BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran matematika di kelas II SD Negeri Griya Bumi Antapani 13-2 dapat dipandang sebagai mata pelajaran cukup disenangi oleh siswa. Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika cukup baik, walaupun hasil yang
diinginkan belum maksimal. Hasil tes yang siswa lakukan kurang tersusun rapih dan tingkat ketelitian masih rendah serta nilai yang diperoleh masih standar cukup
(60). Data dari hasil evaluasi belajar pada semester 2 pada tahun ajaran 2006-2007 menunjukan bahwa hanya 38 % siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata 60. Dari data tersebut jelas terlihat bahwa matematika dalam pandangan mereka
masih dianggap suatu pelajaran yang sulit untuk dimengerti dan dipahami.
Metematika menjadi salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh
setiap siswa, karena melalui matematika siswa dilatih untuk berfikir logis, rasioanal dan kritis dalam bertindak sehingga mampu bertahan dan berhasil di arena persaingan. Dalam GBPP Matematika disebutkan bahwa tujuan umum
diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu untuk :
1. mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan di dalam kehidupan dan di dunia yang sudah berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. (Depdikbud 1994:1)
2. mempersiapkan agar siswa dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdikbud 1994:1)
Matematika memberikan kontribusi yang besar dalam membekali siswa untuk menghadapi masa depannya. Oleh karena itu siswa harus memahami
matematika dengan sungguh-sungguh, namun pada kenyataan sampai saat ini matematika masih memiliki citra yang negatif di mata siswa. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan
menakutkan, seperti yang diungkapkan oleh Suherman (2002:59) “Pengalaman belajar matematika adalah seperti mimpi buruk,suasananya selalu mencekam,
mencemaskan dan tertekan.” Senada dengan itu Ruseffendi (1979:15) mengetahui bahwa “Matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi kalau bukan pelajaran yang dibenci.”
Dampak dari citra negatif tersebut adalah hasil belajar siswa dalam matematika sampai saat ini belum memuaskan, rata-rata nilai ulangan harian
siswa masih rendah. Pemahaman merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan seorang siswa. Siswa yang pemahamannya lebih tinggi akan meraih prestasi yang gemilang. Namun sebagian besar siswa saat ini pemahaman belajar
masih rendah sehingga hasil yang mereka raih sampai saat ini belum memuaskan. Upaya untuk memperbaiki hasil belajar matematika siswa merupakan
tanggung jawab semua pihak baik itu guru, pemerintah dan masyarakat. Guru sebagai pendidik dan pengajar siswa di sekolah tidak hanya dituntut untuk memilih cara atau teknik pembelajaran yang tepat dituntut juga untuk
Dalam mengajarkan matematika di kelas II, guru seyogyanya memperhatikan fakta perkembangan mental fikir berfikir anak. Piaget (Ruseffendi
1984: 21) menyatakan bahwa periode operasional konkret, dari umur 7 atau 8 tahun sampai 11 atau 12 tahun dan tahap pengerjaan logis dapat dilakukan dengan bantuan benda-benda konkrit atau dalam keadaan tertentu. Hal ini bertujuan agar
siswa lebih mengerti dan paham tentang konsep yang diberikan.
Operasi hitung merupakan suatu istilah yang dibuat secara umum dari
keseluruhan pengerjaan hitung baik terhadap penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian.
Data hasil belajar matematika pada semester 1 dan 2 dengan
menggunakan metode ceramah melalui pendekatan yang konvesional tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti terhadap siswa kelas II SD Negeri
Tabel 1.1
Nilai Raport Tahun Pelajaran 2006/2007
Nomor Semester Banyak siswa Skor raport matematika
1 I 33 53
2 II 33 64
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang terus berkembang,
sejalan dengan itu pula berkembanglah berbagai pembelajaran dengan berbagai pendekatan yang digunakanya salah satu pendekatan misalnya Realistic Mathematics Education yang dikembangkan di negara Belanda sejak tahun
1970-an pendekat1970-an ini menek1970-ank1970-an pada suatu aktivitas m1970-anusia, matematika dalam hal ini bukan dipandang sebagai “ilmu pengetahuan yang ketat”, melainkan sudah
dipertimbangkan bahwa matematika adalah aktivitas kehidupan manusia (a human activity ) (Freudenthal, dalam Turmudi, 1999).
Pendekatan realitik menggunakan suatu situasi dunia nyata atau suatu
konteks sebagai titik tolak dalam belajar matematika. Pada tahap ini siswa melakukan aktivitas mengorganisasikan masalah dan mengidentifikasikan aspek
masalah yang ada pada masalah tersebut.
Dengan pembelajaran realistik diharapkan prestasi dan minat siswa kelas II SD Negeri Griya Bumi Antapani 13-2 dapat meningkat selain itu manfaat yang
dapat diraih adalah kuatnya konsep perkalian sehingga memungkinkan untuk menerima materi yang lebih kompleks di tingkat yang selanjutnya. Asumsi
dipahami dapat diminimalkan dengan bangkitnya kembali semangat siswa dalam belajar matematika.
Melihat permasalahan yang diungkap diatas, penulis perlu melakukan penelitian tentang pemahaman matematika siswa dikaitkan dengan pendekatan realistik. Karena keterbatasan penulis, penelitian ini dibatasi pada subjek dan
materi matematikanya sehingga judul penelitian ini adalah “ MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN DENGAN BENDA-BENDA
MANIPULATIF MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS II
SEKOLAH DASAR NEGERI GRIYA BUMI ANTAPANI 13-2 ’’.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas,
maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah tentang penggunaan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman pada
perkalian siswa kelas II SDN Griya Bumi Antapani 13-2 Kota Bandung. Masalah pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
a. Sejauh mana pendekatan realistik dapat meningkatkan pemahaman siswa
kelas II SD Negeri Griya Bumi Antapani 13-2 dalam operasi perkalian? b. Apakah pendekatan realistik dapat meningkatkan minat siswa terhadap mata
pelajaran matematika kelas II SD Negeri Griya Bumi Antapani 13-2 ?
1.3. Pentingnya Masalah
suatu cara penyajian materi matematika yang membuat siswa lebih senang dan menarik minat belajar siswa untuk mempelajari sehingga matematika merupakan
suatu pelajaran yang disenangi sampai pada tingkat yang lebih tinggi.
Pendekatan realistik adalah salah satu upaya dalam mencapai tujuan tersebut, sehingga bukan hanya dalam segi prestasi yang mampu ditingkatkan
siswa melainkan juga sikap positif terhadap matematika itu sendiri. Sampai akhirnya siswa semangat dalam belajar matematika, guru mampu menyampaikan
materi secara maksimal serta orang tua dan sekolah bangga terhadap prestasi yang dicapai siswa.
1.4. Hipotesis Tindakan
Yang menjadi hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
a. Pendekatan realistik dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakan penelitian adalah
1. Untuk mengetahui apakah pemahaman siswa terhadap pekalian bilangan cacah dengan menggunakan pendekatan realistik kelas II SD Negeri Griya Bumi Antapai 13-2 Kecamatan Antapani meningkat ?
2. Untuk mengetahui apakah minat siswa pada pengajaran matematika dalam perkalian kelas II lebih baik ?
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk siswa, guru, sekolah dan lingkungan. a. Manfaat Untuk Siswa
1) Dapat meningkatkan pemahaman konsep perkalian sebagai dasar
untuk penguasaan materi di tingkat selanjutnya melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik.
2) Dapat membangkitkan kembali sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika di kelas II sehingga persepsi mereka terhadap matematika yang sulit dipahami dan dimengerti dapat terkikis.
3) Dapat meningkatkan kualitas operasi perkalian dalam menyelesaian soal-soal yang diberikan guru.
4) Dapat menimbulkan kembali motivasi semangat siswa dalam mempelajari keterampilan operasi hitung perkalian melalui pendekatan realistik di kelas II SDN Griya Bumi Antapani 13-2
b. Untuk Guru
1) Meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas melalui
perkalian dengan menggunakan pendekatan realistik untuk memaksimalkan potensi siswa dalam matematika
2) Memberikan pembekalan belajar yang bermakna terhadap siswa dalam
mempelajari konsep perkalian di kelas II
c. Untuk Sekolah
1) Peningkatan kualitas siswa dalam berhitung sehingga siswa mampu menerima materi yang lebih kompleks dengan kualitas yang baik pada
tingkat selanjutnya
d. Untuk Lingkungan
1) Siswa mampu menterjemahkan keterampilam berhitung yang telah dipelajari di kelas ke dalam lingkungan sekitar.
1.7. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptik
analitik dengan model tindakan kelas.. Disebut deskriptif analitik karena penelitian ini memusatkan diri pada pemecahan yang ada pada masa sekarang dari
data-data yang dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini terdiri dari dua siklus tindakan , yang setiap siklus
1.8. Definisi Operasional
a. Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata understanding (Sumarmo,1987). Pemahaman
merupakan dasar untuk mengerjakan suatu hukum atau konsep secara bermakna.
Pemahaman berarti siswa mengerti tentang sesuatu tetapi tahap
pengertiannya masih rendah. Kemampuan mengerti pada tahap ini misalnya mampu mengubah informasi ke dalam bentuk paralel yang lebih bermakna.
Perbuatannya itu dilakukakn atas perintah ( suruhan ) tanpa ada kaitannya dengan yang lain atau melihat kegunaannya.
Pemahaman terdapat konsep dalam setiap pembelajaran perlu diupayakan
secara optimal sebagai salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah mempelajari matematika. Menurut Peter W. Hewson dan Richars
Thorley ( dalam Boni 2005). pemahaman disini bisa dipahami oleh siswa sehingga siswa mengerti apa yang dimaksudkan.
Polya dan Skemp ( dalam Sumarmo:2002) mengemukakan pemahaman
terdiri dari dua jenis yaitu : 1). Pemahaman Instrumental
Pemahaman ini siswa hanya hafal sesuatu secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin dan sederhana.
2). Pemahaman Rasional
Pemahaman matematika yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada pemahaman konsep perkaliann untuk menyelesaikan masalah pada
materi perkalian.
Pemahaman konsep adalah perubahan yang membuat individu lebih mengerti pada objek yang dihadapi dan dapat mengembangkan
kemampuannya dalam menggunakan bilangan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Menurut Bruner ( dalam Enok 2005 )tingkat pemahaman seseorang untuk mengetahui atau mengerti dunia sekitarnya ada tiga tahap sajian benda yaitu :
1). Enaktif adalah berkaitan dengan benda-benda konkret dalam belajar. 2). Ikonik menunjuk pada sajian berupa gambar data atau grafik.
3). Simbol, menggunakan kata-kata sebagai simbol.
Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan siswa dalam ranah kognitif tahap 2 sesuai dengan Taksonomi
Bloom. Indikator pemahaman ini adalah memahami masalah matematika yang diajukan dengan kalimat sendiri, membuat model matematika dari
masalah yang diberikan, menyelesaikan masalah tersebut. b. Perkalian
Perkalian adalah penjumlahan berulang .
Benda manipulatif merupakan alat peraga pembelajaran yang dapat dimanipulasi atau diotak-atik dan dikelompokkan. Dengan menggunakan
benda manipulatif diharapkan murid akan lebih mudah untuk memahami konsep matematika yang sedang dipelajarinya, serta dapat meningkatkan keterampilan murid dalam berhitung. Di dalam penelitian ini yang dimaksud
dengan benda manipulatif adalah benda-benda yang digunakan dalam pembelajaran contoh daun, kelereng, dan stik.
d. Pendekatan Realistik
RME (Realistic Mathematics Education ) atau pembelajaran matematika relistik adalah pendekatan yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata bagi
siswa, menekankan keterampilan process of doing mathematics, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka
dapat menemukan sendiri strategi atau cara penyelesaian masalah dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelalsaikan masalah baik secara individu maupun kelompok ( Zulkardi, 2001).
Ini berarti pembelajaran terpusat pada siswa, guru berperan sebagai fasilitator, moderator dan evalator dan menilai jawaban siswa. Dengan
pendekatan ini siswa dilatih untuk bersikap menghargai pendapat/jawaban siswa yang lain. Dalam hal ini, pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik siswa diberikan kesempatan untuk
atau hal-hal yang real ( nyata) atau pernah dialami/diketahui siswa dan dikaitkan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendekatan realistik adalah cara pembelajaran yang karakteristiknya sebagai berikut :
- Guru memberikan masalah nyata terhadap siswa.
- Siswa bekerja untuk menyelesaikan masalah
- Siswa mengkonstruksi model-model matematika dari materi yang