resiko dari Fatayat NU ketika

menetapkan pengelolaan hubungan tersebut.

c. Coding strategi

1) Mengambil model dan mengembangkan proposisi yang menghubungkan

kategori atau menyusun cerita yang mendeskripsikan hubungan dari

kategori model tersebut.

2) Bisa berbentuk narasi, gambar, atau serangkaian hipotesis lainnya.

3) Ini adalah menskemakan pengelolaan hubungan pengurus dengan anggota

pada organisasi Fatayat NU ranting Babat Jerawat, Pakal, Surabaya.

4. Keabsahan Data

a. Validasi

Adalah usaha untuk menilai akurasi dari suatu temuan dari penelitian

kualitatif. Validasi dalam grounded reserach harus kuat dengan beberapa cara

berikut:

1) Laporan hasil riset dilapangan secara jelas dan terperinci, sehingga

peneliti harus banyak waktu dilapangan dan memiliki kedekatan dengan

sumber data, agar mendapatkan data yang detil.

2) Sumber data banyak variasi, bisa orang yang menjadi narasumber harus

dalam jumlah banyak, hasil dokumentasi, dan audit lembaga tersebut.31

3) Dalam penelitian ini nantinya validasinya adalah dengan menggunakan

sumber data yang banyak variasi, dengan banyaknya sumber data, yakni 5

(33)

22

orang akan didapatkan data yang valid dikarenakan data yang diambil

memiliki kesamanaan data dari ke 5 sumber data.

b. Reliabilitas

Reliabilitas penelitian Grounded Research dengan transkrip rekaman

serinci mungkin dari narasumber, lalu dianalisa stabilitas keterangan yang

disampaikan dari berbagai narasumber.32

Dalam penelitian ini nantinya akan diberikan transkrip rekaman rinci

dari masing – masing sumber data. Sehingga akan didapatkan data yang

reliabel.

(34)

BAB II

KERANGKA TEORETIK

A. Perencanaan

1. Pengertian Perencanaan.

Perencanaan merupakan tahapan awal dalam proses manajemen

organisasi. Perencanaan sebagai langkah awal dalam manajerial tentunya

memiliki kedudukan penting, karena bagaimanapun sempurnanya suatu aktivitas

manajemen tetap membutuhkan sebuah perencanaan yang memikirkan hal -hal

yang terkait yang berpengaruh agar memperoleh hasil yang optimal.33Perencanaan

merupakan langkah awal dalam suatu organisasi sebelum menjalankan

aktivitasnya.

Perencanaan merupakan proses manusia dalam mengelola organisasi

dengan mengusahakan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan dengan maksud

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.34 Perencanaan

merupakan pengelolaan organisasi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

organisasi.

33 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Prenada Media

Group, 2009), 94.

34 Saiful Nur Arif dan Iskandar Zulkarnain, “Dasar-dasar manajemen dalam

(35)

24

Perencanaan berisikan pandangan dan harapan sebuah organisasi yang

hendak diwujudkan di masa mendatang. Perencanaan berupa kegiatan yang di

operasikan untuk mengambil keputusan hari ini dan ke depan dengan

mempertimbangkan tantangan di waktu saat ini dan yang akan datang.35 Maka

dalam pengelolaan organisasi yang memiliki harapan saat ini maupun kedepan,

sebuah organisasi harus menetapkan kegiatan yang harus dilakukan dengan

mempertimbangkan keadaan saat ini dan mendatang.

Merencanakan berarti mengupayakan penggunaan sumber daya manusia

(human resources), sumber daya alam (natural resources), dan sumber daya

lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan.36 Pengelolaan terhadap sumber

daya yang dimiliki organisasi haris diupayakan untuk mencapai apa – apa yang

ingin diraih oleh organisasi.

Perencanaan merupakan menentukan sasaran yang ingin dicapai, tindakan

yang seharusnya dilaksanakan, bentuk organisasi yang tepat untuk mencapainya

dan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang akan

dilaksanakan.37 Maka perencanaan harus dimulai menentukan apa hasil yang

ingin didapatkan oleh organisasi, serta bagaimana cara – cara untuk mencapai

hasil tersebut dari kegiatan yang akan dibuat, hingga struktur organisasi sebagai

pelaksana kegiatan.

35 Willyam Ferry Abednego, ”Fungsi Kepemimpinan Dalam Perencanaan di

Kantor Pusat PT. Kalimantan Sawit Kusuma Pontianak”, Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN, 2014, 8.

36 Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), 42. 37 A.M. Kardaman dan Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: PT.

(36)

25

Maka perencanaan adalah langkah pertama dalam upaya mencapai suatu

tujuan dengan menggambarkan apa saja yang kedepan ingin dicapai oleh

organisasi sebagai hasil pengelolaan organisasinya, dan bagimana cara – cara

mencapainya dengan mempertimbangan sumber daya yang dimiliki saat ini dalam

hal manusia, dana, dan lainnya, juga mempertimbangkan potensi perkembangan

sumber daya yang dimiliki di masa depan dengan membuat kegiatan dan struktur

yang bekerja.

2. Manfaat Perencanaan.

a. Semua aktifitas dalam suatu organisasi itu akan terarah, teratur dan tertib

dalam satu tujuan.

b. Semua tindakan ditujukan kepada tujuan yang diinginkan bersama disertai

surutan tindakan yang efektif dan efisien yang mengarah pada tujuan.

c. Semua aktivitas terkoordinir sehingga terlaksana secara harmonis dan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

d. Pelaksanaan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan akan lebih dapat

diatur dan terarah dengan adanya tujuan yang jelas.

e. Pelaksanaan tindakan yang acak-acakan dan tidak produktif akan

dihindari, dengan adanya perencanaan tersebut dikarenakan adanya

tujuan.

f. Semua aktifitas, motivasi, dan komunikasi human relation akan lebih baik

(37)

26

g. Tingkat hasil yang dicapai tentunya cenderung lebih berkualitas daripada

tanpa perencanaan (planning). 38

3. Unsur - Unsur Perencanaan.

a. What (apa), apa yang dilakukan sehingga perlu direncanakan.

b. Why (mengapa), apa alasannya hal itu perlu dilakukan atau perlu

diprioritaskan pelaksanannya.

c. Who and who, siapa (obyek) dan siapa (subyek) pelaksanaannya. Yang

menjadi obyek atau sasarannya.

d. Where (dimana), tempat untuk kegiatan.

e. When (kapan), pelaksanaannya yang tepat. Ini menentukan timing yang

tepat untuk pelaksanaan.

f. How (bagaimana), ini menyangkut teknis pelaksanaan kerja

operasionalnya.39

4. Bentuk - Bentuk Perencanaan.

a. Maksud dan Misi : Maksud (purpose) tujuan luas yang berlaku bukan

hanya bagi organisasi tertentu, tetapi berlaku bagi semua organisasi yang

sejenis. Misi (mission) suatu organisasi, tujuan khusus yang membedakan

suatu organisasi dari organisasi lain yang sejenis.

b. Sasaran : Sasaran adalah target yang harus dicapai oleh organisasi dalam

mencapai tujuan. Jadi, sasaran lebih spesifik dari pada misi.

38 Susilo Martoyo, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan

(Yogyakarta: BPFE, 1988), 79.

39 Ibnu Syamsi, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: PT. Rineka

(38)

27

c. Strategi : Strategi adalah penentuan terhadap tujuan utama jangka panjang

dan sasaran dari suatu perusahaan dan pemilihan cara-cara bertindak dan

pengalokasian sumber-sumber yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan

tersebut.

d. Kebijakan : Kebijakan adalah pernyataan umum yang merupakan

pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam pengambilan keputusan.

e. Prosedur : Prosedur adalah rencana dalam arti kata yang memaparkan

metode yang biasa dipakai dalam menangani kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan.

f. Peraturan : Peraturan adalah tindakan-tindakan yang dituntut untuk

dilakukan dan dipilih dari beberapa alternatif yang ada.

g. Program : Program adalah gabungan dari tujuan-tujuan kebijaksanaan-

kebijaksanaan, prosedur-prosedur, peraturan-peraturan, pemberian tugas,

langkah-langkah yang akan diambil, sumber-sumber yang akan digunakan

dan unsur-unsur lain yang diperlukan untuk melaksanakan arah tindakan.

h. Anggaran : Anggaran adalah suatu rencana yang menggambarkan hasil

yang diharapkan dan dinyatakan dalam bentuk angka.40

5. Syarat Perencanaan.

a. Jelas visi, misi, tujuan, dan sasaran yang akan dicapai.

b. Objektif, rasional, dan menantang.

c. Mempunyai dasar tujuan pencapaian yang jelas.

40 Murti Sumarni dan John Soepriharto, Pengantar Bisnis (Yogyakarta: Liberty,

(39)

28

d. Fleksibel, sesuai dengan perubahan lingkungan dan tidak boleh baku.

e. Disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan individu, kelompok, dan

organisasi, serta tantangan dan ancaman lingkungan.

f. Dapat diimplementasikan secara nyata, jangan sampai rencana tinggal

rencana atau rencana di atas kertas saja.41

6. Tahapan Perencanaan.

a. Menetapkan misi atau tujuan.

1) Langkah awal pembuatan perencanaan dimulai dengan membuat

pendataan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi di masa

mendatang yang hendak dicapai atau tujuan yang hendak dicapai.

Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi tidak akan menggunakan

sumber daya – sumber dayanya secara efektif karena tidak jelas

arahnya.

2) Oleh karenannya, tujuan memiliki kedudukan sebagai langkah

pertama dalam pembuatan perencanaan yang dibuat oleh organisasi.

dengan kata lain setiap organisasi harus menjawab hasil apa yang

ingin didapatkan atas proses pengelolaan terhadap organisasinya.

b. Merumuskan keadaan saat ini/ variabel organisasi.

1) Memahami kondisi internal atau posisi organisasi di masa ini dari

tujuan yang hendak dicapai atau sumberdaya - sumberdaya yang

tersedia untuk pencapaian tujuan adalah sangat penting, karena tujuan

41 Juhaya S. Pradja, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan (Bandung:

(40)

29

dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Hanya setelah

keadaan organisasi saat ini di analisa, rencana dapat dirumuskan

untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut.

2) Tahap kedua ini memerlukan informasi mengenai sumber daya yang

dimiliki organisasi. Pemahaman tentang sumber daya yang dimiliki

organisasi saat ini akan diketahui hal apa saja yang dimiliki dan tidak.

3) Selain sumber daya juga harus merumuskan atau memetakan keadaan

eksternal yang berpengaruh terhadap organisasi saat ini sehingga

dapat diketahui segala ancaman dan kesempatan yang mungkin

terjadi.

c. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.

1) Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu

diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam

mencapai tujuan. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor - faktor

lingkungan intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi

mencapai tujuannya, atau yang mungkin menimbulkan masalah.

2) Kekuatan dan kelemahan dapat diketahui dari faktor internal yang

dimiliki organisasi saat ini. Sedangkan kemudahan dan hambatan

dapat diketahui dari keadaan faktor eksternal organisasi.

3) Walaupun sulit dilakukan, antisipasi keadaan, masalah, dan

kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi di waktu mendatang

(41)

30

d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan pencapaian tujuan.

1) Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan

berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan sesuai dengan

keadaan kekuatan, kelemahaman, kemudahan, dan hambatan.

2) Penilaian berbagai alternatif - alternatif yang dimunculkan, manakah

alternatif yang sesuai dengan tujuan dan sumber daya yang dimiliki

organisasi.

3) Pemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai

alternatif yang ada.42

4) Bentuknya dapat berbentuk kegiatan dan pembagian kerja untuk

menjalankan teknis kegiatan – kegiatan tersebut.

B. Manajemen Hubungan Pelanggan - Customer Relationship Management (CRM)

1. Pengertian Manajemen Hubungan (CRM).

Menurut Temporal dan Troot: CRM pada intinya merupakan kolaborasi

dengan setiap pelanggan yang mampu menciptakan keadaan yang tidak

merugikan salah satu pihak (win-win situation). Caranya adalah organisasi dapat

memberikan nilai tambah pada kehidupan sehari-hari setiap pelanggan, sebagai

imbalannya, pelanggan memberikan kesetiaan kepada organisasi dan menolak

pindah ke pesaing.43 Sehingga CRM adalah tentang bagaiamana membuat suatu

pengelolaan dengan memberikan kepuasan yang maksimal kepada pelanggan.

42 T. Hani Handoko, Manajemen Edisi 2 (Yogyakarta: BPFE, 1995 ), 78 - 80. 43 Paul Temporal dan Martin Troot, Romancing the Customer Terj. Kusnandar

(42)

31

Dalam konteks penelitian ini nantinya adalah anggota. Anggota harus diberikan

perhatian yang lebih dalam pembuatan kegiatan pengelolaan organisasi.

Menurut Francis Buttle: CRM adalah strategi yang mengintegrasikan

proses internal dan jaringan eksternal, untuk menciptakan dan memberikan nilai

kepada pelanggan yang ditarget sesuai asumsi yang dipetakan diatas.44 Dalam

CRM yakni pengelolaan hubungan dengan pelanggan atau anggota, harus

memperhatikan pula faktor internal dan eksternal agar didapatkan kegiatan yang

benar – benar dapat menyenangkan anggota.

Menurut Lukas: manajemen hubungan pelanggan adalah suatu manajemen

mengenai hal berikut:45

a. Suatu usaha untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pelanggan.

b. Suatu strategi untuk mengelola dan menjaga hubungan dengan pelanggan.

c. Suatu aktivitas yang melibatkan seluruh sumber daya manusia untuk

mempertahankan pelanggan yang ada.

Kesimpulannya CRM atau manajemen hubungan pelanggan adalah sistem

manajemen berbasis pada kondisi pelanggan dengan cara memahami bagaimana

keinginan pelanggan, maka pelanggan akan puas dan bertahan dalam waktu lama

di organisasi. Seluruh upaya manajemen sumber daya, produk, dll akan

diupayakan sesuai keinginan pelanggan. Maka pengelolaan ini adalah pengelolaan

44 Francis Buttle, Customer relationship managemet concept and tools Terj. Arief

Subiyanto (Oxford: Elsevier, 2007), 15.

45 Lukas Ade Paul, “Customer and Partner Relaltionship Management”(Telematic

(43)

32

terhadap hubungan antara organisasi dengan anggotanya, sehingga tercipta

kepuasan anggota dikarenakan keinginan mereka dipertimbangkan dan berusaha

dipenuhi oleh organisasi.

2. Tataran yang dapat dikaji dalam Customer Relationship Management (CRM):

CRM Strategis : adalah penerapan CRM yang fokusnya adalah bagaimana

organisasi membuat strategi berbasis pelanggan berupa kultur yang berorientasi

ke pelanggan dalam rangka memikat dan mempertahankan pelanggan yang

menguntungkan. Upaya CRM dalam tataran strategis melalui pembentukan kultur

ini akan tercermin dalam sistem kepemimpinan, keorganisasi, perilaku sumber

daya manusia, dan pengoptimalan sumber daya lainnya di organisasi, semua itu

diarahkan sesuai dengan bagaimana keinginan pelanggan dan tentunya

kemampuan organisasi. Maka organisasi akan mengupayakan seluruh sumber

dayanya untuk dapat memberikan nilai keunggulan kepada pelanggan.46

Organisasi akan membuat strategis atau sistem pengelolaan organisasi yang

memperhatikan bagimana aspek anggota organisasinya.

CRM Operasional : adalah penerapan CRM yang berfokus pada proyek

otomatisasi layanan dan penjualan dengan teknologi. Terfokus pada otomatisasi

aktivitas dan cara organisasi dalam berhubungan dengan pelanggan. Berikut

macam CRM operasional:47

Macam CRM Operasional Kegiatan yang dapat diterapkan

Otomatisasi Pemasaran Segmentasi Pasar

Manajemen Kampanye

(44)

33

Komunikasi

Event – based Marketing

Otomatisasi Armada Penjualan

Opportunity management Pembuatan proposal Contact management

Otomatisasi layanan

Contact center dan call center Layanan berbasis web

Layanan di lapangan

CRM analitis : adalah penerapan CRM dengan fokus penggalian data

pelanggan untuk dimasukan database yang nantinya dapat digunakan untuk tujuan

strategis kedepan.48

C. Loyalitas Pelanggan

Loyalitas pelanggan dalam konteks pemasaran jasa sebagai respon yang

erat dengan janji memegang teguh komitmen untuk kontinuitas dari penyedia jasa

yang sama atas dasar dedikasi maupun kendala pragmatis.49 Loyalitas adalah

komitmen yang mendalam untuk membeli kembali atau berlangganan kembali

suatu jasa atau jasa yang dipilih di masa mendatang, dengan cara membeli jasa

yang sama secara berulang, meskipun pengaruh situasional dan usaha – usaha

pemasaran secara potensial menyebabkan tingkah laku untuk berpindah.50

Dalam konteks penelitian ini pelanggan yang dimaksudkan adalah anggota

organisasi. Sebagai peserta kegiatan pengajian Fatayat NU anggota adalah orang

yang akan membeli kegiatan yang dibuat organisasi, dalam pendekatan ilmu

pemasaran sebanarnya anggota Fatayat NU merupakan pelanggan. Oleh

48 Ibid., 9 – 10.

49 Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang : Bayumedia Publishing, 2006),

387.

(45)

34

karenanya maksud loyalitas pelanggan adalah loyalitas anggota. Maka loyalitas

yang diharapkan organisasi Fatayat NU terhadap anggotanya adalah organisasi

berharap dapat mempertahankan komitmen anggotanya untuk terus mengikuti

pengajian yang diadakan pengurus hingga waktu yang lama sebelum akhirnya

mereka pindah keanggotaan pada Muslimat sebagaimana urutan pengajian yang

dibuat oleh NU.

Menurut Fandy Tjiptono terdapat tiga faktor yang mempegaruhi loyalitas

pelanggan, yaitu :

1. Kepuasan pelanggan. Kepuasan merupakan salah satu faktor penentu

loyalitas pelanggan, dengan memberikan tingkat pelayanan melalui lima

dimensi yaitu reliability, assurance, tangibles, empathy, dan responsiveness

maka, kepuasan pelanggan akan tercipta. Kepuasan pelanggan inilah yang

mengantar pada loyalitas pelanggan. Pun dalam organisai ini adalah

kepuasan anggota terhadap kegiatan – kegiatan yang dibuat oleh pengurus

Fatayat.

2. Rintangan pengalihan (switching barrier). Yaitu tingkat kesulitan untuk

berpindah ke penyedia jasa lain oleh pelanggan yang tidak puas dengan

penyedia jasa yang diterima, mengacu pada kendala finansial, sosial, dan

psikologi yang dirasakan oleh pelanggan ketika berpindah ke penyedia jasa

yang baru. Oleh karena itu, semakin tinggi hambatan pindah, akan semakin

mendorong pelanggan untuk bertahan dengan penyedia jasa lama. Hambatan

(46)

35

a. Biaya berpindah, merupakan biaya yang terjadi ketika pindah ke

penyedia jasa lain termasuk waktu dan uang.

b. Daya tarik alternatif - alternatif. Mengacu pada reputasi, citra, dan

kualitas jasa yang diharapkan lebih unggul atau lebih cocok dibanding

penyedia jasa lain. Dalam konteks penelitian ini nantinya adalah

kegiatan yang menarik.

c. Hubungan antar personal. Yakni, hubungan psikologis dan sosial yang

peduli, dapat dipercaya, akrab, dan komunikatif. Khususnya dalam

pengelolaan hubungan ini nantinya adalah hubungan antara pengurus

dengan anggota. Pengurus harus dapat berhubungan baik melalui

komunikasi dan kegiatan yang dirasa anggota semakin menambah

kedekatan.

3. Keluhan pelanggan.

a. Pertama, menyampaikan keluhan secara langsung atau meminta ganti

rugi kepada perusahaan yang bersangkutan.

b. Kedua, mempertimbangkan atau memberitahu kolega, teman atau

keluarga mengenai pengalamannya dengan jasa perusahaan yang

bersangkutan.

c. Ketiga, berusaha meminta ganti rugi secara hukum, mengadu lewat

media massa, mendatangi lembaga konsumen. Bila loyalitas pelanggan

terbentuk, maka profitabilitas dan pertumbuhan pendapatan perusahaan

(47)

36

d. Penyampaian keluhan oleh pelanggan memberikan keuntungan bagi

organisasi, antara lain: organisasi memiliki kesempatan untuk mengatasi

ketidak puasan, mengurangi komentar negatif yang disampaikan oleh

pelanggan pada pihak ketiga, memperoleh informasi pasar yang

bermanfaat sekaligus mempertahankan pelanggan.51

e. Pengelolaan organisasi dalam keluhan ini nantinya adalah komunikasi

langsung oleh anggota kepada pengurus jika terdapat hal – hal yang

tidak disukai atau tidak memuaskan baginya.

51 Fandy Tjiptono, Prinsip - Prinsip Total Quality Service (Yogyakarta : Andi,

(48)

BAB III

FATAYAT NU RANTING BABAT JERAWAT, PAKAL,

SURABAYA

A. Sejarah Lahirnya Fatayat NU.52

Berdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi induknya, dan sejarah Indonesia

sebagai tanah airnya. Penjajahan selama bertahun-tahun telah menyebabkan

bangsa Indonesia terpuruk. Perjuangan melawan keterbelakangan, kemiskinan,

kebodohan, dan keterpurukan akibat penjajahan ini kemudian mengkristal dan

melahirkan semangat kebangkitan di seantero negeri hingga mencapai puncaknya

pada tahun 1908 yang dikenal sebagai tahun Kebangkitan Nasional. Kalangan

pesantren merespon spirit ini dengan membentuk berbagai organisasi pergerakan,

seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916, Taswirul

Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran) pada

1918 yang bergerak di bidang pendidikan sosial politik, Nahdlatut Tujjar

(Kebangkitan Kaum Saudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki

perekonomian rakyat.

Sementara itu, di Saudi Arabia terjadi perkembangan cukup penting di

mana Raja Ibnu Saud ingin menjadikan Madzhab Wahabi di Mekah sebagai asas

tunggal dan karenanya ingin menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam

52 Fatayat NU Jombang, “Sejarah Fatayat NU”, dalam

(49)

38

maupun Pra-Islam yang selama ini kerap diziarahi karena dianggap bid'ah.

Perkembangan ini disambut baik oleh kelompok modernis di Indonesia, baik oleh

kalangan Muhammadiyah pimpinan oleh Ahmad Dahlan, maupun oleh PSII

(Partai Sarekat Islam Indonesia) pimpinan H.O.S. Cokroaminoto. Sebaliknya

kalangan pesantren menolaknya.

Perbedaan sikap ini menyebabkan kalangan pesantren dikeluarkan dari

anggota Kongres al-Islam di Yogyakarta pada tahun 1925 dan tidak dilibatkan

dalam Mu'tamar 'A'lam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang

akan mengesahkan keinginan Raja tersebut. Kalangan Pesantren kemudian

membuat delegasi sendiri bernama Komite Hejaz yang diketuai oleh KH. Wahab

Hasbullah. Atas desakan kalangan pesantren yang diwakili oleh Komite ini dan

tantangan dari umat Islam dari berbagai penjuru dunia, akhirnya Raja pun

mengurungkan niatnya. Hingga saat ini Mekah membebaskan umat Islam dengan

madzhab apapun untuk beribadah, dan peninggalan sejarah serta peradaban yang

snagat berharga nilainya pun tidak jadi dihancurkan.

Penolakan Kongres al-Islam di Yogyakarta pada kalangan pesantren,

keberhasilan misi Komite Hejaz, dan telah adanya organisasi-organiasi kecil di

kalangan pesantren kemudian mendorong mereka untuk membentuk organisasi

besar yang bisa mewadahi seluruh kalangan pesantren. Pada tanggal 31 Januari

1926 bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H masih dengan semangat kebangkitan

dibentuklah organisasi Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) dan memilih KH.

(50)

39

NU memang dikenal sebagai organisasi Muslim tradisional dan sejak awal

anggotanya adalah laki-laki. Namun demikian, pemimpin NU sejak awal telah

merespon isu-isu perempuan secara progresif. KH. Wahid Hasyim yang

merupakan putera KH. Hasyim Asy'ari misalnya pernah membolehkan perempuan

menjadi seorang hakim. Isu perempuan semakin mendapatkan perhatian ketika

Kiai Dahlan mengusulkan berdirinya organisasi perempuan NU di Kongres NU ke

XIII di Menes Banten pada tanggal 11-16 Juni 1938. Kongres ini sangat penting

karena mulai membicarakan tentang perlunya perempuan mendapatkan kesamaan

hak untuk mendapatkan didikan agama melalui NU. Ketika itu kongres baru

menyetujui perempuan untuk menjadi anggota NU yang hanya bisa menjadi

pendengar dan pengikut dan tidak boleh duduk dalam kepengurusan.

Perkembangan penting kembali terjadi pada kongres NU ke XV di

Surabaya pada tanggal 5-9 Desember 1940. Ketika itu, terjadi perdebatan sengit

merespon usulan agar anggota perempuan NU mempunyai struktur pengurusnya

sendiri di dalam NU. Kiai Dahlan termasuk mereka yang gigih memperjuangkan

agar usulan tersebut diterima. Hingga sehari sebelum kongres berakhir, peserta

tidak mampu memutuskan hingga akhirnya disepakati untuk menyerahkan

keputusan akhirnya pada Pengurus Besar Syuriah NU. Kesempatan ini

dimanfaatkan oleh Kiai Dahlan untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis dari

KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Wahab Hasbullah. Setelah didapatkan, maka peserta

kongres pun dengan mudah menyetujui perlunya anggota perempuan NU untuk

memiliki struktur kepengurusannya sendiri di dalam NU. Pada Kongres NU

(51)

40

perempuan NU disahkan dan diresmikan sebagai bagian dari NU. Namanya ketika

itu adalah Nahdhlatul Ulama Muslimat yang disingkat NUM. Ketua pertama

terpilihnya adalah Ibu Chadidjah Dahlan dari Pasuruan yang tak lain adalah isteri

Kiai Dahlan.

Kebangkitan perempuan NU juga membakar semangat kalangan

perempuan muda NU yang dipelopori oleh tiga serangkai, yaitu Murthasiyah

(Surabaya), Khuzaimah Mansur (Gresik), dan Aminah (Sidoarjo). Pada Kongres

NU ke XV tahun 1940 di Surabaya, juga hadir puteri-puteri NU dari berbagai

cabang yang mengadakan pertemuan sendiri yang menyepakati dibentuknya

Puteri Nahdlatul Ulama Muslimat (Puteri NUM). Mereka sebetulnya sudah

mengajukan kepada Kongres NU agar disahkan sebagai organisasi yang berdiri

sendiri di dalam NU, namun Kongres hanya menyetujui Puteri NUM sebagai

bagian dari NUM. Dalam dua tahun, Puteri NUM meminta agar mempunyai

Pimpinan Pusatnya sendiri yang terpisah dari NUM karena organisasi Puteri

NUM di tingkat Cabang terus bertambah.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kemudian menyetujui

pembentukan Pengurus Pusat Puteri NUM yang diberi nama Dewan Pimpinan

Fatayat NU pada tanggal 26 Rabiul Akhir 1939/14 Februari 1950. Selanjutnya

Kongres NU ke-XVIII tanggal 20 April-3 Mei 1950 di Jakarta secara resmi

mengesahkan Fatayat NU menjadi salah satu badan otonom NU. Namun

berdasarkan proses yang berlangsung selama perintisan hingga ditetapkan, FNU

menyatakan dirinya berdiri di Surabaya pada tanggal 24 April 1950 bertepatan

(52)

41

Bakri (Surabaya) sebagai Ketua I dan Aminah Mansur (Sidoarjo) sebagai Ketua

II. Kepengurusan pada waktu itu hanya mempunyai dua bagian, yaitu bagian

penerangan dan pendidikan.

B. Arti Lambang Fatayat NU.53

1. Setangkai bunga melati melambangkan niat yang suci.

2. Tegaknya bunga melati di atas dua helai daun berarti dalam setiap gerak

langkahnya, Fatayat NU tidak lepas dari bimbingan NU dan Muslimat NU.

3. Di dalam sebuah bintang berarti gerak langkah, Fatayat NU selalu

berlandaskan Perintah Allah SWT dan Sunnah Rasul.

4. Delapan bintang berarti empat khalifah dan empat mazhab.

5. Dilingkari oleh tali persatuan berarti Fatayat NU tidak keluar dari

Ahlussunnah wal Jamaah.

53Fatayat NU Jombang, “Lambang Fatayat NU”, dalam

Referensi

Dokumen terkait

Teorema General Bahasa dengan Ekspresi Reguler Bahasa Regular... Pembuktian General Bahasa dengan Ekspresi Reguler Bahasa Regular General Bahasa dengan Ekspresi Reguler

Automata Hingga (lanjutan) TIU : Mahasiswa dapat menjelaskan definisi mesin stata hingga, menyatakannya sebagai tabel atau graf, menyatakan. penjumlah biner dalam mesin stata

Hasil penelitian menunjukkan 69,7% masyarakat Desa Mojo memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai ekosistem mangrove, untuk persepsi masyarakat mengenai ekosistem mangrove 95%

dampak perdagangan internasional abad XXI, tidak ada jalan lain kecuali harus menempatkan “Manajemen Penegakkan Hukum Bisnis Internasional” sebagai misi strategis dalam

Dari percobaan yang kita lakukan, akan dapat mengetahui pengaruh ratio komposisi penyusun polyurethane (A dan B) terhadap volume mengembangnya polyurethane

Pengurangan yang paling seder- hana adalah menggunakan air coil yang akan menurunkan arus inrush hingga 1/4 nya bila dibandingkan dengan tanpa air coil , atau kalau sistem

Alat medis yang mudah digunakan oleh tenaga keperawatan, kerjasama tim yang baik, jumlah tenaga yang cukup, pengetahuan yang baik, pengalaman bekerja yang lebih

f Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk perte muan yang lain dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan