• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCEIVED SOCIAL SUPPORT PADA LULUSAN PSIKOLOGI YANG MENEMPUH 3,5 TAHUN DENGAN PREDIKAT CUMLAUDE DI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERCEIVED SOCIAL SUPPORT PADA LULUSAN PSIKOLOGI YANG MENEMPUH 3,5 TAHUN DENGAN PREDIKAT CUMLAUDE DI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PERCEIVED SOCIAL SUPPORTPADA LULUSAN PSIKOLOGI YANG

MENEMPUH 3,5 TAHUN DENGAN PREDIKATCUMLAUDEDI UIN

SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu

(S1) Psikologi (S.Psi)

Oleh : Yana Putri Maslacha

B07212082

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman lulusan Psikologi yang mampu menempuh kuliah 3,5 tahun dengan predikat cumlaude dalam menerima persepsi dukungan sosial atau perceived social support. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi Fenomenologis. Ketiga subjek penelitian adalah lulusan Psikologi di UIN Sunan Ampel Surabaya. Subjek pertama disebut NL, berusia 22 tahun, berjenis kelamin perempuan. Subjek kedua disebut IB, berusia 23 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan subjek ketiga disebut OD, berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dan dokumentasi, yang dilaksanakan kurang lebih satu bulan. Bagi ketiga subjek selain untuk membanggakan keluarga, bisa mengambil lulus 3,5 tahun merupakan peluang bagi mereka untuk segera mendapatkan pekerjaan meskipun harus menghadapi banyak masalah dan tantangan. Berdasarkan dimensi-dimensi perceived social support ketiga subjek merasakan adanya dukungan yang berbeda baik secara sumber maupun bentuknya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan persepsi pada tiap subjek sehingga menimbulkan perbedaan bentuk dukungan yang mereka rasakan. Pada penelitian ini menjelaskan bahwa kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki seseorang bukanlah satu-satunya sebab dari kesuksesan ketiga subjek, adanya masalah dan tantangan membuat ketiga subjek membutuhkan dukungan sosial untuk membangkitkan semangat, harapan dan persepsi terhadap situasi yang sedang mereka hadapi.

(7)

xiii ABSTRACT

This research purposed to find out the experience of Psychology graduates who are able to take college 3.5 years with cumlaude in accepting the perception of social support or perceived social support. This study uses a qualitative method with phenomenological strategy. The third subject of the research is a graduate of Psychology at UIN Sunan Ampel Surabaya. The first subject is called NL, 22 years old, female. The second subject is called IB, aged 23 years, male gender. While the third subject called OD, 21-year old female. This study uses in-depth interviews and documentation, conducted approximately one month. For the three subjects in addition to the family property, could take 3.5 years to pass an opportunity for them to quickly get a job despite having to face many problems and challenges. Based on the dimensions of perceived social support three subjects felt different support both source and form. It is because of differences of perception on every subject that cause different forms of support they feel. In this study, explains that intelligence and abilities that someone is not the only cause of the success of the three subjects, their problems and the challenges of making the three subjects in need of social support to generate excitement, expectation and perception of the situation they are facing.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Pernyataan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

Intisari ... xii

Bab I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA... ... 15

A.

Perceived Social Support...

15

a. Pengertian

Perceived Social Support

... 15

b. Dimensi

Social Support

... 18

c. Fungsi

Perceived Social Support

... 20

B. Strata 1 (S1) ... 23

C.

Perceived Social Support

pada Lulusan Psikologi

dengan Waktu 3,5 Tahun dan Predikat

Cumlaude

di

UIN Sunan Ampel Surabaya

...

24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Lokasi Penelitian ... 27

C. Sumber Data ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data

...

30

E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 32

F. Keabsahan Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 36

A. Deskripsi Partisipan

...

36

B. Temuan Penelitian ... 42

a. Deskripsi Temuan Subjek... 42

b. Analisis Temuan Penelitian ... 67

C. Pembahasan

...

75

BAB V PENUTUP... 80

(9)

viii

B. Saran... 81

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Panduan Wawancara ... 84

Lampiran II : Transkrip Hasil Wawancara... 86

Lampiran III: Dokumentasi... 110

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan sistem pendidikan yang kompleks. Pada tingkat pendidikan tinggi/sarjana merupakan jenjang pendidikan Strata-1 atau biasa disingkat S1, yang secara normatif ditempuh selama 4 tahun. Pada umumnya mahasiswa S1 harus menyelesaikan sebanyak 144 sks dalam kurun waktu 4 tahun, namun yang terjadi di lapangan adalah terdapat mahasiswa yang mampu menyelesaikan pendidikan S1 nya kurang dari 4 tahun tetapi ada pula yang lebih dari itu.

Bagi mahasiswa S1, mampu lulus dengan waktu 3,5 tahun atau 7 semester adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Mahasiswa harus berjuang melewati lebih dari 100 sks dengan ketentuan IPS dan IPK minimal 3,5. Seperti dalam buku Panduan Penyelenggaran Pendidikan Program Strata Satu (S1) Tahun 2012 menyebutkan bahwa mahasiswa yang mencapai IPS 3,51 pada masing-masing semester dan telah menyelesaikan minimal 144 sks, berhak menyelesaikan studi dalam masa 7 semester (IAIN Sunan Ampel, 2012). Dalam hal ini artinya bahwa mahasiswa bisa menempuh perkuliahan hanya dengan 3,5 tahun bila mencapai syarat yang telah ditentukan.

(14)

Standart pendidikan yang awalnya mengikuti Departemen Agama kini harus berkiblat kepada Dikti sehingga lulusan yang dihasilkan pun lebih selektif dan kompetitif yang berpengaruh pada jumlah lulusan yang dihasilkan.

Data terakhir pada wisuda ke-75 UIN Sunan Ampel Surabaya yang dilaksanakan pada 12 Maret 2016 menunjukkan bahwa peserta wisuda yang terdiri dari program Sarjana, program Pascasarjana, dan program Doktoral hanya sebanyak 778 mahasiswa (www.araaita.com diakses 22 Mei 2016). Sebanyak 4 mahasiswa Psikologi menjadi peserta wisuda dimana mereka mampu lulus dengan waktu 3,5 tahun dan dengan predikat cumlaude.

(15)

3

Prestasi Kumulatif atau IPK 3.80 ke atas,magna cum laudememiliki IPK 3.60 - 3.79, dancum laudememiliki IPK 3.40 - 3.59. Namun tidak semua perguruan tinggi memiliki persyaratan yang sama seperti disebutkan di atas. Bahkan pada tahun 2012 lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mohammad Nuh, mewacanakan predikat Cum Laude hanya diberikan kepada lulusan yang dapat melakukan publikasi karya ilmiahnya melalui jurnal dan sebagainya (www.wikipedia.com diakses 22 Mei 2016). Mampu menempuh S1 dengan 3,5 tahun dan mendapat predikat cumlaude tentu membutuhkan banyak perjuangan seperti usaha dan kecerdasan intelegensi yang dimiliki oleh mahasiswa. Namun usaha dan kecerdasan intelegensi bukanlah satu-satunya faktor penyebab kesuksesannya hingga mencapai titik wisuda. Sebagai mahasiswa yang sedang menempuh semester 7 dan mengambil program skripsi, mahasiswa harus siap dihadapkan berbagai tantangan dan problematika yang ada. Mahasiswa harus siap dituntut menyelesaikan jadwal perkuliahan beserta tugasnya, namun tetap fokus dalam menyusun skripsi. Hal ini tentunya akan menimbulkan banyak kecemasan dan ketegangan sehingga membutuhkan berbagai dukungan sosial dari berbagai pihak dan berbagai bentuk.

(16)

supportadalah perbedaan atau keragaman dari dukungan yang benar-benar diterima oleh seseorang ketika mereka diberi bantuan, sedangkan perceived social supportdidefinisikan sebagai keyakinan seseorang bahwa terdapat beberapa dukungan sosial yang tersedia ketika mereka membutuhkannya (dalam Aprianti, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan perceived social support karena hasil penelitian yang dilakukan oleh Cohen dan Mckay melaporkan bahwa dukungan yang sebenarnya diberikan oleh anggota jaringan sosial dapat berbeda dengan yang dibutuhkan oleh penerimanya sehingga gagal dalam memenuhi kebutuhan terhadap dukungan tersebut (dalam Aprianti, 2012).

(17)

5

dukungan instrumental sangatlah membantu mahasiswa untuk mengatasi coping stress.

Dukungan sosial juga dipengaruhi oleh waktu. Maksudnya, dukungan mungkin efektif diberikan pada suatu waktu, tetapi lain waktu mungkin tidak berguna bahkan bisa saja menyebabkan penerimanya merasa tertekan (dalam Astuti dan Hartati, 2013).

Dari hasil observasi penulis, banyak mahasiswa UIN Sunan Ampel yang meraih predikatcumlaudebahkanmagna cumlaude. Pada wisuda ke-75 UIN Sunan Ampel, mahasiswa S1 yang lulus tidak hanya yang menempuh 3,5 tahun namun ada beberapa mahasiswa yang menempuh 4,5 tahun dikarenakan suatu sebab. Namun peneliti berfokus pada lulusan mahasiswa Program Studi Psikologi yang menempuh 3,5 tahun dan memperoleh predikatcumlaudekarena sebagai mahasiswa psikologi yang telah mempelajari banyak ilmu psikologi terutama bagaimana cara memanagemen emosi dan sikapnya, tentunya mereka tidak akan mengandalkan kecerdasan dan skill yang dimilikinya namun mereka mencari dukungan sosial yang mampu meningkatkan semangat dan harapan terhadap dirinya sehingga setiap mahasiswa yang merasakan hal tersebut akan memiliki persepsi dan pengalaman yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan bantuan yang diinginkannya.

(18)

pada magang dengan 5 laporan sesuai dengan jumlah mata kuliah yang ditempuhnya, subjek juga harus membagi waktunya untuk menyelesaikan penelitian yang didanai oleh LPPM dengan bentuk laporan penelitian, laporan pertanggung jawaban beserta seminar desiminasi penelitian yang bagi subjek harus menguras banyak tenaga, waktu dan emosi. Namun dukungan dari keluarga, teman seperjuangan dan orang spesial membuatnya merasa harus berjuang dan kembali menyelesaikan kuliahnya hingga selesai.

Subjek kedua adalah IB (22 tahun) lulusan Psikologi dengan peminatan Psikologi Industri dan Orgasisasi ini menuturkan bahwa kendala saat menghadapi semester 7 adalah ketika proses penggarapan skripsi. Subjek menjelaskan bahwa laptop yang digunakannya tidak memiliki sistem auto save sehingga sering kali laporan yang telah dikerjakannya filenya hilang dan subjek harus mengerjakan dari awal lagi. Hal tersebut membuatnya begitu tertekan dan hampir kehilangan semangat, namun dukungan dari orang tua dimana orang tuanya meminta agar subjek segera lulus dan semangat dari teman-teman seperjuangannya membuat subjek bersemangat kembali untuk wisuda di semester 7.

(19)

7

orang spesial, subjek kembali bersemangat untuk menyelesaikan laporannya.

(20)

B. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini menjadi lebih terfokus, maka fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana pengalaman lulusan Psikologi yang mampu menempuh kuliah 3,5 tahun dengan predikat cumlude dalam menerima persepsi dukungan sosial atauperceived social support?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengalaman lulusan Psikologi yang mampu menempuh kuliah 3,5 tahun dengan predikat cumlude dalam menerima persepsi dukungan sosial atau perceived social support.

D. Manfaat

Dalam penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaaat dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya bidang Psikologi Sosial mengenai gambaran persepsi dan pengalaman lulusan psikologi menerimaperceived social supportsaat menempuh kuliah di semester 7 dan mengambil program skripsi sehingga mampu lulus 3,5 tahun dan mendapat predikatcumaude.

2. Manfaat Praktis

(21)

9

khususnya dalam hal ini kepada mahasiswa di seluruh universitas di Indonesia tentang bagaimana pentingnya peran perceived social support terhadap prestasi mahasiswa dalam menyelesaikan masa perkuliahan.

E. Keaslian Penelitian

Guna melengkapi, penulis menggunakan pijakan dan kajian dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang sama dengan kajian penulis, yaitu tentangperceived social support. Penelitian tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh :

1. Aprianti (2012), yang meneliti “Hubungan Antara Perceived Social Support Dan Psychological Well-Being Pada Mahasiswa Perantau Tahun Pertama Di Universitas Indonesia”. Penelitian ini menjelaskan

tentang gambaran mengenai hubungan antaraperceived social support dan psychological well-being dengan jumlah partisipan adalah 131 mahasiswa perantau tahun pertama yang baru pertama kali tinggal terpisah dengan orang tuanya, yang terdiri dari 99 orang wanita dan 32 orang laki-laki. Perceived Social Support diukur dengan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social SupportdanPsychological Well-Being diukur menggunakan alat ukur Psychological Well-Being Scale. Sedangkan Pearson’s Correlation digunakan untuk mengukur hubungan antara Psychological Well-Being dan Perceived Social Support. Hasil dari analisis data diperoleh bahwa terdapat hubungan

(22)

psychological well-being pada mahasiswa perantau tahun pertama di Universitas Indonesia. Artinya, semakin tinggi perceived social supportpada mahasiswa perantau tahun pertama maka semakin tinggi jugapsychological well-being-nya.

2. Gulacti (2010), yang meneliti “The Effect Of Perceived Social Support On Subjective Well-Being”. Penelitian ini menjelaskan bagaimana

perceived social support berpengaruh terhadap subjective well-being. Terdapat 87 siswa partisipan yang terdaftar untuk kelas primer departemen pelatihan guru. Pada tahap pengumpulan data , perceived social support diukur dengan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support dan subjective well-being diukur menggunakan alat ukur Subjective Well-Being Scale. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebanyak 43 persenperceived social support mempengaruhi subjective well-being. Selain itu , dukungan keluarga juga berpengaruh terhadapsubjective well-being, sedangkan dukungan dari orang yang spesial dan teman tidak mempengaruhi kesejahteraan subjektif .

(23)

11

peserta dengan penyakit mental. Rentang usia peserta adalah antara 20-65 tahun , minimum kualifikasi adalah tengah . Semi - terstruktur berupa wawancara , Urdu versi (Bahasa Urdu) dari Multidimensional Scale of Perceived Social Supportdan kualitas hidup WHO yang telah digunakan. Analisis regresi diterapkan untuk menyelidiki hubungan prediktif perceived social support dengan kualitas hidup . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pasien sakit mental memprediksi kualitas hidup.

4. Isik (2013), meneliti tentang “Perceived Social Support and Locus of Control as the Predictors of Vocational Outcome Expectations

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji hubungan harapan hasil kejuruan untuk social support yang merupakan faktor lingkungan dan locus of control yang merupakan faktor personal. Penelitian ini menggunakan Teori Karir Kognitif Sosial sebagai kerangka teoritis. Sebanyak 263 mahasiswa mengisi Skala Harapan Hasil Kejuruan, Skala Multidimensional Persepsi Dukungan Sosial, dan Skala Rotter Locus of Control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan

(24)

kejuruan. Locus of control secara signifikan juga diprediksi memiliki skor harapan hasil kejuruan.

5. Arif, dkk (2012), meneliti tentang “Perceived Social Support And Life Satisfaction In Persons With Somatization Disorder”. Pada penelitian

ini menjelaskan bahwa kepuasan hidup dan perceived social support telah terbukti meningkatkan kesejahteraan seseorang dan juga mempengaruhi hasil pengobatan pada gangguan somatisasi. Sampel terdiri dari orang dengan gangguan somatisasi yang dirawat jalan di Institut Kesehatan Mental Regional LGB, Tezpur, Assam. Skala kehidupan digunakan untuk mengukur kepuasan hidup dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support digunakan untuk mengukur perceived social support. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa wanita memiliki gejala lebih somatik dibanding laki-laki. Perceived social support yang diperoleh dari keluarga lebih signifikan dibanding perceived social support yang diperoleh dari teman. Data analisis juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antaraperceived social supportdan kepuasan hidup.

6. Glozah (2013), yang meniliti tentang “Effects of Academic Stress and

Perceived Social Support on the Psychological Wellbeing of

Adolescents in Ghana”. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh stres

(25)

13

kuisioner kesehatan umum, student life-stress inventory, dan persepsi dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman yang digunakan untuk menilai kesejahteraan psikologis, stres akademik dan persepsi dukungan sosial. Hasil menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial dan stres akademik berpengaruh pada kesejahteraan psikologis. Pada siswa perempuan menunjukkan skor yang lebih tinggi untuk persepsi dukungan sosial namun dengan tingkat depresi yang lebih tinggi pula. Sedangkan pada laki-laki menunjukkan stres akademik dengan skor yang lebih tinggi dengan skor kesejahteraan psikologis yang lebih baik, dan ini telah dikaitkan pada peran sosialisasi gender. Hasil penelitian ini diimplikasikan pada kebijakan penciptaan lingkungan sekolah ramah serta mendorong hubungan interpersonal yang sehat antara remaja dengan keluarga dan teman-teman yang bertujuan mengurangi penilaian stres akademik yang bertentangan dengan kesejahteraan psikologis remaja.

7. Yadav (2009), meneliti tentang “Perceived social support, hope, and quality of life persons living with HIV/AIDS : a case study from

Nepal”. Penelitian ini meneliti tentang kepuasan yang dirasakan dari

(26)

dukungan sosial diukur dengan skala dukungan sosial daro Sarason yang telah dimodifikasi. Hasil menunjukkan bahwa besarnya dukungan non keluarga lebih tinggi dibanding dukungan keluarga. Secara keseluruhan kepuasan dari dukungan sosial dan harapan secara signifikan berkorelasi dengan kualitas hidup. Kesimpulannya pengaruh kepuasan yang dirasakan dari dukungan sosial melalui variabel harapan. Implikasi dari penelitian ini untuk menyediakan perawatan, pengobatan dan dukungan psikososial untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup ODHA.

(27)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Perceived Social Support

1. PengertianPerceived Social Support

Sarafino dan Smith (dalam Mumpuni, 2014) menyatakan bahwa social support bukan hanya mengacu kepada perilaku yang secara nyata dilakukan oleh seseorang, atau disebut received support, namun juga merujuk pada persepsi seseorang bahwa kenyamanan, perhatian, dan bantuan selalu tersedia jika dibutuhkan atau disebut denganperceived support.

Barrera, dkk (dalam Aprianti, 2012) mendefinisikan perceived social support sebagai keyakinan seseorang bahwa terdapat beberapa dukungan sosial yang tersedia ketika mereka membutuhkannya.

Wills dan Schinar (dalam Roth, 2004) mendefinisikan mendefinisikan perceived social support sebagai dukungan yang diyakini akan tersedia bisa menjadi berbeda dengan apa yang benar-benar tersedia. Menurut Wills dan Schinar, yang membedakan antara perceived dan received social support yaitu suatu bantuan yang dianggap akan tersedia dibandingkan dengan suatu bantuan yang benar-benar tersedia.

(28)

tersebut diidentifikasi melalui sudut pandang subjektif dan dapat diukur.

Pierce, dkk (1997) mengatakan bahwa perceived social supportsebagai informasi yang mengarahkan seseorang untuk percaya bahwa dirinya sedang dirawat dan dicintai, terhormat dan bernilai, serta milik orang-orang di sekitarnya dan menjadi tanggung jawab kelompoknya.

Taylor, dkk (dalam Aprianti, 2012) menjelaskan bahwa persepsi terhadap ketersediaan dukungan sosial sering kali lebih bermanfaat dibandingkan dengan dukungan sosial itu sendiri. Hal ini disebabkan terlalu banyaknya dukungan sosial yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan dapat memperburuk stres.

Menurut Stokes (dalam Gulacti, 2010) menerangkan bahwa Perceived social support adalah adanya sumber dukungan ketika mereka membutuhkan, dan dapat diidentifikasi serta diukur dalam perspektif kualitatif subjektif, dan diketahui juga bahwa perceived social support mempengaruhi kesehatan mental. "Perbedaan individu dapat mempengaruhi persepsi seseorang tentang situasi ; persepsi orang akan berbeda dalam hal sejauh mana mereka merasa tidak didukung , tidak dirawat , dan kesepian dalam menanggapi keadaan sosial tertentu".

(29)

17

pada seseorang terhadap jaringan sosial yang cukup atau tidak cukup mendukung. Dengan kata lain, "dukungan sosial yang dirasakan adalah nilai diri estimasi seseorang".

Menurut Bruggeman, dkk (dalam Yasien, dkk, 2013) menjelaskan bahwaPerceived social support adalah persepsi tentang tersedianya potensi dukungan ketika diperlukan dan tampaknya bahwa perceived social support yang berasal dari orang lain memiliki peran penting untuk subkomponen kualitas hidup termasuk kualitas fisik, psikologis , sosial dan lingkungan hidup.

Menurut Feuerstein (1986) menyebutkan bahwa Perceived social support melibatkan perasaan dan pemikiran tentang bagaimana membantu interaksi atau hubungan berada dalam jaringan sosialnya individu.

Menurut Hobfoll dan Vaux (dalam Lian, TT) menjelaskan bahwa Perceived social support mengacu pada persepsi seseorang tentang ketersediaan dukungan dari teman , keluarga , dan lain-lain . Hal ini juga menunjukkan sifat kompleks dari dukungan sosial termasuk keterkaitan hubungan dengan individu yang memberikan perilaku yang mendukung dan konteks lingkungan.

(30)

2. DimensiPerceived Social Support

Dalam Papalia, dkk (dalam Aprianti, 2012) mengemukakan tiga dimensi dariperceived social support, yaitu :

a. Keluarga

Montgomery dan Cote (dalam Aprianti, 2012) menyatakan bahwa dukungan yang berasal dari keluarga merupakan faktor utama dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi, baik bagi pelajar yang tinggal bersama orang tua ataupun yang tinggal terpisah dengan orang tuanya.

b. Teman

Hartup, dkk (dalam Aprianti, 2012) pertemanan atau persahabatan merupakan hal yang sangat penting bagi dewasa muda. Seseorang yang memiliki teman cenderung lebih sejahtera; karena dengan memiliki teman dapat membuat seseorang menganggap dirinya baik atau seseorang yang menganggap dirinya baik cenderung lebih mudah untuk menciptakan pertemanan.

c. Significant OtherAtau Seseorang Yang Spesial

(31)

19

Sedangkan menurut Taylor (dalam Mumpuni, 2014),perceived social supportmemiliki beberapa bentuk, yaitu :

1. Tangible assistance melibatkan ketersediaan material, seperti pelayanan, dukungan finansial, atau harta benda. Contohnya, hadiah makanan yang diterima setelah kematian seseorang dalam sebuah keluarga dapat diartikan bahwa keluarga yang berkabung tidak perlu memasak untuk diri mereka dan kerabat yang datang disaat energi mereka sedang berada dalam tingkat yang rendah. 2. Informational support, yaitu dukungan dari keluarga atau teman

mengenai situasi atau keadaan yang penuh tekanan. Sebuah informasi dapat membantu individu untuk dapat memahami situasi stres lebih baik dan menentukan strategi coping apa yang tepat digunakan dalam situasi tersebut. Contohnya, ketika seseorang akan menghadapi prosedur medis yang tidak menyenangkan, teman yang pernah mengalami kejadian yang sama akan memberikan informasi mengenai langkah-langkah apa yang ia tempuh, ketidaknyamanan yang akan terjadi, dan sebagainya.

(32)

adalah seseorang yang berharga. Kehangatan dan perhatian dari orang lain dapat menurunkan tingkat stres dan memungkinkannya untuk menghadapi stres dengan keyakinan yang tinggi.

3. FungsiPerceived Social Support

Beberapa penelitian yang dilakukan terkait perceived social support menjelaskan manfaat yang dirasakan oleh seseorang yang mempersepsikan bahwa ada orang terdekat yang memberikan perhatian kepadanya, mencintainya, bersedia memberikan bantuan jika dibutuhkan, serta menghargai dan menganggapnya bernilai (dalam Aprianti, 2012). Cohen dan Wills (dalam Aprianti, 2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perceived social support dapat membantu individu untuk mengatasi (coping) stres, baik secara langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect). Efek tidak langsung (indirect) dari dukungan sosial disebut juga dengan model buffering (Rice, dalam Aprianti, 2012). Pada model ini perceived social support tidak melakukan aksi yang secara langsung dapat mengurai atau menghilangkan stres, melainkan hanya menjaga individu dari efek negatif stres. Di sisi lain, perceived social support juga dapat memberikan bantuan yang secara langsung dapat mengurangi stres atau membantu mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh individu.

(33)

21

instrumental support, dan emotional support. Mereka menjelaskan

bahwa informational support atau dukungan informasi terjadi ketika seseorang membantu orang lain untuk lebih memahami kejadian stressfull dan membantunya menemukan sumber dan strategi coping yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dukungan instrumental meliputi pemberian bantuan yang berwujud seperti servis, bantuan secara finansial, dan bantuan lainnya. Terakhir adalah dukungan emosional yang meliputi pemberian kehangatan dan perhatian kepada orang lain dan meyakinkan orang tersebut bahwa dirinya pantas menjadi seseorang yang diperhatikan.

(34)

Lingkungan sosial seseorang memiliki pengaruh kuat dan dapat menjadi sumber daya tersendiri yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sosial sekaligus menurunkandistresssosial dan emosional yang dirasakan (Specht, dalam Dewayani, dkk, 2011). Solberg dan Villareal (dalam Dewayani, dkk, 2011) menemukan bahwa dukungan sosial dari orang lain dapat menjadi moderator stres yang erat kaitannya dengan penyesuaian diri personal, serta berpengaruh terhadap kesehatan mental. Dukungan sosial berperan langsung meminimalisasi stres dan efek negatifnya yang dirasakan oleh mahasiswa, yang ditunjukkan melalui menurunnya tingkat depresi dan kecemasan (Bell, LeRoy & Stephenson, dalam Dewayani, dkk, 2011). Young (dalam Dewayani, dkk, 2011) mengklasifikasikan dukungan sosial ke dalam dua bentuk, yaitu dukungan sosial yang diterima (received support) dan dukungan sosial yang dipersepsikan (perceived support). Taylor, Sherman, Kim, Takagi, dan Dunagan (dalam Dewayani, dkk, 2011) mengemukakan bahwa perceived supportlebih menguntungkan daripadareceived support.

(35)

23

Young (dalam Dewayani, dkk, 2011) mengklasifikasikan dukungan sosial ke dalam dua bentuk, yaitu dukungan sosial yang diterima (received social support) dan dukungan sosial yang dipersepsikan (perceived social support). Dalam received social support, pengukuran dukungan sosial dilakukan berdasarkan bentuk dan/atau jumlah dukungan sosial yang sebenarnya diberikan oleh orang lain. Dalam perceived social support, pengukuran dukungan sosial dilakukan dengan menanyakan sejauh mana seseorang mempersepsikan atau percaya bahwa dirinya akan ditolong oleh orang lain (dalam Dewayani, dkk, 2011).

B. Strata 1 (S1)

Sarjana merupakan jenjang pendidikan Strata-1 atau biasa disingkat S1 dan lulusan program pendidikan vokasi S1 Terapan/Diploma 4 (D IV). Beban studi untuk meraih gelar Sarjana umumnya adalah 144 SKS (satuan kredit semester) dan secara normatif ditempuh selama 4 tahun (www.wikipedia.com diakses pada 25 Mei 2016).

Strata 1 adalah tingkat pendidikan yang memberikan gelar sarjana setelah empat sampai lima tahun masa pendidikan (www.kbbi.com diakses pada 21 Juli 2016).

(36)

C. Perceived Social Support pada Lulusan Psikologi dengan Waktu 3,5 Tahun dan PredikatCumlaudedi UIN Sunan Ampel Surabaya

Sarason (dalam Aprianti, 2012) mengemukakan bahwa ada dukungan sosial yang tersedia ketika dibutuhkan dan dukungan tersebut diidentifikasi melalui sudut pandang subjektif dan dapat diukur.

Sedangkan S1 adalah pelajar yang sedang menempuh pendidikan tinggi dengan beban studi 144 sks dan ditempuh selama 4 tahun. Cum Laude (berasal dari Bahasa Latin yang berarti dengan pujian) adalah predikat yang diberikan pada ujian di perguruan tinggi dan cum laude memiliki IPK 3.40 - 3.59 (www.wikipedia.com diakses 22 Mei 2016). Sehingga jika mahasiswa S1 mampu menyelesaikan studinya dalam waktu 3,5 tahun dan mendapatkan predikatcumlaudemaka akan menjadi sebuah prestasi dan pencapaian yang luar biasa.

Lulusan Psikologi yang mampu menyelesaikan studinya dalam 3,5 tahun dan memperoleh predikat cumlaude tentunya tidak hanya mengandalkan kecerdasan intelegensi dan kemampuan yang dimilikinya saja, namun dukungan sosial yang diterimanya juga sangat mempengaruhi selama proses penyelesaian studinya.

(37)

25

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus dalam penelitian ini adalah perceived social support lulusan Psikologi yang menempuh 3,5 tahun dengan predikat cumlude di UIN Sunan Ampel Surabaya. Guna mendalami fokus tersebut penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif dipilih karena fenomena yang diamati perlu pengamatan terbuka, lebih mudah berhadapan dengan realitas, kedekatan emosional antar peneliti dan responden sehingga didapatkan data yang mendalam, dan bukan pengangkaan. Penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk mengeksplorasi kekhasan pengalaman seseorang ketika mengalami suatu fenomena sehingga fenomena tersebut dapat dibuka dan dipilah sehingga dicapai suatu pemahaman yang ada.

(39)

27

dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relasi-relasi makna (dalam Creswell, 2009). Teknik wawancara yang dipilih adalah teknik wawancara mendalam, karena didalamnya peneliti menyelidiki peristiwa, aktivitas, program dan proses individu di masa lalu. Dalam konteks penelitian yang akan dikaji dan yang menjadi fokus utama dari penelitian ini adalah pengalaman lulusan Psikologi menerima persepsi dukungan atau perceived social support sosial yang mampu menempuh kuliah 3,5 tahun dengan predikatcumlude.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian seperti wawancara dan dokumentasi.

Lokasi pengambilan data pada subjek utama pertama adalah NLyang merupakan lulusan dengan IP 3,57 ini dengan lokasi pengambilan data di Jl. Layur no. 59 Gempeng, Bangil .

Sedangkan pada lokasi penelitian pada subjek kedua yakni IB yang memperoleh IP 3,58 dan beralamatkan di Jl. Gubeng Jaya 2/34 Surabaya.

(40)

C. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (dalam Hidayat, 2016) Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan. Seperti dokumen dan lain sebagainya.

Terdapat dua jenis sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder (Bungin, 2001, dalam Hidayat, 2016). Sumber data primer adalah data yang diambil dari sumber pertama yang ada dilapangan. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah data primer.

1. Sumber Data Primer.

[image:40.612.148.511.229.649.2]

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama adalah seorang lulusan Psikologi yang menempuh 3,5 dan mendapat predikat cumlaude di UIN Sunan Ampel Surabaya. Pada penelitian ini menggunakan tiga subjek agar hasilnya nanti lebih variatif.

Tabel 1

Identitas Subjek

Subjek ke

Nama Inisial Usia Jenis

Kelamin

IPK

1 NL 22 tahun Perempuan 3,57

2 IB 23 tahun Laki-laki 3,58

(41)

29

2. Sumber Data Sekunder

Yang menjadi data sekunder atau data pendukung untuk significant other adalah keluarga dari salah satu orang tua subjek, teman dari sahabat subjek dan seseorang yang spesial seperti pasangan subjek. Pada setiap subjek memiliki satu significant other yaitu sahabat NL, ibu subjek IB dan pasangan subjek OD.

Menurut Sarantakos (dalam Hidayat, 2016), prosedur pangambilan sampel dalam penelitian kualitatif adalah umumnya menampilkan karakteristik yaitu:

a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.

b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal tetapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.

c. Tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah atau peristiwa acak) melainkan kecocokan konteks.

Pengambilan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memilih subjek dan informan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Dengan pengambilan subjek secara purposif (berdasarkan kriteria tertentu), maka penelitian ini menemukan subjek yang sesuai dengan tema penelitian.

(42)

1. Lulusan Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2016. 2. Menyelesaikan S1 selama 3,5 tahun.

3. Mendapatkan predikatcumlaudedalam kelulusannya. 4. Bersedia menjadi subjek penelitian.

Adapun kriteria utamasignificant otheradalah sebagai berikut : 1. Memiliki kedekatan yang baik dengan subjek.

2. Telah mengetahui subyek dan mengetahui keseharian subjek.

D. Teknik Pengumpulan Data

Guna mendapatkan data yang akurat dan kredibel, dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa teknik pengambilan data. Teknik pengambilan data sangat beragam. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi sebagaimana berikut : 1. Wawancara

Interview yang sering disebut juga dengan wawancara adalah merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. (Ali, 1987, dalam Hidayat, 2016)

(43)

31

Peneliti harus memperhatikan cara-cara yang benar dalam melakukan wawancara, diantaranya adalah sebagai berikut: (Ali, 1987, dalam Hidayat, 2016)

a. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti ganda, ataupun yang bersifat ambiguitas.

b. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung banyak pertanyaan khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya dipecah menjadi beberapa pertanyaan baru.

c. Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan yang konkrit dengan acuan waktu dan tempat yang jelas.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti saat itu peneliti mengadakan pertemuan dengan subjek untuk melakukan tanya jawab secara langsung guna mendapatkan data. Peneliti mengadakan pertemuan di tempat yang menurut subjek nyaman untuk berbagi informasi dan pengalaman. Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan kepada subjek sesuai denganinterview guide yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

2. Dokumentasi

(44)

Alat pengumpul data digunakan untuk menggali informasi dari subjek. Setelah mendapatkan data, data wawancara dibuat transkip untuk dilakukan koding dan memberikan tema-tema sesuai dengan fokus penelitian.

E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data

Menurut Poerwandari (dalam Hidayat, 2016) Pengolahan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan mengorganisasikan data. Dengan data kualitatif yang sangat beragam dan banyak, menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan datanya dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin.

Prosedur analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis tematik dengan melakukan koding terhadap hasil transkrip wawancara yang telah di verbatim. Koding adalah pengorganisasian data kasar kedalam tema-tema atau konsep-konsep yang digunakan untuk menganalisis data. Penelitian kualitatif melakukan koding terhadap semua data yang telah dikumpulkan.

(45)

33

Langkah-langkah awal koding dapat dilakukan dengan cara berikut: (Poerwandari, 2005, dalam Hidayat, 2016)

1. Peneliti menyusun transkripsi verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar disebelah kiri dan kanan transkrip. Hal ini akan memudahkannya membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu diatas transkrip tersebut.

2. Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip dan atau catatan lapangan tersebut. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan memberikan nomor secara urut dari satu baris ke baris lain atau dengan cara memberikan nomor baru untuk paragraf baru.

3. Peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dandianggap paling tepat mewakili berkas tersebut. Jangan lupa untuk selalu membubuhkan tanggal di tiap berkas.

F. Keabsahan Data

(46)

(dependability), dan kepastian (confirmability). Dalam penelitian ini menggunakan 2 kriteria dalam melakukan pemeriksaan data selama di lapangan sampai pelaporan hasil penelitian (dalam Hidayat, 2016).

1. Kredibilitas Data

Kriteria ini digunakan dengan maksud data dan informasi yang di kumpulkan peneliti harus mengandung nilai kebenaran atau valid. Penggunaan kredibilitas untuk membuktikan apakah yang teramati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia kenyataan tersebut memang sesuai dengan yang sebenarnya ada atau terjadi.

Adapun untuk memperoleh keabsahan data, Moleong (2008) merumuskan beberapa cara, yaitu: 1) perpanjangan keikutsertaan, 2) ketekunan pengamatan, 3) Triangulasi data, 4) Pengecekan sejawat, 5) Kecukupan referensial, 6) Kajian kasus negatif, Dan 7) Pengecekan anggota. Peneliti hanya menggunakan teknik ketekunan dan triangulasi data.

(47)

35

Triangulasi sumber data, dilakukan dengan cara a. Membandingkan apa yang dikatakan secara pribadi.

b. Membandingkan data hasil wawancara subjek dengan hasil transkip nilai.

c. Membandingkan apa yang dikatakan significant other tentang situasi pada saat itu dengan apa yang dilakukan subjek.

d. Membandingkan keadaan perspektif subjek dari berbagai pendapat dan pandangan significant other. Perbandingan ini akan memperjelas perselisihan atas latar belakang alasan-alasan terjadinya perbedaan pendapat maupun pandangan tersebut.

2. Kepastian Data

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI PARTISIPAN

1. Subjek Ke-1 (NL, lulusan Psikologi dengan IPK 3,57)

Subjek pertama merupakan lulusan Psikologi dengan peminatan Psikologi Industri dan Organisasi (PIO). Mahasiswi yang semasa kuliah ini aktif mengikuti program penelitian yang diadakan oleh LPPM, mengaku saat semester 7 adalah saat dimana dirinya merasa sangat kesulitan membagi waktu. Alasan dibalik keputusannya mengambil skripsi di semester 7 itu pun dikarenakan ada kesempatan dan subjek merasa bangga bila mampu lulus 3,5 tahun.

Sebagai anak kos, saat menjalani masa kuliah subjek dikenal sangat aktif di kelas. Subjek juga dikenal pintar sehingga banyak nilai mata kuliahnya yang bagus dan di atas nilai teman-teman kelas lainnya. Hal itu membuat subjek mendapatkan IPK di atas 3,5 pada saat semester 6 sehingga membawanya untuk maju dan mengambil kesempatan meraih program skripsi di semester 7.

(49)

37

dikarenakan skripsi, magang dan kkn yang harus dijalaninya dalam satu waktu, subjek juga harus menyelesaikan kontrak penelitian yang diikutinya di LPPM. Hal inilah yang membuat subjek merasa putus asa dengan skripsinya sehingga hampir tidak mau melanjutkan penggarapan skripsinya. Bahkan subjek mengaku, hingga detik-detik mau sidang subjek masih mengerjakan verbatim. Namun berkat dukungan dan bantuan yang diterimanya dari orang-orang di sekitarnya, subjek berhasil menyelesaikan skripsi dan sidangnya di semester 7.

2. Subjek Ke-2 (IB, lulusan Psikologi dengan IPK 3,58)

Subjek kedua merupakan lulusan Psikologi dengan peminatan Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) yang mendapatkan IPK 3,58. Subjek yang diketahui telah bekerja di sebuah perusahaan negara bernama Bulog ini menuturkan bahwa saat semester 7 subjek mengalami banyak tekanan yang membuat emosinya sangat tidak stabil.

(50)

cukup ternama di Surabaya. Setelah setahun menjadi pegawai, subjek yang memiliki tekad kuat untuk kuliah ini berinisiatif untuk meminta izin dan persetujuan dari pihak manager toko tersebut sehingga subjek mampu untuk berkuliah meskipun harus membagi separuh waktunya untuk bekerja.

(51)

39

dirasakannya pernah merasa putus asa, namun karena dukungan dari orang tua dan subjek merasa ingin melihat orang tuanya bangga subjek pun kembali bersemangat dan berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas dan skripsinya tepat waktu.

3. Subjek ke-3 (OD, lulusan Psikologi dengan IPK 3,62)

Sama seperti kedua subjek yang lain, subjek OD adalah lulusan dari peminatan Psikologi Industri dan Organisasi (PIO). Subjek yang semenjak kuliah ini aktif mengikuti organisasi, mengaku dirinya bisa ambil program skripsi di semester 7 dikarenakan adanya kesempatan dan dorongan dari orang tua. Subjek mengutarakan bahwa dirinya tidak ada keinginan secara pribadi ingin lulus cepat, namun pertimbangan waktu, biaya dan kesempatan yang ada membuat subjek mengambil program skripsi tersebut. Selain itu dorongan dari orang tua subjek juga merupakan alasan dibalik keputusan subjek untuk mengambil skripsi di semester 7.

(52)
(53)

[image:53.612.145.514.154.602.2]

41

Tabel 2

Jadwal kegiatan dokumentasi dan wawancara

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Tempat

1. Kamis, 21 Juli 2016

Wawancara dengan subjek kedua

Rumah subjek di Jl. Gubeng Jaya 2/34 Surabaya

2. Kamis, 21 Juli 2016

Wawancara dengan significant other subjek kedua

Rumah subjek di Jl. Gubeng Jaya 2/34 Surabaya

3. Rabu, 27 Juli 2016 Wawancara dengan subjek pertama

Di UIN Sunan Ampel Surabaya

4. Rabu, 27 Juli 2016 Wawancara dengan subjek ketiga

Di UIN Sunan Ampel Surabaya

5. Kamis, 28 Juli 2016

Wawancara dengan significant other subjek pertama

Pondok pesantren subjek di Jl. Wonocolo Surabaya 6. Kamis, 28 Juli

2016

Wawancara dengan significant other subjek ketiga

(54)

B. TEMUAN PENELITIAN

1. DESKRIPSI TEMUAN PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini, peneliti ingin menjawab dari pertanyaan peneliti yaitu bagaimana pengalaman lulusan Psikologi di UIN Sunan Ampel Surabaya yang mampu menempuh kuliah 3,5 tahun dengan predikatcumlaude dalam menerima persepsi dukungan sosial atauperceived social support.

Sebelumnya peneliti akan membagi deskripsi hasil temuan menjadi beberapa tema.

a. Latar belakang dan perjalanan subjek ketika mengambil kuliah 3,5 tahun

1. Proses subjek bisa meraih program skripsi di semester 7. a. Subjek Pertama

NL mengaku dirinya tidak tahu bahwa bisa mengambil program skripsi di semester 7, namun setelah dikonsultasikan ke wali dosen dan ternyata dirinya bisa mengambil program tersebut, NL pun langsung mengambil kesempatan tersebut.

(55)

43

terus saya tanyakan lagi, kemudian di diskusikan dulu sama Bu Risma jadigak langsung diiyakan. “Ya saya bilang dulu ke Bu Risma”. Ternyata bisa, ya saat itu saya langsung mengajukan skripsi (WCR1B3).

b. Subjek Kedua

IB bercerita bahwa dirinya bisa meraih program skripsi di semester 7 karena sejak awal subjek sudah memiliki target dari awal ketika subjek baru masuk kuliah. Subjek telah merencanakan hal tersebut di awal perkuliahan.

Kalo..kalo..dari aku sendiri itu memang dari dasarnya aku sendiri itu punya target. Eemm..aku sekian sampe sekian, nilaiku segini harus segini, yang sekian harus sekian. Waktu itu aku eemm..melihat apa namanya nilaiku yang segitu dan langsung ada kesempatan, itu eee...aku gak mau buang kesempatan itu. Karena aku punya, dulu, waktu pertama kali masuk kuliah itu aku udapunya targetkalo aku harus bisa lulus di semester 7 (WCR3B8).

Subjek merasa harus lebih aktif dan hal tersebut bukan hanya tentang kepintaran yang dimiliki seseorang, menurut subjek dirinya memiliki kelebihan dalam menganalisis yang membuat subjek lebih mudah untuk mengambil program skripsi di semester 7.

(56)

ataugak kan setiap orang kan sama ya.Pinter ya samapinternya gituloh, tinggal kemauannya kita sendiri toh. Kalo kita maunya untuk eee...istilahnya kamu mau maju apaenggak.Kalo aku dari diriku sendiri gitu, target terus gak mau kesempatan terbuang, eee..kemudian juga analisis. Kalo aku orangnya, kelebihanku di analisis, dimana aku bisa nganalisis ini nanti progresnya gimana terus nanti eee...goal-nya kayak apa. Jadi ya tiga ini, target, kesempatan sama analisis (WCR3B19).

c. Subjek ketiga

Sejak awal subjek tidak mengetahui dirinya bisa mengambil program skripsi di semester, namun karena ada pemberitahuan dan subjek memenuhi persyaratan akhirnya subjek mengambil kesempatan tersebut. Secara pribadi OD mengaku bahwa sebelumnya tidak memiliki dorongan untuk lulus cepat, namun orang tuanya lah yang justru menginginkan OD segera lulus.

(57)

45

loh. “Loh bu, kita loh paketan”. Saya jelaskan ke ibu, “kita loh bu, apa psikologi UIN itu paketan jadi gak bisa, jadi semester ini sks nya segini, semester dua segini. Pokoknya gak bisa kalau loncat gitu”. Jadi dari awal memang gak ada kepikiran untuk, kalo saya sendiri loh ya untuk kepikiran untuk 3,5 tahun tidak ada (WCR5B17).

2. Alasan subjek menyelesaikan kuliah 3,5 tahun a. Subjek Pertama

Subjek mengutarakan bahwa keinginan untuk lulus 3,5 tahun adalah karena orang tua. Subjek yang saat itu tinggal di kos merasa bahwa dirinya akan sangat membantu orang tuanya bila bisa lulus cepat dari segi biaya dan waktu. Selain itu faktor kebanggaan dan prestasi bisa lulus cepat menjadi alasan lain dibalik keinginannya menyelesaikan kuliah 3,5 tahun.

(58)

b. Subjek Kedua

Subjek IB merasa memiliki tanggung jawab lebih sebagai anak pertama sehingga IB ingin segera lulus dan bisa membantu perekonomian keluarganya. Di sisi lain, subjek yang terlambat kuliah 1 tahun tersebut mengungkapkan umur sebagai alasan keduanya.

(59)

47

c. Subjek Ketiga

Alasan OD untuk lulus 3,5 tahun yang paling utama yaitu keluarga dan subjek ingin segera bekerja untuk membantu keluarganya.

Oh alasan. Yang pasti keluarga, gitu. Jadi dari ibu bapak sendiri karena memang eh iya apa ya biar menghemat biaya, menghemat waktu juga, kan juga ya alhamdulillah ya, apa, di waktu 3,5 tahun bisa apa menyelesaikan 3,5 tahun itu kan juga istilahnya juga gak sia-sia. Toh ya bisa buatcepet-cepet dapetinkerja (WCR5B30).

3. Masalah dan tantangan subjek saat semester 7 a. Subjek Pertama

NL mengaku bahwa dirinya kesulitan dalam memanajemen waktu yang dimilikinya saat itu. Tantangannya subjek harus berusaha dengan kesulitannya yang membagi waktu namun mencapai target yang telah ditentukan.

(60)
(61)

49

harus mencapai target yang sudah saya, apa ya, yang sudah saya targetkan (WCR1B76).

b. Subjek Kedua

IB mengaku masalah yang dialaminya adalah masalah pembagian waktu karena saat itu subjek harus kuliah dan bekerja dalam waktu bersamaan. Selain itu subjek juga merasa masalahnya ada pada kontrol emosinya yang kurang stabil sehingga mempengaruhi proses penggarapan skripsinya saat itu. Sedangkan tantangannya adalah mencapai target yang telah dibuatnya.

(62)

istilahnya bagaimana sih aku harus mengatasi emosiku ketika aku lagi capek. Terus bagaimana sih ketika aku eee...menghadapi suatu masalah aku bisa mengontrol emosi, uda itu berjalan seiring waktu. Jadigak bisa langsung eee...instan aku bisa ngontrol emosi, masalahku disitu (WCR3B96). Tantangan untuk itu, ya tantangan kenapa aku bisa lulus 3,5 tahun, ya tantangan terbesar aku harus bisa mengalahkan targetku. Gimana targetku yang uda aku susun bisa tercapai. Meleset satu target itu berarti akan meleset semuanya gitu. Jadi aku uda menargetkan semua, tantangan itu (WCR3B107).

c. Subjek Ketiga

OD merasa terbebani atas tugas-tugas yang diterimanya mulai dari tugas magang yang terdiri dari tugas di perkuliahan dan di kantor tempatnya magang, tugas kkn serta tugas skripsi yang harus dikerjakannya dalam waktu bersamaan.

(63)

51

4. Masalah terberat yang dirasakan subjek ketika semester 7. a. Subjek Pertama

NL berpendapat bahwa masalah terberat baginya adalah waktu. Subjek merasa waktu yang dimilikinya sangat kurang karena penelitian subjek yang memiliki bentuk penelitian kualitatif.

(64)

itu sangat, dengan saya, dengan tetesan air mata, mata saya itu sampe bengep, karena menangisi skripsi saya yang bener-bener hancur menurut saya. Dan ya itu, dari dukungan-dukungan mereka itu, bisa menguatkan saya bisa meyakinkan saya. Saya tetep berangkat saat sidang dan selesai, yasudah. Dan pada saat itu memang temen spesial saya eee...posisinya lagi di Bojonegoro, dia sebagai kordes ketua kelompoknya dan dia bela-belain ke...pulang. Walaupun dia kordes meninggalkan kewajibannya demi saya. Makanya saya ya itu dukungannya sangat luar biasa dari mereka, itu yang menguatkan saya (WCR1B110).

b. Subjek Kedua

IB mengungkapkan masalah terberatnya adalah waktu dan beban tugas yang diterimanya. IB juga bercerita bahwa beberapa kali tugasnya harus hilang.

(65)

53

pembimbing, ditanyain, “kemana aja kamu kok gak bimbingan ke saya”. “Bentar bu, nanti aku kerjain”. Itu. Habis itu aku uda gak, uda wes bingung lah, wes bingung, emosi, moreng-moreng, ibuku tau kalo aku moreng-moreng di rumah, wes lost control. Di luar juga kayak gitu. Nah temenku itu cuma dengerinsamakayak gini (mengangguk-angguk). Dan akhirnya emosiku ilang, apa istilahnya uda lega gitu loh. Nah setelah itu aku uda mulai mikir lagi, tujuanku disini tadi apa, di semester 7 aku harusflash back lagi. Eee...aku pingin target ini bisa terkalahkan, bisa terpenuhi, masak aku terkalahkan cuma karena emosi diri sendiri aku gak mau. Dari situ aku mulai mencoba untuk nulis lagi. Mulai ngerjakan lagi. Jadi istilahnya untuk mengatasi masalah itu, aku mulai nulis lagi (WCR3B153).

c. Subjek Ketiga

OD menuturkan bahwa kendala terbesarnya adalah saat mengerjakan tugas magangnya.

(66)

skripsi, waktu itu kalaugak salah ujian proposal, jadi bingunggakkaruan (WCR5B72).

5. Perasaan subjek saat menghadapi masalah ketika semester 7. a. Subjek Pertama

Sebagai perempuan NL mengaku menangis karena putus asa atas pekerjaannya yang belum bisa terselesaikan dengan baik.

Masalah saya ketika sedang menghadapi itu sangat kacau sekali, saya sampe nangis, duh ini bisagak ya, bisa gakya...selesai.Udahsering mbak sayanangis,kemudian ya setelahnangisya dikerjakan. Trus ya tetep, ya kayak gitu nangis, trus merasa inikayaknya aku gak bisa, kayaknya akugakbisa (WCR1B84).

b. Subjek Kedua

IB mengaku yang dirasakan hanyalah emosinya yang tidak terkontrol.

Ya itu tadi masalah emosional. Jadi kurang bisa ngontrol emosi tadi (WCR3B115).

c. Subjek Ketiga

Menurut OD yang dirasakan saat menghadapi masalah saat itu adalah stres.

(67)

55

b. Dimensi-dimensipercieved social support

Dalam Papalia, dkk (dalam Aprianti, 2012) mengemukakan tiga dimensi dari dukungan sosial, yaitu :

1. Keluarga

Montgomery dan Cote (dalam Aprianti, 2012) menyatakan bahwa dukungan yang berasal dari keluarga merupakan faktor utama dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi, baik bagi pelajar yang tinggal bersama orang tua ataupun yang tinggal terpisah dengan orang tuanya.

Hasil perolehan data di lapangan, ketiga subjek merasa keluarga memberikan dukungan yang berpengaruh dalam menumbuhkan semangat dan motivasi ketika subjek menyelesaikan semester 7.

a. Subjek Pertama

NL merasa dukungan dan doa dari ibunya yang membantunya untuk tetap semangat.

Ibu saya. Banyak ya. Kalo ibu saya memang, ya...dari dukungan doa, moril, itu ibu saya ya (WCR1B194).

b. Subjek Kedua

(68)

Istilahnya susah untuk menumbuhkan motivasi baru itu, untuk memulai lagi itu susah gitu loh. Jadi memang kepribadianku yang tadi yang emosional seperti itu, sama ibu cuma diginiin tok “istirahat sek”, soalnya ngerti waktu aku marah-marah, ngerti lah (WCR3B192). Kalo bantuan dari keluarga ya itu tadi, cuma mungkin eee...dari keluarga, ibu sendiri seng istilahnya meredam emosi “tenang, istirahato sek” (WCR3B207).Kaloyang paling ngerti ya..ibu ya yang paling ngerti. Soalnya kan tiap hari ketemu (WCR3B226).

Hal ini juga didukung oleh pernyatan ibu subjek Ya saya sih gak pernah, maksudnya itu gak, “oh kamu harus gini harus gini, ndak”, ya dikerjakan, tetep dikerjakan. Kalo perlu istirahat ya istirahat dulu. Gitu aja, dimotivasi gitu. Pokoknya, ndak, ndak, saya “harus selesai”, endak. Santai tapi pasti, gitu aja. Jadi santai gak harus santai berleha-leha. Dia kan sudah punya apa ya tanggung jawab (WCR4B46).

c. Subjek Ketiga

Bagi OD keluarga memberikan sugesti positif agar tetap melanjutkan dan menyelesaikan berbagai tugas yang ada di semester 7.

(69)

57

2. Teman

Hartup, dkk (dalam Aprianti, 2012) pertemanan atau persahabatan merupakan hal yang sangat penting bagi dewasa muda. Seseorang yang memiliki teman cenderung lebih sejahtera; karena dengan memiliki teman dapat membuat seseorang menganggap dirinya baik atau seseorang yang menganggap dirinya baik cenderung lebih mudah untuk menciptakan pertemanan.

Perolehan data di lapangan, ketiga subjek merasa teman atau sahabat memberikan dukungan yang berpengaruh dalam menumbuhkan semangat dan motivasi ketika subjek menyelesaikan semester 7.

a. Subjek Pertama

Dukungan dari temen seperjuangan.

Ndak berangkat dan temen-temen seperjuangan saat itu ada 4 orang nelfonin saya, kemudian dosen pembimbing saya juga nelfon,ndak papa berangkat o, ndak papa berangkat o”, dan entah saya langsung berangkat (WCR1B130). Tidak hanya pacar saya, ya semuanya sangat me....membantu, kayak menyupport seperti temen seperjuangan kayak Riski, Oliv, Novi, temen seperjuangan itu semuanya mendukung saya (WCR1B159).

Dukungan dari sahabat NL.

(70)

nah itu saya dibantu samatemen-temen juga dari sahabat (WCR1B179).

b. Subjek Kedua

Teman-teman seperjuangan subjek yang menyemangati dan sahabat subjek sebagai pendengar yang baik.

Kalo aku gak mau membebankan ke orang tua. Makanya tadi ketika tanya ke ibu tadi, masalah apa sih yang biasa aku alami, aku gak mau membebankan ke orang tua sama keluarga takutnya kan kepikiran juga ya. Nah biasanya aku curhatnya sama temen, kayak temen-temen eee...yang biasanya main, main bareng sama aku. Eee...mereka pun biasanya cuma mendengarkan saja, gak gak terlalu eee...kamu harus gini kamu harus gitu enggak. Nah disitu pun aku uda akhirnya lega gitu loh istilahnya. Jadi apa yang aku, aku rasakan apa yang aku pendam itu istilahnya bisa lepas semua disaat mereka mendengarkan itu (WCR3B119). Ya akhirnya karna itu, kemudian mungkin waktu aku uda dingin aku uda bisa mulai berpikir lagi, temen-temen mulai, apa, temen-temenku itu semua gak berhenti apa telfon, nyemangati, gak berhenti (WCR3B197). Kalo dari temen eee...mencoba untuk memulai membangkitkan motivasiku, itu tok(WCR3B210).

c. Subjek Ketiga

(71)

59

merasa teman dan sahabatnya mampu mengerti karena sama-sama sedang berjuang.

Ya pasti ya temen-temen seangkatan apa ya yang sama ikut sama-sama ambil di semester 7 itu, karena kita ikut satu sama rasagitu kan. Jadi sama-sama merasakan hal yang sama. Sama-sama magang, sama-sama KKN. Sama-sama ambil skripsi. Jadi kan bisa, palinggakkan masih sama-sama merasakan hal yang sama-sama kayak yang tak rasa gitu loh (WCR5B62). Kalo teman itu lebih kekalo ada masalah stresgituwaduhaku stres” gitu kan. Nah temen-temen itu “wes talah, wong yo aku iku gak sendirian”, arek-arek kan yo ngerasakno podo, opo maneh eh sih itu Novi itu yang ambil pendidikan itu malah dia lebih susah kalo menurutku sih. Karna tugasnya ya tau sendiri anak pendidikan kan magangnya ada 4 tempat yang dimana dengan 4 tugas yang berbeda itu (WCR5B106). Ya waktu itu ya Novi itu, dia anak pendidikan itu, jadi kan anaknya memang apa ya, ya suka banget memberi semangat ke orang, ya itu dia, jadi apa ya lebih seneng gitu cerita ke Novi itu, soalnya memang selain dia bisa mendengar dia juga bisa ngasih motivasi itu (WCR5B121).

Hal ini juga didukung oleh pernyataan sahabat subjek.

(72)

usajadi beban, gaklulus sekarang juga gak papa kan kita uda berusaha”, gitu sih. Lebih ke yang jadi “santai mbak, semangat mbak, pasti bisa”, ya gitu-gitusih (WCR6B23).

3. Significant OtherAtau Seseorang Yang Spesial

Dalam penelitian ini significant others dapat diinterpretasikan sebagai siapa saja yang dianggap berperan penting dalam kehidupan seseorang (dalam Aprianti, 2012).

Dari hasil yang diperoleh di lapangan, dari ketiga subjek hanya subjek pertama yang merasakan perceived social supportdari seseorang yang spesial.

(73)

61

Hal ini juga didukung oleh pernyataan orang spesial subjek.

Diantaranya motivasi, terus membantu seperti ketika ngentry data atau ngetik juga, itu aja. Sebenarnya dia itu lebih banyak saya bantu dalam membuat keputusan. Seperti tanya ini tanya itu, enaknya gimana. Jadi yagitu(WCR2B32).

Sedangkan menurut Taylor (dalam Mumpuni, 2014), social supportmemiliki beberapa bentuk, yaitu :

1. Tangible assistancemelibatkan ketersediaan material, seperti pelayanan, dukungan finansial, atau harta benda. Contohnya, hadiah makanan yang diterima setelah kematian seseorang dalam sebuah keluarga dapat diartikan bahwa keluarga yang berkabung tidak perlu memasak untuk diri mereka dan kerabat yang datang disaat energi mereka sedang berada dalam tingkat yang rendah.

a. Subjek Pertama

Bentuk dukungan orang spesial subjek berupa pelayanan seperti menemani subjek.

(74)

memang temen spesial saya eee...posisinya lagi di Bojonegoro, dia sebagai kordes ketua kelompoknya dan dia bela-belain ke...pulang. Walaupun dia kordes meninggalkan kewajibannya demi saya (WCR1B144).

Bentuk dukungan berupa pelayanan membantu mengetik didapat dari sahabat dan orang spesial subjek.

Kalo yang pacar, itu ya jelas ya eee...selain dukungan semangat, diakadangjuga, saya kan kualitatif mbak, saya kadang juga dibantu kayak ngetik, ngetik verbatim itu saya juga dibantu, kemudian saya juga selalu ditemani ketika saya harusmikir kayak analisis,kayak apa namanya memberi hasilnya itu yang bab 4 sama bab 5, itu kan saya harus mikir.Kaloverbatim itu kan buanyak, nah itu saya dibantu sama temen-temen juga dari sahabat sama eee...pacar (WCR1B172).

Hal ini didukung oleh pernyataan orang spesial subjek.

Terus membantu seperti ketika ngentry data atau ngetik juga, itu aja. Sebenarnya dia itu lebih banyak saya bantu dalam membuat keputusan. Seperti tanya ini tanya itu, enaknya gimana. Jadi yagitu(WCR2B32).

(75)

63

2. Informational support, yaitu dukungan dari keluarga atau teman mengenai situasi atau keadaan yang penuh tekanan. Sebuah informasi dapat membantu individu untuk dapat memahami situasi stres lebih baik dan menentukan strategi coping apa yang tepat digunakan dalam situasi tersebut. Contohnya, ketika seseorang akan menghadapi prosedur medis yang tidak menyenangkan, teman yang pernah mengalami kejadian yang sama akan memberikan informasi mengenai langkah-langkah apa yang ia tempuh, ketidaknyamanan yang akan terjadi, dan sebagainya.

Pada aspek ini tidak ditemukan adanya informational supportatau dukungan berupa informasi yang diterima pada ketiga subjek.

(76)

a. Subjek Pertama

Dukungan emosi didapatkan dari orang spesial subjek. Iya seseorang yang spesial. Jadi, ya karena memang saya seringdeket sama dia, yang paling ngerti saya, saya selalu curhat dengan dia dan dia selalu eee...ngasi support. Dia selalu bilang, “kamu pasti bisa, kamu pasti bisa nyelesainini”, seperti itu (WCR1B95).

Hal ini sesuai dengan pernyataan orang spesial subjek.

Diantaranya motivasi (WCR2B32). Sebenarnya dia itu lebih banyak saya bantu dalam membuat keputusan. Seperti tanya ini tanya itu, enaknya gimana. Jadi yagitu(WCR2B34).

Dukungan dalam bentuk memberikan semangat dan perhatian didapat subjek dari dosen, teman seperjuangan, sahabat dan ibu subjek.

(77)

65

mampu”. Tidak hanya pacar saya, ya semuanya sangat me....membantu,kayak menyupportseperti temen seperjuangan kayak Riski, Oliv, Novi, temen seperjuangan itu semuanya mendukung saya. Kemudian dosen pembimbing, orang tua ya yang jelas, orang tua selalu mendukung, baik doa dan sahabat-sahabat saya Firdah, Novi, Alif, Moza itu juga sangat mendukung saya. Seperti itu (WCR1B154). Kemudian kalo temen seperjuangan memberikan saya dukungan eee...moril ya (WCR1B181).

b. Subjek Kedua

IB mendapat dukungan berupa perhatian dan dorongan dari ibu, teman seperjuangan dan sahabatnya sehingga menurunkan rasa emosionalnya.

(78)

Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu subjek yang berusaha menenangkan subjek.

Ya saya sih gak pernah, maksudnya itu gak, “oh kamu harus gini harus gini, ndak”, ya dikerjakan, tetep dikerjakan. Kalo perlu istirahat ya istirahat dulu. Gitu aja, dimotivasi gitu. Pokoknya, ndak, ndak, saya “harus selesai”, endak. Santai tapi pasti, gitu aja. Jadi santai gak harus santai berleha-leha. Dia kan sudah punya apa ya tanggung jawab (WCR4B46).

c. Subjek Ketiga

OD merasa dukungan keluarga yang didapatkan berupa bentuk perhatian dan sugesti positif.

Kalau keluarga sendiri itu dukungannya apa yah. Ya lebih ke dukungan secara mental sih. “Westalah apa ya Gusti Alloh wes ngekeki dalan koyok ngene, iki wes onok dalane, awakmu wes di dodokno eh semester 7 iku ternyata wes isok njupuk skripsi, pasti awakmu isok melalui” itu keluarga (WCR5B101).

Sedangkan dari sahabat dukungannya dalam bentuk memberi semangat.

(79)

67

lebih “ayo ayo kamu bisa, kamu bisa” (WCR5B106). Ya waktu itu ya Novi itu, dia anak pendidikan itu, jadi kan anaknya memang apa ya, ya suka banget memberi semangat ke orang, ya itu dia, jadi apa ya lebih seneng gitu cerita ke Novi itu, soalnya memang selain dia bisa mendengar dia juga bisa ngasih motivasi itu (WCR5B121).

Hal ini sesuai dengan pernyataan sahabat subjek. Em..aku paling ya...cuma menyemangati aja sih dan “jangan terlalu dipikirin mbak, gak usajadi beban, gaklulus sekarang juga gak papa kan kita uda berusaha”, gitu sih. Lebih ke yang jadi “santai mbak, semangat mbak, pasti bisa”, ya gitu-gitusih (WCR6B29).

2. ANALISIS TEMUAN PENELITIAN

Pada bagian ini akan disampaikan hasil analisis data mengenai pengalaman subjek menerima perceived social support ketika menyelesaikan semester 7. Sesuai dengan pertanyaan penelitian dan pemaparan data yang telah disampaikan di atas.

a. Latar belakang dan perjalanan subjek ketika mengambil kuliah 3,5 tahun

(80)

7 adalah orang tua. Menurut NL dengan lulus 3,5 tahun subjek yang merupakan anak kos bisa menghemat waktu dan biaya. Selain itu mampu lulus 3,5 tahun merupakan kebanggaan tersendiri bagi NL (WCR1B18). Perjalanan NL dalam menyelesaikan skripsi di semester 7 pun tidak mudah, NL merasa kesulitan dalam membagi waktu untuk menyelesaikan semua tugas-tugasnya di semester 7. NL merasa bahwa terlalu banyak beban tugas yang harus dikerjakan dalam waktu singkat sehingga benar-benar menguras tenaganya (WCR1B31) dan (WCR1B46). NL yang sempat putus asa menuturkan hanya bisa menangis

Gambar

Tabel 1 Identitas Subjek..................................................................................
Gambar 3 Skema Hasil Penelitian Subjek 1 ...................................................
 Tabel 1
Tabel 2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menangani persoalan kredit macet ini, Kopdit Mekar Sai menerapkan standar prosedur hukum penanganan pinjaman bermasalah/macet.Namun sebelum standar prosedur

Jaminan bebas cacat mutu ini berlaku sampai dengan 12 (dua belas) bulan setelah serah terima Barang. PPK akan menyampaikan pemberitahuan cacat mutu kepada Penyedia

Dalam proses ini para guru memotivasi anak didiknya bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk mengembangkan keahlian pada dirinya sehingga para anak-anak pun

Pengaruh pH media terhadap produksi protease dipelajari dengan menumbuhkan ISO PL3 dalam media C (dedak + limbah cair tahu) pada kecepatan 130 rpm, suhu kamar dengan kondisipH awal

dasar itulah penulis dalam tugas ak:hir ini menggunakan metode ijl;nrP·rm,(JrKJna sebagai alternatif yang efektif untuk mempertahankan keberadaan data wnjrPnnn,·K

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh bauran ritel yang terdiri dari produk X1, harga X2, pelayanan X3, dan fasilitas fisik X4 secara simultan dan parsial

Da’i atau ustadz yang tampil dalam program dakwah di televisi pada akhirnya tidak lagi semata dipandang sebagai sosok panutan dalam beragama, tapi lebih dari itu, ia juga

476 Panyella i Ferreres, Ramon (2013): Francesc Pelai Briz: entre la literatura i