• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Teknik Berpidato dalam Meningkatkan Kreatifitas Santri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembinaan Teknik Berpidato dalam Meningkatkan Kreatifitas Santri"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STAI Darussalam Nganjuk__________________________________ISSN : 2654-8186 (Online) -2654-7686 (Print) Volume 2 Number 2 May 2020

51 | P a g e

Pembinaan Teknik Berpidato dalam Meningkatkan Kreatifitas

Santri

Ahmad Saifudin, Sumanan, Asichul In’am

Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam Nganjuk. Email : say_nilna@yahoo.co.id

Submission 2020-01-17

Review 2020-02-07

Publication 2020-05-31

ABSTRACT

The mission of Da'wah in Islamic educational institutions such as the Al-Qur'an Education Park demands the supply of learners to have adequate verbal communication skills. Verbal stimulation is necessary to provide an understanding of the importance of reactualization of speech ability in order to ensure the success of Da'wah. In the context of the Qur'an Education Park requires assistance in obtaining an integral stakeholder empowerment vehicle. Through the approach of assets and resources mentoring speech exercises as a verbal stimulation in the education Park Al-Qur'an at-Taqwa Sumberejo Lengkong Nganjuk produces the ability to empower assets and potential managers and key figures. Performance can be fulfilled because it is supported by the effectiveness of social sales, planning with partner devotion, implementation of programs involving assets and potential and role of key figures in the control function.

Keywords: mentoring, speech, verbal stimulation.

PENDAHULUAN

Ajaran Islam memposisikan anak sebagai amanah (titipan) Allah yang harus dipertanggungjawabkan. Dalam ruang lingkup keluarga, orang tua bertanggung jawab terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesempurnaan pribadi anak menuju kematangannya. Secara umum, inti dari tanggung jawab itu adalah penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak di dalam rumah tangga.1 Sedangkan dalam ruang lingkup sekolah, guru bertanggung jawab terhadap

penanaman dan pematangan pendidikan peserta didik terutama pada tingkat kanak-kanak dan anak-anak.

Kemampuan dalam menyampaikan hal yang benar (da’wah bil khair) dalam ajaran agama merupakan salah satu masalah urgen, karena dengan itu agama dapat berkembang dan lestari. Berdakwah juga harus didukung dengan kemampuan berkomunikasi yang baik agar konten yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik pula. Kemampuan berdakwah harus ditanamkan sejak dini sebagai langkah agar mereka lebih terampil dan terlatih dalam menjalankan misi dakwah (tabligh) yang diwajibkan oleh agama dan telah diteladankan oleh Nabi Muhammad Saw.

1Zulhaini, “Peranan Keluarga Dalam Menenamkan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Kepada Anak,” al

(2)

STAI Darussalam Nganjuk__________________________________ISSN : 2654-8186 (Online) -2654-7686 (Print) Volume 2 Number 2 May 2020

52 | P a g e

Masa kanak-kanak berlangsung dari usia 2-5 atau 6 tahun dan disebut juga dengan masa estetika, masa indera dan masa menentang orang tua. Pada fase ini anak didominasi oleh aktivitas merekam dan meniru. Umumnya perkembangan anak lebih cepat, sehingga aktivitas meniru muncul lebih cepat pula. Begitu juga dengan masa anak-anak (usia 6-12 tahun), pada fase ini anak diajarkan adab, sopan santun, akhlak, juga merupakan masa pelatihan kewajiban seorang muslim seperti shalat dan puasa.2 Pembelajaran dalam tahap ini ditekankan pada sikap kemandirian anak.

Menurut Steinberg, kemandirian yang berasal dari kata “autonomy” yang diartikan sebagai suatu kondisi di mana seorang tidak tergantung pada orang lain dalam menentukan keputusan dan adanya sikap kepercayaan diri. Steinberg mengkonsepsikan kemandirian sebagai self governing person, yakni kemampuan menguasai diri sendiri. Secara psikososial kemandirian tersusun dari tiga dimensi pokok yaitu: (a) Kemandirian emosi (emotional autonomy) yaitu aspek yang berhubungan dengan perubahan kedekatan / keterikatan hubungan emosional individu, terutama sekali dengan orang tua, (b) Kemandirian bertindak (behavioral autonomy) yaitu aspek kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan menindaklanjutinya dan (c) Kemandirian nilai (value autonomy) yaitu aspek kebebasan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, yang wajib dan yang hak, apa yang penting dan apa yang tidak penting.3 Termasuk dalam bentuk

pematangan pendidikan tahap anak-anak adalah adanya kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik terhadap lingkungannya, karena setiap manusia berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai makhluk sosial.

Menurut Griffin, dalam hidup bermasyarakat, tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk membahasakan dan mengekspresikan perasaan serta pengalaman berdasarkan pemaknaan dan pemahaman pribadi mengenai suatu hal. Tujuan komunikasi ini disampaikan oleh manusia dengan caranya yang berbeda-beda, yang disesuaikan dengan konteks komunikasi, seperti latar tempat, jumlah lawan bicara dan jenis kelamin lawan bicara.4 Tidak hanya berkomunikasi dalam aktivitas

sehari-hari, anak-anak juga perlu dilatih dalam menyampaikan hal-hal positif dengan maksud mengajak atau menyeru kepada kebaikan yang selama ini mereka peroleh di sekolah atau TPQ. Salah satu usaha yang sudah familiar untuk melatih santri TPQ berkomunikasi adalah Latihan pidato. Aktivitas ini juga dinilai dapat meningkatkan daya kreatifitas anak dalam mengembangkan segenap potensinya.

Kesadaran membangun masyarakat telah lama menjadi dharma mulia dari perguruan tinggi di Indonesia. Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan, menyadari bahwa dirinya tidak berada dalam ruang hampa, tetapi perguruan tinggi selalu bersentuhan dengan dinamika masyarakat baik pada level mikro hingga makro. Dengan demikian, perguruan tinggi tidak terjebak dalam rutinitas pengajaran dan penelitian belaka, namun perguruan tinggi harus menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakt melalui program pengabdian masyarakat5 yang lazim disebut sebagai PkM atau

pengabdian kepada masyarakat.

2Rahendra Maya, “Prespektif Islam Tentang Konsep Life Skills Education,” Edukasi Islam 04 (2015): 870886.

3Agus Hasbi Nur, “Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Di Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan

Kemandirian Santri,” Empowerment 3, no. 2252 (2015): 1–31.

4Evelyn Faustina, “Perilaku Komunikasi Siswa Di Sekolah Homogen Studi Etnografi Komunikasi Pada Siswa

Kelas XII SMA Santa Ursula Jakarta Perilaku Komunikasi Siswa Di Sekolah Homogen SMA Santa Ursula Jakarta,”

Jurnal Ilmu Komunikasi 8, no. 1 (2016): 91–119.

5Munawar Ahmad, “Asset Based Communities Development (ABCD): Tipologi KKN Partisipatif UIN Sunan

Kalijaga Studi Kasus Pelaksanaan KKN Ke-61 Di Dusun Ngreco Surocolo, Selohardjo, Pundong, Bantul Tahun

(3)

STAI Darussalam Nganjuk__________________________________ISSN : 2654-8186 (Online) -2654-7686 (Print) Volume 2 Number 2 May 2020

53 | P a g e

Peran Perguruan Tinggi untuk mendampingi lembaga pendidikan non formal berbasis masyarakat sangat diperlukan. Dalam konteks usaha menumbuh kembangkan peserta didik agar memiliki kemampuan komunikasi yang baik, STAI Darussalam Nganjuk melakukan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di TPQ at Taqwa Sumberejo Ngringin Lengkong Nganjuk (selanjutnya disebut TPQ at-Taqwa Sumberejo). TPQ ini adalah salah satu dari beberapa lembaga pendidikan

al Qur’an sjenis di desa Ngringin. Namun, pihak pengelolanya belum memberikan pembinaan

ketrampilan komunikasi verbal secara simultan. Semuanya masih bersifat sporadis karena kurangnya dukungan SDM dan pendanaan. Pentingnya kemandirian dan kemampuan berkomunikasi verbal menjadi hal penting untuk mendapat pendampingan yang memadai di TPQ at-Taqwa Sumberejo. Untuk itu Tim PkM STAI Darussalam Nganjuk (selanjutnya disebut Tim PkM) bermaksud mendampingi lembaga ini merevitalisasi stimulasi verbal melalui pendampingan Latihan pidato.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam PkM ini adalah pemberdayaan masyarakat berbasis Asset

atau Resources. Pemberdayaan masyarakat berbasis Asset atau Resources merupakan salah satu model pengembangan masyarakat yang berada dalam aliran besar mengupayakan terwujudnya sebuah tatanan kehidupan sosial di mana masyarakat menjadi pelaku dan penentu upaya pembangunan di lingkungannya. Upaya pengembangan masyarakat dilaksanakan dengan sejak dari awal menempatkan manusia untuk mengetahui apa yang menjadi kekuatan yang dimiliki serta segenap potensi asset yang potensial untuk dimanfaatkan. Pengetahuan akan kekuatan dan aset tersebut diharapkan manusia mengetahui dan bersemangat untuk terlibat sebagai aktor dan memiliki inisisatif dalam segala upaya perbaikan. Dengan demikian, agenda perubahan dirumuskan bersama, persoalan keberlanjutan sebuah program perbaikan kualitas kehidupan dapat diwujudkan.

Asset Based Community Development (ABCD) merupakan model pendekatan dalam pengembangan masyarakat. Pendekatan ini menekankan pada inventarisasi aset yang terdapat di dalam masyarakat yang dipandang mendukung pada kegiatan pemberdayaan masyarakat.6

Pendekatan ABCD menggunakan 7 tahap kegiatan serial. Penekanan pada asset reinventing menjadi ciri khas pendekatan ini, karena di dalam asset reinventing tersebut, para mahasiswa diharuskan mengeksplorasi ketersediaan social assets yang dimiliki masyarakat.7 Pendekatan ABCD digunakan

sebagai usaha perbaikan kualitas kehidupan manusia dengan pola pembangunan yang menempatkan manusia menjadi pelaku utama sudah dilakukan di Indonesia. Mengingat pola ini masih menjadi rintisan maka dukungan berbagai pihak sangat dibutuhkan, terlebih lagi Perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk ikut serta upaya ini.

Pendekatan ABCD digunakan Tim PkM dalam memberdayakan aset dan potensi stakeholder

TPQ at-Taqwa Sumberejo untuk mendukung progam latihan pidato sebagai revitalisasi stimulasi verbal di kalangan santrinya. Upaya yang dilakukan dimulai dari penyadaran stakeholder akan

6Andi Ariyadin Putra, “Identifikasi Aset Sarana Sanitasi Dasar Dengan Pendekatan ABCD Di Desa Barugaia Kec. Bontomanai Kab. Kepulauan Selayar,” Skripsi, 2015.

7Ahmad, “Asset Based Communities Development (ABCD): Tipologi KKN Partisipatif UIN Sunan Kalijaga

Studi Kasus Pelaksanaan KKN Ke-61 Di Dusun Ngreco Surocolo, Selohardjo, Pundong, Bantul Tahun Akademik

(4)

STAI Darussalam Nganjuk__________________________________ISSN : 2654-8186 (Online) -2654-7686 (Print) Volume 2 Number 2 May 2020

54 | P a g e

pentingnya program ini diikuti perencanan bersama mitra pengabdian dan melaksanakannya bersama dengan mengedepan pendekatan aset dan potensi.

HASIL DAN DISKUSI

Profil TPQ At-Taqwa

TPQ at-Taqwa Sumberejo didirikan pada tahun 2008 yang keberadaannya mendahului pengesahan dari Takmir masjid At-Taqwa yang menjadi penyelenggaranya. Tujuan didirikannya TPQ ini adalah untuk membina masyarakat dalam hal bidang kegamaan khususnya bagi anak-anak dalam hal membaca dan menulis Al-Quran serta pemahaman keagamaan.

Hingga saat ini pengelolaan TPQ at Taqwa di bawah kendali Ibu Yuli F.R selaku Kepala, di bantu operator Lismaul Wigati dan para guru, terdiri dari Ibu Sulamah, Ibu Suminten, Ibu Sulasih dan Ibu Khumairo’. Pembelajaran sudah berjalan secara regular, dimana guru sudah terjadwal setiap hari dan sudah berpengalaman dalam menangani anak-anak. Namun aktivitas yang baru hanya sekedar proses belajar mengajar. Sisi manajerial masih berjalan apa adanya dan juga melibatkan semua guru yang ada, prosedur tetap (protap) kinerja manajerial juga belum tertata dengan baik. Para murid dalam proses belajar mengajar juga sangat beraneka ragam, namun mayoritas mereka telah bisa diajak berpikir dan terampil dalam membaca.

Atas swadaya wali santri dan pengelola, TPQ at Taqwa mampu mengadakan sarana prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas, di antaranya bangku, papan tulis, spidol dan penghapus telah tersedia dan kondisi masih terawat dengan baik. Karena sistem masih berjalan sederhana, di TPQ ini belum ditemukan papan struktural dan pengumuman di dalam kelas. Identitas yang Nampak dari luar hanya papan nama TPQ yang bergabung dengan papan nama masjid dengan ukuran kecil.

Para santri terjadwal masuk setiap hari dan materi yang diajarkan seputar belajar membaca

al-Qur’an yang benar dan juga sedikit pendalaman terkait dengan pengetahuan agama. Proses

kegiatan belajar mengajar masih sebatas belajar baca tulis al Qur’an saja, adapun pengembangan minat dan bakat santri belum tereksplor dengan baik di TPQ ini. Beberapa faktor menjadi pemicu kasus ini, mulai dari minimnya kompetensi SDM pendidik, sarana prasarana yang kurang memadai, sumber dana dan juga motivator penyelenggara kegiatan.

Bentuk dan Strategi Program

Untuk merealisasikan revitalisasi stimulasi verbal melalui Latihan pidato, Tim PkM memulainya dengan menjalin koordinasi dengan stakdeholder. Persiapan pelaksanaan program kerja di kluster ini dilakukan jauh-jauh hari sebelum mahasiswa di bawah supervisi Tim datang untuk bermukim di dusun Sumberjo ini. Perencanaan menggunakan strategi progam pemberdayaan kemanusiaan (humanistik approach), yaitu sebuah strategi yang memandang masyarakat sebagai subjek pembangunan dan masyarakat diakui memiliki potensi untuk berkembang sedemikian rupa ditumbuhkan agar mampu membangun dirinya. Dalam hal ini santri memiliki potensi untuk dikembangkan serta ditumbuhkan dengan tujuan agar para santri TPQ menjadi pribadi yang memiliki kualitas dalam bidang keagamaan yang nantinya memiliki kepiawaian menyampaikan kebenaran yang haq dan bathil dan mandiri sebagai generasi dakwah dan penerus para ulama di masa mendatang.

Persiapan pelaksanaan progam kerja dilakukan pada hari Kamis, 31 Oktober 2019 dengan bersilaturahim dan berkoordinasi ke mitra dampingan kluster yaitu kepala TPQ At-Taqwa (Ibu Yuli) dan para guru lainnya yaitu Ibu Sulamah dan Ibu Khumairo’ selaku mendampingi para santri

(5)

STAI Darussalam Nganjuk__________________________________ISSN : 2654-8186 (Online) -2654-7686 (Print) Volume 2 Number 2 May 2020

55 | P a g e

dalam pembinaan. Kendala yang terjadi di antaranya adalah para peserta yang datang tidak tepat waktu sebagaimana undangan, hal itu disebabkan karena acara terjadwal terlalu siang, didukung pula cuaca pada saat itu cukup panas. Dari peserta yang hadir juga terlalu banyak anak-anak yang masih terlalu kecil, sehingga butuh tenaga ekstra untuk mengkondisikan mereka.

Adanya kendala segera disikapi dengan mengadakan evaluasi untuk menjamin keberlangsungan program selanjutnya. Evaluasi yang dilakukan adalah dengan berupaya semaksimal mungkin mengkondisikan peserta dan juga menata ulang rundown acara yang ada.

Setelah perencanaan bersama pengelola TPQ, dilanjutkan dengan sosialisasi. Penanggung jawab Tim PkM berkoordinasi dengan para mitra kluster yang akan dilibatkan dengan cara silaturahim pada setiap rumah mereka. Dalam pertemuan itu dibicarakan berbagai hal seperti menentukan waktu, tempat dan memberikan materi pidato yang akan di sampaikan kepada anak-anak TPQ At-Taqwa. Pertemuan tersebut sekaligus menentukan sarana prasarana yang akan diperlukan saat pelaksanan program di antaranya peralatan sound system, microfon dan teknis pendampingan anak-anak TPQ.

Pada akhirya, para mitra kluster yang terlibat adalah kepala TPQ At-Taqwa, Ibu Yuli F.R.,

Ibu Khumairo’ dan Ibu Sulamah. Mereka menyanggupi untuk menyiapkan peralatan sound system,

microfon dan ikut dalam pendampingan anak-anak TPQ selama kegiatan program berlangsung. Dalam menjalankan perogram, Tim PkM juga melibatkan semua guru TPQ. Agar mendapatkan masukan, kritik konstruktif dan solusi yang luas terhadap rencana pelaksanaan program, tim penyelenggara sowan ke tempat-tempat guru TPQ yang bersangkutan. Para guru TPQ memberikan masukan agar di dalam membimbing pidato tidak hanya satu pertemuan, harus beberapa pertemuan karena dilihat dari segi materi yang akan disampaikan terbilang baru di kalangan para santri.

Para anggota tim melatih pidato dengan memberikan bimbingan belajar kepada para anak-anak setiap harinya di base camp guna menguasai materi yang telah di sampaikan oleh narasumber mulai dari penguasaan panggung, intonasi lagu, kesopanan dan isi yang disampaikan. Dalam proses ini para guru memotivasi anak didiknya bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk mengembangkan keahlian pada dirinya sehingga para anak-anak pun semakin bersemangat dalam penyampaian materi yang telah mereka dapatkan. Kunci keberhasilan yang diterapkan tim untuk mencapai keberhasilan progam di antaranya adalah penanggung jawab progam memberikan bimbingan belajar, peserta dan para guru sebagai motivator anak didiknya.

Tabel 1

Realisasi Agenda Kegiatan

No Waktu Tempat Kegiatan Penjab

1 14.00-15.00 Base Camp Persiapan Progam Pembinaan

Tekhnik berpidato pemasangan banner, peryiapan proyektor, microfon, sound sistem dan meja

M. Yusuf

2 15.00-15.15 Base Camp Pembukaan acara Progam Pembinaan

(6)

STAI Darussalam Nganjuk__________________________________ISSN : 2654-8186 (Online) -2654-7686 (Print) Volume 2 Number 2 May 2020

56 | P a g e

3 15.15-16.45 Base Camp Inti (Pemateri menyampaikan materi) Khoirur Roziqin S.H. Para peserta yang terdiri dari anak-anak menerima dengan baik segala aktivitas dalam bentuk pelatihan keterampilan berbicara di depan publik, komunikasi yang mereka sampaikan juga sudah mulai terkondisikan dengan baik, emosi dan gerak fisiologi dan psikologi juga dan terkontrol dengan baik. Kesemnagatan mereka dalam mengikuti acara juga cukup tinggi, apalagi diberikan sayembara setelah pelatihan berkala selama satu minggu mereka akan di adu kompetisikan dan dipilih peserta terbaik.

Kreativitas para peserta juga mulai terlihat ada peningkatan, hal itu terbukti selama pelaihan mereka banyak mengeksplor kemempuan dan potensi-potensi yang lain selama kegiatan pidato berlangsung. Mereka mampu mengkolaborasikan skill lainnya dalam kemasan pidato yang cukup interaktif, humoris dan dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

Para guru juga menyambut baik kegiatan ini, karena mereka cukup terbantu dengan adanya tenaga-tenaga yang mampu mengembangkan potensi anak-anak yang selama ini belum pernah tergali. Mereka berharap, pelatihan ini tidak hanya berhenti di sini, namun juga dapat mereka kembangkan di sekolah.

Berdasarkan paparan hasil kegiatan di atas dapat diidentifikasi capaian kinerja dalam pemberdayaan asset dan resources dalam pendampingan latihan pidato sebagai berikut:

Pada tahap perencanaan pencapaian kinerja diuraikan sebagai berikut: Pertama, Tim PkM bersama mahasiswa dalam mempersiapkan progam berdiskusi mengenai alternatif kluster, bentuk dan strategi yang akan digunakan serta asset dan pihak yang terlibat. Hal ini dilakukan dengan cara mengisi matriks perencanaan program yang telah tersedia. Kedua, perencanaan Bersama mitra dapat berjalan dan berhasil dari kendala karena presentasi dan diskusi tentang draft program kerja disampaikan baik secara lisan maupun tertulis kepada mitra sasaran. Ketiga, penyusunan kepanitiaan dilakukan bersama/kolaboratif antara mahasiswa dengan mitra pengabdian, baik sebagai panitia pelaksana keiatan maupun peserta kegiatan hingga penyedia sarana dan prasarana kegiatan. Keempat,

pengesahan program selain disepakati pelaksana kegiatan juga mendapat pengakuan dari Takmir masjid selaku penyelenggara TPQ at-Taqwa Sumberejo.

Pada tahap pelaksanaan, capain kinerja diantaranya: pertama, Pengurus Takmir masjid yang terlibat seagai pelaksana progam menyediakan aset masjid berupa tikar dan uang kas. Pihak TPQ menyiapkan bangku, tempat dan peralatan menulis. Aset jamaah masjid juga ikut dimanfaatkan, di antraranya tikar dan peralatan sound system.

Tahap evaluasi memakai mekanisme pelibatan tokoh agama dan masyarakat untuk berperan sebagai pengontrol kegiatan. Dalam hal ini pelaksana kegiatan secara terbuka mengintegrasikan masukan dan potensi yang dimiliki oleh penglola TPQ, Takmir masjid, pengelola sekolah dan jamaah dalam program kerja KPM. Hasil dari upaya ini jadwal program sesuai kesepakatan banyak pihak tersebut.

Capain kinerja di atas dapat diraih karena didukung oleh beberapa hal, di antaranya: pertama,

Tim PkM dan mahasiswa sebelum tahap perencanaan telah melakukan pemetaan social. Pemetaan social dilakukan dengan cara mengunjungi lokasi sasaran dengan fokus utama pada pejabat pemerintahan desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta lembaga pendidikan yang ada. Hasil dari pemetaan social ini tim PkM mendapatkan peta konsep kegiatan yang akan dilakukan. Kedua,

(7)

STAI Darussalam Nganjuk__________________________________ISSN : 2654-8186 (Online) -2654-7686 (Print) Volume 2 Number 2 May 2020

57 | P a g e

stakeholder telah disertai dengan penjelasan maksud dan tujuan program secara jelas dan meyakinkan. Ketiga, Tim PkM dalam pemetaan sosial tidak berhenti dengan wawancara dan observasi, akan tetapi juga melakukan telaah dokumentasi untuk memperoleh data atau informasi yang valid mengenai estimasi program. Keempat, penentuan focus program sangat memperhatikan hasil pemetaan sosial.

Berdasarkan capain kinerja di atas, lesson learn yang dapat dipetik adalah bukti pembenar bahwa pemberdayaan komunitas dalam menjalankan program untuk kepentingan mereka sendiri hanya dapat tercapai apabila melibatkan masyarakat. John McKnight dan Jody Kretzmann menggambarkan membangun komunitas dari dalam keluar sebagai jalan untuk menemukan dan mendaftar aset komunitas dalam beberapa kategori tertentu (misalnya aset pribadi, aset asosiasi atau institusi), warga komunitas belajar melihat kenyataan mereka sebagai gelas yang setengah penuh. Sebelumnya, mereka melihat kebutuhan dan masalah, sekarang mereka lebih banyak melihat sumber daya dan kesempatan.8 Komunitas yang berhasil dibangun dalam PkM ini

merupakan komunitas yang menyadari pentingnya dukungan aset dan potensi untuk mengatasi maslah yang sedang mereka hadapi sendiri.

KESIMPULAN

Program pelatihan pidato untuk revitalisasi stimulasi verbal yang dilakukan Tim PKM setidaknya dapat mengggugah kesadaran mitra dampingan akan pentingnya integrasi aset dan potensi mereka sendiri. Untuk dapat mencapai hal tersebut diperlukan serangkaian pemetaan, perencanaan, implementasi dan kontrol yang melibatkan semua stakeholder. Capaian kinerja menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat berbasis aset dan potensi mitra pendampingan terbukti efektif dalam menjamin keberhasilan program.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Munawar. “Asset Based Communities Development (ABCD): Tipologi KKN Partisipatif UIN Sunan Kalijaga Studi Kasus Pelaksanaan KKN Ke-61 Di Dusun Ngreco Surocolo,

Selohardjo, Pundong, Bantul Tahun Akademik 2007.” Aplikasia VIII, no. 2 (2007): 104–113.

Andi Ariyadin Putra. “Identifikasi Aset Sarana Sanitasi Dasar Dengan Pendekatan ABCD Di Desa

Barugaia Kec. Bontomanai Kab. Kepulauan Selayar.” Skripsi, 2015.

Faustina, Evelyn. “Perilaku Komunikasi Siswa Di Sekolah Homogen Studi Etnografi Komunikasi Pada Siswa Kelas XII SMA Santa Ursula Jakarta Perilaku Komunikasi Siswa Di Sekolah

Homogen SMA Santa Ursula Jakarta.” Jurnal Ilmu Komunikasi 8, no. 1 (2016): 91–119.

Maya, Rahendra. “Prespektif Islam Tentang Konsep Life Skills Education.” Edukasi Islam 04

(2015): 870–886.

Nur, Agus Hasbi. “Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Di Pondok Pesantren Dalam

Meningkatkan Kemandirian Santri.” Empowerment 3, no. 2252 (2015): 1–31.

8Andi Ariyadin Putra, “Identifikasi Aset Sarana Sanitasi Dasar Dengan Pendekatan ABCD Di Desa Barugaia Kec. Bontomanai Kab. Kepulauan Selayar.”

(8)

STAI Darussalam Nganjuk__________________________________ISSN : 2654-8186 (Online) -2654-7686 (Print) Volume 2 Number 2 May 2020

58 | P a g e

Zulhaini. “Peranan Keluarga Dalam Menenamkan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Kepada

Referensi

Dokumen terkait

Atas berkat dan kasih-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi Guru dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini (Studi Kasus pada Sekolah

Dan yang terakhir sektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga adalah sektor terbaik kelima dengan nilai backwardnya 2,86 yang artinya distribusi manfaat dari pengembangan sektor

Pada simulasi yang kedua dengan menekankan pada aspek kemampuan pembangkitan daya maksimum yang hanya sebesar 210 MW dan menghindari adanya pemutusan beban secara

Pada pembongkaran junction box lama dengan cara menurunkan kabin ke posisi yang ditentukan sehingga pemasangan panel junction box baru dapat dilakukan langsung di

Sementara itu, panelis memberikan penilaian lebih tinggi untuk buah potong melon yang diberi perlakuan G2 dan G3, yaitu antara spefisik jenis buah dengan warna cerah hingga cerah

Diperkirakan dua milyar tahun silam tenaga alam yang besar mulai mengubah permukaan bumi pada batuan feldspatik. Suatu interaksi antara atmosfir bumi yang mengandung gas dengan

Hambatan tersebut dapat menyebabkan turunnya energi dari fluida yang sering disebut dengan kerugian tekanan (head loss) atau penurunan tekanan (pressure drop) yang

STUDI TENTANG MINTA TERHADAP PROFESI GURU GEOGRAFI PADA MAHASISWA DEPARTEMEN GEOGRAFI FPIPS UPI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |